You are on page 1of 10

Seminar Nasional Added Value of Energy Resources ( AVoER) Ke-6

Kamis, 30 Oktober 2014 di Kota Palembang, Indonesia

METODE PENGUKURAN KEBISINGAN RUANGAN


MENGGUNAKAN DATA LOGGER SPL
Aryulius Jasuan1,
1

Teknik Elektro, Universitas Sriwijaya, Palembang


, Corresponding author: aryulius@gmail.com

ABSTRAK: Pengukuran Kebisingan Ruangan mengalami perkembangan yang pesat, Baik itu dilakukan untuk
pengukuran kebisingan secara umum maupun yang terkait dengan berbagai keperluan dibidang telekomunikasi seperti
perencanaan ruang studio dan lain sebagainya, diharapkan melalui penelitian ini dapat dikembangkan suatu metode dan
prosedur pengukuran Kebisingan Suatu ruangan. Melalui penelitian ini akan dipelajari hal hal yang tekait dengan Bunyi
dan Kebisingan, Sumber Kebisingan, Jenis Kebisingan, Pengaruh Kebisingan Pada Manusia, Penyebab kebisingan,
Dampak Kebisingan Terhadap Kesehatan, Standar kebisingan berbagai spot dan ruang publik menurut Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tanggal 25 Nopember 1996, dan melakukan uji coba
penggunaan Noise Meter dengan Data Logger SPL berbasis Andoid. Sebagai uji coba dilakukan pengukuran kebisingan
dan perhitungan yang dilakukan pada Teras, Koridor dan ruang Administrasi di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya Kampus Palembang. Dari hasil pengukuran ruang teras tingkat kebisangan pada siang 63,74
dB(A) berada diatas nilai ambang untuk fasilitas umum sebesar 60 dB(A).
Key words : Pengukuran kebisingan, SPL data Logger Android
ABSTRACT: Noise Measurement had great development, Be it done for noise measurement in general or related to
various purposes in the field of telecommunications such as a studio planning and so forth, The aim of this research is
to be developed a method and procedure of noise measurement. Through this research will study matters reletad with
Sound and Noise, Noise Sources, Noise Type, Noise Effect On Humans, causes noise, Noise Impact on Health, The
standar of Noise Exposure for various spots and public spaces in Indonesia regulated by Decree of the Minister of
Environment No. 48 In 1996 On 25 November 1996, in this reseach test measurement of Noise using Noise Meter Data
Logger SPL Andoid-based. As a test conducted noise measurements and calculations were performed test on the
terraces, corridors and space Administration in the Department of Electrical Engineering Faculty of Engineering,
University Campus Sriwijaya Palembang. From the measurement results nosis level in patio space during the 63.74 dB
(A) is above the threshold value for public facilities by 60 dB (A).
Key words: measurement noise, Data Logger SPL Android
PENDAHULUAN
Melalui Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab
keingintahuan peneliti tentang bangaimana cara
melakukan
pengukuran
kebisingan,
mengingat
perkembangan kemajuan elektronika yang membawa
perkembangan suatu perangkat android yang dapat
diprogram sesuai dengan kebutuhan.
Penggunaan alat ukur kebisingan tidak hanya berguna
untuk bidang kesehatan dan kenyamanan lingkungan
kerja tetapi juga digunakan pada berbagai bidang
telekomunikasi seperti mempelajari karakteristik
peralatan audio, pengujian kekedapan ruang studio dan
lain sebagainya.
Gangguan kesehatan selain gangguan pendengaran
biasanya disebabkan karena energi kebisingan yang
tinggi mampu menimbulkan efek viseral, seperti

perubahan frekuensi detak jantung, perubahan tekanan


darah, dan tingkat pengeluaran keringat. Sebagai
tambahan, ada efek psikososial dan psikomotor ringan
jika dicoba bekerja di lingkungan yang bising.
Bising menyebabkan berbagai gangguan pada tenaga
kerja. Gangguan kesehatan yang ditimbulkan akibat
bising pada tenaga kerja bermacam-macam. Efek atau
gangguan kebisingan dapat dibagi menjadi dua yaitu
(Siswanto, 1992).:
Gangguan fisiologis dapat berupa peningkatan tekanan
darah dan penyakit jantung. kebisingan bisa direspon oleh
otak yang merasakan pengalaman ini sebagai ancaman
atau stres, yang kemudian berhubungan dengan
pengeluaran hormon stres seperti epinephrine,
norepinephrine dan kortisol. Stres akan mempengaruhi
sistim saraf yang kemudian berpengaruh pada detak
jantung, akan berakibat perubahan tekanan darah. Stres

AryuliusJasuan,etal.

yang berulang-ulang bisa menjadikan perubahan tekanan


darah itu menetap. Kenaikan tekanan darah yang terusmenerus akan berakibat pada hipertensi dan stroke.
Gangguan pada indera pendengaran.
Trauma Akustik : Merupakan gangguan pendengaran
yang disebabkan pemaparan tunggal (Single exposure)
terhadap intensitas yang tinggi dan terjadi secara tibatiba, sebagai contoh gangguan pendengaran atau
ketulian yang disebabkan suara ledakan bom. Hal ini
dapat menyebabkan robeknya membran tympani dan
kerusakan tulang-tulang pendengaran.
Temporary Threshold Shift (TTS) atau kurang
pendengaran akibat bising sementara (KPABS). Adalah
efek jangka pendek dari pemaparan bising, berupa
kenaikan ambang sementara yang kemudian setelah
berakhirnya pemaparan terhadap bisingakan kembali
normal. Faktor yang mempengaruhi terjadinya TTS
adalah intensitas dan frekuensi bising, lama waktu
pemaparan dan lama waktu istirahat dari pemaparan,
tipe bising dan kepekaan individual.
Permanent Threshold shift (PTS) atau kurang pendengaran
akibat bising tetap. Adalah kenaikan ambang pendengaran
yang bersifat irreversibel, sehingga tidak mungkin
terjadi pemulihan. Ini dapat disebabkan oleh efek
kumulatif pemaparan terhadap bising yang berulang
selama bertahun-tahun.
Judul penelitian yang dipilih adalah metode pengukuran
kebisingan ruangan menggunakan data logger SPL hal
yang dipelajari dalam penelitian ini antara lain, Terori
tentang kebisingan, Metode pengukuran kebisingan,
peralatan yang diperlukan untuk melakukan pengukuran
kebisingan dan aturan yang terkait dengan kebisingan.
Sebagai uji coba akan dilakukan pengukuran kebisingan
di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Sriwijaya Kampus Palembang.
Sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tentang :
Baku Tingkat Kebisingan,
Keputusan Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1405/Menkes/SK/XI/2002
Tentang
Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran Dan Industri
dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor :
Kep.51/Men/I999 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika Di Tempat Kerja
Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mempelajari cara
pengukuran kebisingan ruangan, peraltan yang
digunakan, baku mutu lingkungan, pengumpulan data,
serta interpretasi hasil pengukukuran. Sehingga
diperoleh suatu medode dan peralatan standar untuk

melakukan pengukuran kebisingan. Manfaat penelitian


adalah diperoleh data tingkat kebisingangan adalah
diperolehnya data tingkat besingan, sehingga dapat
dilakukan upaya untuk pengambilan langkah-langkah
perbaikan jika tingkat kebisingan berada di luar ambang
batas yang diizinkan
TINJAUAN PUSATAKA
Bunyi
Bunyi adalah perubahan tekanan yang dapat dideteksi
oleh telinga atau kompresi mekanikal atau gelombang
longitudinal yang merambat melalui medium, medium
atau zat perantara ini dapat berupa zat cair, padat, gas.
Kebanyakan suara adalah merupakan gabungan berbagai
sinyal, tetapi suara murni secara teoritis dapat dijelaskan
dengan kecepatan osilasi atau frekuensi yang diukur
dalam Hertz (Hz) dan amplitude atau kenyaringan bunyi
dengan pengukuran dalam desibel. Manusia mendengar
bunyi saat gelombang bunyi, yaitu getaran udara atau
medium lain, sampai kegendang telinga manusia. Batas
frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga
manusia kira-kira dari 20 Hz sampai 20 kHz pada
amplitudo umum dengan berbagai variasi dalam kurva
responya. Suara diatas 20 kHz disebut ultrasonic dan
dibawah 20 Hz disebut infrasonik.
Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak
dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan dan
kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam satuan
desibel (dB). Kebisingan juga dapat didefinisikan
sebagai bunyi yang tidak disukai, suara yang
mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan.
Berdasarkan Kepmenaker, kebisingan adalah suara yang
tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat, proses
produksi yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan kesehatan dan pendengaran.
Bunyi yang menimbulkan kebisingan disebabkan oleh
sumber suara yang bergetar. Getaran sumber suara ini
mengganggu keseimbangan molekul udara sekitarnya
sehingga molekul-molekul udara ikut bergetar. Getaran
sumber ini menyebabkan terjadinya gelombang
rambatan energi mekanis dalam medium udara menurut
pola ramatan longitudinal. Rambatan gelombang diudara
ini dikenal sebagai suara atau bunyi sedangkan dengan
konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan
gangguan kenyamanan dan kesehatan

Metode Pengukuran kebisingan Ruangan

Sumber kebisingan
Sumber bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya
dianggap mengganggu pendengaran baik dari sumber
bergerak maupun tidak bergerak. Umumnya sumber
kebisingan dapat berasal dari kegiatan industri,
perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat
pengangkut dan kegiatan rumah tangga. Di Industri,
sumber kebisingan dapat di klasifikasikan menjadi 3
macam, yaitu :
Mesin : Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas
mesin

Sama dengan bising impulsif, hanya bising ini terjadi


berulang-ulang, misalnya mesin tempa.
Pengaruh Kebisingan Pada Manusia
Berdasarkan pengaruhnya pada manusia, bising dapat
dibagi atas :
1. Bising yang mengganggu (Irritating noise).
Merupakan bising yang mempunyai intensitas tidak
terlalu keras, misalnya mendengkur.
2.

Vibrasi : Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat


getaran yang ditimbulkan akibat gesekan, benturan atau
ketidak seimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi pada
roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing,
dan lain-lain.

Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang


jelas, secara tidak langsung bunyi ini akan
membahayakan kesehatan dan keselamatan tenaga
kerja , karena teriakan atau isyarat tanda bahaya
tenggelam dalam bising dari sumber lain.

Pergerakan udara, gas dan cairan


Kebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan udara,
gas, dan cairan dalam kegiatan proses kerja industri
misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa, gas
buang, jet, flare boom, dan lain-lain.
Jenis Kebisingan
Jenis-jenis kebisingan berdasarkan sifat dan spektrum
bunyi dapat dibagi sebagai berikut:
1. Bising yang kontinyu
Bising dimana fluktuasi dari intensitasnya tidak lebih
dari 6 dB dan tidak putus-putus. Bising kontinyu dibagi
menjadi 2 (dua) yaitu:
-

Wide Spectrum adalah bising dengan spektrum


frekuensi yang luas. bising ini relatif tetap dalam
batas kurang dari 5 dB untuk periode 0.5 detik
berturut-turut, seperti suara kipas angin, suara
mesin tenun.
Norrow Spectrum adalah bising ini juga relatif
tetap, akan tetapi hanya mempunyai frekuensi
tertentu saja (frekuensi 500, 1000, 4000) misalnya
gergaji sirkuler, katup gas.

2. Bising terputus-putus
Bising jenis ini sering disebut juga intermittent noise,
yaitu bising yang berlangsung secara tidak terusmenerus, melainkan ada periode relatif tenang,
misalnya lalu lintas, kendaraan, kapal terbang, kereta
api
3. Bising impulsif
Bising jenis ini memiliki perubahan intensitas suara
melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya
mengejutkan pendengarnya seperti suara tembakan
suara ledakan mercon, meriam.
4.

Bising impulsif berulang

Bising yang menutupi (Masking noise)

3.

Bising yang merusak (damaging/injurious noise)


Merupakan bunyi yang intensitasnya melampui
Nilai Ambang Batas. Bunyi jenis ini akan merusak
atau menurunkan fungsi pendengaran.

Penyebab kebisingan
1. Frekuensi
Frekuensi adalah satuan getar yang dihasilkan dalam
satuan waktu (detik) dengan satuan Hz. Frekuensi
yang dapat didengar manusia 20-20.000 Hz.
Frekuensi dibawah 20 Hz disebut Infra Sound
sedangkan frekuensi diatas 20.000 Hz disebut Ultra
Sound. Suara percakapan manusia mempunyai
rentang frekuensi 250 4.000 Hz. Umumnya suara
percakapan manusia punya frekuensi sekitar 1.000
Hz.
2.

Intensitas suara
Intensitas didefinisikan sebagai energi suara ratarata yang ditransmisikan melalui gelombang suara
menuju arah perambatan dalam media.

3.

Amplitudo
Amplitudo adalah satuan kuantitas suara yang
dihasilkan oleh sumber suara pada arah tertentu.
Kecepatan suara
Kecepatan
suara
adalah
suatu
kecepatan
perpindahan perambatan udara per satuan waktu.
Panjang gelombang
Panjang gelombang adalah jarak yang ditempuh
oleh perambatan suara untuk satu siklus.
Periode
Periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk satu
siklus amplitudo, satuan periode adalah detik.

4.

5.

6.

7.

Oktave band
Oktave band adalah kelompok-kelompok frekuensi
tertentu dari suara yang dapat di dengar dengan baik

AryuliusJasuan,etal.

oleh manusia. Distribusi frekuensi-frekuensi puncak


suara meliputi Frekuensi : 31,5 Hz 63 Hz 125
Hz 250 Hz 500 Hz 1000 Hz 2 kHz 4 kHz
8 kHz 16 kHz.
8.

9.

Frekuensi bandwidth
Frekuensi
bandwidth
dipergunakan
untuk
pengukuran suara di Indonesia.
Pure tune
Pure tone adalah gelombang suara yang terdiri yang
terdiri hanya satu jenis amplitudo dan satu jenis
frekuensi

10. Loudness
Loudness adalah persepsi pendengaran terhadap
suara pada amplitudo tertentu satuannya Phon. 1
Phon setara 40 dB pada frekuensi 1000 Hz
11. Kekuatan suara
Kekuatan suara satuan dari total energi yang
dipancarkan oleh suara per satuan waktu.

2. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman,
kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila
kebisingan diterima dalam waktu lama dapat
menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis,
jantung, stres, kelelahan dan lain-lain.
3. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking
effect (bunyi yang menutupi pendengaran yang kurang
jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi
pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak.
Gangguan ini menyebabkan terganggunya pekerjaan,
sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena
tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan
komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan
keselamatan seseorang.
4. Gangguan Keseimbang

12. Tekanan suara


Tekana suara adalah satuan daya tekanan suara per
satuan.

Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan


berjalan di ruang angkasa atau melayang, yang dapat
menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing
(vertigo) atau mual-mual.

Dampak Kebisingan Terhadap Kesehatan

5. Efek pada pendengaran

Bising merupakan suara atau bunyi yang mengganggu.


Bising dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti
gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan
komunikasi dan ketulian. Ada yang menggolongkan
gangguannya berupa gangguan Auditory, misalnya
gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non
Auditory seperti gangguan komunikasi, ancaman bahaya
keselamatan, menurunya performan kerja, stres dan
kelelahan. Lebih rinci dampak kebisingan terhadap
kesehatan pekerja dijelaskan sebagai berikut:

Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah


kerusakan pada indera pendengaran, yang menyebabkan
tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan diterima
secara umum dari zaman dulu. Mula-mula efek bising
pada pendengaran adalah sementara dan pemuliahan
terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area bising
dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja terus-menerus di
area bising maka akan terjadi tuli menetap dan tidak
dapat normal kembali, biasanya dimulai pada frekuensi
4000 Hz dan kemudian makin meluas kefrekuensi
sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi yang
biasanya digunakan untuk percakapan.

1. Gangguan Fisiologis
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat
mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang
datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan
tekanan darah ( 10 mmHg), peningkatan nadi,
konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan
dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan
sensoris.
Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan
pusing/sakit kepala. Hal ini disebabkan bising dapat
merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga
dalam yang akan menimbulkan efek pusing/vertigo.
Perasaan mual, susah tidur dan sesak nafas disebabkan
oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf,
keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah,
sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit.

Macam-macam gangguan pendengaran (ketulian), dapat


dibagi atas :
1.

2.

Tuli sementara (Temporary Treshold Shift =TTS)


Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan
intensitas tinggi. Seseorang akan mengalami
penurunan daya dengar yang sifatnya sementara dan
biasanya waktu pemaparan terlalu singkat. Apabila
tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup,
daya dengarnya akan pulih kembali.
Tuli Menetap (Permanent Treshold Shift =PTS)
Diakibatkan waktu paparan yang lama (kronis),
besarnya PTS di pengaruhi faktor-faktor sebagai
berikut :
a.

Tingginya level suara

Metode Pengukuran kebisingan Ruangan

b.
c.
d.

e.
f.

g.
3.

Lama paparan
Spektrum suara
Temporal pattern, bila kebisingan yang
kontinyu maka kemungkinan terjadi TTS akan
lebih besar
Kepekaan individu
Pengaruh obat-obatan, beberapa obat-obatan
dapat memperberat (pengaruh synergistik)
ketulian apabila diberikan bersamaan dengan
kontak suara, misalnya quinine, aspirin, dan
beberapa obat lainnya
Keadaan Kesehatan

Trauma Akustik

Trauma akustik adalah setiap perlukaan yang merusak


sebagian atau seluruh alat pendengaran yang
disebabkan oleh pengaruh pajanan tunggal atau
beberapa pajanan dari bising dengan intensitas yang
sangat tinggi, ledakan-ledakan atau suara yang sangat
keras, seperti suara ledakan meriam yang dapat
memecahkan gendang telinga, merusakkan tulang
pendengaran atau saraf sensoris pendengaran.
4. Prebycusis
Penurunan daya dengar sebagai akibat pertambahan
usia merupakan gejala yang dialami hampir semua
orang dan dikenal dengan prebycusis (menurunnya daya
dengar pada nada tinggi). Gejala ini harus
diperhitungkan jika menilai penurunan daya dengar
akibat pajanan bising ditempat kerja.
5. Tinitus
Tinitus merupakan suatu tanda gejala awal terjadinya
gangguan pendengaran. Gejala yang ditimbulkan yaitu
telinga berdenging. Orang yang dapat merasakan tinitus
dapat merasakan gejala tersebut pada saat keadaan
hening seperti saat tidur malam hari atau saat berada
diruang pemeriksaan audiometri (ILO, 1998).

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Pengukuran kebisingan ruangan dalam penelitian ini
dilakukan di Gedung D yaitu Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Kampus
Palembang yang merupakan yang dilaksanakan dalam
kurun waktu semester ganjil dan Genap Tahun Akademik
2014/2015
Untuk mengukur kebisingan di lingkungan kerja dapat
dilakukan dengan menggunakan alat standar yaitu Sound
Level Meter.
Terdapat dua jenis peralatan sound level meter yaitu
sound level meter biasa dan Integrating Sound Level

Meter. Sound Level meter biasa dapat melakukan


pengukuran nilai sesaat diri nilai kebisingan dalam
satuan dB sedangkan Integrating Sound Level meter
merupakan sound Level meter yang memiliki
kemampuan untuk menyimpan hasil pengukuran jika
dihubungkan dengan komputer.
Peta Lokasi Pengukuran
Ada tiga cara atau metode pengukuran kebisingan di
lokasi kerja yaitu pengukuran dengan titik sampling,
pengukuran dengan peta contur, pengukuran dengan
grid, Ketiga metode pengukuran ini akan dibahas
kemudian, peta lokasi diperlukan pada metode
pengukuran dengan peta contur dan Pengukuran dengan
Grid, mengingat Gedung D merupakan gedung yang
Tidak Terdapat Sumber Bunyi yang Spesifik, misalnya
Genset, mesin potong dan lain lain, maka peta ruangan
dalam hal ini tidak diperlukan. Ada tiga posisi diambil
sebagai titik sampling pengukuran, yaitu Lokasi-1Teras
Gedung D, Lokasi-2 Koridor Gedung D dan Lokasi-3
Ruang Administrasi mengingat sumber kebisingan oleh
lalu-lintas kenderaan kegiatan menunggu Aktifitas
Pembelajaran di diruang kelas dan proses administrasi
Metode Pengukuran
1. Pengukuran dengan titik sampling
Pengukuran ini dilakukan bila kebisingan diduga
melebihi ambang batas hanya pada satu atau beberapa
lokasi saja. Pengukuran ini juga dapat dilakukan untuk
mengevalusai kebisingan yang disebabkan oleh suatu
peralatan sederhana, misalnya Kompresor/generator.
Jarak pengukuran dari sumber harus dicantumkan, misal
3 meter dari ketinggian 1 meter. Selain itu juga harus
diperhatikan arah mikrofon alat pengukur yang
digunakan.
2. Pengukuran dengan peta kontur
Pengukuran dengan membuat peta kontur sangat
bermanfaat dalam mengukur kebisingan, karena peta
tersebut dapat menentukan gambar tentang kondisi
kebisingan dalam cakupan area. Pengukuran ini
dilakukan dengan membuat gambar isoplet pada kertas
berskala yang sesuai dengan pengukuran yang dibuat.
Biasanya dibuat kode pewarnaan untuk menggambarkan
keadaan kebisingan, warna hijau untuk kebisingan
dengan intensitas dibawah 85 dBA warna orange untuk
tingkat kebisingan yang tinggi diatas 90 dBA, warna
kuning untuk kebisingan dengan intensitas antara 85
90 dBA.
3. Pengukuran dengan Grid
Untuk mengukur dengan Grid adalah dengan membuat
contoh data kebisingan pada lokasi yang di inginkan.

AryuliusJasuan,etal.

Titiktitik sampling harus dibuat dengan jarak interval


yang sama diseluruh lokasi. Jadi dalam pengukuran
lokasi dibagi menjadi beberpa kotak yang berukuran dan
jarak yang sama, misalnya : 10 x 10 m. kotak tersebut
ditandai dengan baris dan kolom untuk memudahkan
identitas.

Tabel 3.1. Tingkat Kebisingan dan Lama Pemaparan


No.

Tingkat Kebisingan
(dBA)

Pemaparan Harian

1.

85

8 jam

2.

88

4 jam

Zona Kebisingan

3.

91

2 jam

Standard Kebisingan Sesuai Peraturan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia No.718/Men/Kes/Per/
XI/1987, tentang kebisingan yang berhubungan dengan
kesehatan daerah dibagi sesuai dengan titik kebisingan
yang diizinkan

4.

94

1 jam

5.

97

30 menit

6.

100

15 menit

Zona A : Intensitas 35 45 dB. Zona yang


diperuntukkan bagi tempat penelitian, RS, tempat
perawatan kesehatan/sosial & sejenisnya.
Zona B : Intensitas 45 55 dB. Zona yang
diperuntukkan bagi perumahan, tempat Pendidikan dan
rekreasi.
Zona C : Intensitas 50 60 dB. Zona yang
diperuntukkan bagi perkantoran, Perdagangan dan pasar.
Zona D : Intensitas 60 70 dB. Zona yang
diperuntukkan bagi industri, pabrik, stasiun KA, terminal
bis dan sejenisnya.
Zona Kebisingan menurut IATA (International Air
Transportation Association)
Zona A: intensitas > 150 dB daerah berbahaya dan
harus dihindari
Zona B: intensitas 135-150 dB individu yang terpapar
perlu memakai pelindung telinga (earmuff dan earplug)
Zona C: 115-135 dB perlu memakai earmuff
Zona D: 100-115 dB perlu memakai earplug

Nilai Ambang Batas Kebisingan


Nilai ambang Batas Kebisingan Nilai Ambang
Kebisingan Menurut Kep Menaker No. KEP-51/MEN/
1999 adalah angka 85 dB yang dianggap aman untuk
sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau
40 jam/minggu.
Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja
adalah intensitas tertinggi dan merupakan rata-rata yang
masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan
hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu terusmenerus tidak lebih dari dari 8 jam sehari atau 40 jam
seminggunya. Waktu maksimum bekerja adalah sebagai
pada tabel 3.1

Metoda Pengukuran, Perhitungan Dan Evaluasi Tingkat


Kebisingan
1. Cara Sederhana
Dengan sebuah sound level meter biasa diukur tingkat
tekanan bunyi db(A) selama 10 (sepuluh) menit untuk
tiap pengukuran. Pembacaan dilakukan setiap 5 (lima)
detik.
2.

Cara Langsung

Dengan sebuah integrating sound level meter yang


mempunyai fasilitas pengukuran LTMS, yaitu Leq dengan
waktu ukur setiap 5 detik, dilakukan pengukuran selama
10 (sepuluh) menit.
Waktu pengukuran dilakukan selama aktifitas 24 jam
(LSM) dengan cara pada siang hari tingkat aktifitas yang
paling tinggi selama 16 jam (LS) pada selang waktu
06.00 - 22. 00 dan aktifitas malam hari selama 8 jam
(LM) pada selang 22.00 - 06.00.Setiap pengukuran harus
dapat mewakili selang waktu tertentu dengan
menetapkan paling sedikit 4 waktu pengukuran pada
siang hari dan pada malam hari paling sedikit 3 waktu
pengukuran, sebagai contoh :
- L1 diambil pada jam 07.00 mewakili jam 06.00 - 09.00
- L2 diambil pada jam 10.00 mewakili jam 09.00 - 11.00
- L3 diambil pada jam 15.00 mewakili jam 14.00 - 17.00
- L4 diambil pada jam 20.00 mewakili jam 17.00.- 22.00
- L5 diambil pada jam 23.00 mewakili jam 22.00 - 24.00
- L6 diambil pada jam 01.00 mewakili jam 24.00 - 03.00
- L7 diambil pada jam 04.00 mewakili jam 03.00 - 06.00
Keterangan :
Leq : Equivalent Continuous Noise Level atau Tingkat
Kebisingan Sinambung Setara ialah nilai tertentu kebisingan
dari kebisingan yang berubah-ubah (fluktuatif selama waktu
tertentu, yang setara dengan tingkat kebisingan dari

Metode Pengukuran kebisingan Ruangan

kebisingan yang ajeg (steady) pada selang waktu yang sama.


Satuannya adalah dB (A).
LTMS = Leq dengan waktu sampling tiap 5 detik
LS

= Leq selama siang hari

LM

= Leq selama malam hari

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengambilan data Sampling dan Lokasi Pengukuran

LS = 10 log 1/16 ( T1.10(0.1*L1) +.... +T4.10(0.1*L4)) dB (A)

Pada penelitian ini pengukuran dilakukan pada tiga


lokasi di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya
Kampus Palembang yaitu:
Lokasi-1: Merupakan halaman depan Gedung D, untuk
Lokasi-2: adalah Koridor Ruang D dan sedangkan
Lokasi-3: Ruang Administrasi Jurusan Teknik Elektro
Kampus Palembang, diambilnya sample pada lokasi ini
mengingat ruangan tersebut merupakan tempat
berkumpulnya mahasiswa pada saat menunggu dan
pergantian mata kuliah
sedang pada Lokasi-3
dilaksanakan kegiatan administrasi Bagi mahasiwa.

LM dihitung sebagai berikut :

Metode Pengukuran

LSM = Leq selama siang dan malam hari

3.5.2. Metode perhitungan


(dari data)
LS dihitung sebagai berikut :

LM = 10 log 1/8 ( T5.10

(0.1*L5)

+.... +T7.10

(0.1*L7)

) dB (A)

LSM = 10 log 1/24 ( 16.10 (0.1*LS) +... +8.10(0..1*LM)) dB(A)

Metode pengukuran yang dilakukan adalah Cara


sederhana dimana pengukuran dilakukan dengan
menggunakan sound level meter Android dB Noise
Meter dan sesuai dengan Pencatatan direkomendasikan
dilakukan dalam waktu 10 menit dengan interval waktu
5 detik pada 7 waktu pengambilan data dalam sehari
seperti di tunjukkan pada data hasil pengukuran

3.5.3. Metode Evaluasi

Hasil Pengukuran

Nilai LSM yang dihitung dibandingkan dengan nilai baku


tingkat kebisingan yang ditetapkan menurut Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996
dengan toleransi +3 dB(A)

Hasil Pengukuran yang ditunjukkan pada tabel 4.1, 4.2


dan 4.3 ini adalah hasil Pengukuran rata-rata yang
diperoleh untuk masing-masing waktu pengambilan data.

Untuk mengetahui apakah tingkat kebisingan sudah


melampaui tingkat kebisingan maka perlu dicari nilai
LSM dari pengukuran lapangan. LSM dihitung dari rumus

Tabel 3.2. Baku Tingkat Kebisingan

Keterangan : disesuaikan dengan ketentuan Menteri


Perhubungan
Sumber: Lampiran I Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidupno. 48 Tahun 1996 Tanggal 25 Nopember 1996

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Kebisingan Pada Lokasi-1


No

Kode

Periode

Data
diambil
Jam

Lama
Tn
(Jam)

L1

06.00 - 09.00

07.00

63.6

L2

09.00 - 14.00

10.00

66.6

L3

14.00 - 17.00

15.00

63.8

L4

17-00 - 22.00

20.00

52.7

L5

22.00 24.00

23.00

36.9

L6

24.00 03.00

01.00

25.4

L7

03.00 06.00

04.00

39.7

Hasil
(dB)

Ket

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Kebisingan Pada Lokasi-2


No

Kode

Periode

Data
Diambil
Jam

Lama
Tn
(Jam)

Hasil
Ln
(dB)

Ket

AryuliusJasuan,etal.
1

L1

06.00 - 09.00

07.00

52.7

L2

09.00 - 14.00

10.00

57.4

Ls = 10 log 1/16 (6872602.96+ 22854409,48 +


7196498,76 + 931043,57) dB (A)

L3

14.00 - 17.00

15.00

60.5

Ls = 10 log 1/16 (37854554,76) dB (A)

L4

17-00 - 22.00

20.00

49.9

Ls = 10 log (2365909,67) dB (A)

L5

22.00 24.00

23.00

27.6

Ls = 63.74 dB (A)

L6

24.00 03.00

01.00

25.4

L7

03.00 06.00

04.00

29,6

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Kebisingan Pada Lokasi-3


Data
Lama Tn Hasil Ln
diambil
(Jam)
(dB)
Jam

No

Kode

Periode

L1

06.00 - 09.00

07.00

47.2

L2

09.00 - 14.00

10.00

57.2

L3

14.00 - 17.00

15.00

64.7

L4

17-00 - 22.00

20.00

48.2

L5

22.00 24.00

23.00

28.5

L6

24.00 03.00

01.00

25.4

L7

03.00 06.00

04.00

39.7

Ket

LM = 10 log 1/8 (38833.42) dB (A)


LM = 10 log (4854.18) dB (A)
LM = 36.86 dB (A)

Untuk menentukan nilai dB Ekivalen sepanjang hari


dBA harus dilakukan perhitungan menurut keputusan
menteri lingkungan hidup seperti pada lampiran, Nilai
dB ekivalent pada waktu siang dinyatakan sebagai LS,
nilai dB ekivalen wkatu malam dinyatakan dengan L M
dan nilai rata-rata dB(A)

Periode

Untuk mengetahui apakah tingkat kebisingan sudah


melampaui tingkat kebisingan maka perlu dicari nilai
LSM dari hasil pengukuran lapangan. LSM dihitung dari
rumus :

LSM = 10 log 1/24 ( 16*10 (0.1*LS) + 8*10(0.1*LM)) dB (A)


LSM = 10 log 1/24 ( 16*10 (0.1*63.74) +8*10(0.1*36.86)) dB (A)
LSM = 10 log 1/24 (16*2365909.68+8*4854.18) dB (A)
LSM = 10 log 1/24 (37854554.76+38833.42) dB (A)

Dari Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Kebisingan Pada


Lokasi-1

Kode

LM = 10 log 1/8 ( 2* 4897.79 + 3 * 346.74 +3*9332.54)


dB (A)
LM = 10 log 1/8 (9795.58+1040.21+27997.63) dB (A)

Perhitungan Nilai dB(A)

No

LM dihitung sebagai berikut :


LM = 10 log 1/8 ( 2* 10 (0.1*36.9) + 3 * 10 (0.1*25.4)
+3.10(0.1*39.7)) dB (A)

LSM = 10 log 1/24 (37893388.18) dB (A)


LSM = 10 log (1578891.17) dB (A)

Data
diambil
Jam

Lam
a Tn
(Jam
)

Hasil
Ln
(dB)

Ket

LSM = 61.98 dB (A)


Dengan Cara yang sama hasil perhitungan untuk lokasi
lainnya di ditunjukkan seperti pada tabel 4.4 seperti
ditunjukkan berikut ini

L1

06.00 - 09.00

07.00

63.6

L2

09.00 - 14.00

10.00

66.6

L3

14.00 - 17.00

15.00

63.8

Tabel 4.4. Perhitungan Nilai Rata-Rata

L4

17-00 - 22.00

20.00

52.7

Lokasi

L5

22.00 24.00

23.00

36.9

LS
(dB)

LM
(dB)

LSM
(dB)

Lokasi-1

63,74

36,86

61,98

L6

24.00 03.00

01.00

25.4

Lokasi-2

56,5

27,89 54,75

L7

03.00 06.00

04.00

39.7

Lokasi-3

58,74

35,81

56,99

Lokasi

Nilai
LS

Ls = 10 log 1/16 (3 * 10(0.1*63.6) + 5 * 10(0.1*66,6) + 3 *


10(0.1*63.8) + 5 * 10(0.1*52.7)) dB (A)

Lokasi-1

2.365.919,70

4.852,89

1.577.611,27

Lokasi-2

446.683,59

615,18

298.538,26

Ls = 10 log 1/16 (3 * 2290867.65 + 5 * 4570882.90 + 3


* 2398832,92 + 5 * 186208,71) dB (A)

Lokasi-3

LS dihitung sebagai berikut :

Nilai
LM

Nilai
LSM

748.169,50

3.810,66

500.034,53

Sum

3.560.772,79

9.278,72

2.376.184,07

AVG

1.186.924,26

3.092,91

792.061,36

Metode Pengukuran kebisingan Ruangan

db(AVG)

60,74

34,90

58,99

Perhitungan Nilai Rata-Rata dilakukan dengan cara


berikut
LSRata = 10 log 1/3 ( 10 (0.1*LS1) +10(0..1*Ls2) +10(0..1*Ls3)) dB
(A)

Lokasi-3 Ruang administrasi merupakan fasiltas


perkantoran dimana terjadi inteaksi dan percakapan
dalam proses administrasi hasil yang terukur adalah
58,74 sedangkan nilai ambang untuk perkantoran adalah
65 dB (A) tingkat kebisingan masih memenuhi syarat .

LSRata = 10 log 1/3 ( 10 (0.1*63,74) +10(0..1*56,5) +10(0..1*58,74)) dB


(A)

KESIMPULAN

LSRata = 10 log
748.169,50) dB (A)

1.

Kebisingan merupakan suatu fenomena yang perlu


mendapat perhatian yang dapat menyebabkan
gangguan lahiriah seperti kehilangan pendengaran,
pengaruh
fisiologis serta berdampak pada
psikologis seperti gangguan emosional, gangguan
gaya hidup dan gangguan pendengaran oleh sebab
itu perlu mendapat perhatian serius.

2.

Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal


tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke
lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan

3.

Terdapat beberapa standar kebisingan yang berlaku


di Indonesia antara lain Keputusan Menteri Negara
Tenaga Kerja tentang nilai ambang batas kebisingan,
Standard Kebisingan Sesuai Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, tentang kebisingan
yang berhubungan dengan kesehatan KepMenLH
tentang baku tingkat kebisingan.

4.

Hasil Pengukuran yang dilakukan pada Teras


Gedung D, Koridor dan ruang Administrasi di
Fakultas Teknik Kampus Palembang Tingkat
kebisingan rata-rata yang diperoleh dari hasil
pengukuran di Teras sebesar 63,74 dB sesuai
dengan baku tingkat kebiasingan yang ditetapakan
menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nilai
tersebut tidak memenuhi persyaratan untuk
Lingkungan sebagai fasilitas Umum

1/3

(2.365.919,70+446.683,59+

LSRata = 10 log 1/3 (3.560.772,79) dB (A)


LSrata = 10 log (1.186.924,26) dB (A)
LSrata = 60,74 dB (A)
Pembahasan
Memberikan Interpretasi dan Rekomendasi dari hasil
berdasarkan Baku tingkat kebisingan seperti ditunjukkan
pada tabel 4.6 bahwa untuk sarana pendidikan dan
sejenisnya dalam hal ini Ruang tunggu dan Ruang
perkantoran tempat pelaksanaan proses administrasi
Tingkat kebisingan sesuai Lampiran I Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidupno. 48 Tahun 1996
Tanggal 25 Nopember 1996 adalah seperti ditunjukkan
pada tabel. Dapat dilihat bahwa hasil pengolahan data
pada saat aktifitas mahasiswa melakukan aktifitas
menunggu kegiatan kuliah dan melaksanakan proses
administrasi
berlangsung tingkat kebisingan yang
terukur diberikan pada tabel berikut.
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Nilai dB(A)
Lokasi
Lokasi-1
Teras
Lokasi-2
Koridor
Lokasi-3
Ruang
Adm

LS
dB
(A)

LM
dB
(A)

LSM
dB
(A)

Nilai
Ambang
dB (A)

63,74

36,86

61,98

60

56,5

27,89

54,75

60

58,74

35,81

56,99

65

Interpretasi
Tidak
memenuhi
Standar
Memenuhi
Standar
Memenuhi
Standar

Lokasi-1 Teras
merupakan fasilitas umum dan
pemerintahan dengan nilai ambang 60 dB(A) dari hasil
pengukuran rata-rata untuk siang hari dimana fasilitas
tersebut digunakan terukur nilai kebisingan sebesar
63,74 dB (A) hal ini disebabkan lalu lalangnya kenderan
bermotor di lokasi tersebut.
Lokasi-2 Koridor merupakan fasilitas umum dengan
nilai ambang 60 dB dimana mahasiswa menunggu
kegiatan kuliah atau menunggu dosen, pada saat kondisi
sepi nilai rata-rata yang terukur untuk siang hari sebesar
56.5 dB (A), tempat tersebut terlindung dari paparan
suara kenderaan yang lalu lintas.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Christina E MediAstika, 2007, Akustika Bangunan


Prinsip-Prinsip dan penerapannya di Indonesia,
Penerbit Erlangga, Jakarta.

2.

Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia,


2009, Metode Pengukuran Kebisingan, Online,
http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2010/06/penguk
uran-kebisingan.html, disakses tanggal 15 Desember
2011

AryuliusJasuan,etal.

3.

Jinasys, 2014, Android Noise meter Versi 2.6,


Online,https://play.google.com/store/apps/ details?
id=com.pjw.noisemeter, diakses 6`September 2014
4. Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1996,
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
48 Tahun 1996 Tentang : Baku Tingkat Kebisingan
5. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2002,
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
IndonesiaNomor 1405/Menkes/SK/XI/2002 Tentang
Persyaratan
6. Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran Dan
Industri
7. Menteri Tenaga Kerja, 1999, Keputusan Menteri
Tenaga Kerja Nomor : Kep51/Men/I999 Tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat Kerja
8. Nasri, 1997, Teknik Pengukuran dan Pemantauan
Kebisingan di Tempat Kerja,
9. Peter Lord Duncan Templeton,1996, Detail Akustik
Edisi ke 3, Penerbit Erlangga, Jakarta
10. Sastrowinoto,1985,
Penanggulangan Dampak
Pencemaran Udara Dan Bising Dari Sarana
Transportasi,

You might also like