You are on page 1of 239
- NRO PELATIHAN Oe eae PELAYANAN KEGAWATDARURATAN OBSTETRI NEONATAL ESENSIAL DASAR BUKU ACUAN GO@® = DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, JAKARTA 2005 TOTEM ETLE OY AN KEGAWATDARURATAN OBSTETRI DAN NEONATAL ESENSIAL DASAR (BUKU ACUAN) PENYUSUN: Komponen Maternal Dr DJOKO WASPODO SpOG(K)__—_—Prof Dr GULARDI WIKNYOSASTRO SpOG(K) Dr OMO ABDUL MADJID SpOG(K) _Dr R SOERJO HADIJONO SpOG(K) Master Trainer Jaringan Nasional Pelatinan Klinik ~ Kesehatan Reproduksi (INPK-KR) Komponen Neonatal Dr M SHOLEH KOSIM SpA(K) Dr FATIMAH INDARSO SpA(K) Dr GATOT IRAWAN SAROSA SpA Dr TOTO WISNU HENDRARTO SpA UKK Perinatologi DAI DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JAKARTA 2005 ISBN Isi buku Pelatihan Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal Esensial Dasar ini telah disepakati bbersama untuk pengembangan dan pelaksanaan oleh: Maternal ‘p Nepal leah Pertumpul: thm Doi Anak Deparemen Maternal & Neon Oost dan Troe ovr Hen JHPLSOO ‘chlo Repu nest indones Repo Pelatihan Keterampilan Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal Esensial Dasar yang terdiri atas 12 sesi yane, diselenggarakan selama 6 hari ini dirancang untuk,.mempersiapkan petugas pelayanan keschatan gar mampu ‘melakukan pengelolaan Kegawat Daruratan Obstetri dan Neonatal Esensial Dasar di tingkat pelayanan kesehatan Primer. Proses pelatihan disusun berdasarken pengalaman sebelumnya dari para peserta, seria memanfaatkan ‘otivasi yang tinggi untuk menyelesaikan kegiatan belajar dalam waktu yang sesingkat mungkin. Fokus pelatifian adalah bagaimana mereka mengerjekan, bukan hanya sckedar mengetahui, dan evaluasi kinerja dilakukan berdasarkan Kompetensi yang dicapai. Pelatinan Keterampilan Pelayanan Kegawat Daruratan Obstetri Neonatal Esensial Dasar ini, terdiri dari Komponen maternal yang terdiri atas: Infeksi nifas, Perdarahen post partum, Preeklampsia dan Eklampsia, Persalinan dengan bantuan, Persigpan umum sebelum ‘tindekan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal, Kewaspadaan universal serta Persiapan tempat pelatihan PONED serta Komponen neonatal yang terdiri dari: Beyi berat lahir rendah, Hipotermi, Hipoglikemia, Ikterus, Masalah pemberian minum, Asfiksia pada bayi baru lahir, Gangguan napas, Kejang pada bayi baru lahir, Infeksi neonatal serta Rujukan dan transportasi bayi baru lahi DAFTAR ISI PELATIHAN PELAYANAN KEGAWATDARURATAN OBSTETRI NEONATAL ESENSIAL DASAR BUKU ACUAN KOMPONEN MATERNAL. SATU PRE EKLAMPSIA/ EKLAMPSIA Pengertian .. Tyjuan Umum Tujuan Khusus Prinsip Dasar .. Penanganan Umum Penilaian Klinik Gejala dan Tanda Klasifikasi Hipertensi dalam Kehamilan Diagnosis Banding ... Komplikasi Penegahan Penanganan Hipertensi dalam Kehamilan tanpa Proteinuria... Preeklampsia Ringat «0.» Preeklampsia Berat dan Eklampsia.. Hipertensi Kronik .. Ringkasan.. SoSCLEE k BOG SS kw doe DUA TINDAKAN OBSTETRI PADA PERTOLONGAN PERSALINAN DISTOSIA BAHU Pengertian Tujuan Umum 2 2 Tujuan Khusus. : Sao 2 Maslehitienuiaitcauemeaiaaiee 2. 2 2 2 Pengelolean Umura EKSTRAKSI VAKUM Pengertian Tujuan Umum... Tujuan Khusus.. Indikasi Kontraindikasi .. Ringkasan... if TIGA PERDARAHAN POST PARTUM Bataan sen Tujuan Umum Tujuan Khusus Masala .. Penanganan Umum... Diagnosis Penanganan Khusus Atonia Uteri Perlukaan Jalan Lahir Retensio Plasenta .. Sisa Plasenta ... EMPAT INFEKSI NIFAS Prinsip Dasar Tojuan Umum Tujuan Khusus.... Masalah ... Penanganan Metts sanneenen Bendungan Payudara. Infeksi Payudara . Abses Pelvis ... Petitonitis ‘ Infeksi Luka Perineal dan Luka Abdominal Tromboflebitis . Pelviotromboflebi Tromboflebitis Femoralis KOMPONEN NEONATAL, LIMA BAYI BERAT LAHIR RENDAH Batasan .. Prinsip dasar... Masalah. Tujuan Umum .. Tujuan Khusus... Diagnostik .... Manajemen umum Pemantauan.. Manajemen lanjut HIPOTERMI Batasan nano Prinsip dasar.. Diagnostik Manajemen Hipotermia berat Hipotermia sedang HIPOGLIKEMIA Tyjuan Umum Tujuan Khusus Diagnostik .... Manajemen ... IKTERUS/HIPERBILIRUBINEMIA. Tujuan Umum Tujuan Khusus Diagnostik Manajemen MASALAH PEMBERIAN MINUM Prinsip dasar Masala oc Tujuan Umum ......... Tujuan Khusus 00 Diagnostik Manajemen umum. Manajemen khusus 519 5-19 5-19 5-19 519 5-20 5-21 ENAM ASFIKSIA PADA BAYL Batasan ..... Prinsip dasar Tojuan Umum Tujuan Khusu Diagnostik Manajemen Tindakan setelah Resusitasi Pemantauan Tumbuh Kembang .. TUJSUH GANGGUAN NAFAS. Tujuan Umum ‘Tujuan Khusi Penyebab gangguan nafas. Diagnostik ... Manajemen umum Manajemen lanjut Gangguan nafas sedang .. Gangguan nafas ringan .. DELAPAN KEJANG PADA BAYI BARU LAHIR Batasan Prinsip dasar.. Tujuan Umum Tujuan Khusus.. Masala. Diagnostik fn Diagnosis banding... Manajemen umum ... Manajemen lanjut Rujukan ... SEMBILAN —_ INFEKSI NEONATAL Batasan ... Prinsip dasar.. Masalah ... Tyjuan Umum . Tujuan Khusus Diagnostik... Manajemen Umum ... Manajemen Lanjut norm yerperyee z SEPULUH SEBELAS Rujukan .... 94 RUJUKAN DAN TRANSPORTASI BAYI BARU LAHIR Prinsip dasai 10-1 Tujuan Umum 10-1 Tujuan Khusus.. 10-1 Sistem rujukan dan transporasi 10-2 Data yang harus disediakan ae 10-2 Syarat untuk melakukan transportasi ..ouccecnnssemn — WOH2 PERSIAPAN UMUM SEBELUM TINDAKAN PADA KEGAWATDARURATAN OBSTETRIK DAN NEONATAL Pengertian ........ Tujuan Umum Tyjuan Khusus . KEWASPADAAN UNIVERSAL Definisi. Pelaksanaan Kewaspadaan Universal. Beberapa Petunjuk dalam Pelaksanaan Kewaspadaan Universal... Mangjemen untuk Tenaga Kesebatan yang terppar DaralvCairan Tubuh ... Penanganan Alat-alat yang Terkontaminasi Pembuangan Sampah secara Aman Pemeliharaan Lingkungan yang Aman .. 11-4 14 PERSIAPAN TEMPAT PELATIHAN PELAYANAN KEGAWATDARURATAN OBSTETRI DAN NEONATAL ESEN! DASAR Pengertian 11-10 Pengorganisasian Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar dalam Pelayanan Kesehatan... 11-10 Program Menjaga Mutu Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Das ae 1-13 Supervisi Fasilitatf. 1-13 Ringkasan.... 114 vii BABS BAYI BERAT LAHIR RENDAH BATASAN Bayi berat Jahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan bera kurang dari 2500 ¢ tanpa memandang masa gestasi (berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam_am setelah lair). tA PRINSIP DASAR BBLR sampai saat ini masih merupakan masalah di Indonesia, Karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa neonatal. Menurut SKRT 2001, 29% kematian neonatal karena BBLR Masalah yang sering timbul sebagai penyulit BBLR adalah Hipotermia, Hipoglikemia, Hiperbilirubinemia, Infeksi atau sepsis dan gangguan minum Penyebab BBLR © Persalinan kurang bulan / prematur Bayi lahir pada umur kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu. Pada umumnya bayi Kurang bulan disebabkan tidak mampunya uterus menahan janin, gangguan selama kehamilan, lepasnya plasenta lebih cepat dari waktunya atau rangsangan yang memudahkan terjadinya kontraksi uterus sebelum cukup bulan, Bayi lahir kurang bulan mempunyai organ dan alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan hidup diluar rahim, Semakin muda umur kehamilan, fungsi organ tubuh semakin kurang sempuma dan prognosisnya semakin kurang baik. Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit atau komplikasi akibat kurang matangnya organ karena masa gestasi yang kurang ( prematur) © Bayi lahir kecil untuk masa kehamilan Bayi lahir Kecil untuk masa kehamilannya karena ada hambatan pertumbuhan saat dalam kandungan (Janin tumbuh lambat). Retardasi pertumbuhan intrauterin berhubungan dengan keadaan yang mengganggu sitkulasi dan efisiensi plasenta dengan pertumbuhan dan perkembangan janin atau dengan keadaan umum dan gizi ibu. Keadaan ini ypengakibatkan kurangnya oksigen dan nutrisi secara kronik dalam waktu yang lama ‘Untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Kematangan fungsi organ tergantung pada usia kehamilan walaupun berat lahimya kecil. Beberapa faktor predisposisi: © Faktor ibu adalah umur, jumlah paritas, penyakit kehamilan, gizi kurang atau malnutrisi, trauma, kelelahan, merokok, kehamilan yang tak diinginkan. © Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan ganda, © Faktor janin adalah kelainan bawaan, infeksi Pelatinan Pelayanan Kegawaldarurstan Obstetsi Neonatal Dasar bet TUJUAN UMUM Setelah menyclesaikan bab ini, peserta akan mampu : + Menjelaskan tentang penyebab dan komplikasi BBLR ‘* Melakukan manajeman BBLR dengan berbagai penyulitnya sesuai dengan fasilitas yang tersedia TUJUAN KHUSUS Setelah menyelesaikan bab ini, peserta akan memiliki kemampuan untuk Menjelaskan beberapa penyebab dan faktor predisposisi BBLR. Mengindentifikasi BBLR.- menurut masa gestasi Melakukan manajemen umum BBLR. Mengindentifikasi tanda, gejala dan diagnosis serta manajemen hipotermi Mengindentifikasi tanda, gejala dan diagnosis serta manajemen hipoglikemi Mengindemtifikasi tanda, gejala dan diagnosis serta manajemen ikterus Kremer Il ke atas (hiperbilirubinemi) + Mengindentifikasi tanda, gejala dan diagnosis serta manajemen infeksi neonatal + Mengindentifikasi tanda, gejala dan diagnosis serta manajeman masalah pemberian minum. Langkah Promotif / Preventif * Mencegah persalinan prematur (Lihat Pedoman Praktis Pelayanan Kesehatan maternal dan ‘Neonatal Bab Persalinan Kurang Bulan ) ‘+ Pemeriksaan selama kehamilan secara teratur yang berkualitas + Meningkatkan status nutrisi ibu + Melarang merokok pada ibu hamil DIAGNOSTIK Anamnesis * Umur ibu Riwayat persalinan sebelumnya Jumlah paritas, jarak kelahiran sebelumnya Kenaikan berat badan ibu selama hamil Aktivitas ibu yang berlebihan ‘Trauma pada ibu ( termasuk post coital trauma) Penyakit yang diderita selama hamil Obat-obatan yang diminum selama hamil Pemeriksaan fisik * Berat lahir kurang 2500 gram * Untuk BBLR Kurang Bulan : Tanda prematuritas © Tulang rawan telinga belum terbentuk © Masih terdapat lanugo (rambut halus pada kulit) © Refleks refleks masih lemah 52 Buku Acuan © Alat kelamin Iuar: pada perempuan labium mayus belum menutup labium minus, pada laki-laki belum terjadi penurunan testis dan kulit testis rata (rugae testis belum terbentuk) * Untuk BBLR Keeil untuk Masa Kehamilan : Tanda Janin Tumbuh Lambat © Tidak dijumpai tanda prematuritas seperti tersebut di atas 6 Kulit keriput © Kuku lebih panjang Komplikasi BBLR Tabel 5.1 di bawah ini dapat membantu memberi gambaran tentang komplikasi BBL Tabel 5.1 Penilaian klinik kemungkinan komplikasi pada BBLR jt 1 Pemeriksaan Kemungkinan | Anamnesis Pemerikssan oinjans lagioais Bayi terpapar dengan Menangis lemah | Sufi tubuh kurang | Hipotermi suhu lingkungan yang Kurang aktif | 36.5°C rendah Malas minum | Waktu timbulnya kurang | Kulit teraba dingin | | 2 hari Kulit mengeras | kemerahan Frekuensi jantung, kurang 100 kali per menit| Napas pelan dan dalam Kejang timbul saat lahir | Kejang, tremor, fetargi | Kadar glukose darah | Hipoglikemia sampai dengan hari ke 3 | atau tidak sadar Kurang 45 mg/dL. (2.6 Riwayat ibu Diabetes | mmol/L) ee Ikterik (warna kuning) | Kulit, Konjungtiva Titerus/ timbul saat lahir sampai | berwarna kuning Hiperbilirubine dengan hari ke 3, Pucat mia Berlangsung lebih dari 3 minggy. Riwayat infeksi maternal Riwayat ibu pengguna obat. Riwayat Ikterus pada bayi yang lahir sebelumnya Tou tidak dapat atau tidak | Bayi kelihatan bugar | Kenaikan berat bayi | Masalah berhasil menyusui kurang 20 gramvhari | pemberian Malas atau tidak mau selama 3 hari minum minum Waktu timbul sejak lahir Tbu demam sebelum dan | Bila ditemukan beberapa | Laboratorium darah: | Infeksi atau selama persalinan dari temuan ganda: | Jumlah lekosit Curiga Sepsis Ketuban Pecah Dini Bayi malas minum lekositosis atau Persalinan dengan Demamn tinggi atau | lekopenia), tindakan hipotermi trombositopenia Pelatinan Pelayanan Kegawaldaruraten Obstetr Neonatal Dasar 53 ‘Anamnesis Pemeriksaan ppieeteee alee Timbul asfiksia pada Bayi letargi/kurang | Gambaran darah tepi saat lahir aktip (bila tersedia Bayi malas minum Gangguan napas fasilitas) Timbul pada saat lahir Kilitikterus sampai 28 hari Sklerema atau skleredema Kejang Bayi KMK atau lebih Lahir dengan asfiksia Pemeriksaan Sindroma bulan Airketuban bercampur | Radiologi dada (bila | Aspirasi Air ketuban bercampur_ mekonium tersedia) mekonium | mekonium Tali pusat berwarna Lahir dengan riwayat kuning kehijauan | asfiksia MANAJEMEN UMUM. Setiap menemukan BBLR , lakukan manajemen umum sebagai berikut : + Stabilisasi subu, jaga bayi tetap hangat + Jaga patensi jalan napas + Nilai segera kondisi bayi tentang tanda vital: pemapasan, denyut jantung, warna kulit dan aktifitas Bila bayi mengalami gangguan napas , dikelola gangguan napas Bila bayi kejang, potong kejang dengan anti konvulsan Bila bayi dehidrasi, pasang jalur intravena, berikan cairan rehidrasi IV. Kelola sesuai dengan kondisi spesifik atau komplikasinya Pemberian minum * Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun: © Periksa apakah bayi puas setelah menyusu; © Catat jumlah urine setiap bayi Kencing untuk menilai kecukupan minum (paling kurang 6 kali sehari); © Periksa pada saat ibu mneteki, apabila satu payu dara dihisap, ASI menetes dari payu dara yang lain * Timbang bayi setiap hari, hitung penambahan/pengurangan berat, sesuaikan pembetian cairan dan susu, serta catat hasilnya: * Bayi dengan berat 1500 - 2500 g tidak boleh kehilangan berat lebih 10% dari berat lahirnya pada 4-5 hari pertama; * Apabila kenaikan berat badan bayi tidak adekuat, tangani sebagai Masalah kenaikan berat badan tidak adekuat, * Apabila bayi telah menyusu ibu, perhatikan cara pemberian ASI dan kemampuan bayi ‘mengisap paling kurang sehari sekali ‘* Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu. 54 Buku Acuan BERAT LAHIR 1750 - 2500 GRAM Bayi sehat © Biarkan bayi menyusu ke ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah merasa Jetih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (misal setiap 2 jam) bila perlu. + Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektivitas menyusui Apabila bayi kurang dapat mengisap, tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum. Bayi sakit ‘+ Bila berat badan 1750-2000 gram atau lebih dengan gangguan napas, kejang dan gangguan minum segera lakukan rujukan © Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum seperti pada bayi sehat, © Apabila bayi memerlukan cairan IV: ° ° Hanya berikan cairan IV selama 24 jam pertama; Mulai berikan minum per oral pada hari ke 2 atau segera setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu; Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (misal gangguan napas. kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung: Berikan cairan 1V dan ASI menurut umur, lihat tabel; Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal 3 jam sekali), apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kg berat badan per hati tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum; Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak. Tabel 5.2 Jumlah cairan yang dibutuhkan bayi (mL/kg) Hari ke Berat : 7 : # Pe > 1500 g 60 80 100 130 130 <1500g 80 100) 120 140 150 Tabel 5.3 Jumlah cairan IV dan ASI untuk bayi sakit berat 1750 - 2500 g : Um ur (hari) Pemberian fesee gees Seegecesreeceea Kecepatan cairan TV (mL/jam atau tetes | 5 4 3 2 0 i) 0 mikro/menit) | Jumlah ASI setiap 3 jam (mL/kali) | 06 1422303538 Pelatinan Polayanan Kegawaldaruraten Obstotn Neonatal Dacar 55 PEMANTAUAN 1. Kenaikan berat badan dan pemberian minum setelah umur 7 hari * Bayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama. Bayi dengan berat lahir > 1500 g dapat kehilangan berat sampai 10%. Berat lahir biasanya tercapai kembali dalam 14 hari kecuali apabila terjadi komplikasi. * Setelah berat lahir tercapai kembali, kenaikan berat badan selama tiga bulan seharusnya: © 150-200 g seminggu untuk bayi < 1500 g (misalnya 20-30 g/hari) © 200-250 g seminggu untuk bayi 1500-2500 g (misalnya 30-35 g/hari). * Bila bayi sudah mendapat ASI secara penuh (pada semua kategori berat) dan telah berusia lebih dari 7 hari: © Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 mL/kg/hari sampai tercapai jumlah 180 mL/kg/haris © Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan kenaikan berat badan bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180 mL/kg/hari; © Apabila kenaikan berat tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI sampai 200 mLikg/hari; © Apabila kenaikan berat tetap kurang dari batas yang telah disebutkan diatas dalam waktu lebih seminggu padahal bayi sudah mendapat ASI 200 mL/kg BB per hari, tangani sebagai Kemungkinan kenaikan berat badan tidak adekuat. n. ‘anda kecukupan pemberian ASI Kencing minimal 6 kali dalam 24 jam Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI Peningkatan berat badan setelah 7 hari pertama sebanyak 20 gram setiap hari Periksa pada saat ibu mneteki, apabila satu payu dara dihisap, ASI menetes dari payu dara yang lain e000 Pemulangan penderita : 7 © Bayi suhu stabil © Toleransi minum per oral baik, diutamakan pemberian ASI. Bila tidak bisa diberikan AS] dengan cara menetek dapat diberikan dengan altemnatip cara pemberian minum yang lain. co. Ibu sanggup merawat BBLR di rumah MANAJEMEN SPESIFIK / MANAJEMEN LANJUT. ‘Sesuai dengan tabel temuan klinis (Tabel 5.1) 58 Buku Acuan HIPOTERMI BATASAN Hipotermi adalah suhu tubuh kurang dari 36.5°C pada pengukuran suhu melalui ketiak PRINSIP DASAR © Hipotermi sering terjadi pada neonatus terutama pada BBLR karena pusat pengaturan suhu tubuh bayi yang belum sempuma, permukaan tubuh bayi relatif luas, Kemampuan produksi dan menyimpan panas terbatas, + Suhu tubuh rendah dapat disebabkan oleh karena terpapar dengan lingkungan yang dingin (suhu lingkungan rendah, permukaan yang dingin atau basah) atau bayi dalam keadaan basah atau tidak berpakaian. * Hipotermi merupakan suatu tanda bahaya karena dapat menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung paru dan kematian Mekanisme kehilangan panas 1. Radiasi: dari bayi ke lingkungan dingin terdekat. 2. Konduksi: langsung dari bayi ke sesuatu yang Kontak dg bayi 3. Konveksi: kehilangan panas dari bayi ke udara sekitar 4. penguapan air dari kulit bayi Evaporasi Konveksi Konduksi 9 ‘+ Pencegahan hipotermi dengan melakukan tindakan promotif atau preventif TUJUAN UMUM Setelah menyelesaikan bab ini peserta akan mampu menjelaskan tentang hipotermi, penyebab dan mampu melaksanakan penanganan atau manajemennya TUJUAN KHUSUS Setelah pelatihan ini, peserta mengetahui dan mampu: + Melakukan langkah-langkah promotif// preventif hipotermi + Menjelaskan klasifikasi hipotermi + Melaksanakan tata laksana hipotermi. Pelatinan Pelayanan Kegawatderuratan Obstetri Neonatal Dasar ST Langkah Promotif/Preventif © Jangan memandikan bayi sebelum berumur 12 jam * Rawat bayi kecil di ruang yang hangat (tidak kurang 25°C dan bebas dari aliran angin). * Jangan meletakkan bayi dekat dengan benda yang dingin (misal dinding dingin atau jendela) walaupun bayi dalam inkubator atau di bawah pemancar panas. © Jangan meletakkan bayi langsung di permukaan yang dingin (mis. alasi tempat tidur atau meja periksa dengan kain atau selimut hangat sebelum bayi diletakkan). + Pada waktu dipindahkan ke tempat lain, jaga bayi tetap hangat dan gunakan pemancar panas atau kontak kulit dengan perawat, + Bayi harus tetap berpakaian atau diselimuti setiap saat, agar tetap hanget walau dalam keadaan dilakukan tindakan. Misal bila dipasang jalur infus intravena atau sclama resusitasi dengan cara: : © Memakai pakaian dan mengenakan topi. © Bungkus bayi dengan pakaian yang kering dan lembut dan selimuti ‘© Buka bagian tubuh yang diperlukan untuk pemantauan atau tindakan, © Berikan tambahan kehangatan pada waktu dilakukan tindakan (mis. menggunakan pemancar panas). + Ganti popok setiap kali basah. Bila ada sesuatu yang basah ditempelkan di kulit (mis. kain kasa yang basah), usahakan agar bayi tetap hangat. * Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin. * Ukor subu tubuh sesuai jadwal pada tabel (lihat lampiran) Tabel 5.4 Pengukuran suhu twubuh Keadaan bayi _Frekuensi Pengukuran Bayi sakit Tiap jam Bayi kecil ime Bayi keadaan membaik Sekali sehari ‘Tabel 5.5 Suhu inkubator yang direkomendasi menurut berat dan umur bayi Berat bayi Subu inkubator °C) menurut umur* 35°C 34°C 33°C 32°C < 1500 g 1-10 hari 11 hari—3 3-5 minggu "> 5 minggu minggu 1500-2000 g 1-10 hari iT hari >4 minggu minggu 2100-2500 g 12 hark 3 hari-3 minggu > 3 minggu > 2500 1-2 hari 32 hari Bila jenis inkubatornya berdinding tunggal, naikkan suhu inkubator | °C setiap perbedaan suhu 7 °C antara suhu ruang den inkubator. 58 Buku Acuan Tabel 5.6 Suhu kamar untuk bayi dengan pakaian Berat Badan Suhu ruangan 1500 —2000 g 28-30°C > 2000 26 = 28°C Catatan: jangan digunakan untuk bayi < 1500 g ‘+ Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti, kontak kulit ke kulit, Kangaroo Mother Care, pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas keschatan setempat sesuai petunjuk. (Iihat table Cara menghangatkan bayi) Tabel 5.7 Cara menghangatkan bayi CARA PETUNJUK PENGGUNAAN Kontak kulit = Untuk semua bayi + Tempelkan kulit atau permukaan kulit bayi langsung pada permukaan kulit ibu, missal nya dengan merangkul, menempelkan pada payudara atau meneteki * Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat, atau menghangatkan bayi hipotermi (32 ~ 36,4°C) apabila cara lain tidak mungkin dilakukan Kangaroo * Untuk menstabilkan bayi dengan berat badan <2500 & Mother Care terutama direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan | (KMO) bayi dengan berat badan < 1800 g | + Tidak untuk bayi yang sakit berat (sepsis, gangguan napas berat). \ + Tidak untuk Ibu yang menderita penyakit berat yang tidak dapat merawat bayinya. * Pada ibu yang sedang sakit, dapat dilakukan oleh keluarga (pengganti ibu) Pemancar panas —* Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1500 g atau lebil Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan, atau menghangatkan kembali bayi hipotermi Lampu ila tidak tersedia pemancar panas, dapat digunakan lampu | penghangat pijar maksimal 60 watt dengan jarak 60 em Inkubator = Penghangatan berkelanjutanan bayi dengan berat ©1500 @ yang tidak dapat dilakukan KMC + Untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat) Boks + Bila tidak tersedia inkubator, dapat digunakan boks penghangat penghangat dengan menggunakan lampu pijar maksimal 60 watt sebagai sumber panas Ruangan hangat _* Untuk merawat bayi dengan beral ©2500 g yang tidak | memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan, * Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat) Pelatinan Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal Dasar 58 DIAGNOSTIK Anamnesis Riwayat asfiksia pada waktu lahir Riwayat bayi sgera dimandikan sesaat sesudah lahir Riwayat bayi yang tidak dikeringkan sesudah lahir, dan tidak dijage kehangatannya, Riwayat terpapar dengan lingkungan yang dingin Riwayat melakukan tindakan tanpa tambahan kehangat pada bayi. Pemeriksaan fisik Tabel 5.8 Klasifikasi Hipotermi Anamnesis Pemeriksaan Klasifikasi * Bayi terpapar su * Suku tubuh 32 °C-36.4°C Hipotermia sedang Jingkungan yang rendah © * ‘Gangguan napas. = Waktu timbulnya kurang * Denyut jantung kurang dari dari 2 hari 100 kali/menit = Malas minum = Letargi * Bayi terpapar suhu ® Suhu tubuh < 32°C Hipotermia berat lingkungen yang rendah —* Tanda lain hipotermia sedang = Waktu timbulnya kurang © Kuli teraba keras dari 2 hari + Napas pelan dan dalam = Tidak terpapar dengan © Suhu tubuh berfluktuast Suhu tubuh tidak dingin atau panas yang antara 36 °C- 39°C stabil (lihat berlebihan ‘meskipun berada di suhu Dugan sepsis) lingkungan yang stabil * Fluktuasi terjadi sesudah periode suhu stabil MANAJEMEN HIPOTERMIA BERAT * Segera hangatkan bayi di bawah pemancar panas yang telah dinyalakan sebelumnya, bila ‘mungkin. Gunakan inkubator atau ruangan hangat, bila perlu © Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu. Beri pakaian yang hangat, pakai topi dan selimuti dengan selimut hangat, Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi sering diubah, Bila bayi dengan gangguan napas (frekuensi napas lebih 60 atau Kurang 30 kali/menit, tarikan dinding dada, merintih saat ekspirasi), lihat bab tentang Gangguan napas. © Pasang jalur IV dan iran IV sesuai dengan dosis rumatan, dan pipa infus tetap terpasang di bawah pemancar panas, untuk menghangatkan cairan. © Periksa kadar glukose darah, bila kadar glukose darah kurang 45 mg/dL (2.6 mmol/L), tangani hipoglikemia, 6410 ‘Buku Acuan * Nilai tanda bahaya setiap jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam sampai suhu tubuh kembali dalam batas normal, ‘+ Ambil sampel darah dan beri antibiotika sesuai dengan yang disebutkan dalam penanganan Kemungkinan besar sepsis, * Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi siap ~ Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum; ~ Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung dan beri ASI peras begitu subhu bayi mencapai 35°C. + Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0.5 °C/jam, berarti upaya ‘menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan dengan memeriksa suhu bayi setiap 2 jam. + Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangetkan dan suhu ruangan setiap jam. ‘© Setelah suhu tubuh bayi normal: ‘© Lakukan perawatan lanjutan untuk bayis © Pantau bayi selama 12 jam kemudian, dan ukur suhunya setiap 3 jam. * Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila suhu bayi tetap dalam batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di Rumah Sakit, bayi dapat dipulangkan dan naschati ibu bagaimana cara menjaga agar bayi tetap hangat selama di rumah. HIPOTERMIA SEDANG * Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat, memakai topi dan selimuti dengan selimut hanget. * Bila ada ibw/pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan kontak kulit dengan kulit (perawatan bayi lekat), * Bila ibu tidak ada: © Hangatkan kembali bayi dengan menggunaken alat pemancar panas. Gunakan inkubator ddan ruangan hangat, bila perlu; © Periksa suhu alat penghangat dan suhu ruangan, beri ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum dan sesuaikan pengatur suhu. © Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi lebih sering diubah, + Anjurkan Ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peras ‘menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum. * Mintalah ibu untuk mengamati tanda bahaya (mis. gangguan napas, kejang) dan segera ‘mencari pertolongan bila terjadi hal tersebut. Periksa kadar glukose darah, bila <45 mg/dL. (2.6 mmol/L), tangani hipoglikemia. Nilai tanda bahaya, Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 0.5 °Cijam, berarti usaha menghangatkan bethasil, lanjutkan memeriksa suhu setiap 2 jam. Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, kurang 0.5 °C/jam, cari tanda sepsis', Setelah suhu tubuh normal: © Lakukan perawatan lanjutan, © Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu sctiap 3 jam. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan, bayi dapat dipulangkan, Nasihati ibu cara menghangatkan bayi di rumah, Pelatinan Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal Dasar Bat HIPOGLIKEMIA BATASAN Hipoglikemi adalah keadaan hasil pengukuran kadar glukose darah kurang dari 45 mg/dL (2.6 mmol/L) PRINSIP DASAR Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah. Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak, Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai kematian, ‘© Kejadian hipoglikem lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes melitus * Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir. © Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada. TUJUAN UMUM Setelah menyelesaikan bab ini peserta akan mampu menjelaskan tentang hipoglikemi, penyebab dan mampu melaksanakan penanganan atau. manajemennya TUJUAN KHUSUS Setelah pelatihan ini, peserta mengetahui dan mampu : * Melakukan langkah-langkah promotif/ preventif hipoglikemi * Menjelaskan tanda, gejala, diagnosis hipoglikemi + Melaksanakan penanganan hipoglikemi dengan jalan memasang jalur infus intra vena dan atau_ memasang pipa nasogastrik Langkah Promotif/Preventif + Penganan/ pengendalian kadar glukosa ibu Diabetes Mellitus (Lihat pengelolaan ibu DM di Buku Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan Neonatal) * Penanganan keadaan yang dapat mengakibatkan BBLR. © Penanganan keadaan yang dapat meningkatkan penggunaan glukosa bayi (mis. pada asfiksia, hipotermi, hiperterm, gangguan pernapasan) + Pemenuhan kebutuhian nutrisi rumatan dengan minum ASI dini. DIAGNOSTIK Anamnesis Riwayat bayi: menderita asfiksia, hipotermi, hipertermi, gengguan pernapasan Riwayat bayi prematur Riwayet bayi Besar untuk Masa Kehamilan (BMK) Riwayat bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK) Riwayat bayi dengan ibu Diabetes Mellitus Riwayat bayi dengan Penyakit Jantung Bawaan 512 Buku Acven Pemeriksaan klinis Hipoglikemi sering asimtomatis, pada keadaan ini terapi sudah harus dilakukan agar prognosis menjadi lebih baik Gejala yang sering terlihat adalah: ‘+ tremor ("fitteriness") bayi lemah, apatis, letargik, keringat dingin sianosis kejang apne atau nafas lambat, tidak teratur tangis melengking atau lemah merintih. hipotoni masalah minum nistagmus gerakan involunter pada mata MANAJEMEN Berikan glukose 10% 2 mL/kg secara IV bolus pelan dalam lima menit. Jika jalur IV tidak dapat dipasang dengan cepat, berikan larutan glukose melalui pipa lambung dengan dosis yang sama, Infus Glukose 10% sesuai kebutuhan rumatan, kemudian lakukan rujukan Anjurkan ibu menyusui, Bila bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI peres dengan menggunaken salah satu alternatif cara pemberian minum, Pelatinan Petayanan Kegawatdaruratan Obstetri Neonstal Dasar 513 IKTERUS/ HIPERBILIRUBINEMIA BATASAN * Ikterus adalah pewamaan kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa yang terjadi karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah. Klinis ikterus tampak bila kadar bilirubin dalam serum adalah >5 mg/dl ( 85 zmol/L).Disebut Hiperbilirubin adalah keadaan kadar bilirubin serum > 13 mg/dL PRINSIP DASAR Bayi sering mengalami ikterus pada mingu pertama kehidupan, terutama bayi kurang bulan. Dapat terjadi secara normal atau fisiologis dan patologis. Kemungkinan ikterus sebagai gejala awal penyakit utama yang berat pada neonatus. Peningkatan bilirubin dalam darah disebabkan oleh pembentukan yang berlebihan dan atau pengeluaran yang kurang sempumna, + Ikterus perlu ditangani secara seksama, karena bilirubin akan masuk ke dalam sel syaraf dan merusak sehingga otak terganggu dan mengakibatkan kecacatan sepanjang hidup atau kematian (ensepalopati biliaris) TUJUAN UMUM Setelah menyelesaikan bab ini peserta akan mampu menjelaskan tentang ikterus, penyebab dan ‘mampu melaksanakan penanganan atau manajemen nya TUJUAN KHUSUS Setelah pelatihan ini, peserta mengetahui dan mampu : + Melakukan langkah-langkah promotif// preventif ikterus ‘+ Menjelaskan tanda, gejala, diagnosis ikterus, + Melaksanakan penanganan ikterus. Langkah Promotif/Preventif * Menghindari penggunaan obat pada ibu hamil yang dapat mengakibatkan ikterus (sulfa, anti malaria, nitro furantoin, aspirin) Penanganan keadaan yang dapat mengakibatkan BBLR. Penanganan infeksi maternal, ketuban pecah dini (Lihat Bab Infeksi Maternal) Penanganan asfiksia, trauma persalinan. Pemenuhan kebutuhan nutrisi rumatan dengan minum ASI dini dan ekslusif DIAGNOSTIK Anamnesis + Riwayat ikterus pada anak sebelumnya ‘+ Riwayat penyakit anemi dengan pembesaran hati, limpa atau pengangkatan limpa dalam keluarga. Riwayat penggunaan obat selama ibu hamil Riwayat infeksi maternal, ketuban pecah dini 514 Buku Acuan + Riwayat trauma persalinan, asfiksia, ‘+ Riwayat infeksi maternal, ketuban pecah dini Pemeriksaan + Pemeriksaan klinis ikterus dapat dilakukan pada bayi baru lahir asal dengan menggunakan pencahayaan yang memadai. Ikterus akan terlihat lebih berat bila dilihat dengan sinar lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan yang kurang, Tekan kulit dengan ringan memakai Jari tangan untuk memastikan wama kulit dan jaringan subkutan: - Hari 1 tekan pada ujung hidung atau dahi; ~ Hari 2 tekan pada lengan atau tungkai; + Hari 3. dan seterusnya, tekan pada tangan dan kaki. * Ikterus muncul pertama di daerah wajah, menjalar ke arah kaudal tubuh, dan ekstiemitas. Pemeriksaan penunjang kadar bilirubin serum total saat tanda Klinis ikterus pertama ditemukan sangat berguna untuk data dasar mengamati penjalaran ikterus ke arah kaudal tubuh, * Tentukan tingkat keparahan ikterus secara kasar dengan melihat pewarnaan kuning pada tubuh metode Kremer. Pemeriksaan kadar bilirubin Tabel 5.9 Pembagian ikterus menurut metode Kremer Derajat Daerah Ikterus Perkiraan Ikterus kadar bilirubin T | Daerah kepala dan leher 5.0 mg% 1 | Sampai badan atas 9.0 mg% UT | Sampai badan bawah hingga | _ai.4 mg tungkai TV} Sampai dacrah lengan, kaki 124 mg% bawah, lutut | V___ | Sampai daerah telapak tangan | 16.0 mg% dan kaki Tabel 5.10 Perkiraan Klinis derajat ikterus Usia Ikterus terlihat pada Kiasifikasi__| Hari 1 Setiap ikterus yang terlihat® Hari 2 Lengan dan tungkai Hari3dan—— Tangan dan kaki seterusn} Ikterus berat * Bila ikterus terlihat di bagian mana saja dari tubuh bayi pada hari 1, menunjukkan kondisi bayi sangat serius. Lakukan terapi sinar sesegera mungkin, jangan menunda terapi sinar dengan menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum. * Bila ikterus terlihat pada lengan dan tungkai sampai ke tangan dan kaki pada hari 2, menunjukkan kondisi bayi sangat serius. Lakukan terapi sinar sesegera mungkin, jangan ‘menunda terapi sinar dengan menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum Pelatinan Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal Dasar 518 + Pemeriksaan tanda Klinis lain seperti gangguan minum, keadaan umum, apnea, suhu yang labil, sangat membantu menegakkan diagnosis penyakit utama disamping keadaan hiperbilirubinemianya, ‘* Tindak lanjut pada neonatus yang menderita hiperbilirubinemia harus dilakukan setelah bayi dipulangkan terutama pada 7 hari pertama pasca kelahiran. * Bila ikterus menetap sampai minggu ke 2 pasca kelahiran, dianjurkan untuk pemeriksaan kadar billirubin serum total dan direk, serta kadar bilirubin dalam urin. Pemeriksaan penunjang Untuk Puskesmas fasilitas penunjang biasanya jarang tersedia, schingga pemeriksaan atau penajaman klinis sangat diutamakan Bila tersedia fasilitas, maka dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut © Pemeriksaan golongan darah ibu pada saat kehamilan dan bayi pada saat kelahiran. * Bila ibu memiliki golongan darah O dianjurkan untuk menyimpan darah tali pusat pada setiap persalinan untuk pemeriksaan lanjutan yang dibutubkan. * Kadar bilirubin serum total diperlukan bila ditemukan ikterus pada 24 jam pertama kelahiran. Tabel 5.11 Diagnosis banding ikterus Pemeriksaan penunjang atau ; Anamnesis Pemeriksaan | diagnosis lain yang a sudah diketahui pee *Timbul saat lahir | Sangat Ikterus Hb <13 gidl, Ht< —/ Tkterus sampai dengan | Sangat pucat 39% hemolitilk akibat hari ke 2 Bilirubin >8 mg/dl | inkompatibilitas * Riwayat ikterus pada harike I atau | dara pada bayi Kadar Bilirubin > sebelumnya 13mg/dl pada hari ke = Riwayat penyakit 2 ikterus/ kadar keluarga : ikterus, bilirubin cepat anemi, Bila ada fasilitas: pembesaran hati, Coombs tes positif| pengangkatan Defisiensi GOPD limpa.defisiensi Inkompatibilitas gol. G6 PD Darah ABO atau Rh i = Timbul saat lahir | Sangat Ikterus Tekositosis, Ikterus diduga sampai dengan | Tanda tersangka | leukopen karena infeksi hari ke 2 atau lebih | infeksi/sepsis trombositopenia berat/ sepsis = Riwayat infeksi | (malas minum, (tangani dugaan ‘maternal kkurang aktif, tangis infeksi berat dan Jemah, subu tubuh foto terapi bila abnormal diperlukan) = Timbui pada hari I | Ikterus : Tkterus akibat * Riwayat ibu hamil obat pengguna obat = Ikterus hebat Sangat ikterus Bila ada fasilitas; | Ensefalopati 546 Buku Acuan timbul pada hari | Kejang Hasil_tes Coombs | bilirubin (Kern- ke2 Postur abnormal, | positif ikterus) (obati = Ensefalopati letargi kejang dan tangani timbul pada hari Ensefalopati ke3-7 bilirubin) * Ikterus hebat yang tidak atau terlambat diobati ‘ Tkterus menetap | Ikierus Faktor pendukung: | Ikterus setelah usia 2 berlangsung>2 | Urin gelap, _feses | berkepanjangan minggu minggu pada bayi | pucat. (Prolonged cukup bulan dan > | Peningkaten bilirubin | ikterus) 3 minggu pada bayi | direk kurang bulan = Timbul hari ke2 | Bayi tampak sehat Tkterus pada bayi atau lebih, prematur * Bayi berat lahir rendah z MANAJEMEN + Ikterus fisiologis tidak memerlukan penanganan khusus dan dapat rawat jalan dengan nasehat untuk Kembali jika ikterus berlangsung lebih dari 2 minggu. + Jika bayi dapat menghisap, anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan ASI eksklusif lebih sering minimal setiap 2 jam. © Jika bayi tidak dapat menyusui, ASI dapat diberikan melalui pipa nasogastrik atau dengan gelas dan sendok, * Letakkan bayi ditempat yang cukup mendapat sinar mata hari pagi selama 30 menit selama 3-4 hari. Jaga agar bayi tetap hangat, Kelola faktor risiko (asfiksia dan infeksi) karena dapat menimbulkan ensefalopati biliaris, Setiap Ikterus yang timbul sebelum 24 jam pasca kelahiran adalah patologis dan membutuhkan pemeriksaan laboratorium lanjut; minimal kadar bilirubin serum total, pemeriksaan kearah adanya penyakit hemolisis. * Pada bayi dengan Ikterus Kremer ll atau lebih perlu dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap setelah keadaan bayi stabil Tabel 5.12 Panduan terapi sinar berdasarkan kadar bilirubin serum (jika fasilitas tersedia) Saat timbul ikterus Bayi cukup bulan sehat Bayi dengan faktor risiko kadar bilirubin, mg/dl; (amol/l) | (kadar bilirubin, mg/dl;umoV/) Hari ke 1 Setiap terlihat ikterus Setiap terlihat ikterus Hari ke 2 15 (260) 13_220) Hari ke 3 18_ 310) 16_(270) Hari ke 4 dst 20_(340) 17_@90) Pelatinan Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal Dasar 57 Faktor risiko : BBLR, penyakit hemolisis karena inkompatibilitas gologan darah, asfiksia atau asidosis, hipoksia, trauma serebral, atau infeksi sistemik Pemulangan dan pemantauan lanjutan, * Nasehati ibunya mengenai pemberian minum dan membawa kembali jika menjadi semakin kuning 518 Buku Acuan MASALAH PEMBERIAN MINUM PRINSIP DASAR ‘+ Masalah minum sering terjadi pada bayi baru lahit, bayi berat lahir rendah, atau pada bayi sakit berat, ‘+ Masalah pemberian minum perlu mendapat perhatian khusus selain untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit juga untuk memenuhi tumbuh kembang bayi, MASALAH PALING SERING TERJADI Bayi yang semula minum baik menjadi malas minum Bayi malas minum sejak lahir Berat bayi tidak naik bu cemas tentang cara pemberian minum, terutama pada bayi kecil, atau bayi kembar TUJUAN UMUM Setelah menyelesaikan bab ini peserta akan mampu menjelaskan masalah pemberian minum, Penyebab dan mampu melaksanakan penanganan atau manajemen masaleh pemberian minum TUJUAN KHUSUS Setelah pelatihan ini, peserta mengetahui dan mampu: + Menjelaskan beberapa masalah pemberian minum * Menjelaskan penyebab, tanda, masalah pemberian minum ‘+ Menjelaskan rencana penanganan masalah pemberian + Melakukan praktek cara pemberian minum ASI yang tepat pada BBLR, bayi kembar. + Mampu melakukan pemasangan pipa lambung dengan baik Langkah Promotif / Preventif| Perawatan antenatal yang meliputi perawatan payu dara, © Mencegah kelahiran BBLR © Penanganan infeksi maternal * Perawatan pasca natal yang baik dan berkualitas DIAGNOSTIK Anamnesis + Riwayat cara pemberian minum bayi ‘+ Riwat terjadinya masalah pembeian minum + Riwayat penimbangan bayi + Riwayat infeksi matemal , ketuban pecah dini Pemeriksaan fisik Pada Tabel 5.13 di bawah ini dapat dilihat dan dipikirkan Diagnosis Banding Bayi dengan Masalah Minum Pelatihan Pelayanan Kegawatderuratan Obstetri Neonatal Daser 549 Tabel 5.13 Diagnosis Banding Masalah minum Timbul sejak lahir minggu Anamnesis Pemeriksaan iameeaet Malas atau tidak mau minum | Bayi tampak sakit Curiga Infeksi Sebelumnya minum dengan (sepsis) bail Tanda infeksi : Timbul 6 jam atau lebih Kesulitan bemapas, suhu tubuh | setelah lahir tidak’ stabil, iritabel, kejang, | Riwayat infeksi matemal, | tidak sadar, muntah, Ketuban pecah dini Malas atau tidak mau minum, | Bayi berat lahir = 2500 gram | Bayi keell sebelumnya minum baik atau kehamilan kurang dari 37 Tbu tidak dapat menyusui atau tidak berhasi] menyusui Tbu cemas dan khawatir tidak dapat menyusui Waktu timbul 1 hari atau lebih. Bayi kelihatan sehat ‘Cara pemberian minum salah Kecemasan pada ibu Bayi regurgitasi, beberapa kali tersedak dan batuk setelah minum Timbul pada hari ke 1 atau lebih Celah antara palatum dan mulut atau keluar minum lewat hidung Celah langit-langit Bayi regurgitasi sejak pertama minum Waktu timbul 1 hari Air ketuban bercampur mekonium Pipa lambung dapat masuk Bayi kelihatan sehat Tritasi lambung Bayi batuk, tersedak dan regurgitasi sejak pertama kali Pipa lambung tidak dapat masuk. Keluar air liur atau cairan dari Kelainan Beda minum mulut, walaupun tidak diberi Minum dimuntahkan minum Waktu timbul sejak lahir MANAJEMEN UMUM * Bila bayi bisa minum tanpa batuk, tersedak atau muntah sejak pertama kali minum sesudah lahir, lanjutkan dengan kemungkinan diagnosis lain. + Bila bayi mengalami batuk, tersedak atau muntah sejak pertama kali diberi minum coba pasang pipa lambung, © Bila tidak berhasi! maka kemungkinan adanya kelainan bedah, pasang jalur infus dengan cairan rumatan dan pemberian minum ditunda, Rujuk penderita setelah keadaan stabil © Bila pipa lambung berhasil masuk, cairan lambung dan biarkan meng diagnosis lain 520 pastikan pipa masuk kelambung, lakukan aspirasi sendiri, Kemudian lanjutkan dengan kemungkinan Buku Acuan MANAJEMEN KHUSUS Pada ibu tidak dapatmenyusui atau tidak berhasil menyusui, lakukan manajemen sebagai berikut: Kecemasan pada ibu ‘© Memberikan pengertian dan cara pemberian ASI yang tepat. ‘+ Perhatikan dan catat berat bayi setiap hari ‘© Menjelaskan dan bekerjasama dengan ibu mengenai teknik menyusui selama tiga hari ~ Yakinkan ibu bila cara ibu benar ~ Bila cara belum benar, naschati ibu cara yang sesuai ~ Bila berat bayi meningkat minimal 60 gram datam 3 hari yakinkan ibu bahwa ASI nya cukup. ~ Bila peningkatan berat bayi tidak mencapai minimal 60 gram dalam 3 hari, kelola sebagai persangkaan berat tidak naik dengan adekuat, Persangkaan berat bayi tidak naik dengan adekuat * Kenaikan berat bayi tidak adekuat jika ditemukan kenaikan berat bayi Kurang 60 gram selama 3 hari berturut-turut + Periksa penyebab berat tidak naik sebelumnya © Apakah telah diberi minum sesuai rencana, yakikan bayi telah mendapat minum dan cairan secukupnya. © Apakah suhu lingkungan bayi optimal. © Cari tanda sepsis dan lakukan pengobatan. ‘© Pengobatan infeksi pada mulutjika ditemukan. * Bila tidak ditemukan penyebab pasti, lakukan tindakan meningkatkan jumlah ASI yang diterima oleh bayi dengan cara : © Menaikkan frekuensi minum, menambah lamya waktu menyusui © Berganti payudara setiap mulai menyusui dan pastikan bayi dapat mengosongkan satu payudara sebelum pindah kepayudara yang lain. ‘© Ibucukup minum, gizi dan tidak kelelahan, * Bila kenaikan berat masih Kurang dari 20 gram setiap hari © Hendaknya sesudah menyusui, ibu memeras ASI nya dan berikan pada bayi dengan cara alternatif sebagai tambahan setelah bayi menyusui © Bila tidak dapat memeras ASI, beri bayi 10 ml pengganti ASI (PASI) dengan menggunakan gelas atau sendok, © PASI tidak harus diberikan, kecuali jika yakin : Tersedia selama, mudah diperoieh, dapat digunakan secara aman, serta dapat dipersiapkan secara steril sesuai petunjuk. ‘+ Pemberian PAS! dilanjutkan hingga kenaikan berat bayi minimal 20 gram per hari selama 3 hari berturut-turut, kemudian turunkan PASI sampai 5 ml setiap kali minum selama 2 hari © Bila kenaikan berat badan cukup (> 20 g/hari) selama 2 hari berikutnya, hentikan PAST seluruhnya, © Bila berat badan turun di bawah 20 g/hari, mulai tambahkan kembali PASI sebanyak 10 mi setiap kali minum, dan ulangi kembali proses di atas, © Setelah PASI dihentikan, monitor kenaikan berat badan bayi selama 3 hari berikutnya Jika kenaikan berat badan berlangsung dengan kecepatan yang sama atau lebih baik. bayi dipulangkan ke rumah, Pelatinan Pejayanan Kegawaidaruratan Obstetri Neonatal Dasar 821 Memberi Minum Bayi Keeil Terangkan bahwa ASI nya adalah minuman yang paling baik. © Beri penjelasan bahwa bayi kecil mungkin tidak dapat minum dengan baik pada hari-hari pertama dan hal ini normal karena: © Mudah capai dan menghisap masih lemah © Menghisap dengan singkat kemudian berhenti ©. Tertidur saat sedang minum © Ada waktu jeda yang cukup panjang antara hisapan © Ingin minum lebih sering dibanding bayi yang lebih besar. * Yakinkan ibu bahwa menyusui dengan AST akan lebih mudah bila bayi sudah lebih besar + Hendaknya ibu mengikuti prinsip umum menyusui ASI: © Yakin bahwa bayinya disusui minimal 8 kali 24 jam (siang dan malam) sampai berat 2500 gram. Bila bayi tidak dapat bangun sendiri sewaktu mau minum, hendaknya ibu membangunkannya untuk menyusu. © Bila bayi melepaskan hisapannya dari satu payudara berikan payudara lainnya © Selalu memberi minum ASI sebelum memeras ASI. Bila perlu ibu dapat meningkatkan aliran ASI dengan sedikit memeras sedikit ASI nya sebelum menempelkan bayi ke payudaranya, © Biarkan bayi menyusu untuk waktu yang lebih lama. Ibu harus membiarkan waktu jeda yang cukup panjang antara hisapan atau hisapan yang pelan dan lama. Jangan menghentikan bayi menyusu selama bayi masih berusaha atau ingin tetap menyusu. Jangan memaksakan bila bayi belum mau menyusu, © Anjurkan agar ibu hanya memberi ASI untuk 4-6 bulan pertama, * Bila bayi tidak menghisap dengan baik untuk menerima sejumlah ASI yang cukup, anjurkan ibu untuk memberikan ASI peras dengan menggunakan altematip cara pemberian minum dengan cangkir, sendok atau pipa lambung. * Bila suplai ASI cukup (dilihat bayi minum 6 kali atau lebih dalam 24 jam) tetapi berat bayi tidak naik dengan adckuat (kurang dari 60 gram selama 3 hari), ibu hendaknya memeras ASI dalam dua cangkir yang berbeda. Hendaknya ibu memberikan pertama kali kepada bayinya pertama kali ASI peras dalam cangkir ke dua yang mengandung lebih kaya lemak kemudian baru ASI yang ada di dalam cangkir bila bayi masih memerlukan, Memberi Minum Bayi Kembar © Yakinkan ASI nya cukup untuk kedua bayinya, * Bila bayinya kecil, terangkan kepada ibu bahwa akan memerlukan waktu cukup lama untuk memulai menyusui ASI dengan mantap + Hendaknya ibu mengikuti prinsip umum menyusui, sebagai tambahan ibu harus : © Mulai menyusui salah satu bayinya pada saat payudara sudeh siap untuk dua bayi ‘© Yakin bahwa bayi yang lebih lemah mendapat cukup AS] © Beri ASI peras dengan menggunakan salah satu cara alternatif pemberian minum, sesudah selesai menyusu bila diperlukan ‘© Secara bergantian menggilir payudara setiap kali meny 5.22 ‘Buku Acuan BAB6 ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR BATASAN Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir. PRINSIP DASAR © Asfiksia merupakan penyebab kematian neonatal yang paling tinggi. Menurut SKRT 2001, 27% kematian neonatal diakibatkan oleh Asfiksia dan angka kematian sckitar 41.94% di RS pusat rujukan propinsi. ‘* Asfiksia perinatal dapat terjadi sclama antepartum, intrapartum maupun postpartum Asfiksia selain dapat menyebabkan kematian dapat mengakibatkan kecacatan ‘TUJUAN UMUM Setelah menyelesaikan bab ini peserta akan mampu menjelaskan tentang Asfiksia bayi baru lahir, penyebab dan mampu melaksanakan manajemen asfiksia TUJUAN KHUSUS Setelah pelatihan ini, peserta mengetahui dan mampu © Melakukan langkah —langkah resusitasi dengan benar : © Melakukan penilaian bayi baru lahir Melakukan Langkah awal resusitasi Melakukan Ventilasi Tekanan positip dengan menggunakan balon dan sungkup Melakukan kompresi dada Memberikan obat-obatan yang diperlukan Memasang pipa endotrakheal (bagi dokter ) Mengetahui kapan harus menghentikan resusitasi + Melaksanakan tata laksana pasca resusitasi © Mengetahui dan mampu melakukan rujukan pada kasus asfiksia © 00000 LANGKAH PROMOTIF/PREVENTIF Sebetulnya asfiksia pada BBL, dapat dicegah, maka sebaiknya dilakukan tindakan pencegahan sebagai berikut: © Pemeriksaan selama kehamilan secara teratur yang berkualitas, + Meningkatkan status nutrisi ibu * Manajemen persalinan yang baik dan benar (Persalinan yang bersih dan aman) © Melaksanakan Pelayanan neonatal esensial terutama dengan melakukan resusitasi yang baik dan benar yang sesuai standar. Fisiologi pernapasan bayi baru lahir Oksigen sangat penting untuk Kehidupan sebelum dan sesudah persalinan. Selama di dalam rahim, janin mendapatkan Oksigen dan nutrien dari ibu melalui mekanisme difusi melalui elatihan Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetn Neonatal Dasar 61 plasenta yang berasal dari ibu diberikan kepada darah janin. Sebelum lahir, alveoli para bayi menguncup dan terisi oleh cairan. Paru janin tidak tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan untuk mengeluarkan CO2 (Karbon dioksida) schingga paru tidak perlu diperfusi atau dialiti darah dalam jumlah besar. Setelah lahir, bayi tidak berhubungan dengan plasenta lagi sehingga dan akan segera bergantung, kepada paru sebagai sumber utama oksigen. Oleh karena itu, maka beberapa saat sesudah lehir aru harus segera terisi oksigen dan pembuluih darah paru harus berelaksasi untuk memberikan perfusi pada alveoli dan menyerap oksigen untuk diedarkan ke seluruh tubuh, Reaksi bayi pada masa transisi normal Biasanya BBL akan melakukan usaha untuk menghirup udara ke dalam paru. Hal ini mengakibatkan cairan paru keluar dari alveoli ke jaringan interstitial di paru, sehingga oksigen dapat dihantarkan ke arteri ulmonal dan menyebabkan arteriol berelaksasi Jika keadaan ini terganggu maka arterio! pulmonal akan tetap konstriksi dan pembuluh darah arteri sistemik tidak mendapat oksigen sehingga tidak dapat memberikan perfusi ke oragan organ tubuh yang penting seperti otak, jantung, ginjal dan lain lain. Bila keadaan ini berlangsung lama maka akan ‘menyebabkan kerusakan jaringan otak dan organ lain yang dapat menyebabkan kematian atau kecacatan Patofisiologi Asfiksia adalah keadaan BBL tidak bernafas secara spontan dan teratur. Sering sekali seorang bayi yang mengalami gawat janin sebelum persalinan akan mengalami asfiksia sesudah persalinan, Masalah ini mungkin berkaitan dengan kondisi ibu, masalah pada tali pusat dan plasenta atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan. Perubahan yang terjadi pada saat asfiksia Pernapasan adalah tanda vital pertama yang berhenti ketika BBL kekurangan oksigen. Pac periode awal bayi akan mengalami napas cepat (rapid breathing) yang disebut dengan gasping primer. Setelah periode awal ini akan diikuti dengan keadaan bayi tidak bernapas (apnu) yang disebut apnu primer. Pada saat ini frekuensi jantung mulai menurun, namun tekaran darah masih tetap bertahan. ion a ome Figure 1.6. Prenpey and secondny spree Prsuary, Secandory ‘apne Haan one Gambar 6.1 Apmu primer dan sekunder ez Buku Acuan Bila keadaan ini berlangsung lama dan tidak dilakukan pertolongan pada BBL, maka bayi akan melakukan usaha napas megap-megap yang disebut gasping sekunder dan kemudian masuk ke dalam periode apnu sekunder. Pada saat ini frekuensi jantung semakin menurun dan tekanan darah semakin menurun dan bisa menyebabkan kematian bila bayi tidak segera ditolong Schingga setiap menjumpai kasus dengan apnu, harus dianggap sebagai apnu sekunder dan segera dilakukan resusitasi Penyebab Asfiksia Asfiksia pada BBL dapat disebabkan oleh karena faktor ibu, faktor bayi dan faktor tali pusat atau plasenta Faktor ibu : Keadaan Ibu yang dapat mengakibatkan aliran darah ibu melalui plasenta berku aliran oksigen ke janin berkurang akibatnya akan mengakibatkan Gawat J berlanjut sebagai Asfiksia BBL, antara lain : Preeklampsia dan eklampsia Perdarahan antepartum abnormal ( plasenta previa atau solusio plasenta) Partus Jama atau partus macet Demam sebelum dan selama persalinan Infeksi berat ( malaria, sifilid, TBC, HIV) © Kehamilan lebih bulan ( lebih 42 minggu kehamilan ) Faktor plasenta dan talipusat Keadaan plasenta atau talipusat yang dapat mengakibatkan asfiksia BBL. akibat penurunan aliran darah dan oksigen melalui talipusat bayi Infark plasenta Hematom plasenta Lilitan talipusat Talipusat pendek Simpul talipusat Prolapsus talipusat Faktor bayi Keadaan bayi yang dapat mengalami asfiksia walaupun kadang kadang tanpa didahului tanda gawat janin: + Bayi kurang bulan/prematur ( kurang 37 minggu kehamilan) + Air ketuban bercampur mekonium + Kelainan kongenital yang memberi dampak pada pernapasan bayi ng, sehingga dan akan DIAGNOSTIK Anamnesis : * Gangguan atau kesulitan waktu lahir (lilitan tali pusat, sungsang, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, dll), © Lahir tidak bernafas/menangis. ‘* Air ketuban bercampur mekonium. Polatinan Pelayanen Kegawatderuratan Obstetri Neonatal Dasar 63 Pemeriksaan fisis : Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap. + Denyut jantung < 100X/menit * Kulit sianosis, pucat. * Tonus otot menurun. Untuk diagnosis asfiksia tidak perlu menunggu nilai Skor Apgar MANAJEMEN 1, Resusitasi (Tahapan Resusitasi Lihat Bagan ) © Begitu bayi lahir tidak menangis, maka dilakukan Langkah Awal yang terdiri dari © Hangatkan bayi di bawah pemancar panas atau lampu ‘© Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi ©. Isap lendir dari mulut kemudian hidung © Keringkan bayi sambil merangsang taktil dengan menggosok punggung atau ‘menyentil ujung jari kaki dan mengganti kain yang basah dengan yang kering Remove wet nen Reposition the head nN © Reposisi kepala bayi ©. Nilai bayi : usaha napas , wama kulit dan denyut jantung + Bila bayi tidak bemapas lakukan ventiasi tekanan positip (VTP) dengan memekil balon dan sungkup selama 30 detik dengan kecepatan 40 -60 kali per menit + Nilai bayi: usaha napas, wama kulit dan denyut jantung * Bila belum bernapas dan denyut jantung, 60 x/menit lanjutkan VTP dengan kompresi dada secara terkoordinasi selama 30 detik © Nilai bayi: usaha napas, wama kulit dan denyut jantung © Bila denyut jantung < 60 x/menit, beri epinefrin dan lanjutkan VTP dan kompresi dada © Bila denyut jantung > 60 x/menit kompresi dada dihentikan, VTP dilanjutkan 64 ‘Buku Acuan ‘+ Pemasangan pipa ET bisa dilakukan pada setiap tahapan resusitasi © Selanjutnya lihat Bagan 6.1 2. Terapi medikamentosa: Epinefrin : Indikasi: © Denyut jantug bayi <60x/m setelah paling tidak 30 detik dilakukan ventilasi adekuat dan kompresi dada belum ada respons. + Asistolik, Dosis: 0.1-0.3 ml/kg BB dalam larutan 1:10,000 (0.01 mg-0.03 mg/kg BB) Cara: IV atau endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perl. Cairan pengganti volume darah Indikasi: * Bayi baru lahir yang dilakukan resusitesi mengalami hipovolemia dan tidak ada respon dengan resusitasi. * Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis ditandai adanya Pucat, perfusi buruk, nadi kecil“lemah dan pada resusitasi tidak memberikan respon yang adekuat, Jenis cairan : + Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0.9%, Ringer Laktat) * Transfusi darah gol.O negatif jike diduga kehilangan darah banyak dan bile fasilitas tersedia Dosis: Dosis awal 10 ml/kg BB IV pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai ‘menunjukkan respon klinis, Bikarbonat : Indikasi: + _Asidosis metabolik secara klinis ( napas cepat dan dalam, sianosis) Prasyarat: Bayi telah dilakukan ventilasi dengan cfektip Dosis: 1-2 mEq/kg BB atau 2 m/KgBB (4.2%) atau I ml /kgbb (7.4%) Cara: Diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama banyak diberikan secara intravena dengan kecepatan minimal 2 menit. Efek samping: Pada keadaan hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari bikarbonat merusak fungsi miokardium dan otak. Polatinan Pelayanan Kegawatdaruratan Obstet Neonatal Dasar 65 Bagan 6.1 Tahapan Resusitasi Bayi lair Waktu ‘ ne Air ketuban tanpa Mekoneum ? : Perawatan rutin © Bernapas atau menangis ? 7 - Jaga hangat * Tonus otot baik ? Bersihkan jalan © Wara merah muda? napas © Cukup bulan? Keringkan 4 Ti a dak a Jaga tetap hangat Posisi; bersinkan jalan napas* (bila perlu) Xeringkan, stimula, reposisi Beri Oe (bila perlu) + Napas + Evaluasi napas,frekuensi Pea ; Jantung dan warna Reena a A DJ> 100 Apnea atau DJ < 100 & merah muda 3 Ventilasi 3 + Lakukan ventilasi tekanan positi* Porawatan berkelanjutan Ds> 100 v & merah muda Ds<60 Ds> 60 a + Lakukan ventilasi tekanan positif* i © Kompresi dada 3] Dus 60 py * Pada beberape langkah dipertimbangkan untuk intubasi endotrakheal Beri Epinefrin*® 66 ‘Buku Acuan TINDAKAN SETELAH RESUSITASI Setelah melakukan resusitasi , maka harus dilakukan tindakan : * Pemantauan Pasca Resusitasi Dekontaminasi, mencuci dan mensterilkan alat Membuat Catatan Tindakan Resusitasi Konseling pada Keluarga A. Pemantauan pasca resusitasi + Sering sekali kejadian bahwa setelah dilakukan resusitasi dan berhasil, bayi dianggap sudah baik dan tidak perlu dipantan (dimonitor), pada hal bayi masih mempunyai potensi atau risiko terjadinya hal yang fatal, mis. karena kedinginan, hipoglikemia dan kejang, Untuk itu, pasca resusitasi harus tetap dilakukan pengawasan sebagai berikut + Bayi harus dipantau secara khusus: © Bukan dirawat secara Rawat gabung Pantau tanda vital: napas, jantung, kesadaran dan produksi urin Jaga bayi agar senantiasa hangat (Lihat cara menghangatkan ) Bila tersedia fasilitas, periksa kadar gula darah Perhatian Khusus diberikan pada waktu malam hari ‘+ Berikan imunisasi Hepatitis B pada saat bayi masih dirawat dan Polio pada saat pulang, e000 Kapan harus merujuk + Rujukan yang paling ideal adalah rujukan antepartum untuk ibu risiko tinggi /komplikasi + Bila Puskesmas tidak mempunyai fasilitas lengkap,maka © Lakukan rujukan bila bayi tidak memberi respons terhadap tindakan resusitasi selama 2- 3 menit * Bila Puskesmas mempunyai fasilitas lengkap dan kemampuan melakukan pemasangan E°T dan pemberian obat-obatan serta bayi tidak memberikan respons terhadap tindakan resusitasi, maka segera lakukan rujukan * Bila oleh Karena satu dan lain hal bayi tidak dapat dirujuk, maka dilakukan tindakan yang paling optimal di Puskesmas dan berikan dukungan emosional kepada ibu dan keluarga * Bila sampei dengan 10 menit bayi tidak dapat dirujuk, jelaskan kepada orang tua tentang prognosis bayi yang kurang baik dan pertimbangan manfaat rujukan untuk bayi ini kurang bila terlalu lama tidak segera dirujuk Kapan menghentikan resusitasi Resusitasi dinilai tidak berhasil jika: Bayi tidak bernapas spontan dan tidak terdengar denyut jantung setelah dilakukan resusitasi secara efektif selama 15 menit. B. Dekontaminasi, mencuci dan mensterilkan alat 1, Buanglah kateter penghisap, pipa ET dan ekstraktor lendir sekali pakai (disposable) ke dalam kantong plastik atau tempat yang tidak bocor 2. Untuk kateter, pipa ET dan ekstraktor lendir yang dipakai daur ulang : + Rendam didalam larutan khlorin 0,5 % selama 10 menit untuk dekontaminasi ‘© Cuci dengan air dan deterjen * Gunakan semprit untuk membilas kateter/pipa Polatihan Pelayanen Kegawaldaruratan Obstotri Neonatal Dasar er Lepaskan katup dan sungkup periksa apakeh ada yang robek atau retak 4, Cuci katup dan sungkup dengan air dan deterjen, periksa apakah ada kerusekan, kemudian basublah 5. Pilih salah satu cara sterilisasi atau desinfeksi derajat tinggi : * Sterilisasi dengan autoclaf 120 °C, selama 30 menit bila dibungkus, selama 20 menit, bila tidak dibungkus * Desinfeksi tingkat tinggi (DTT) : ~ Dengan direbus atau dikukus selama 20 menit dari titik didih air atau + Direndam dalam larutan kimia (klorin 0.1% atau glutaraldehid 2% selama 20 menit kemudian dibilas dengan air yang sudah DTT) 6. Cuci tangan dengan sabun dan air, keringkan dengan kain yang bersih dan kering atau keringkan dengan udara 7. Setelah didisinfeksi dengan larutan kimia, basuh seluruh alat dengan air bersih dan biarkan kering dengan udara 8. Pasang kembali balon 9. Periksa untuk meyakinkan bahwa balon telap berfungsi : + Tutup katup yang keluar dengan membuat lekatan dengan telapak tangan dan amati balon akan mengembang lagi bila lekatan dilepas. Ulangi percobaan tersebut dengan ‘memakai sungkup yang sudah dipasang pada balon C. Mencatat tindakan resusitasi Catat hal hal di bawah ini dengan rinci © Kondisi bayi saat lahir + Tindakan yang diperlukan untuk memulai pernapasan ( Tahapan resusitasi yang telah dilakukan ) Waktu antara lahir dengan memulai pernapasan Pengamatan secara Klinis selama dan sesudah tindakan resusitasi Hasil tindakan resusitasi Bila tindakan resusitasi gagal, apa kemungkinan penyebab kegagalan ‘Nama nama tenaga kesehatan yang menangani tindakan oo . Konseling pada keluarga : Bila resusitasi berhasil dan bayi dirawat secara rawat gabung , lakukan Konseling Pemberian ASI dinj dan eksklusif dan Asuhan Bayi Normal lain nya (Perawatan Neonatal Esensial) * Bila bayi memerlukan perawatan stau pemantauan khusus, konseling keluarga tentang Pemberian ASI dini dan jelaskan tentang keadaan bayi * Bila bayi sudah tidak memerlukan perawatan lagi di Puskesmas , nasehati ibu dan keluarga untuk Kunjungan tlang untuk pemantauan tumbuh kembang bayi selanjutnya * Bila resusitasi tidak berhasil atau bayi meninggal dunia, berikan dukungan emosional kepada keluarga ee Buku Acvan PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG Bila bayi mampu bertahan hidup setelah dilakukan resusitasi, perlu pemantauan setelah pulang dari perawatan sebagai berikut Lakukan kunjungan neonatal minimal sebelum bayi berumur 7 hari, © Apakah pernah timbul kejang selama di rumah, + Apakah pemah timbul gangguan napes: sesak napas, retraksi, apneu. * Apakah bayi minum ASI dengan baik ( dapat menghisap dan menetek dengan baik) * Apakah dijumpai tanda atau gejala gangeuan pertumbuhan dan perkembangan pada Kunjungan berikutnya (Lihat Buku Panduan Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang) Pemantauan teratur sangat diperlukan dan bila dapat didetcksi secara dini kelainan atau komplikasi pasca resusitasi, maka harus segera di rujuk ke Rumah Sakit Rujukan Pelatinan Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal Dasar 6 BAB7 GANGGUAN NAPAS PADA BAYI BARU LAHIR BATASAN Gangguan napas pada bayi baru Iahir ( BBL) adalah keadaan bayi yang sebelum nya normal atau bayi dengan asfiksia yang sudah dilakukan resusitasi dan berhasil, tetapi beberapa saat kemudian mengalami gangguan napas , biasanya mengalami masalah sebagai berikut : + Frekuensi napas bayi lebih 60 kali/menit, mungkin menunjukkan satu atau lebih tanda tambahan gangguan napas. Frekuensi napas bayi kurang 30 kali/menit, Bayi dengan sianosis sentral (biru pada lidah dan bibit), Bayi apnea (napas berhenti lebih 20 detik). PRINSIP DASAR ‘* Gangguan Napas merupakan salah satu Kegawatan Perinatal yang dapat memberi dampak buruk bagi BBL yaitu kematian atau bila dapat bertahan hidup dengan gejala sisa atau sekuele * Bila terjadi apnea, ini merupakan salah satu Tanda Bahaya atau "Danger Sign” yang harus segera ditangani di manapun BBL tersebut berada * Gangguan napas dapat diakibatkan oleh banyak faktor penyebab, namun penanganan awal kegawatannya yang merupakan hal yang sangat penting TUJUAN UMUM Setelah mempelajari bab ini dan mengikuti pelatihan ini, diharapkan peserta mengetahui dan mampu : + Menjelaskan tentang Gangguan napas dan faktor penyebab gangguan napas + Melaksanakan manajemen gangguan napas ringan dan sedang pada bayi BBL. TUJUAN KHUSUS Setelah mengikuti pelatihan ini, maka diharapkan peserta : + Mengetahui dan mampu menjelaskan tentang Penyebab gangguan napas * Mampu melaksanakan manajemen Gangguan napas ringan dan sedang pada BBL, dengan cara: © Menjaga patensi jalan napas © Memberikan terapi Oksigen © Melakukan resusitasi bila diperlukan PENYEBAB GANGGUAN NAPAS Kelainan paru: Pnemonia Kelainan jantung: Penyakit Jantung Bawean , Disfungsi miokardium Kelainan Susunan Syaraf Pusat akibat: Asfiksia, Perdarahan otak Kelainan metabolik: Hipoglikemia, Asidosis metabolik Pelatinan Pelayanan Obstetri Neonatal EmergensiDesar a * Kelainan Bedah: Pneumotoraks, Fistel Trakheoesofageal, Hemia diaftagmatika + Kelainan lain: Sindrom Aspirasi Mekonium, Transient tachypnea of the Newborn Penyakit Membra Hialin, Bila menurut masa gestasi, penyebab gangguan napas adalah sebagai berikut : Pada Bayi Kurang Bulan ; ©. Penyakit Membran Hialin © Pneumonia © Asfiksia © Kelainan atau Malformasi Kongenital Pada Bayi Cukup Bulan : © Sindrom Aspirasi Mekonium © Pneumonia © Transient Tachypnea of the Newborn © Asidosis ©. Kelainan atau Malformasi Kongenital DIAGNOSTIK Diagnosis ditegakkan berdasarkan atas : anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, Anamnesis : Waktu timbulnya Gangguan Napas Usia Kehamitan Pengobatan steroid antenatal Faktor predisposisi: KPD (Ketuban Pecah Dini), Demam pada ibu sebelum persalinan Riwayat Asfiksia dan Persalinan dengan tindakan Riwayat aspirasi Pemeriksaan Fisik Gambaran Klinis Gangguan napas Gangguan napas merupakan sindrom klinis yang terdiri dari kumpulan gejala sebagai berikut: © Frekuensi napas bayi lebih 60 kali/menit atau frekuensi napes bayi kurang 30 kali/menit dan mungkin menunjukkan satu atau lebih tanda tambahan gangguan napas sebagai berikut ; © Bayi dengan sianosis sentral (biru pada lidah dan bibit), © Tarikan dinding dada © Merintih : © Bayi apnea (napas berhenti lebih 20 detik) Secara klinis Gangguan napas dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu © Gangguan napas berat * Gangguan napas sedang © Gangguan napas ringan 72 Buku Acuen Tabel 7.1 Klasifikasi gangguan napas Frekuensi Gejala tambahan gangguan napas Klasifikast napas > 60 DENGAN Sianosis sentral DAN tarikan dinding Gangguan kali/menit dada atau merintih saat ekspirasi, napas berat ATAU>90 DENGAN _ Sianosis sentral ATAU tarikan dinding kali/ menit dada ATAU merintih saat ekspirasi. ATAU<30 DENGAN Gejala lain dari gangguan napas. kali/ menit atau TANPA, 60-90 DENGAN Tarikan dinding dada ATAU merintih Gangguan kali/menit saat ekspirasi napas sedang tetapi TANPA _ Sianosis sentral ATAU > 90 TANPA —Tarikan dinding dada atau merintih saat kali/ menit ekspirasi atau sianosis sentra. 60-90 TANPA Tarikan dinding dada atau merintih saat Gangguan kali/menit ekspirasi atau sianosis sentral. napas ringan 60-90 DENGAN _ Sianosis sentral Kelainan kali/menit jantung tetapi_ Tarkan dinding dada atau merintih. —_kongenital TANPA. Pemeriksaan penunjang * Untuk Puskesmas biasanya sangat jarang tersedia fasilitas pemeriksaan penunjang, maka penajaman pengamatan atau pemeriksaan klini sangat diutamakan + Pemeriksaan laboratorium darah rutin dan preparat darah apus untuk mendiagnosis kemungkinan adanya infeksi atau sepsis neonatal MANAJEMEN UMUM ‘+ Pasang jalur infus intravena , sesuai dengan kondisi bayi, yang paling sering dan bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infuse Dekstrosa 5 % © Pantau selalu tanda vital © Jaga patensi jalan napas © Berikan Oksigen (2-3 liter/menit dengan kateter nasal ) + Jika bayi mengalami apnea: © Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan © Lakukan penilaian lanjut * Bila terjadi kejang potong kejang + Segera periksa kadar glukosa darah ( bila fasilitas tersedia ) © Pemberian nutrisi adekuat Pelatihan Pelayanan Obstet Neonatal EmergensiDasar 73 Setelah manajemen umum, segera dilakukan manajemen lanjut sesuai dengan kemungkinan penyebab dan jenis atau derajat Gangguan napas. Sesuai dengan fasilitas yang ada, yang dapat dikelola di Puskesmas adalah Gangguan Napas Ringan dan Gangguan Napas Sedang (sesuai kasus), sedangkan Gangguan Napas Berat, dan Kelainan jantung kongenital harus segera di rujuk ke Rumah Sakit Rujukan MANAJEMEN SPESIFIK ataa MANAJEMEN LANJUT GANGGUAN NAPAS RINGAN Beberapa bayi cukup bulan yang mengalami gangguan napas ringan pada waktu lahir tanpa gejala-gejala lain disebut Transient Tachypnea of the Newborn (TTN), terutama terjadi setelah bedah sesar. Biasanya kondisi tersebut akan membaik dan sembuh sendii tanpa pengobatan. Meskipun demikian, pada beberapa kasus, gangguan napas ringan merupakan tanda awal dari infeksi sistemik. + Amati pernapasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya * Bila dalam pengamatan gangguan napas memburuk atau timbul gejala sepsis lainnya, terapi untuk Kemungkinan besar sepsis dan tangani gangguan napas sedang dan segera dirujuk ke Rumah Sakit Rujukan * Berikanikan ASI bila bayi mampu mengisap. Bila tidak, berikan ASI peras dengan ‘menggunakan salah satu cara alternatif pemberian minum. + Kurangi pemberian O, secara bertahap bila ada perbaikan gangguan napas. Hentikan pemberian O, jika frekuensi napas antara 30-60 kali/menit. Amati bayi selama 24 jam berikutnya, jika frekuensi napas menetap antara 30-60 kali/menit, tidak ada tanda-tanda sepsis, dan tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan, bayi dapat dipulangkan GANGGUAN NAPAS SEDANG * Lanjutkan pemberian O2 2-3 liter/menit dengan kateter nasal, bila masih sesak dapat diberikan 2 4-5 liter/menit dengan sungkup * Bayi jangan diberikan minum. © Jika ada tanda berikut, berikan antibiotika (ampisilin dan gentami Kemungkinan besar sepsis: © Suhu aksiler <34 °C atau > 39°C; ©. Air ketuban bercampur mekonium; o Riwayat infeksi intrauterin, demam curiga infeksi berat atau ketuban pecah dini (> 18 jam). © Bila suhu aksiler 34 - 36.5 °C atau 37.5 ~ 39 °C tangani untuk masalah suhu abnormal dan nilai ulang setelah 2 jam: © Bila suhu masih belum stabil atau gangguan napas belum ada perbaikan, berikan antibiotika untuk terapi Kemungkinan besar sepsis, untuk terapi To Buku Acuan © Jika suhu normal, teruskan amati bayi. Apabila suhu Kembali abnormal, ulangi tahapan tersebut diatas, * Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam. ‘+ Apabila bayi tidak menunjukkan perbaikan atau tanda-tanda perburukan setelah 2 jam, terapi untuk Kemungkinan besat sepsis dan segera rujuk ke Rumah Sakit Rujukan * Bila beyi mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan (frekuensi napas menurun tidak kurang dari 30 kali/menit, tarikan dinding dada berkurang atau suara merintih berkurang) disertai perbaikan tanda klinis: Kurangi terapi O2 secara bertahap. Pasang pipa lambung, berikan ASI peras setiap 2 jam. Jika tidak dapat menyusu, berikan ASI peras dengan memakai salah satu cara altematif pemberian minum, * Amati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotik dihentikan. Bila bayi kembali tampak kemerahan tanpa pemberian O2 selama 3 hari, minum baik dan tak ada alasan bayi tetap tinggal di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan. GANGGUAN NAPAS BERAT + Gangguan napas berat harus segera dirujuk ke RS Rujukan + Lakukan persiapan rujukan © Konseling orang tua dan minta persetujuan nya © Rujukan harus mempunyai nilai prognostik yang lebih baik + Penanganan awal sama dengan Gangguan Sedang kemudian diryjuk Pelatinan Pelayanan Obstet Neonatal EmergensiDasar 75 BABS KEJANG PADA BAYI BARU LAHIR. BATASAN * Kejang adalah perubahan secara tiba-tiba fungsi neurologi baik fungsi motorik maupun fungsi otonomik karena kelebihan pancaran listrik pada otak PRINSIP DASAR * Kejang merupakan keadaan emergensi atau tanda bahaya yang sering terjadi pada neonatus,karena kejang yang berkepanjangan dapat mengakibatkan hipoksia otak yang cukup berbahaya bagi ke langsungan hidup bayi atau dapat mengakibatkan gejata sisa di kemudian hari. Termasuk dalam kelompok gejala ini adalah spasme dan tidak sadar atau gangguan kesadaran. Keadaan ini dapat diakibatkan oleh asfiksia neonatorum, hipoglikemia atau merupakan tanda meningitis atau masalah susunan saraf. * Kejang merupakan satu tanda atau gejala yang dapat dijumpai pada satu atau lebih ‘masalah pada BBL * Apapun penyebabnya, kejang sebagai salah satu Tanda Bahaya atau “Danger sign” pada neonatus harus segera dikelola dengan baik ‘+ Sebetulnya timbulnya kejang dapat diantisipasi dengan melakukan tindakan promotip atau preventip + Secara Klinis kejang pada bayi diklasifikasikan klonik,tonik, mioklonik, subtle” TUJUAN UMUM * Setelah menyelesaikan bab ini, peserta akan mampu menjelaskan tentang penyebab kejang, dampak kejang pada bayi baru lahir serta manajemen kejang dengan baik TUJUAN KHUSUS ‘Untuk mencapai tujuan umum, peserta akan memiliki kemampuan untuk: + Menjelaskan beberapa penyebab kejang pada neonatus + Menjelaskan rencana terapi kejang pada Neonatus * Melakukan praktek menjaga patensi jalan napas dan pemberian oksigen untuk mencegah hipoksia otak yang berlanjut * Melakukan cara memotong kejang dengan baik + Pasang jalur IV dan beri cairan IV dengan dosis rumat serta tunjangan nuttisi adekuat MASALAH Kejang pada bayi baru lahir apapun penyebabnya dapat menimbulkan cacat pada syaraf dan atau kemunduran mental dikemudian hari Langkah promotip atau preventip: © Mencegah persalinan prematur + Melakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman Pelatinan Peleyanan Obstetri Neonatal EmergensiDasar Bt Mencegah asfiksia neonatorum Melakukan resusitasi dengan benar Melakukan tindakan pencegahan Infeksi Mengendalikan kadar glukosa darah ibu, Antisipasi setiap faktor Kondisi (faktor predisposisi) dan masalah dalam proses persalinan yang dapat berlanjut menjadi penyulivkomplikasi dalam masa nifas, Berikan pengobatan yang rasional dan efekt bagi ibu yang mengalami infeksi nifas Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang dikenali pada saat kehamilan ataupun persalinan, Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui. Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera. : + Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari ibu yang mengalami infeksi pada saat persalinan. + Berikan hidrasi oral/IV secukupnya. DIAGNOSTIK Anamnesis : + Riwayat persalinan: bayi lahir prematur, lahir dengan tindakan, penolong persalinan, asfiksia neonatorum. ‘Riwayat imunisasi tetanus ibu, penolong persalinan bukan tenaga kesehatan. Riwayat perawatan tali pusat dengan obat tradisional. Riwayat kejang, pemurunan kesadaran, ada gerakan abnormal pada mata, mulut, lidah dan ekstrimitas Riwayat spasme atau kekakuan pada ekstremitas, otot mulut dan perut. Kejang dipicu oleh kebisingan atau prosedur atau tindakan pengobatan, Riwayat bayi malas minum sesudah dapat mium normal. Adanya faktor risiko infeksi. Riwayat ibu mendapat obat mis. heroin, metadon, propoxypen, sekobarbital, alkohol. Riwayat perubahan warna kulit (kuning) Saat timbulnya dan lama terjadinya kejang. Pemeriksaan fisik Kejang: * Gerakan abnormal pada wajah, mata, mulut, lidah dan ekstrimitas + Ekstensi atau fleksi tonik ekstremitas, gerakan seperti mengayuh sepeda, mata berkedip, berputar, juling, + Tangisan melingking dengan nada tinggi, sukar berhenti. Perubahan status kesadaran, apnea, ikterus, ubun-ubun besar membonjol, suhu tubuh tidak normal. Spasme: + Bayi tetap sadar, menangis kesakitan + Trismus, kekakuan otot mulut, rahang kaku, mulut tidak dapat dibuka, bibir mencucu. 2 Buku Acuan * Opistotonus, kekakuan pada ekstremitas, perut, kontraksi otot tidak terkendali. Dipicu oleh kebisingan, cahaya, atau prosedur diagnostik. * Infeksi tali pusat. DIAGNOSIS BANDING Untuk membuat diagnosis banding dan mengetahui Manajemen Spesifik dapat dilihat Tabel 8.1 di bawah ini Tabel 8.1 Diagnosis banding kejang, spasme dan tidak sadar Temuan Pemeriksaan penunjang / natn Pemerianan agnosis Inn Kemungkinan L diketahui = Timbul saat lahir ~*~ Kejang, tremor, letargi Kadar glukose Hipoglikemia sampai dengan atau tidak sadar darah kurang hari ke 3 * Bayi kecil (berat lahir dari 45 mg/dL. = Riwayat ibu < 2500 g atau umur (2.6 mmol/L) Diabetes kehamilan < 37 minggu) ™ Bayi sangat besar (berat lahir > 4000 g) * Thu tidak = Spasme Infeksi tali pusat_ Tetanus diimunisasi tetanus i neonatorum toksoid, = Malas minum sesudah minum normal sebelumnya * Timbul pada hari ke 3 sampai 14 "= Lahir di rumah dengan lingkungan kurang higienis * Pengolesan bahan_ tidak steril pada tali pusat *Timbul pada hari * Kejang atau tidak sadar Sepsis Curiga ke 2 atau lebih = Ubun-ubun besar meningitis membonjol (tangani " Letargi meningitis dan obati kejang) Pelatihan Pelayanan Obstet Noonatal EmergensiDasar 83 Temuan Pemi n penunjang / 7 : diagnosis lain. Kemungkinan Anamnesis Pemeriksaan, cmpaidak diagnosis diketahui = Riwayat resusitasi © Kejang atau tidak sadar Asfiksia pada saat lahir atau * Layuh atau letargi neonatorum — | bayi tidak = Gangguan napas dan/atau bernapas minimal © Suhu tidak normal Trauma (obati satu menit sesudah * Mengantuk atau kejang, dan lahir aktivitas menurun tangani asfiksia "Timbul pada hari * Iritabel atau rewel neonatorum) ke 1 sampai ke 4 * Persalinan dengan penyulit (misal partus lama atau gawat janin) *Timbul padahari = Kejang atau tidak sadar Perdarahan | ke | sampai 7 * Bayi kecil (berat lahir < intraventrikul | = Kondisi bayi 2500 g atau umur ar (Nilai dan mendadak kehamilan < 37 tangani ‘memburuk minggu) perdarahan dan | " Mendadak pucat * Gangguan napas berat juga asfiksia | = Belum mendapat neonatorum) injeksi Vit. K 1 | ‘ikterus hebat * Kejang Hlasil tes Coombs Ensefalopati | timbul pada hari Opistotonus positif bilirubin ke2 (Kern-ikterus) "Ensefalopati timbul (obati kejang pada hari ke 3 - 7 dan tangani ‘ Ikterus hebat yang Ensefalopati tidak atau bilirubin) terlambat diobati MANAJEMEN UMUM ‘Bebaskan jalan napas dan Oksigenasi Medikamentosa untuk memotong kejang ‘Memasang jalur infus intravena Pengobatan sesuai dengan penyebab Medikamentosa 1, Fenobarbital 20 mg/kg berat badan intra vena dalam waktu 5 menit, jika kejang tidak derhenti dapat diulang dengan dosis 10 mg/kg berat badan sebanyak 2 kali dengan 84 Buku Acuan selang waktu 30 menit. Jika tidak tersedia jalur intravena, dan atau tidak tersedia sediaan obat intravena, maka dapat diberikan intramuskuler 2. Bila kejang berlanjut diberikan fenitoin 20 mg/kg berat badan intravena dalam larutan garam fisiologis dengan kecepatan Img/kgberat badan / menit. Pengobatan rumatan 1. Fenobarbital 3-5 mg/ kg BB /hari, dosis tunggal atau terbagi tiap 12 jam secara intravena atau per oral, sampai bebas kejang 7 hari, 2. Fenitoin 4-8 mg/kg/ hati intraveng atau per oral. dosis terbagi dua atau tiga Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang ditujukan untuk mencari penyebab kejang * Laboratorium Darah Rutin dan pengecatan Gram , kadar Glukosa darah dengan dekstrostik, Pada kecurigaan infeksi (meningitis) Pemeriksaan darah ditemukan adanya lekositosis (>h 25.000/ mm3) atau lekopenia (< 5000/mm3) dan trombositopenia (< 150.000/mm:3) Gangguan metabolik Hipoglikemi (glukosa darah < 45 mg/gl, Diduga/ ada riwayat jejas pada kepala Pemeriksaan berkala hemoglobin dan hematokrit untuk memantau perdarahan intraventrikuler serta didapat perdarahan pada cairan serebrospinal. Pemeriksaan kadar bilirubin total/ direk dan indirek meningkat, pemeriksaan kadar bilirubin bebas (bila tersedia) MANAJEMEN SPESIFIK atau MANAJEMEN LANJUT 1, Meningitis Antibiotik awal diberikan Ampisilin dan Gentamisin, bila organisme tidak dapat ditemukan dan bayi tetap menunjukkan tanda infeksi sesudah 48 jam, ganti Ampisilin dan beri Sefotaksim disamping tetap beri Gentamisin. Antibiotika diberikan sampai 14 hari setelah ada perbaikan (table 8,2) Tabel 8.2 Dosis antibiotik Ampisilin 1V “100 mg/kg setiap 12jam [100 mgikg setiap Sjam Sefotaksim Vv ‘SO mg/kg setiap 12 jam [50 mg/kg setiap 6 jam Gentamisin[__IV,IM <2 kg Amghkg sekali schari 3.Smglkg sekali sehari 22kg Smglkg sekali sehari 3.Smglkg sekali sehari 2. Gangguan metabolik Diagnosis kejang yang discbabkan oleh karena gangguan metabolisme sangat sulit ditegakkan Karena terbatasnya fasilitas dan kemampuan pemeriksaan penunjang di Puskesmas, Karena tidak ada gejala klinis yang Khas untuk beberapa kejang Pelatihan Pelayanan Opstetri Neonatal EmergensiDasar as metabolik, mis. hiponatremia, hipernatremia dan hipomagnesimia, Untuk itu manajemen umum diperlukan untuk kejang metabolik ini, dan segera dirujuk Bila tersedia fasilitas pemeriksaan kadar glukosa darah, lakukan manajemen hipoglikemia (Lihat manajemen Hipoglikemia) Dugaan diagnosis kejang disebabkan oleh hipokalsemia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan klinis berupa karpopedal spasme dan riwayat hipoksia atau asfiksia, Untuk kasus ini diberi: © Kalsium glukonas 10%, 1-2 ml/kg berat badan dengan aquadest sama banyak secara intravena dalam 5 menit. Dapat diulang setelah 10 menitjika tidak ada respon Klinis. 3. Kern ikterus: (libat hiper bilirubinemia) 4. Hipoksia: optimalisasi ventilasi dan terapi oksigen 5. Spasme/ tetanus ‘* Beri Diazepam 10mg/kg/hari dengan drip selama 24 jam atau bolus IV tiap 3 jam, maksimum 40 mg/ ky/hari Bila frekuensi napas kurang 30 kali per menit, hentikan pemberian obat meskipun bayi masih mengalami spasme. ‘+ Bila tali pusat merah dan membengkak, mengeluarkan pus atau berbau busuk, obati untuk infeksi tali pusat, Beri bayi: © Human Tetanus immunoglobin 500 U IM, bila tersedia, atau beri padanannya, antitoksin tetanus 5,000 IU IM.toksoid tetanus IM pada tempat yg berbeda dg tempat pemberian antitoksin © Benzyl Penicillin G 100,000 [U/kg BB IV atau IM dua kali sehari selama tujuh hari * Anjurkan ibunya untuk mendapet toksoid tetanus 0.5 ml (untuk melindunginya dan bayi yg dikandung berikutnya) dan kembali bulan depan untuk pemberian dosis ke dua. * Pada kasus perdarah subdural, trauma SSP dan hidrosefalus diperlukan tindakan bedah, dapat dirujuk. Terapi Suportif ‘+ Menjaga patensi jalan napas dan pemberian oksigen untuk mencegah hipoksia otak yang berlanjut. * Pasang jalur IV dan beri cairan IV dengan dosis rumat serta tunjangan nutrisi adekuat * Mengurangi rangsang suara, cahaya maupun tindakan invasif untuk menghindari bangkitan kejang pada penderita tetanus, pasang pipa nasogastrik dan beri ASI peras diantara spasme. Mulai dengan jumlah setengah kebutuhan perhari dan pelan-pelan inaikkan jumlah ASI yang diberikan sehingga tercapai jumlah yang diperlukan Rujukan Bila bayi sudah dilakukan manajemen umum dan sudah dilakukan manajemen spesifik tetapi bayi masih, segera diryjuk 86 Buku Acuan BABY INFEKSI NEONATAL BATASAN Infeksi Neonatal merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi selama satu bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur dan protozoa dapat menyebabkan sepsis pada neonatus, PRINSIP DASAR * Tanda awal sepsis pada bayi baru lahir tidak spesifik, sehingga skrining sepsis dan pengelolaan tethadap faktor risiko perlu dilaukan, * Mekanisme daya tahan tubuh neonatus masih imatur schingga memudahkan invasi mikroorganisme, sehingga infeksi mudah menjadi berat dan dapat menimbulkan kematian dalam waktu beberapa jam atau beberapa hari bila tidak mendapat pengobatan yang tepat. © Infeksi pada bayi baru lahir dapat terjadi in utero (antenatal), pada waktu persalinan (ntranatal), atau setelah lahir dan selama periode neonatal (pasea natal) + Penyebaran transplasenta merupakan jalan tersering masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh janin. Infeksi yang didapat saat persalinan terjadi akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi atau dari cairan vagina, tinja, urin ibu, Semua infeksi yang terjadi setelah lahir disebabkan oleh pengaruh lingkungan, + Faktor risiko terjadinya sepsis neonatorum: © Ibu demam sebelum dan selama persalinan 0 Ketuban Pecah Dini © Persalinan dengan tindakan © Timbul asfiksia pada saat lahir o BBLR + Terapi awal pada neonatus yang mengalami infeksi harus segera dilakukan tanpa ‘menunggu hasil kultur MASALAH PALING SERING TERJADI + Angka kematian sepsis neonatorum cukup tinggi (13-50% ) * Masalah yang sering timbul sebagai komplikasi sepsis neonatorum: Meningitis, kejang, hipotermia, hiperbilirubinemia, gangguan nafas dan gangguan minum TUJUAN UMUM Setelah menyelesaikan bab ini, peserta akan mampu : © Menjelaskan tentang faktor risiko, penyebab dan komplikasi_infeksi neonatal * Melakukan manajeman infeksi neonatal sesuai dengan fasilitas yang tersedia TUJUAN KHUSUS Setelah pelatihan ini, peserta mengetahui dan mampu : ‘+ Mengindentifikasi tanda, gejala dan diagnosis serta manajemen infeksi neonatal Polatihan Pelayanan Obstetri Neonatal EmergensiDasar ot * Mengindentifikasi tanda, gejala, diagnosis serta manajemen Komplikasi infeksi neonatal * Mengetahui dan melaksanaken langkah promotif dan preventif untuk infeksi nednatal Langkah promotif / preventif * Mencegah dan mengobati ibu demam dengan kecurigaan infeksi berat atau infeksi intrauterin Mencegah dan pengobatan ibu dengan ketuban pecah dini. Perawatan antenatal yang baik dan berkualitas Mencegah persalinan prematur Melakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman Mencegah asfiksia neonatorum Melakukan resusitasi dengan benar Melakukan tindakan pencegahan Infeksi Melakuken identifikasi awal terhadap faktor risiko sepsis dan pengelolaan yang efektif. DIAGNOSTIK Anamnesis * Riwayat ibu mengalami infeksi intra uterin, demam dengan kecurigaan infeksi berat atau ketuban pecah dini, * Riwayat persalinan tindakan, penolong persalinan, lingkungan persalinan yang kurang higienis Riwayat lahir asfiksia berat, bayi kurang bulan, berat lahir rendah, Riwayat air ketuban keruh, purulen atau bereampur mekonium Riwayat bayi malas minum, penyakitnya cepat memberat Riwayat keadaan bayi lunglai, mengantuk atau aktivilas berkurang atau iitabel ‘rewel, bayi malas minum, demam tinggi atau hipotermi, gangguan napas, kuti ikterus, sklerema atau skleredema, kejang Pemeriksaan fisik Keadaan umum * Suhu tubub tidak normal (hipotermi atau hipertermi), letargi atau Tunglai, mengantuk atau aktivitas berkurang * Malas minum sebelumnya minum dengan baik. © Iritabel atau rewel, * Kondisi memburuk secara cepat dan dramatis Gastrointestinal: Muntah, diare, perut kembung, hepatomegali ‘Tanda mulai muncul sesudah hari ke empat. Kulit: Perfusi kulit kurang, sianosis, pucat, petekie, ruam, sklerem, ikterik Kardiopulmuner: Takipnu, gangguan napas, takikardi, hipotensi Neurologis: Titabilitas, penurunan Kesadaran, kejang, ubunubun membonjol, kaku kuduk sesuai dengan meningitis, 92 ‘Buku Acuan Tabel 9.1 Kelompok temuan yang berhubungan dengan infeksi neonatorum Kategori A Kategori B 1) Kesulitan bemapas (mis. apnea, napas lebih dari 30 kali per menit, retraksi dinding dada, grunting pada waktu ekspirasi, sianosis sentral) 2) Kejang 3) Tidak sadar 4) Suhu tubuh tidak normal, (tidak normal sejak lahir & tidak member respons terhadap terapi atau suhu tidak stabil sesudah pengukuran suhu normal selama tiga kali atau lebih, menyokong ke arah sepsis) 5) Persalinan di fingkungen yang kurang higienis (menyokong ke arah sepsis) 6) Kondisi memburuk secara cepat dan dramatis (menyokong kearah sepsis) yy 2) Tremor Letargi atau lunglai Mengantuk atau aktivitas berkurang Titabel atau rewel ‘Muntah (menyokong ke arah sepsis) Perut kembung (menyokong ke arah sepsis) Tanda tanda mulai muncul sesudah hari ke empat (menyokong ke arah sepsis) Air ketuban bereampur mekonium Malas minum sebelumnya minum dengan baik (menyokong ke arah sepsis) Pemeriksaan penunjang Untuk Puskesmas fasilitas penunjang biasanya jarang tersedia, sehingga pemeriksaan atau penajaman klinis sangat diutamakan Bila tersedia fasilitas, maka dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut * Pemeriksaan jumiah lekosit dan hitung jenis secara serial untuk menilai perubehan akibat infeksi, adanya lekositosis atau lekopeni, trombositopenia Ditemukan kuman pada pemeriksaan pengecatan Gram dari darah. * Gangguan metabolik Hipoglikemi atau hiperglikemi, asidosis metabolik. * Peningkatan kadar bilirubin MANAJEMEN UMUM Dugan sepsis * Jika tidak ditemukan rivayat infeksi intra uteri, ditemukan satu kategori A dan satu atau dua kategori B maka Kelola untuk tanda khususnya (mis. kejang), Lakukan pemantauan. * Jika ditemukan tambahan tanda sepsis, sepsis, Kecurigaan besar sepsis Pada bayi umur sampai dengan 3 hari © Bila ada riwayat ibu dengan infeksi rahim, maka dikelola sebagai kecurigaan besar , demam dengan kecurigaan infeksi berat atau (ketuban pecah dini) atau bayi mempunyai 2 atau lebih Kategori A atau 3 atau lebih Kategori B Pada bayi umur lebih dari tiga hari © Bila bayi mempunyai dua atau lebih temuan temuan Kategori B. Polatihan Pelayanan Obstet Neonatal EmergensiDasar Kategori A atau tiga atau lebih os A. Antibiotik * Antibiotik awal diberikan Ampisilin dan Gentamisin, bila organisme tidak dapat ditemukan dan bayi tetap menunjukkan tanda infeksi sesudah 48 jam, ganti Ampisilin dan beri Sefotaksim disamping tetap beri Gentamisin, * Jika ditemukan organisme penyebab infeksi, digunakan antibiotik sesuai yj Kepekaan kuman. Antibiotika diberikan-sampai 7 hati setelah ada perbaikan (dosis lihat table 9.2). * Pada sepsis dengan meningitis, pemberian antibiotik sesuai pengobatan meningitis, Tabel 9.2 Dosis antibiotik untuk sepsis ‘Antibiotik Cara Dosis dalam mg Pemberian Hari 1-7 Hari 8+ Ampisilin IV,IM_ | 50 mglkg setiap 12 jam | SOmg/kg setiap jam ‘Ampisilin untuk Wv 100mg/kg setiap 12 | 100 mgykg setiap 8jam meningitis jam Sefotaksim IV, IM | S0mp/kg setiap 12 jam | 50 mglkg setiap Sam Sefotaksim untuk v ‘SOmg/kg setiap 6 jam | SO mp/kg setiap 6 jam meningit Gentamisin TV, IM < 2k Amp/kg sekali sehari_[_3,5mp/kg setiap 12 Jam Blk Smplkg sekali sehari_|_3,3mglkg setiap 12 jam B. Respirasi Menjaga patensi jalan napas dan pemberian oksigen untuk mencegah hipoksia. Pade kasus tertentu membutuhkan ventilator mekanik, C.Kardiovaskuler Pasang jalur IV dan beri cairan IV dengan dosis rumat serta pemantauan tensi dan Perfusi jaringan untuk cegah syok. MANAJEMEN SPESIFIK / MANAJEMEN LANJUT Pengobatan terhadap tande khusus Jain atau penyakit penyerta serta komplikasi yang terjadi (mis. kejang, hipoglikemi, gangguan napas, ikterus). RUJUKAN Persiapkan untuk merujuk bayi yang menderita infeksi neonatal dengan komplikasi, setelah keadaan stabil Pengelolan bersama dengan sub bagian neurologi anak, pediatri sosial, bagian mata, bedah syaraf dan rehabilitasi medik oe Buku Acuan Pemantauan (“Monitoring”) * Tumbuh Kembang * Komplikasi yang sering terjadi pada penderita dengan sepsis dapat mengakibatkan gengguan tumbuh kembang, mis. gejala sisa neurologis berupa retardasi mental, gangguan penglihatan, kesukaran belajar, Kelainan tingkah laku. Pelatinan Pelayanan Obstetri Neonatal EmergensiDasar 95 BAB 10 RUJUKAN DAN TRANSPORTASI BAYI BARU LAHIR PRINSIP DASAR + Keadaan paling ideal untuk merujuk adalah Rujukan Antepartum (rujukan pad seat Janin masih ada dalam kandungan ibu). Namun sayangnya tidak semua keadaan dapat terdiagnosis secara dini, sehingga rujukan dini dapat dilakukan. Apalagi bila terjadi kedaruratan pada ibu maupun janin dan kehamilan harus segera di terminasi serta memerlukan rujukan ke fasilitas yang lebih lengkap, maka akan timbul masalah baik pada ibu maupun bayi + Perubahan keadaan dan penyakit pada bayi baru lahir demikian cepatnya, untuk itu dibutuhkan tata laksana segera dan adekuat pada fasilitas yang lebih lengkap dan terdekat (system regionalisasi Rujukan Perinatal). * Apabila bayi dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap, yakinkan bahwa bayi akan mendapatkan Keuntungan atau nilai positip dibanding bila hanya tetap dirawat di tempat asalnya, + Harus diperhatikan bahwa saat merujuk, bayi harus dalam keadaan stabil atau minimal tanda bahaya sudah dikelola lebih dulu * Perlu melibatkan orang tua atau Keluarga dalam mengambil keputusan untuk merujuk dan jelaskan kenapa bayi harus dirujuk TUJUAN UMUM Setelah menyelesaikan bab ini, peserta dapat mengetahui dan mampu : ‘+ Menjelaskan pentingnya rujukan BBL yang mempunyai masalah berat © Mempersiapkan dan melaksanakan rujukan TUJUAN KHUSUS Setelah pelatihan ini, peserta mampu : + Menjelaskan kepada orangtua atau keluarga mengapa bayi harus dirujuk * Menjelaskan kasus yang harus segera dirujuk + Melaksanakan sistem rujukan dan transportasi untuk BBL dengan benar Kasus atau keadaan yang memerlukan rujukan ke fasilitas yang lebih lengkap: ‘* Gangguan napas sedang dan berat, apapun penyebabnya * Asfiksia yang tidak memberi respons pada tindakan resusitasi, sebaiknya dalam 10 menit pertama Kasus bedah neonatus BBLR <1,750g BBLR 1,750-2,000 g dengan kejang, gangguan napas, gangguan pemberian minum Bayi hipotermi berat Ikterus yang tidak memberikan respons dengan fototerapi Kemungkinan penyakit jantung bawaan Bayi ibu diabetes mellitus dengan hipoglikemia simtomatik Pelatinan Pelayanen Obstetri Neonatal EmergensiDaser 10-4 Kejang yang tidak teratasi Tersangka infeksi (sepsis, meningitis) berat / dengan komplikesi Penyakit hemolisis ‘Tersangka renjatan yang tidak memberi respons baik Hipoglikemia yang tidak dapat teratasi SISTEM RUJUKAN DAN TRANSPORTASI * Pethaiikan regionalisasi Rujukan Perinatal dalam menentukan tyjuan rujukan, sehingga dapat merujuk dengan cepat, aman dan benar * Puskesmas merupekan penyaring kasus risiko yang periu dirujuk sesuai dengan besaran risiko, jarak dan faktor lainnya + Memberi informasi keschatan dan prognosis bayinya dan melibetkan orangiua atau keluarga dalam mengembil keputusan untuk merujuk + Melenglapi syarat- syarat rujuken ((persetujuan tindekan, surat rujukan, eatatan medis). Untuk kasus tertentu kadang diperlukan sampel darah ibu, * Merujuk bayé dalam keadaan stabil, menjaga Kehangatan bayi dan ruangan dalam Kendaraan yang digunakan untuk merujuk, dan menjaga jalan napas tetap bersih don terbuka selama transportasi, Bila memungkinkan bayi tetap diberi ASI. * Haru disertai dengan tenaga yang terampil melakukan Resusitasi DATA YANG HARUS DISEDIAKAN Data dasar yang harus diinformasikan: Identitas bayi dan tanggal lahir 1 2. Identitas orang tua 3: Rivayat kehamilan, persalinan dan prosesnya, indakan resustasi yang dilakukan 4. Obat yang dikonsumsi oleh ibu 5. Nilai Apgar (tidak selalu harus diinformasikan, bila tidak tersedia waktu karena melakukan tindakan resusitasi aktif) 6. Masa Gestasi dan berat lahir. 7. Tanda vital (suhu, frekuensi jantung, pemapasan, ware kulit dan aktiftidak nya bayi) 8. Tindakan/prosedur klinik dan terapi lain yang sudah diberikan 9. Bila tersedia data pemeriksaan penunjang yang ada (glukosa, elektrolit, dan lain-lain) SYARAT UNTUK MELAKUKAN TRANSPORTASI 1. Bayi dalam keadaan stabil 2. Bayi harus dalam keadaan hangat 3. Kendaraan pengangkut juga harus dalam keadaan hangat 4 Didampingi oleh tenaga Kesehatan yang trampil melakukan tindakan resusitasi, minimal ventilasi 5. Tersedia peralatan dan obat yang dibutubkan Bayi dalam keadaan stabil, bila: * Jalan napas bebas dan ventilasi adekuat + Kulit dan bibir kemerahan * Frekuensi jantung 120-160 kali/menit 10.2 Buku Acuan © Suhu aksiler 36.5-37 °C (97.7-98.6 “F) + Masalah metabolik terkoreksi + Masalah spesifik penderitd sudah dilakukan manajemen awal Peralatan dan Obat yang diperlukan : * Ideainya bayi dirujuk dengan menggunakan inkubator transpot dan dipasang monitor Berhubung alat tersebut sangat jarang tersedia di Puskesmas, maka perhatikan cara menghangatkan bayi * Peralatan dan obat-obatan minimal yang harus tersedia: © Alat resusitasi lengkap, termasuk laringoskop dan pipa endotrakeal © Obat ~obatan emergensi © Selimut penghangat © Alat untuk melakukan pemasangan jélur intra vena Oksigen dalam tabung Alat Resusitasi /bantuan ventilasi: selama transportasi Indikasi bantuan ventilasi bila ada salah satu keadaan berikut o Bradikardi (FJ < 100 x/menit) © Sianosis sentral dengan oksigen 100% © Apnea periodik ° Pemberian Oksigen (Terapi Oksigen) + Indikasi pemberian oksigen © Bayi mengalami sianosis sentral (warna kebiruan i sekitar bibir) dan akral (waa kebiruan di kuku, tangan dan kaki). © Bayi dengan gangguan napas Pemberian oksigen membutuhkan pengawasan (konsentrasi, kelembaban dan suhu) Jumlah Oksigen yang diberikan: © Melalui kateter nasal 2-3 /menit (konsentrasi 21%). © Melalui sungkup 4-5 1/ menit (konsentrasi 40%) © Melalui head box 6-8 I/ menit (konsentrasi > $0%) + Kecukupan kebutuhan oksigen terlihat dari hilangnya sianosis sentral. Penilaian Oksigenisasi Keberhasilan oksigenasi selama transportasi dinilai dari perubahan perbaikan klinis, sebagai berikut: + Perubahan wara kulit menjadi kemerahan © Denyut jantung bertambah baik + Kadang kadang bisa mulai timbul napas spontan Pengawasan Suhu Pengawasan suhu dan menjaga Kehangaten bayi selama transportasi menjadi suatu keharusan ‘Suhu normal: * Ketiak (axilla) 36.5-37.5 °C (97,7-98.6 °F) Cara menghangatkan bayi: Pelatinan Pelayanan Obstetsi Neonatal EmergensiDasar 103 Membungkus atau menyelimuti bayi dengan kain yang keting, hangat dan tebal Membungkus kepala bayi atau memakai topi/tutup kepala Jangan meletakkan bayi ditepi jendela atau pinta kendaraan pengangkut Kalau memungkinkan dapat pula dilakukan Perawatan Bayi Melekat (Kangaroo Mother Care) 104 Buku Acuan PELATIHAN PELAYANAN KEGAWATDARURATAN OBSTETRI NEONATAL ESENSIAL DASAR BUKU PANDUAN PESERTA m Mga wy Se DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JAKARTA 2005, LUMEN N OBSTETRI DAN NEONATAL CNPP Tei er Wwe ot ANAN KEGAWATDARURAT, Yoh PENYUSUN: Komponen Maternal Dr DJOKO WASPODO SpOG(K) Prof Dr GULARDI WIKNYOSASTRO SpOG(K), Dr OMO ABDUL MADJID SpOG(K) Dr R SOERJO HADIJONO SpOG(K) ‘Master Trainer Jaringan Nasional Pelatihan Klinik ~ Kesehatan Reproduksi (JN iPK-KR) Komponen Neonatal Dr M SHOLEH KOSIM ‘SpA(K) Dr FATIMAH INDARSO- ‘SpA(K) Di GATOT IRAWAN SAROSA SpA Dr TOTO WISNU HENDRARTO Spa UKK Perinatologi IDAL DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. JAKARTA 2005 ISBN: 'si buku Pelatihan Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal Esensial Dasar ini telah disepakati bbersama untuk pengembangan dan pelaksanean oleh: “AY Mater nal i ‘@ ge anak Indonesia Reproduksi untik menyelessikan kegiatan belajar dalam waktu yang sesingkat mungkin. Fokus pelatihan Gablah bagaimans mereka mengerjakan, bukan hanya sekedar mengetahut daa eenteae Kinerja Siakukan berdasarkan Kompetensi yang dicapai, Pelainan Keterampilan Pelayanan Kegawat aruratan Obstetri Neonatal Esensial Dasar ini terdii dari komponen marernl yang terdiri atas: infeksinifas, Perdarahan post partum, Preeklampsia dan Eklampsia, Perealin dengan bantuan, Persiapan umum sebelum tindakan’ kegawatdaruratan obstetr) dan neonatal, Kewaspadaan Ba efsal serta Persigpan tempat pelatihan PONED serta Komponen neonatal yang terdiri dari Bayi berat lahir rendah, Hipotermi, Hipoglikemia, Ikterus, Macaleh, pemberian’ minum, Asfiksia Dada bayi baru lair, Gangguan napas, Kejang pada bayi baru lahir Infekel ecmeal serta Rujukan dan transportasi bayi baru lahir DAFTAR ISI PELATIHAN PELAYANAN KEGAWATDARURATAN OBSTETRI NEONATAL ESENSIAL DASAR BUKU PANDUAN PESERTA GAMBARAN UMUM Latar Belakang .. Sebelum Memulai Pelatihan Mastery Learning ... Citi Utama Pelatihan Klinik yang Efektit Komponen-komponen dalam Paket Pelatihan Keterampilan Klinik .. Menggunakan Paket Pelatihan Keterampilan Klinik PENDAHULUAN Rancangan Pelatihan . Evaluasi ........ Silabus Pelatihan Jadwal Pelatihan KUESIONER SEBELUM SESI PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA Permainan Peran 3.1: Melakukan Komunikesi mengenai Komplikasi dalam Kehamilan .. Studi Kasus 1.1: Kenaikan Tekanan Darah dalam Kehamilan Studi Kasus 1.2: Hipertensi dalam Kehamilan Studi Kasus 1.3: Hipertensi dalam Kehamilan Penuntun Belajar Daftar Titik ..... DISTOSIA BAHU Studi Kasus 2.1 Penuntun Belajar Daftar Tilik .... EKSTRAKSI VAKUM Penuntun Belgjar ... Daftar Tilik ... Bown 21 23 25 27 30 iit PERDARAHAN POSTPARTUM. Studi Kasus 3.1... 44 Studi Kasus 3.2 45 Studi Kasus 3.3 oe : 46 Penuntun Belgjar 3.1: Kompresi Bimanual Uterus ... 47 Penuntun Belajar 3.2: Kompresi Aorta Abdominalis 49 Penuntun Belajar 3.3: Plasenta Manual . i 31 Penuntun Belajar 3.4: Pemeriksaan Perlukaan Jalan Lahir dan Penjahitan Robekan Porsio fe 33 Daftar Tilik 3.1: Kompresi Bimanual Uterus i 55 Daftar Tilik 3.2: Kompresi Aorta Abdominalis ........... 37 Daftar Tilik 3.3: Plasenta Manual ... : 59 Daftar Tilik 3.4: Pemeriksaan Perlukaan Jalan Lahir dan Penjahitan Robekan Porsio 61 DEMAM NIFAS. Studi Kasus 4.1 63 Penuntun Belajar 4.1, 64 Daflar Tilik .... 66 BAYI BERAT LAHIR RENDAH Studi Kasus 5.1: Hipoterm... 68 Studi Kasus 5.2 : Hipoglikemi 69 Studi Kasus 5,3 :Ikterus, ...... : 70 Studi Kasus 5.4 : Masalah Pemberian Minum ae a Studi Kasus 5.5: Infeksi Neonatal. a R Penuntun Belajar 5.1: Menghangatkan bayi. B Penuntun Belajar 5.2; Pemasangan Pipa Nasogastrik .... 9 ASFIKSIA Studi Kasus 6.1 : Asfiks 82 Penuntun Belajar 6. : Langkah awal resusitasi BB Penuntun Belajar 6.2: Ventilasi bayi baru lahir, Penggunaan Belon Resusitasi dan Sungkup 88 Penuntun Belajar 6,3: Kompresi dada... 93 Penuntun Belajar 6.4: Intubasi endotrakeal 96 KEJANG PADA BAYI BARU LAHIR Studi Kasus 7.1: Kejang pada BBL, ‘ 102 Penuntun Belajar 7.1; Pemasengan jalur infus intravena ... 103 Penuntun Relajar 7.2: Pemberian suntikan intramuskuler 108 RUJUKAN DAN TRANSPORTASI BAYI BARU LAHIR Studi Kasus 8.1 KEGAWATDARURATAN OBSTETRI DAN NEONATAL TERPADU Simulasi Kasus 12 EVALUASI Evaluasi Pelatihan ....csescennene 14 Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan .. 16 PENDAHULUAN RANCANGAN PELATIHAN Pelatihan Keterampilan Pelayanan Kegawat Daruratan Obstetri Neonatal Esensial Dasar ini dirancang untuk mempersiapkan petugas pelayanan kesehatan agar mampu melakukan Pengelolaan Kegawat Daruratan Obstetri dan Neonatal Esensial Dasar di tingkat Pelayanan Kesehatan primer. Proses pelatihan disusun berdasarkan pengalaman Sebelumnya dari para peserta, serta memanfaatkan motivasi yang tinggi untuk menyelesaikan kegiatan belajar dalam waktu yang sesingkat mungkin, Fokus pelatihan adalah bagaimana mercka mengerjakan, bukan hanya sekedar mengetahui, dan evaluesi Kinerja dilakukan berdasarkan kompetensi yang dicapai. Pelatihan Keterampilan Pelayanan Kegawat Daruratan Obstetri Neonatal Esensial Dasar ini, terdiri dari lima komponen: Preeklampsia dan Eklampsia Tindakan Obstetri pada pertolongan persalinan Infeksi nifas Perdarahan post partum Distosia bahu dan Ekstraksi vakum Komponen neonatal yang terdiri dari Bayi Berat Lahir Rendah Hipotermi Hipoglikemi Tkterus Masalah Pemberian minum Infeksi Neonatal * _Asfiksia dan Gangguan Napas pada Bayi Baru Lahir Kejang pada Bayi Baru Lahir + Rujukan dan Transportasi Bayi Baru Lahir Dalain buku ini disediakan contoh jadwal pelatihan. Rancangan jadwal pelatihan ini rengacu pada asumsi bahwa peserta pelatihan ini adalah petugas pelaksana pelayanan Kesehatan yang masih secara aktif melaksanakan pelayanan dan mempunyai minat dalam Pelayanan Kegawat daruratan obstetri dan neonatal. Ada beberapa perbedaan cara Pelatihan ini dibandingkan dengan pelatihan tadisional pada umumnya yait + Pada hari pertama pelatihan, tingkat pengetahuan dan kinerja para peserta akan ditampilkan melalui pengisian kuesioner awal pelatihan dan penilaian keterampilan Klinik awal, * Sesi-sesi di dalam kelas terfokus pada aspek-aspek utama keterampilan pengelolaan Kegawat daruratan obstetri dan neonatal. + Kemajuan serapan pengetahuan, akan diukur selama pelatihan melalui kegiatan selama dan setelah masing-masing sesi serta kuesioner tengah pelatihan * Evaluasi kinerja kelompok dan pemecahan masalah setiap peserta dilakukan oleh pelatih dengan menggunakan ceklis kompetensi keterampilan. Dasar penilaian keberhasilan pelatihan adalah penguasaan komponen pengetahuan maupun keterampilan dari setiap peserta. EVALUASI Pelatihan ini dirancang untuk menghasilkan tenaga kesehatan yang mampu melakukan Pengelolaan Kegawat Daruratan Obstetri dan Neonatal Esensial Dasar di tingkat Pelayanan Kesehatan primer. Kualifikasi sebagai tenaga Kesehatan yang terampil Giperoleh melalui praktek melakukan pengelolaan kegawat daruratan obstetri dan neonatal dengan menggunakan metode diskusi, studi kasus, praktek mandiri pada model dan Klien, Kualifikasi adalah pemyataan yang diberikan oleh organisasi pelatihan bagi peserta pelatihan yang telah memenuhi ketentuan yang ditetapkan, baik elemen pengeiahuan, keterampilan dan praktek. Kualifikasi bukaniah sertfikasi, karena hal ini akan dinyatakan oleh organisasi/instansi yang mempunyai kewenangan untuk itu. Kualifikasi didasarkan pada pencapaian peserta dalam tiga area: + Pengetahuan - paling sedikit, nilai 85% pada Kuesioner Tengah-Pelatihan * Keterampilan - Kinerja memuaskan untuk keterampilan Klinik pada pengelolaan kegawat daruratan obstetri dan neonatal © Praktek - Menunjukkan kemampuan dalam melaksanakan Keterampilan Klinik pengelolaan kegawat daruratan obstetri dan neonatal pada model dan klien, ‘Tanggung:jawab dalam membuat peserta memenuhi persyaratan kualifikasi akan dibebankan pada peserta dan pelatih. Metode evaluasi yang digunakan dalam pelatihan ini adalah sebagai berikut: * Kuesioner Tengah-Pelatihan. Penilaian pengetehuan dilakukan apabila semua inateri Yang diperlukan telah diberikan, Kemampuan untuk menjawab secara bora, kuesioner tengah pelatihan sejumlah 85% atau lebih, merupaken indikass enguasaan frateri yang ada di dalam buku acuan, Harus dilekukan pembahasay tonne (Peserta-pelatih) bila ternyata hasil pencapaian dibawah 85% Lakukan bimbingan dan bantuan agar peserta lebih memahami materi yang dibutuhkan Meek dengan Peneapaian dibawah 85% dapat dilakukan evaluasiulang melalui pengisian Kuesioncy ‘Tengah-Pelatihan di setiap saat dalam sisa waktu pelatihan, * Keterampilan - Kinerja memuaskan pada keterampilan Klinik pada pengelolaan Kegawat daruratan obstetri dan neonatal (anamnesis, penyelesaren, mecwe dan ‘membuat keputusan Klinik) yang dinilai selama pelatihan, * Praktek - Menunjukkan kemampuan dalam melaksanakan keterampilan ktinik pada Pengelolaan kegawat daruratan obstetri dan neonatal pada model, Suielah dinyatakan Peampi puis model, setiap peserta diberi kesempatan untuk melakeonakan Pengelolaan Kegawat daruratan obstetri dan neonatal pada Klien, dibanrs (dan Gievaluasi) oleh pelatih hingga meneapai tingkatan kompeten dan berkualifikasi sebagai petugas pelaksana pelayanan kegawat daruratan obstet dan neonsel SILABUS PELATIHAN Deskripsi Pelatihan pelatihan, Sasaran Akhir Pelatihan Mempersiapkan petugas pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang terampil dalam Frosedur standar pelayanan kesehatan di tingkat pelayanan keschatse primer dengan ukungan mitra kerja organisasi pemerintah dan non pemerintah setempat, Tujuan Belajar Peserta Setelah mengikuti pelatihan, para peserta diharapkan dapat Melaksanakan prosedur standar pelayanan kegawat daruratan obstetri dan neonatal pada tingkat pelayanan kesehatan primer Melakukan pengambilan keputusan Klinik secara tepat dan cepat pada kasus dengan kegawat daruratan obstetri dan neonatal Mengenali dan mengambil keputusan ‘klinik secara benar pada kasus kegawat daruratan tunggal maupun yang terintegrasi Mencegah risiko reproduksi melalui upaya pencegahan, promosi kesehatan dan mempersiapkan pelayanan kegawat daruratan obstetri dan neonatal Mempersiapkan dan melaksanakan latihan kegawat daruratan obstetri dan neonatal secara berkala dalam upaya mempertahankan keterampilan dan kewaspadaan petugas pelayanan Kesehatan terhadap situasi dan kondisi kegawat daruratan yang dapat terjadi setiap saat. Metode Mengajar/ Belajar kuliah partisipatif dan diskusi kelompok latihan/penugasan individu dan kelompok bermain peran studi kasus kegiatan praktek (dengan bimbingan) keterampilan pengelolaan kegawat daruratan obstetri dan neonatal esensial dasar, termasuk umpan-balik dari peserta dan pelatih Bahan-bahan Ajaran Buku Acuan: Pelatihan Pelayanan Kegawat daruratan Obstetri dan Neonatal Esensial Dasar Paket Belajar Keterampilan Klinik (buku acuan, panduan peserta dan pegangan pelatih) Model anatomik (mis. model panggul dan uterus genggam, model lengan Implant, boneka bayi untuk ventilasi dan boneka untuk inyubasi pipa endotrakeal ) 10 Kriteria Seleksi Peserta Peserta untuk pelatihan ini adalah petugas pelayanan kesehatan yang masih secara aktif memberikan pelayanan dan memiliki minat serta dipersiapkan untuk menyelenggarakan Pelayanan kegawat daruratan obstetri dan neonatal esensial dasar. Peserta merupakan kelompok yang terdiri dari dokter, perawat, dan bidan, Metode Evaluasi Peserta + Kuesioner pra-pelatihan dan tengah pelatihan * Evaluasi Kinerja (dilakukan selama pelatihan) terhadap keterampilen pengelolean pelayanan kegawat daruratan obstetri dan neonatal esensial dasar Pelatihan * Evaluasi Pelatihan (diisi oleh peserta pelatihan) Lamanya Pelatihan * 14 sesi dalam waktu 7 hari (seminggu) Komposisi Pi han * maksimal 16 pelatih klinik © 2.3 pelatih ktinik © 3 instruktur klinik n ‘Gunque| eddvebuesousa Toneprieen | _urvones nenpny [epow eped ueuue} sefny | japow eped ueygey sefiny OLeaeaeasein | gerzgeg ee sefny ara een seo) | 5.909 yp 98g emg se 998 9 989 e009 sen Sa ore veep wr - i seinem = vs canine: ‘Sney spas UNM Y ODS | ed vebuesewag- sensuowag - ea aeroesaL Ferns ou wavinwa| ASRS Tot wee | LYMYOS¥ NYHILYT eg veyieBueuBuay- mesmE YeNM y= wwoweesonn ease ren ei vena ene ‘woranamy| — wemniwieiie | VASEVWOSEDS |- one aes | mwas (wer ») onviS (wer ») ONVIS: (wer y) SNwIS (wer ») onvis (wer ») ONVIS: (wer ») ONvIS: lvwvelies “enaxBodiy = eRLE}OMH sro snore ru - sumer eeu fo eee poe eee erpas ween erg one EA mena ave ous fee oso AVI NYMILYT3a omg - veyeqau ueNYelvag yen evened ‘oye UY eee . RDS 788 VOvd ONWES | aR? uavequed ‘sry NWI NWwETTad OE UeUNe ssensioueg er, _ | YO=EUOE ones « es ssessioung ~ voounmquels + e sequasaucysnysiq + a seqsvoweg - ssmysq - ueypejad ueniny = sere ene | elt [me eee «| nity] gt | wm NOVeRL NYLVENevO meme Yea SISMEIOA * | ey ype voueteueyy BEELER «| eed unun vege TAeSnSenns | sane wows] staan |" uBinwon” | ence =e nema — a — aa eosin crete, | goturdn | gai | geet, | iit, | irene, ones Aner phi¥d (wer vive (nvr 9) ove lowe p) 19% (nvr p) 19a (we 9) ove Awe ov 7 I = raat cae za va MVSVd 'IVISNASA TV.LVNOGN NVC RLLALSAO NVLVUNAVG LV MVOTN NVNVAV Tad NVHILV Tad T¥Mave KUESIONER AWAL BAY! BERAT LAHIR RENDAH Instrul PENILAIAN/ DIAGNOSIS 1 Persalinan kurang bulan / prematur dan bayi lahir kecil untuk masa kehamilannya merupakan penyebab bayi berat lahir rendah 2 Kehamilan yang tidak diinginkan merupakan salah satu predisposisi bayi berat lahir rendah 3. Tanda BBLR karena kehamilan kurang bulan antara Jain: Kulit keriput, kuku lebih panjang 4 Bayi mengalami hipotermi jika suhu tubuh kurang dari 36.5°C. pada pengukuran suhu melalui ketiak PENGELOLAAN 5. Setiap menemukan BBLR lakukan manajemen umum antara lain dengan menjaga bayi telap hangat 6 Tidak memandikan bayi baru lahir atau menyentuh bayi dengan tangan dingin merupakan upaya pencegahan hipotermi 7 Jenis cairan infus yang diberikan pada bayi hipoglikemi adalah Ringer Laktat 8 Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan asi cekslusif lebih sering minimal setiap 2 jam ‘merupakan salah satu manajemen bayi ikterus 9 Antibiotik awal diberikan pada kecurigaan sepsis adalah Cefotaksim dan gentamisin 10 Kenaikan berat bayi tidak adekuat jika ditemukan kenaikan berat bayi kurang 20 gram selama 3 hari berturut-turut, ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR Instruksi: Pilih B bila pernyataan Benar dan $ bila pemyataan Salah. PENILAIAN/ DIAGNOSIS. 1 Bila bayi baru lahir tidak bemapas atau napas B/S megap-megap, denyut jantung —kurang dari 100X/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot ‘menurun patut dicurigai asfiksia Diagnosis asfiksia ditegakkan dengan menunggu ‘Skor Apgar Langkah awal resusitasi dilakukan dengan menjawab 5 pertanyaan, bila ada salah satu atau lebih jawaban * tidak * BIS Bis B/S B/S B/S B/S BS BIS B/S B/S BIS B/S Pilih B bila pernyataan Benar dan § bila pernyataan Salah. ‘Tujuan peserta 1 (halaman 5.1) Tujuan peserta 1 (halaman 5.1) Tujuan peserta 2 (halaman 5.3) Tujuan peserta 1 (halaman 5,3) Tujuan peserta 4 (halaman 5.3) Tujuan peserta 4 (halaman 5.3) ‘Tujuan peserta S (halaman 5.3) Tujuan peserta 6 (halaman 5.3) Tujuan peserta 7 (halaman 5.3) ‘Tujuan peserta 8 (halaman 5.3) ‘Tujuan peserta 1 (halaman 6.4) Tujuan peserta 1 (halaman 6.4) ‘Tujuan peserta 1 (halaman 6.4) 15 PENGELOLAAN 4 Ventilasi tekanan positip (VTP) dilakukan dengan B/S _—Tujuan peserta | kecepatan 40-60 x/menit (halaman 6.4) 5 Kompresi dada dilakukan bila setelah VIP denyut B/S Tujuan peserta 1 Jantung masih 80 x/ menit (halaman 6.4) 6. Jika telah dilakukan resusitasi dan berhasil, bayi B/S Tujuan peseria 2 dapat dirawat secara rawat gabung (halaman 6.7) 7. Setelah melakukan resusitasi, maka harus dilakukan B/S Tujuan peserta 2 konseling pada keluarga (halaman 6.7) 8 Salah satu cara disinfeksi__tingkat inggi B/S Tujuan peserta 2 denganlarutan klorin 0,1 % selama 20 menit. halaman 6.8) 9. Bila terjadi asfiksia di Puskesmas, maka yang harus B/S Tujuan peserta 3 diantisipasi untuk melakukan rujukan adalah (halaman 6.7) apabila dalam waktu 2 — 3 menit setelah dilakukan resusitasi bayi tidak membaik, maka harus segera dirujuk 10. Resusitasi dinilai tidak berhasil jika bayi tidak B/S Tujuan peserta 3 bernapas spontan dan tidak terdengar denyut jantung (halaman 6.7.) setelah dilakukan resusitasi secara efektif seiama 10 menit GANGGUAN NAPAS PADA BAYI BARU LAHIR Instruksi: Pilih B bila pemyataan Benar dan $ bila pernyataan Salah, PENILAIAN/ DIAGNOSIS. 1 Penyebab Gangguan napas menurut masa gestasi, B/S Tujuan peserta | pada bayi Kurang bulan adalah asfiksia , penyakit (halaman 7.2) membrane hialin dan pneumonia dan kelainan kongenital 2 Gangguan napas sedang terjadi bila frekuensi napas B/S Tujuan peserta 2 bayi 60-90 kali/menit dengen tarikan dinding dada (halaman 7.2) atau merintih saat ekspirasi PENGELOLAAN 3 Bayi dengan gangguan napas tidak perlu dipasang B/S Tujuan peserta 2 Jalur intravena dan diberi oksigen (halaman 7.3) 4 Pemberian ASI ditunda pada bayi yang mengalami B/S —Tujuan peserta? gangguan napas ringan (halaman 7.4) 5 Pemberian oksigen dapat ihentikan jika B/S Tujuan peserta 2 frekuensinapas bayi 30-60 kali permenit (halaman 7.4) © Pemberian antibiotik merupakan salah satu B/S Tujuan peserta 2 manajemen umum pada gangguan napas (halaman 7.4) 7 Pada beberapa kasus, gangguan napas ringan dapat B/S — Tujuan peserta 2 ‘merupakan tanda awal dari infeksi sistemik (halaman 7.5) 8. Perbalkan pada gangguan napas dapat berupa suara B/S Tujuan peserta 2 merintih yang berkurang (halaman 7.5) 9 Resusitasi pada gangguan napas hanya dilakukan B/S jika bayi mengalami apnea ‘Tujuan peserta 2 (halaman 5.3) 10 Rujukan dilakukan pada gangguan napas berat atau B/S Tujuan peserta 2 gangguan napas sedang yang tidak menunjukkan perbaikan setelah 2 jam terapi, KEJANG PADA BAYI BARU LAHIR halaman 5.3) Instruksi: Pilih B bila pernyataan Benar dan S bila pemyataan Salah, PENILAIAN/ DIAGNOSIS 1 Kejang pada neonatus dapat diakibatkan oleh B/S asfiksia neonatorum, hipoglikemia atau_merupakan tanda meningitis atau masalah susunan saraf 2. Kejang merupakan salah satu tanda bahaya pada B/S neonatus karena dapat menimbulkan kematian atau menimbulkan gejala sisa dikemudian hari 3. Mencegah persalinan prematur merupakan salah B/S satu tindakan promotip/preventif kejang pada bayi 4. Hipoglikemi dicurigai sebagai penyebab kejang, jika B/S pada pemeriksaan —ditemukan—_ubun-ubun ‘membonjol, 5. Riwarat Pengolesan bahan tidak steril pada tali B/S Pusat, infeksi tali pusat dan spame menunjang diagnosis tetanus neonatorum PENGELOLAAN 6 —Manajemen umum kejang pada neonatus berupa B/S membebaskan jalan napas dan Oksigenasi, medikamentosa untuk memotong kejang , memasang jalur infus intravena 7. Diazepam adalah obat pilihan untuk memotong B/S kejang pada neonatus. 8. Menjaga jalan napas tetap bersih dan terbuka seria B/S pemberian oksigen bertujuan untuk mencegah hipoksia otak 9. Ampsilin dan gentamisin sebagai antibiotik awal B/S dapat diberikan pada penderita meningitis 10. Toksoid tetanus harus diberikan pada penderita B/S tetanus neonatorum ‘RUJUKAN DAN TRANSPORTASI BAY! BARU LAHIR Instruksi: Pilih B bila pemyataan Benar dan $ bila pernyataan Salah. Tujuan peserta 1 (halaman 8.1) Tujuan peserta 1 (halaman 8.1) ‘Tujuan peserta 1 (halaman 8.1) Tujuan peserta 1 (halaman 8.3) Tujuan peserta 1 (halaman 8,3) Tujuan peserta 3 (halaman 8.4) ‘Tujuan peserta 4 (halaman 8.4) ‘Tujuan peserta 3 (halaman 8.4) ‘Tujuan peserta 4 (halaman 8.5) Tujuan peserta 5 (halaman 8.6) 7 PENILAIAN 1. Keadaan paling ideal untuk merujuk adalah rajukan antepartum . 2. Keterlibatan orangtua atau keluarga tidak diperlukan dalam mengambil keputusan untuk merujuk bayi, Persyaratan rujukan bayi harus dalam keadaan stabil dan tanda bahaya sudah dikelola lebih dulu 4. Kasus atau keadaan yang memerlukan rujukan ke fasilitas yang lebih lengkap antara lain ikterik kremer I. 5 Asfiksia yang tidak memberi respons pada tindakan resusitasi, sebaiknya diputuskan untuk merujule dalam 20 menit pertama PENGELOLAAN © Syarat transportasi bayi yang akan dirujuk harus didampingi oleh tenaga Kesehatan yang trampil melakuken tindakan resusitasi, minimal ventilasi 7 Salah satu tanda bayi stabil dan siap dirujuk ialah bila suhu ketiak 36° C 8 Alat resusitasi lengkap merupakan peralatan yang hharus tersedia pada saat melakukan transportasi 9 Pemberian oksigen 2-3 / menit dapat diberikan melalui sungkup 10 Perubahan warna kulit menjadi kemerahan merupakan salah satu tanda kenerhasilan oksigenasi Bis BIS B/S B/S Bs. BIS B/S B/S Bis Tujuan peserta | halaman 10.1) Tujuan peserta | halaman 10.1) Tujuan peserta halaman 10,1) Tujuan peserta 2 halaman 10.1) Tujuan peserta 2 (halaman 10.1) Tujuan peserta 2 (halaman 10,2) Tujuan peserta 3 halaman 10.2) Tujuan peserta 3 (halaman 0,3) Tujuan peserta 1 (halaman 10,3) Tujuan peserta 3 (halaman 10,3) STUDI KASUS 5.1: -HIPOTERMI Arahan Bacalah kasus dibawah ini sendiri-sendiri, setelah semua Peserta selesai membaca, jawablah bersama- sama pertanyaan berikut: ‘Studi kasus Bayi C, 1 hari yang lalu lahir dari ibu usia 25 th di rumah ditolong oleh dukun, Bayi tersebut dibawa ke Puskesmas Karena bayi kecil, malas minum, tubuh teraba dingin, Pe ian (Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium) Sebutkan langkah-langkah tindakan yang harus diambil Sebutkan pemeriksaan fisik khusus yang harus dilakukan untuk mendiagnosis, Sebutkan pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan, Diagnosis (Identifikasi masalah/ kebutuhan) Saudara telah menyelesaikan penilaian bayi C dengan hasil sebagai berikut berat bayi 2200 gram, nadi 125 ximenit, pemapasan 44 kali/menit dan suhu 36,0° C. Bayi teraba dingin, tangis lemah, tampak tanda prematuritas, 4. Berdasarkan temuan diatas apa diagnosis (masalah) bayi C, apa alasannya ? Penatalaksanaan/ Intervensi 5. Berdasarkan diagnosis Saudara apa rencana tindakan yang akan dilakukan, apa alasannya? Evaluasi Setelah dilakukan tindakan, pada pemeriksaan suhu 37,4° C, kulit teraba hangat, 6. Apatindakan selanjutnya ? 68 STUDI KASUS5.2 ; HIPOGLIKEMI Arahan Bacalah kasus dibawah ini sendiri-sendiri, setelah semua peserta selesai membaca, jawablah bersama- sama pertanyaan berikut Studi Kasus Bayi D lahir di Puskesmas 7 hari yang lalu dari ibu usia 33 th kehamilan 38 minggu, dengan berat Jahir 2000 gram. Telah mendapatkan suntikan ergometrin 0,2 mg segera setelah bayi lahir. Bayi tampak kecil, tangis lemah, napas tidak teratur Penilaian (Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium) 1. Sebutkan langkah-langkah tindakan yang harus diambil. 2. Sebutkan pemeriksaan fisik khusus yang harus dilakukan untuk mendiagnosis. 3. Sebutkan pemeriksaan laboratoium yang harus dilakukan, Diagnosis (Identifikasi masalah) Saudara telah menyelesaikan penilaian, dengan hasil sebagai berikut: Nadi 130 kali/menit, pemapasan 50 kali menit dan suhu 37° C. hipotoni, keluar keringat dingin. 4. Berdasarkan temuan diatas apa diagnosis bayi D. , mengapa ? Penatalaksanaan/ Intervensi 5. Berdasarkan diagnosis Saudara apa rencana tindakan yang akan dilakukan, mengapa ? Evaluasi Setelah satu jam dilakukan tindakan, kemampuan bayi menyusu meningkat, 6. Apatindakan selanjutnya ? 69 STUDI KASUS5.3: IKTERUS Arahan Bacalah kasus dibawah ini sendiri-sendiri, setelah semua peserta selesai membaca, jawablah bersama- ‘sama pertanyaan berikut: Studi Kasus Bayi E lahir di Bidan 1 hari yang lalu dengan berat lahir 1900 gram, dibawa ke Puskesmas dengan keluhan bayi kuning. Penilaian (Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium) 1, Sebutkan langkah-langkah tindakan yang harus diambil. 2. Sebutkan pemeriksaan fisik khusus yang harus dilakukan untuk mendiagnosis. 3. Sebutkan pemeriksaan laboratoium yang harus dilakukan, Diagnosis (Identifikasi masalah) Pada penilaian bayi E dengan hasil sebagai berikut: Nadi 120 x/menit, pernapasan 50 kali/ menit dan suhu 37° C, Bayi kecil, tampak Kurang aktif, kemampuan menyusui lemah, pewarnaan kuning pada aerah kepala dan leher. 4. Berdasarkan temuan diatas apa diagnosis bayi E. , mengapa ? Penatalaksanaan/ Intervensi 5. Berdasarkan diagnosis Saudara apa rencana tindakan yang akan dilakukan, mengapa ? Evaluasi Setelah dilakukan tindakan, bayi E masih masih malas minum, pewarnaan kuning meluas sampailengan dan tungkai 6. Apatindakan selanjutnya ? 70 STUDI KASUS 5.4 : MASALAH PEMBERIAN MINUM Arahan Bacalah kasus dibawah ini sendiri-sendiri, setelah semua Peserta selesai membaca, jawablah bersama- sama pertanyaan berikut: Studi kasus Ny. 8. Usia.20 th, Melahirkan bayi kurang bulan di rumah 18 jam yang lalu, ditolong oleh dukun. Bayi dlibawa ke Puskesmas karena bayi kecil dan ibu tidak beberhasil menyusui, Penilaian (Anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium) | Sebutkan langkah-langkah tindakan yang harus diambil, 2. Sebutkan pemeriksaan fisik khusus yang harus dilakukan untuk mendiagnosis, 3. Sebutkan pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan, Diagnosis (Identifikasi masalah/ kebutuhan) Setclah menyelesaikan penilaian bayi Ny. S. dengan hasl sebagai berikut Berat bayi 2400 gram, nadi {38 kali/menit, pemapasan 45 kali/menit dan suhu 36,8 C. Bayi tampak Kecil, cukup aktif, tangis kuat, tampak tanda prematuritas, 4. Berdasarkan temuan diatas apa diagnosis bayi, apa alasannya ? Penatalaksanaan/ Intervensi 5. Berdasarkan diagnosis saudara apa reneana tindakan yang akan dilakukan, apa alasannya? Evaluasi Setelah dilakukan penatalaksanaan temyata bayi tidak Menghisap dengan baik untuk menerima Sejumlah ASI yang cukup., kenaikan berat bayi tidak adekuat 6 Apa tindakan selanjutnya ? 1 STUDIKASUS 5.5: INFEKSI NEONATAL Arahan Bacalah kasus dibawah ini sendiri-sendiri, setelah semua peserta selesai membaca, jawablah bersama- ‘sama pertanyaan berikut: Studi kasus Bayi M lahir di Puskesmas 3 hari yang lalu dari ibu dengan riwayat infeksi saat hamil, kulit keteban pecah 24 jam sebelum kelahiran, keruh. Aktifitas bayi berkurang, tangis melemah. Penilaian (Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium) |. Sebutkan langkah-langkah tindakan yang harus diambil 2. Sebutkan pemeriksaan fisik khusus yang harus dilakukan untuk mendiagnosis. 3. Sebutkan pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan. Diagnosis (Identifikasi masalah) Saudara telah menyelessikan penilaian bayi M, dengan hasil sebagai berikut: Berat bayi 2700 gram, radi 148 x/menit, pemapasan 24 kalifmenit dan suhu 37,8° C. Bayi kurang aktif, menyusut kurang kuat. 4. Berdasarkan temuan diatas apa diagnosis Bayi M,, apa alasannya ? Penatalaksanaan/ Intervensi 5. Berdasarkan diagnosis, rencana tindakan apa yang akan dilakukan, apa alasannya? Evaluasi Setelah dlakukan penatalaksanaan selama 48 jam temyata bayi belum menunjulan perbaikan klinis, 6. Apa tindakan selanjutnya ? PENUNTUN BELAJAR 5.1: KETRAMPILAN KLINIK MENGHANGATKAN BAYI (Digunakan oleh Peserta) Beri nilai untuk setiap langkah Klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut 0. Lalai : Langkah klinik tidak dilakukan oleh peserta 1. Perlu perbaikan : Langkah klinik sudah dilakukan, tetapi belum dengan benar/baik atau tidak sesuai urutannya atau ada langakh yang tidakilakukan, 2. Cukup : Langkah klinik dilakukan dengan benar dan sesuai dengan urutannya, tetapi hasilnya belum baik, atau waktu yang dibutuhkan untuk melakukan langkah tersebut lebih lama dari yang diharapkan. 3. Baik : Langkah Klinik dilakukan dengan benar dan baik, sesuai dengan urutanaya dengan tepat tanpa ragu ~ ragu atau tanpa perlu bantuan, sehingga hasilnya memuaskan dan waktu yang digunakan sangat efisien NAMA PESERTA : APR MA tte PENUNTUN BELAJAR KETRAMPILAN KLINIK MENGHANGATKAN BAYI KASUS 1[213[4Ts] PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK | |. Siapa ayah/wali pasien, sebutkan bahwa anda petugas yang diberi wewenang untuk menjelaskan tindakan pada bayi. 2.” Jelaskan tentang diagnosis, penatalaksanaan dan komplikasi Hipotermi 3._Jelaskan bahwa tindakan Klinik juga mengandung resiko | 4._Pastikan ayal/wali pasien memahami berbagai aspek tersebut diatas 5._Buat persetujuan Tindakan Medik, simpan dalam catatan medik CARA MENGHANGATKAN DAN MEMPERTAHANKAN SUHU TUBUH (Ada lima cara) 1. Kontak kulit dengan kulit; ~. Untuk mempertahankan suhu tubuh 36,5 — 37,5°C (suhu | | aksiler) ~. Untuk semua bayi ~Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat, atau | menghangatkan bayi hipotermi (32 — 36,4°C) apabila cara lain tidak mungkin dilakukan_ 2.“ Kangaroo Mother Care” (KMC); -. Untuk menstabilkan bayi dengan berat badan < 2500 g, terutama direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan bayi dengan berat badan < 1800 g. -. Dijalankan sampai bayi berat badan 2500 g atau mendekati 40 minggu, atau sampai bayi kurang nyaman dengan KMC ~. Dilakukan secara dini, terus menerus dan dikombinasi dengan pemberian ASI eksklusif. -. Bila ibu perlu istirahat, dapat digantikan ayah, saudara atau petugas kesehatan. -. Tidak untuk bayi yang sakit berat (sepsis, gangguan napas berat) ~. Tidak untuk Ibu yang menderita penyakit beret yang tidak dapat merawat bayinya. 5. Ruangan yang hangat, ~- Untuk merawat bayi dengan berat < 2500 g yang tidak memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan, ~. Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat) |. Pemancar panas; -. Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1500 g atau lebih ~-Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan, atau menghangatkan kembali bayi hipotermi Inkubator; Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1500 g atau lebih - Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan, atau menghangatkan kembali bayi hipotermi PERSIAPAN ALAT. ‘Mempersiapkan alat yang diperlukan ‘Alat pemancar panas yang siap pakai Ruang/ kotak dengan penghangat Inkubator Kain bersih, kering 2 buah Penutup kepala, kaos tangan, kaos kaki Alat pengukur subu tubuh Alat pengukur suhu ruangan Alat pengukur berat badan SN Oa YN oS 74 PENGUKURAN SUHU TUBUH Diketiak 1. Termometer dicuci dengan air dingin dan sabun 2, Letakkan bayi terlentang atau miring 3. Termometer di kibas-kibaskan sampai suhu dibawah 35°C 4. Letakkan ujung termometer di apeks axilla selama Smenit Baca suhu, bila kurang 35°C gunakan cara rektal MENGHANGATKAN DAN MEMPERTAHANKAN SUHU TUBUA. RUANGAN HANGAT. 1. Pastikan suhu ruangan paling rendah 26°C. 2, Pastikan bayi dalam pakaian yang hangat 3. Letakkkan bayi dalam boks, jauhkan dari dinding yang dingin atau aliran udara ( jendela, pintu) 4, Ukur suhu bayi dan ruangan 4 kali sehari. Suhu ruangan yang dianjurkan menurut berat bayi : Berat bayi 1.500 gram ~ 2.000 gram = 28 - 30 °C Berat bayi lebih 2,000 gram =26 - 28°C 5. Pada waktu malam hari, tambahkan penghangat S Jangan digunakan untuk bayi dengan berat_kurang 1,500 gram KONTAK KULIT |. Lekatkan kulit bayi pada kulit Ibu/orang lain, diusahakan bayi dalam keadaan telanjang menempel kulit Ibu 2. Lihat KMC untuk cara pelaksanaannya, 3. Suhu ruangan minimal 25°C. 4. Ukur suhu tubuh bayi 2 jam setelah dilakukan Kontak kulit. Bila suhu < 36,5°C, periksa kembali bayi dan tentukan langkah sellanjutnya KANGAROO MOTHER CARE (KMC) ATAU PERAWATAN BAYI LEKAT (PBL) 1. Berilah bayi topi, popok, dan kaos kaki yang telah dihangatkan lebih dulu 2. Letakkan bayi di dada ibu dengan posisi (egak langsung Ke kulit ibu, dan lihat apakah kepala bayi sudah terfiksasi pada dada ibu. 3. Posisikan bayi dalam “Frog position’ yaitu fleksi pada siku dan tungkai, epala dan dada bayi terletak di dada ibu dengan kepala agak ekstensi | 4. Tutupi bayi dengan pakaian ibu ditambah selimut yang sudah dihangatkan sebelumnya . Tidak perlu baju khusus bila baju yang dikenakan sudah cukup hangat | |____dan nyaman selama bayi kontak dengan kulit ibu; 18 6, Subu ruangan minimal 25°C. 7. Ajari Ibu cara menyusui dan pelekatan yang benar, 8.Bila Ibu cemas tentang pemberian minum pada bay! kecil, dorong ibu agar mampu melakukannya. 9, Bila ibu tidak dapat _menyusui, berilah ASI peras dengan meng gunakan salah satu altenatif cara pemberian minum. Pemantauan 70. Pantau dan nilai jumlah ASI yang diberikan setiap hari, Bila Ibu menyusui, catat waktu ibu menyusui bayinya. 11. Timbang berat badan bayi setiap hari dan nilai peningkatannya. 12, Jelaskan pada Tbu mengenai pola pernapasan dan wama kulit bayi normal serta kemungkinan variasinya yang masth dianggap normal, 13, Mintalah pada ibu waspada terhadap tanda yang tidak biasanya ditemui __atau tidak nornormal 14, Jelaskan pula bahwa KMC penting agar pemapasan bayi balk dan mengurangi risiko terjadinya apnea, dibanding bila beyi diletakkan di dalam boks eae 15. Ajari ibu cara menstimulasi bayi (mengelus dada atau punggung, tau _menyentil kaki bayi) bila bayi tampak biru di daerah lidah, bibir atau sekitar mulut atau napas berhenti lama 16. Bila KMC tidak dapat dilakukan terus menerus, ukur suhu aksila tiap 6 jam; 17, Bila suhu normal selama 3 hari berturu-turut, ukur subu tiap 12 jam selama 2 hari kemudian hentikan pengukuran 18. Bila suhu abnormal, lihat bab suhu tubuh abnormal PEMANCAR PANAS. 1, Hangatkan ruangan (minimal 22°C) dimana alat pemancar panas diletakkan, 2. Bersihkan matras dan alas, tutup alas dengan kain bersih scbelum bayi diletakkan di bawah pemancar panas. 3. Nyalakan alat dan atur suhu sesuai petunjuk (biasanya antara 36 — 37°C). Bila alat bisa disiapkan sebelum bayi datang, nyalakan alat untuk menghangatkan linen dan matras terlebih dahulu. 4. Sebelum bayi lahir/datang, sebaiknya selimut dihangatkan di bawah pemancar panas, agar bayi tidak kedinginan karena —diletakkan di alas. yang dingin. Bayi hendaknya dibungkus atau diberi pakaian kecuali bila akan diJakukan tindakan, bayi dibiarkan telanjang atau setengah telanjang. 5. Bila bayi mendapat cairan IV, hitung jumleh cairan yang diberikan (misal beri tambahan cairan sebanyak 10%) untuk mengganti cairan ang hilang. 6 6. Pindahkan bayi ke ibu sesegera mungkin bila tidak ada tindakan atau pengobatan yang diberikan. INKUBATOR 1._Hangatkan inkubator sebelum digunakan. | 2. Atur suhu sesuai dengan umur dan berat bayi (Iihat Tabel B-3a).. | Suhw inkubator yang direkomendasi menurut berat dan umur bayi Berat bayi Suhu inkubator °C) menurut umur* 35°C 34°C 33°C 32°C <1500¢ 1-10 hari-3 3-5 minggu > minggu hari minggu 1500-2000 g 1-10 hari 1 hari-4 > 4 minggu minggu 2100-2500 ¢ 1-2 hari 3hari-3_->3minggu minggu 52500 g 1-2 hari Dhani * Bila jenis inkubatornya berdinding tunggal, naikkan suhu inkubator 1 °C setiap_perbedaan suhu 7°C antara suhu ruang dan inkkubator 3. Bila diperlukan melakukan pengamatan seluruh tubuh bayi atau terapi sinar, lepas semua pakaian bayi dan segera diberi pakaian kembali setelah selesai 4. Tutup inkubator secepat mungkin, jaga lubang selalu tertutup agar inkubator tetap hangat, 3. Gunakan satu inkubator untuk satu bayi. 6. Periksa suhu inkubator dengan menggunakan termometer ruang dan jam. ukur suhu aksila bayi tiap jam dalam 8 jam pertama, kemudian setiap 3 7. Bila suhu aksila < 36.5°C atau > 37.5°C, atur suhu inkubator secepatnya 8. Bila suhu inkubator tidak sesuai dengan suhu yang sudah diatur, maka inkubator tidak berfungsi baik. Atur suhu inkubator sampai tercapai suhu yang kita kehendaki atau gunakan cara lain untuk menghangatkan bayi. 9. Bila bayi tetap dingin walaupun suhu inkubator telah diatur, lihat ‘manajemen Subu tubuh abnormal 10. Pindahkan bayi ke ibu secepat mungkin bila bayi sudah vdak menunjukkan tandatanda sakit II, Di daerah perifer sering dipakai inkubator lokal, yang dimodifikasi dari inkubator standar tapi cukup memadai untuk membuat bayi hangat. Yang penting ada termometer untuk mengetahui suhu dalam inkubator 7 Perwatan alat inkubator 12. Bersihkan inkubator dengan disinfektan setiap hari, dan bersihkan secara keseluruhan setiap minggu atau setiap akan dipergunakan. 13. Tutup matras dengan kain bersih.Kosongkan air reservoir, dapat tumbuh bakteria yang berbahaya dalam air dan menyerang bayi 14. Membuat Catatan Rekam Medik/ Catatan Tindakan resusitasi 15.Pencegahan Infeksi Pasca Tindakan ® PENUNTUN BELAJAR 5.2: KETRAMPILAN KLINIK PEMASANGAN PIPA NASOGASTRIK (Digunakan oleh Peserta) Beri nilai untuk setiap langkah Klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut, 0. Lalai ; Langkah Klinik tidak dilakukan oleh peserta 1, Perlu perbaikan : Langkah klinik sudah dilakukan, tetapi belum dengan benat/baik atau tidak sesuai urutannya atau ada langakh yang tidak dilakukan, 2. Cukup : Langkah klinik dilakukan dengan benar dan sesuai dengan urutannya, tetapi hasilnya belum baik, atau waktu yang dibutuhkan untuk melakukan langkah tersebut lebih lama dari yang diharapkan, 3. Baik : Langkah Klinik dilakukan dengan benar dan baik, sesuai dengan urutannya dengan tepat tanpa ‘agu ~ ragu atau tanpa perlu bantuan, sehingga hasilnya memuaskan dan waktu yang digunakan sangat efisien. NAMA PESERTA 3 eeessscsssisssssseeesssneeer TANGGAL: PENUNTUN BELAJAR KETRAMPILAN KLINIK is PEMASANGAN PIPA NASOGASTRIK | KaSUs PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK Meskipun tindakan pemasangan pipa nasogastrik tidaklah terlalu berrisiko / atau berbahaya ,sebaiknya minta persetujuan tindakan medik kepada | | orangtua 1. Siapa ayah/wali pasien, sebutkan bahwa anda petugas yang diberi wewenang untuk menjelaskan tindakan pada bayi ie | 2. Telaskan tentang PERLU NYA prosedur atau langkah Klinik int untuk memberikan akses intravena_pada bayi baru lahir 3._Jelaskan bahwa tindakan Klinik juga mengandung resiko 4. Pastikan ayah/wali pasien memahami berbagai aspek tersebut diatas 5._Buat persetujuan Tindakan Medik, simpan dalam catatan medik PERSIAPAN ALAT. BAHAN DAN ALAT + Sarung tangan bersih 19 * Pipa lambung dari plastik yang bersih atau kateter dengan ukuran sesuai berat badan bayi - Jika berat badan bayi < 2000 g, gunakan pipa ukuran SF; - Jika berat badan bayi > 2000 g, gunaken pipa ukuran 8F. Pulpen atau pita ukur fleksibel ‘Semprit ukuran 3 - 5 mL (untuk aspirasi cairan lambung) Kertas lakmus biru atau stetoskop Semprit steril atau corong yang sesuai untuk menampung ASI ({jika digunakan untuk pemberian makan) Penutup untuk pipa lambung (jika digunakan untuk pemberian makan) Plester Larutan bensin (jika tersedia) Mencuci tangan dan mengenakan sarung ster 1. Cuci tangan larutan antiseptik yang tersedia 2. Gosok ke dua telapak , punggung tangan dan sela sela jari selama 3 menit 3. Biarkan kering. 4.Kenakan sarung tangan steril Memasukkkan pipa lambung 5, Perkirakan panjang pipa yang dibutuhkan dengan cara sebagai berikut: Pegang pipa untuk memperkirakan panjang pipa yang akan dimasukkan (dari sudut mulut atau ujung hidung ke ujung bawah lobus telinga dan kemudian ke Tambung tepat dibawah tepi iga; 6, Beri tanda pada pipa dengan pulpen atau plester 7. Cara Jain adalah dengan menggunakan pita ukur Hleksibel dan tandai jarak pada sonde. 8. Fleksikan sedikit leher bayi dan dengan lembut masukkan pipa melalui mulut atau melalui salah satu lubang hidung sampai batas yang diperiukan. Jika Melihat apakah dada bayi mengembang atau tidak ~ Bila tidak mengembang : + Peeriksa posisi kepala bayi * Periksa posisi sungkup dan yakinkan udara tidak bocor *__Periksa lendir di mulut, bila ada isap lendienya 16. Bila dada sudah mengembang, lakukan ventilasi 20x dalam 30 deuk + Pastikan dada mengem| * Bila bayi sudah bemafas normal, hentikan ventilasi- 1, Segera hentikan ventilasi dan lakukan penilaian pada bayi (bernafas, tidak bernafas, megap-megap) « Bila bayi bernafas spontan, hentikan resusitasi dan berikan bayi kepada ibunya, untuk Asuhan Bayi Normal, 18.Bila bayi tidak bemafas atau “megap-megap”, lakukan ponilaian Hekuensl jantung, * Bila frekuensi jantung kurang dari 60 kali per menit > LAKUKAN KOMPRESI DADA. * Bila frekuensi jantung > 60 x/menit > teruskan ventilasi tekanan positip dengan frekuensi 20 kali dalam 30 detike. kemudian lakukan penilaian ulang usaha napas, frekuensi —_jantung dan wama kulit 19.Membuat Catatan Rekam Medik/ Catatan Tindakan resusitasi 20.Pencegahan Infeksi Pasca Tindakan MENILAI FREKUENSI_ JANTUNG Cara menilal, ‘Ada 2 cara untuk menilai frekuensi denyut jantung : + Menggunakan stetoskop, mendengarkan di apeks cordid + Meraba denyut arteri umbilikalis 4 Cara menghitang Frekuensi denyut jantung dihitung dengan cara menghitung jumlah denyut jantung dalam 6 detik dikalikan 10, sehingga diperoleh frekuensi jantung permenit Saat menil Frekuensi denyut jantung bayi dinilai setelah selesai melakukan ventilasi 30 detik pertama, MEMASANG KATETER OROGASTRIK Tindikasi \Ventilasi dengan balon dan sungkup lebih lama dari beberapa menit harus dipasang kateter orogastrik dan tetap terpasang selama ventilasi Karena selama ventilasi udara dari orofarings dapat masuk ke dalam esophagus dan lambung yang berakibat 91 a Lambung yang terisi udara akan membesar dan menekan diafragma menghalangi paru~ paru berkembang. b. Udara dalam lambung dapat menyebabkan regurgitasi isi Jlambung yang mungkin menimbulkan aspirasi ® Udara dalam lambung dapat masuk ke usus, menyebabkan perut kembung yang akan menekan diafragma, T. Alat yang dipakai Pipa orogastrik nomor 8F . Semperit 20 ml Ukur panjang pipa yang akan dimasukkan dengan cara mengukur panjangnya mulai dari pangkal hidung ke daun telinga bayi dan dari daun telinga ke prosesus sifoideus (ujung bawah tulang dada) bayi. 3. Masukkan pipa melalui mulut (hidung untuk ventilasi) fa Setelah pipa dimasukkan sesual panjang yang diinginkan (sesuai pengukuran sebelumnya) sambung dengan semperit 20 ml dan isap isi lambung dengan cepat dan halus, 5. Lepaskan semperit dari pipa. Biarkan ujung pipa terbuka agar ada Jubang udara ke lambung. Plester pipa ke pipi bayi untuk fiksasi ujung pipa 92 PENUNTUN BELAJAR 6.3 : KETRAMPILAN RESUSITASI BAYI BARU LAHIR KOMPRESI DADA (Digunakan oleh Peserta) Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut 0. Lalai : Langkah kiinik tidak dilakukan oleh peserta 1. Perlu perbaikan : Langkah Klinik sudah dilakukan, tetapi belum dengan benar/baik atau tidak sesuai urutannya atau ada langakh yang tidak dilakukan. 2, Cukup : Langkah Klinik dilakukan dengan benar dan sesuai dengan urutannya, tetapi hasilnya belum baik, atau waktu yang dibutuhkan untuk melakukan langkah tersebut lebih lama dari yang diharapkan, 3. Baik : Langkah Klinik dilakukan dengan benar dan baik, sesuai dengan urutanniya dengan tepat tanpa ragu ~ ragu atau tanpa perlu bantuan, sehingga hasilnya memuaskan dan waktu yang digunakan sangat efisien. NAMA PESERTA: ...... TANGGAL PENUNTUN BELAJAR KETRAMPILAN RESUSITASI BAYI BARU LAHIR eee LANGKAH KLINIK KASUS 1[2]3;4[s KOMPRESI DADA 1 Indikast Bila setelah 30 detik melakukan VTP dengan oksigen 100%, frekuensi Jantung bayi kurang dari 60 kali/menit. 2. Posisi Pelaksana Kompresi Dada Pelaksana menghadap ke dada bayi dengan kedua tangannya dalam posisi yang benar. 3. Lokasi Kompersi Dada Kompresi dilakukan di 1/3 bagian bawah tulang dada dengan cara ‘menyelusuri lengkung tulang iga dengan jari sampai menemukan sifoid. Lalu tempatkan jari ~jari sedikitdiatas sifoid, Hati — hati jangan sampai menekan prosesus sifoideus. =] Teknik menggunakan kedua ibu jari ._Kedua tangan melingkari dada bayi bagian lateral, tempatkan kedua ibu | i 93 Jai di tulang dada dilokasi kompresi, sedangkan jari ~jari lainnya diletakkan di punggung bayi, b. Kedua ibu jari diletakkan berdampingan (untuk bayi kecil ibu jari yang satu diletakkan diatas ibu jari yang lain) . Teknik menggunakan 2 jart a. Ujung ~ ujung jari tengah dan jeri tekunjuk salah satu tangan digunakan untuk kompresi dada, b. Letakkan kedua jari tersebut tegak Iurus tulang dada dilokasi komoresi. Kompresi hanya dilakukan dengan ujung - ujung jari tersebut, ¢. Tangan yang lain diletakkan dipunggung bayi, menopang b: belakang bayi, schingga penekanan pada jantungbayi diantara tulang dada dan tulang belakang lebih efektif. Selain itu tangan yang menopang bagian belakangbayi dapat merasakan tekanan dan dalamnya kompresi. Dalamnya kompresi dada (dalamnya tekanan) Dengan posisi jari - jari dan tangan yang benar, gunakan tekanan yang cukup untuk menekan tulang dada kira — kura sedalam 1/3 diameter anteroposterior, kemudian tekanan dilepaskan untuk ‘memungkinkan pengisian jantung, yang dimaksudkan dengan | kompresi ialah tekanan ke bawah ditambah pembebasan tekanan . Kecepatan kompresi dada * Rasio kompresi dada dan ventilasi dalam 1 menit ialah 90 Kompresi dada dan 30 ventilasi(rasio 3 : 1). Dengan demikian kompresidada dilakukan 3 kali dalam 1 % detik dan ¥4 detik untuk ventilasi | kali. 94 Tou jari atau ujung — ujung jari harus tetap Kontak dengan tempat Kompresi dada sepanjang waktu, baik pada saat penekanan ‘maupun pada saat melepaskan penekanan. Jika ibu jari atau ujung ~ ujung jari diangkat dari tulang dada,maka: Membuang waktu untuk melokalisasikan kembali daerah penekanan. 1) Kehilangan kontrol dalamnya penekanan 2) Dapat menekan daerah lain yang salah dan menyebabkan cedera pada dada atau organ lain 8. Konsistensi Yang terpenting ialah menjaga agar dalam dan kecepatan penekanan tetap konsisten untuk memastikan sirkulasi yang cukup. Setiap interupsi penekanan akan menyebabkan penurunan tekanan darah karena peredaran darah berhemti. 9. Mengontrol efektivitas Untuk mengetahui apakah darah mengalir secara efektif, nadi harus dikontrol secara periodik dengan beraba nadi misalnya di tali pusat, karotis, brakhialis, dan femoralis, 10, Evaluasi frekuensi denyut jantung bayi a Setelah 30 detiktindakan kompresi dada , nilai bayi dengan memeriksa frekuensi denyut jantung bayi , bila frekuensi denyut Jantung mencapai 60 kali/menit atau lebih tindakan kompresi dada dihentikan, periksa usaha napas dan wama kulit. : * Bila bayi bermapas spontan dan teratur, atau bayi menangis, berarti resusitasi berhasil, bayi_ didekatkan dengan ibwpayu dara ibu, kemudian dirawat di Ruang Perawatan Khusus untuk pemantauan * Bila bayi belum bernapas spontan, dan atau warna kulit bayi masih kebiruan atau pucat , lakukan VTP saja tanpa kompresi dada , nilai bayi setiap 30 detik b, Bila setelah kompresi dada 30 detik, dan pada saat penilaian bayi » frekuens jantung kurang dari 60 kali/menit, berikan pengobatan dengan Epinefrin, melalui pipa ET (lebih diutamakan) atau jalur intra vena. Kemudian segera lakukan kompresi dada dan VTP dengan koordinasi yang baik selama 30 detik dan nilai ulang keadaan bayi 11, Keputusan untuk menghentikan resusitasi neonatus Resusitasi kardiopulmonal dihentikan bila setelah 15 menit melakukan tindakan resusitasi dengan benar, tetap tidak ada denyut jantung. 12-Membuat Catatan Rekam Medik/ Catatan Tindakan resusitasi 13.Pencegahan Infeksi Pasca Tindakan 95 PENUNTUN BELAJAR 6.4: KETRAMPILAN KLINIK RESUSITASI BAYI BARU LAHIR INTUBASI ENDOTRAKEAL (Digunakan oleh Peserta) Beri nilai untuk setiap langkah Klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut. ~ 0. Lalai : Langkah klinik tidak dilakukan oleh peserta |. Perlu perbaikan : Langkah klinik sudah dilakukan, tetapi belum dengan benar/baik atau tidak sesuai urutannya atau ada langakh yang tidak dilakukan, 2. Cukup : Langkah Klinik dilakukan dengan benar dan sesuai dengan urutannya, tetapi hasilnya belum baik, atau waktu yang dibutuhkan untuk melakukan langkah tersebut lebih Jama dari yang diharapkan. 3. Baik : Langkah Klinik dilakukan dengan benar dan baik, sesuai dengan urutannya dengan tepat tanpa ragu ~ ragu atau tanpa perlu bantuan, sehingga hasilnya memuaskan dan waktu yang digunakan sangat efisien. NAMA PESERTA : se eee TANGGAL PENUNTUN BELAJAR ] KETRAMPILAN RESUSITASI BAYI BARU LAHIR | LANGKAH KLINIK KASUS INDIKASI INTUBASI ENDOTRAKEAL Indikasi a. Bila terdapat mekonium & bayi mengalami depresi pernapasan, tonus otot, dan frekuensi jantung b. Bila VTP dgbalon dan sungkup tidak menghasilkan_ Ppengembangan dada atau bila VTP. berlangsung lebih dari beberapa menit. c. Bila diperlukan kompresi dada untuk memudahkan koordinasi antara Kompresi dan ventilasi. 4. Jika perlu pemberian epineftin untuk stimulasi jantung, ¢. Indikasi lain : « bayi sangat Pprematur ¢ bila diduga hernia diafragmatika ape] { PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK 1. Sapa ayah/wali pasien, sebutkan bahwa anda petugas yang diberi wewenang untuk menjelaskan tindakan pada bayi. Hee 4. Jelaskan tentang PERLU NYA prosedur atau langkah Klinik ini untuk | pemasangan pipa ET pada bayi Jelaskan bahwa tindakan Klinik juga mengandung resiko 96 6._Pastikan ayah/wali pasien memahami berbagai aspek tersebut diatas 7, Buat persetujuan Tindakan Medik, simpan dalam catatan medik MENYIAPKAN ALAT DAN PERLENGKAPAN 6.Memilih dan menyiapkan pipa ET (endotrakeal) * Yang dipilih ialeh pipa ET sekali pakai (disposible) steril dengan diameter pipa yang sama. + Pilihlah ukuran pipa sesuai dengan berat badan bayi. Berat badan bayi Ukuran pipa ET (gram) (mm) <1000 25 1000-2000 3.0 2000 - 3000 35 >3000 3,5-4,0 * untuk memudahkan intubasi dan menghindarkan pipa masuk terlalu Jauh, pipa ET dipotong secara diagonal pada angka 13 cm. ‘* Sambungan pipa dipasang kembali pada ujung pipa yang telah dipotong. Apabila perlu, sambungan ipa diganti dengan sambungan pipa yang sesuai agar tidak mudah lepas pada waktu intubasi * Agar pipa ET lebih keku dan mudah dilengkungkan schingga mempermudah intubasi, masukkanlah stilet ke dalam pipa ET. © Setelah stilet dipasang, haus diperhatikan bahwa ujung stilet tidak keluar dari ujung pipa ET untuk mencegah trauma jaringan; dan pangkal stilet ditengkungkan sedemikian rupa schingga tidak ‘mungkin masuk lebih dalam pada waktu intubasi |7-Menyiapkan laringoskop * Pilihlah taringoskop dengan lidah (daun laringoskop) yang lurus + Untuk bayi kurang bulan, pilih no. 0 + Untuk bayi cukup bulan, pilih no. 1 Pasang daun laringoskop pada pegangannya Hidupkan lampu laringoskop untuk mengetahui apakah lampu dan baterai baik * Periksa apakah lampu terpasang baik, sehingga tidak lepas/jatuh pada waktu intubasi 8.Menyiapkan alat/perlengkapan lain a. Mesin penghisap dan keteter 1) Mesin penghisap harus siap pakai, dan tekanan diatur sedemikian rupa sehingga tekanan negatif tidak lebih dari 100 mmig bila pipa mesin disumbat. 2) Kateter penghisap yang disiapkan ialah no. 10F. Apabila pipa ET sudah terpasang dan akan dipertahankan agak lama, seandainya perlu dilakukan penghisapan lendir dapat digunakan o7 keteter no. SF, 6F atau 8F, b.Balon resusitasi dan sungkup 3) Balon resusitasi dan sungkup yang dapat mengalirkan oksigen 90 ~ 100 % harussiap untuk memberikan ventilast apabila intubasi gagal. 4) Balon resusitasi juga diperlukan untuk memberikan ventilasi setelah pipa ET terpasang, ©. Oksigen 5) Oksigen 100% dan saluran oksigen telah dihubungkan dan siap pakai dStetoskop ¢. Plester untuk fiksasi pipa ET ke kulit wajah bayi. £. Endotrakel tube (ET) g.. Penghisap lendir h., Pencatat waktu MELETAKKAN BAYI 9-Meletakkan bayi 2, Letak bayi untuk intubasi sama dengan letak bayi untuk ventilasi balon dan sungkup, yaitu letakkan di alas yang datar, kepala lurus dan leher sedikit tengadah, b. Untuk mempertahankan agar leher tetap tengadah, letakkan gulungan kain di bawah bahu bayi. ¢. Jangan menengadahkan Ieher berlebih, kaerna glottis akan terdorong ke atas melewati arah pandang dan trakea lebih sempit. d._Apabila leher kurang tengadah, maka glottis tidak dapat dilihat. MEMASANG LARINGOSKOP DAN MELIHAT GLOTTIS 10.Menyiapkan pemasukan laringoskop a. Penolong berdiri disisi atas kepala bayi b. Nyalakan lampu laringoskop. ¢. Pegang laringoskop dengan ibu jari dan ketiga jari tangan kiri (tidak peduli penolong kidal atau normal) dan arahkan daun laringoskop ke sisi berlawanan dengan penolong. d._Pegang kepala bayi dengan tangan kanan. Ti Memasukkan daun laringoskop ©. Masukkan daun alringoskop antara palatum dan lidah. £, Ujung daun laringoskop dimasukkan menyusuri lidah secara perlahan ke pangkal lidah sampai di vallecula (lekuk antara pangkal lidah dan epiglottis) 12.Melihat glottis g Angkat daun laringoskop dengan cara mengangkat seluruh laringoskop ke arah barang laringoskop menunjuk, dengan demikian lidah akan terjulur sedikit sehingga farings terlihat. 98 Jangan hanya mengangkat ujung daun laringoskop dengan menariknya ke arah penolong (mengungkit), karena glottis tidak akan tampak dan pinggir alveoli akan mendapat tekanan yang kuat akan merusak pembentukan gigi kelak, h, Langkah berikutnya ialah mengetahui (menentukan) letak (posisi) daun laringoskop sudah betul atau salah dengan cara ‘melihat petunjuk. Letak Tanda Petunjuk - Benar - Glottis tampak disebelah atas dengan muara di bawah - Kurang dalam - Lidah terlihat menutupi daun - Terlalu dalam - Terlihat dinding esofagus Lebih kekiri - Di belakang farings terlihat sebagian trakea di samping daun i, Pada beberapa bayi, terutama bayi yang kecil, penekanan di aerah larings akan memperlihatkan glottis. Ini dilakukan sendiri oleh penolong menggunakan jari keempat dan kelima tangan kiri, atau dilakukan oleh pembantu penolong dengan jeri telunjuk. 13-Penghisapan lendir ‘Sewaktu memasukkan daun laringoskop, jikalau terdapat sekrev/lendir ‘menutupi jalan nafas, dilakukan penghisapan lendir menggunakan kateter sampai epliglottis tampak dan untuk menghindarkan aspirasi apabila bayi gasping. 14.Berhenti setelah 20 detik ‘Tindakan intubasi dibatasi 20 detik untuk mencegah hipoksia Pada waktu berhenti bayi distabilkan dengan memompa balon dan sungkup. MENEMPATKAN PIPA ENDROTRAKEAL (ET) 15-Memasukkan pipa ET a. Syarat untuk memasukkan pipa ET ialah glottis dan pita suara harus terlihat. 5. Untuk menghindarkan lapang pandang tertutup, maka pipa ET y}sec uep winun wowfeueyy ‘smjeuoay eped Bueley ideve) eueouas ueyseraluay) :z sefejog ueniny (webu, ep jeme Jeuotsany)) uenyeeGued uerejued yeBue sauoisony ‘snsey Ipnig Sueloy Buipueg sisoubeIg lye} nueq \Keq eped Buelsy : |g snsey Ipnig Isnysiq, Juayeud wep ynouroud yeyBuey Tejeuoau vauodwoy G3NOd UeuNelad uenoy nyNg yeHnDd sesep disutd smeuoou eped Bueloy qegorued ueysejtuoyy :1 sfejog uening, UIHVT Mave IAVE VOvd ONYPIH :8 ave jeBu8y vep jeme TeUOISSTy) ueNye;SEUET UOIGINEG Seder venEbueS | snsey pms, >yiseds vep wun vawofeueyy yebuva4 seuoseny, ‘smysIq sedeu uenfi6ueB JRjeudeu vauodwoy GNOd UeUeIad ‘vena mng Yen) !seyyisen ‘sisoubeig vep ueseleg Suepes uep ueGwy sedeu uen6Guep uawolevew Uayeuesyejou ndwey : Z sefejag uenIng, yebua] seuosony Feleuoeu ueuodwoy G3NOd veyed “uensy myng ‘USEWNSINVHYE "YeBUay Uap Teme JeU0;Seny) uengeyabued UEIe|ag Fsnysig eu, NvAVIOay sedeu ven6bue6 qeqaAuag | Ist at .ninup snuey heq edeBuaw ebyenj3y neve enjBuew epedoy ueysejaluayy j-——— (yebua| 1aU0Seny | reyeuoau isyayul:s°g snsey pms | | 1eyeuoeu vavodwoy G3NOd ueUReIed uenoy mong | — Yebua] eUOsany reyeu0au Isyajul:°6 snsey pris [elevoou vauodwoy G3NOd UeUleag ‘venoy nang UIHV7 NUVA 1AVS ISVLNOSSNVEL ave ep jee Jeuoiseny) uenyejobued ep jeme Jauorseny) uenyelaGuad uelejuog nse IPMS 'SNHSIC ‘ENN Nva NywArny 0 ia} snsey Ipnig "smsiq ‘yenny | eyevve Teebaa i (Plevoau |syju) uawoleuery 1 ISYeyUI VaWaleUEW LEsejoluay -Z Jefejag Uen|ny ‘s'souBeIQ fe}eUoeN) 1Syojul queyard uep yjowoud ‘ueseIeg ‘ejeuoeu syejul uewalevew eyes siscuberp uep eyefa6 ‘epuey ueyserolueyy :}2efeIog uentny “WLVNO3N ISYBJNI: 6 €V8 eBay, 12u0;sany euanesnut ‘sryul anjef uebueseweg :19 WILL visa Jey2u00u wouodwoy G3NOd WeUpeled :uenoy mng i evanequl sul ne ueGvEseWeY evareimu Smjul nef uebvesewied 'S selejeg uenth yetuay sovosany Feteuoau vavodwoy G3NOd UeuNejad :uenoy MIN uep jeme sauosseny) uenyeyebuad ean saye| nueq Aeg eped Guvfoy uejewry ueyeqobuad ep eSoNOWeNIPOW eq ueGuep Buelay Buojousur e7e9 ueysejalveyy:p eTeiog Uenkny ye6vaj 1euoseny, “anyey req 1heq WSeNNUOA -7'8 WITIL UVLO leyeuoau vauodwoy G3NOd UeUReled ‘uenoy Ming. {yebuar uep jeme souosseny) uenyerebued ueteueg is \seua6)syo ep ‘sod ‘sedeu veel ueyseqequey UaaNNSINVHYE NVLVIOIY tsi 81 yeBuay seuciseny veg 'sevodsuen uep veyni [ey@u0=U vauodWoy GaNOd Ue ep jeme souojseny) uenyeye6ued !sevodsuey ueynyejow uBynyp|aw rEKS Jeuaq ueBuep 79q ¥njUn IseHodsueN| ep UeYnu WoIsis UENEUESYETOWY :¢ Jelejeg Lenin, TeUS] avo siyey eq eq jseuodsues, uep ueyning {0} snsey pms Fejeuoau wauodwoy G3NOd veuneiad :uenay nna luep jeme Jouotseny) uenyejebued ‘snsey Ipnjg ‘st 2nlnup suey Buek sel rueg eg ‘sruey 6uek snsey uexsejaluey :z sefefog uenfny, ‘WeBUB} iSU0SaNy 4 ewodsueR Uep ueYniny :}°O} SNsey IpMISg 6 UaLOdWOY GINOd UeYIEFRd ‘uenoy MANE uep jeme s9uoIseny) uenyeyabuc $snsey 19mg ‘ISNYSIO "YEN, Lveyniny wnsis sesep disutg uaSWNSINVHVE NVLVIO3H tsi KUNCI JAWABAN KUESIONER AWAL BAYI BERAT LAHIR RENDAH Instruksi: Pilih B bila pernyataan Benar dan $ bila pemyataan Salah. PENILAIAN/ DIAGNOSIS 1 3 4 Persalinan kurang bulan / prematur dan bayi lahir kecil untuk masa __kehamilannya —merupakan penyebab bayi berat lahir rendah Kehamilan yang tidak diinginkan merupakan salah satu predisposisi bayi berat lahir rendah ‘Tanda BBLR karena kehamilan kurang bulan antara Jain: kulit Keriput, kuku lebih panjang Bayi mengalami hipotermi jika suhu tubuh kurang dari 36.5°C. pada pengukuran suhu melalui ketiak PENGELOLAAN 5 6 10 Setiap menemukan BBLR lakukan manajemen umum antara lain dengan menjaga bayi tetap hangat Tidak memandikan bayi baru lahir atau menyentuh bayi dengan tangan dingin merupakan upaya pencegahan hipotermi Jenis cairan infus yang diberikan pada bayi hipoglikemi adalah Ringer Laktat Anjurkan ibu untuk menyusui secara dini dan ASI ekslusif lebih sering minimal setiap 2 jam merupakan salah satu manajemen bayi ikterus Antibiotik awal diberikan pada kecurigaan sepsis adalah Cefotaksim dan gentamisin Kenaikan berat bayi tidak adekuat jika ditemuken kenaikan berat bayi kurang 20 gram selama 3 hari berturut-turut, ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR Instruksi: Pilih B bila pernyataan Benar dan S bila pernyataan Salah, PENILAIAN/ DIAGNOSIS. i Bila bayi baru lahir tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100X/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot ‘menurun patut dicurigai asfiksia Diagnosis asfiksia ditegakkan dengan menunggu Skor Apgar Langkah awal resusitasi —dilakukan dengan menjawab 5 pertanyaan, bila ada salah satu atau B B B B Tujuan peserta 1 (halaman 5.1) ‘Tujuan peserta | (halaman 5.1) Tujuan peserta 2 (halaman 5.3) Tujuan peserta 1 (halaman 5,3) Tujuan peserta 4 (halaman 5.3) Tujuan peserta 4 (halaman 5.3) Tujuan peserta $ (halaman 5.3) Tujuan peseria 6 (halaman 5.3) Tujuan peserta 7 (halaman 5.3) Tujuan peserta 8 (halaman 5,3) Tujuan peserta 1 (halaman 6.4) Tujuan peserta 1 (halaman 6,4) Tujuan peserta 1 (halaman 6.4) 19 lebih jawaban * tidak PENGELOLAAN 4 Ventilasi tekanan positip (VTP) dilakukan dengan kecepatan 40-60 x/menit 5 Kompresi dada dilakukan bila setelah VIP. denyut jantung masih 80 x/ menit 6. Tika telah dilakukan resusitasi dan berhasil, bayi dapat dirawat secara rawat gabung 7. Setelah melakukan resusitasi, maka harus dilakukan konseling pada keluarga 8 Salah satu cara —_disinfeksi_tingkat _inggi denganlarutan Klorin 0,1 % selama 20 menit. 9. Bila terjadi asfiksia di Puskesmas, maka yang harus diantisipasi untuk melakukan rujukan adalah apabila dalam waktu 2 ~ 3 menit setelah dilakukan resusitasi bayi tidak membaik, maka harus segera dirujuk 10, Resusitasi dinilai tidak berhasil jika bayi tidak bernapas spontan dan tidak terdengar denyut jantung setelah dilakukan resusitasi secara efektif selama 10 menit. GANGGUAN NAPAS PADA BAYI BARU LAHIR Tujuan peserta | (halaman 6.4) Tujuan peserta 1 (halaman 6.4) Tujuan peserta 2 (halaman 6.7) Tujuan peserta 2 (halaman 6.7) Tujuan peserta 2 (halaman 6.8) Tujuan peserta 3 (halaman 6.7) Tujuan peserta 3 (halaman 6.7.) Instruksi: Pilih B bila pernyataan Benar dan $ bila pernyataan Salah. PENILAIAN/ DIAGNOSIS: 1 Penyebab Gangguan napes menurut masa gestasi, pada bayi kurang bulan adalah asfiksia , penyakit membrane hialin dan pneumonia dan kelainan kongenital 2 Gangguan napas sedang terjadi bila frekuensi napas bayi 60-90 kali/menit dengan tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi PENGELOLAAN 3. Bayi dengan gangguan napas tidak perlu dipasang jalur intravena dan diberi oksigen 4 Pemberian ASI ditunda pada bayi yang mengalami ‘gangguan napas ringan 5 Pemberian oksigen dapat dihentikan jika frekuensi apes bayi 30-60 kali permenit 6 Pemberian antibiotik merupakan salah satu ‘manajemen umum pada gangguan napas 7 Pada beberapa kasus, gangguan napas ringan dapat ‘merupakan tanda awal dari infeksi sistemik 8, Perbaikan pada gangguan napas dapat berupa suara B Tujuan peserta 1 (halaman 7.2) Tujuan peserta 2 (halaman 7.2) Tujuan peserta 2 (halaman 7.3) Tujuan peseria2 (halaman 7.4) ‘Tujuan peserta 2 (halaman 7.4) Tujuan peserta 2 (halaman 7.4) ‘Tujuan peserta 2 (halaman 7.5) Tujuan peserta 2 20, 10 merintih yang berkurang Resusitasi pada gangguan napas hanya dilakukan jika bayi mengalami apnea Rujukan dilakukan pada gangguan napas berat atau gangguan napas sedang yang tidak menunjukkan perbaikan setelah 2 jam terapi. KEJANG PADA BAYI BARU LAHIR Instruksi: Pilih B bila pernyataan Benar dan § bila pernyataan Salah. PENILAIAN/ DIAGNOSIS Kejang pada neonatus dapat diakibatkan oleh asfiksia neonatorum, hipoglikemia atau_merupakan tanda meningitis atau masalah susunan saraf Kejang merupakan salah satu tanda bahaya pada neonatus karena dapat menimbulkan kematian atau menimbulkan gejala sisa dikemudian hari Mencegah persalinan prematur merupakan salah satu tindakan promotip/preventif kejang pada bayi Hipoglikemi dicurigai sebagai penyebab kejang, jika pada pemeriksaan —ditemukan—ubun—ubun membonjol. Riwarat Pengolesan bahan tidak steril pada tali pusat, infeksi tali pusat dan spame menunjang diagnosis tetanus neonatorum PENGELOLAAN 6 Manajemen umum kejang pada neonatus berupa membebaskan jalan napas dan Oksigenasi, medikamentosa untuk —memotong —_kejang ‘memasang jalur infus intravena Diazepam adalah obat pilihan untuk memotong kejang pada neonatus. Menjaga jalan napas tetap bersih dan terbuka serta pemberian oksigen bertujuan untuk mencegah hipoksia otak Ampsilin dan gentamisin sebagai antibiotik awal dapat diberikan pada penderita meningitis Toksoid tetanus harus diberikan pada penderita tetanus neonatorum B (halaman 7,5) Tujuan peserta 2 (halaman 5,3) Tujuan peserta 2 (halaman 3.3) Tujuan peserta 1 (halaman 8.1) Tujuan peserta 1 (halaman 8.1) Tujuan peserta 1 halaman 8.1) Tujuan peserta 1 halaman 8.3) Tujuan peserta 1 (halaman 8.3) Tujuan peserta 3 (halaman 8.4) Tujuan peserta 4 (halaman 8.4) Tujuan peserta 3 (halaman 8.4) ‘Tyjuan peserta 4 (halaman 8.5) Tujuan peserta 5 (halaman 8.6) RUJUKAN DAN TRANSPORTASI BAYI BARU LAHIR Instruksi: Pilih B bila peryataan Benar dan S bila pernyataan Salah, PENILAIAN 1, Keadaan paling ideal untuk merujuk adalah rijukan antepartum 7 2. Keterlibatan orangtua atau keluarga tidak diperlukan dalam mengambil keputusan untuk merujuk bayi 3. Persyaratan rujukan bayi harus dalam keadaan stabil dan tanda bahaya sudah dikelola lebih dulu 4. Kasus atau keadaan yang memerlukan rujukan ke fasilitas yang lebih lengkap antara lain ikterik kremer i 5 Asfiksia yang tidak memberi respons pada tindakan resusitasi, sebaiknya diputuskan untuk _merujuk dalam 20 menit pertama PENGELOLAAN 6 — Syarat transportasi bayi yang akan diryjuk harus didampingi oleh tenaga Kesehatan yang trampil melakukan tindakan resusitasi, minimal ventilasi 7 Salah satu tanda bayi stabil dan siap dirujuk ialah bila suhu ketiak 36° C : 8 Alat resusitasi lengkap merupakan peralatan yang harus tersedia pada saat melakukan transportasi 9 Pemberian oksigen 2-3 / menit dapat diberikan melalui sungkup 10 Perubahan warna kulit menjadi kemerahan merupakan salah satu tanda kenerhasilan oksigenasi ‘Tujuan peserta 1 halaman 10.1) Tujuan peserta 1 halaman 10.1) Tujuan peserta halaman 10.1) Tujuan peserta 2 halaman 10.1) Tujuan peserta 2 (halaman 10.1) Tujuan peserta 2 (halaman 10.2) Tujuan peserta 3 halaman 10.2) Tujuan peserta 3 (halaman!0.3) Tujuan peserta | (halaman 10.3) Tujuan peserta 3 (halaman 10.3) KUESIONER PENILAIAN PENGETAHUAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH Instruksi: Lingkari satu huruf jawaban yang benar untuk setiap pernyataan dibawah ini. PENILAIAN Keadaan dibawah ini termasuk dalam faktor predisposisi terjadinya berat lahir tendah, kecuali a, Penyakit kehamilan b. Ibu malnutrisi ©. Kehamilan ganda 4. Penyakit membrane hialin. 2. Bayi berat lahir rendah dapat disebabkan bayi lahir kecil untuk masa kehamilan, beberapa tanda bayi lahir kecil untuk masa kehamilan antara lain, kecuali a, Tulang rawan telinga belum terbentuk sempurna b. Kuku lebih panjang ¢. Kulit keriput d. Bukan salah satu diatas 3. Bayi berat Jahir rendah dapat disebabkan kehamilan kurang bulan, beberapa tanda bayi kurang bulan antara lain, kecuali a. Tulang rawan telinga belum terbentuk sempurna b. Kuku lebih panjang .’ Masih terdapat lanugo (rambut halus pada kulit) 4. Refleks refleks masih lemah 4. Bayi berat lahir rendah mudah mengalami hipotermi karena a Pusat pengaturan subu tubuh bayi sempuma. », Permukaan tubuh bayi relatif luas. ¢. Kemampuan produksi dan menyimpan panas tidak terbatas, 4. Semua pernyataan diatas benar 5. Tkterus adalah pewarnaan kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa yang terjedi Karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah, Disebut Ikterus kremer Ill apabila didapatkan pewamaan kuning pada : 2, Daerah Kepala dan Ieher Lebih. . Sampai badan atas. ¢. Sampai badan bawah hingga tungkai. . Samapai daerah lengan, kaki bawah, lutut. PENGELOLAAN 23 10 Setiap menemukan bayi berat lahir rendah, dilakukan manajemen umum sebagai berikut: a. Stabilisasi sub, jaga tetap hangat b. Dianjurkan menyusui lebih sering. c. Apabila proses menyusui terhambat karena sakit, dapat diberikan asi peras melalui pipa nasogastrik 4, Semua pernyataan diatas benar Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR karena cadangan glukosa rendah. Jika ditemukan hasil pemeriksaan gula darah sewaktu kurang dari 45 mg/dL (2,6 mmol/L) tindakan yang paling tepat dilakukan adalah a. Berikan glukose 10% 2 mL/kg secara IV bolus pelan dalam lima menit b. Berikan glukose 5%"2 mL/kg secara IV bolus pelan dalam lima menit ie c. Berikan glukose 10% 2 mL/kg secara IV bolus secepatnya kurang dari lima menit d. Berikan glukose 5% 2 mL/kg secara IV bolus secepatnya kurang dari lima menit Kenaikan berat bayi tidak adekuat jika ditemukan kenaikan berat bayi Kurang 60 gram selama 3 hari berturut-turut. Bila tidak ditemukan penyebab pasti, lakukan tindakan meningkatkan jumlah ASI yang diterima oleh bayi dengan cara sebagai beriut, kecuali : a. Menaikkan frekuensi minum ASI b. Menambah lamanya waktu menyusui . Menyusui dengan bergantian payudara 4. Pada bayi kembar, diupayakan bayi yang lebih bersar mendapat ASI dahulu. Neonatal sepsis merupakan sindroma Klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi selama satu bulan pertama kehidupan. Antibjotik pilihan pertama yang diberikan pada bayi kecurigaan besar sepsis sebagai berikut: a. Ampisilin . Cefotaksim ¢. Gentamisin 4. Jawaban a dan c benar Pada bayi dengan Ikterus yang perlu dirujuk ke fasilitas yang lebih Iengkap setelah keadan bayi stabil, kecuali : a, Setiap Ikterus yang timbul dalam 24 jam pasca kelahiran b. Pada bayi dengan Ikterus kremer III atau lebih c. Ikterus fisiologis 4. Bukan salah satu diatas

You might also like