Professional Documents
Culture Documents
NUTRISI PARENTERAL
Oleh:
Ayunita Tri W
Pembimbing:
dr. Adi Nugroho, Sp. B
aktivitas dalam tubuh. Beberapa fungsi (atau tahapan) terlibat dalam proses
perolehan makanan: proses menelan,
pencernaan, absorpsi,
asimilasi, dan
ekskresi. Pemeliharaan massa tubuh normal, dan komposisi, stuktur, juga fungsi
membutuhkan asupan yang berkelanjutan daripada air, substrat energi, dan nutrien
spesifik lainnya. Nutrien yang tidak bisa disintesis dari nutrien lainnya disebut
esensial. Untungnya, hanya sedikit nutrien esensial yang dibutuhkan untuk
membentuk ribuan molekul yang membangun tubuh. Nutrien esensial yang
diketahui termasuk 8-10 asam amino, 2 asam lemak, 13 vitamin, dan kira-kira 16
mineral (Rospond, 2008).
Normalnya energi diperoleh dari karbohidrat, lemak, dan protein baik
berasal dari makanan atau secara endogen. Pemecahan metabolik dari substansi
ini menghasilkan ATP yang berguna agar sel berfungsi secara normal. Karbohidrat
dan lemak dari makanan memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan oleh
tubuh. Protein dari makanan menyediakan asam amino untuk sintesis protein;
meskipun, ketika asam amino esensial dan nonesensial jumlahnya melebihi
kebutuhan, protein ini juga berfungsi sebagai sumber energi. Kelebihan asam
amino dapat diubah menjadi prekursor karbohidrat atau asam lemak. Kelebihan
karbohidrat disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka. Ketika
penyimpanan glikogen sudah jenuh (200-400 gr pada orang dewasa), kelebihan
karbohidrat diubah menjadi asam lemak dan disimpan sebagai trigliserida di sel
lemak (Rospond, 2008).
dengan nutrisi, asupan nutrisi dan pemakaian energi, seperti Body Mass Index
(BMI), serum albumin, prealbumin, hemoglobin, magnesium, dan fosfor. Seorang
klinisi harus memperoleh informasi mengenai riwayat kehilangan berat badan,
kebiasaan makan, dan simptom hipoproteinemia (edema) dan memeriksa pasien
akan adanya kehilangan massa otot atau simpanan lemak, edema, atau jaundice.
Menurut Rospond (2008) jenis protein yang paling sering diukur adalah albumin
serum. Level albumin yang rendah berhubungan dengan proses penyakit dan atau
proses pemulihan. Level serum pre-albumin juga dapat menjadi petunjuk yang
lebih cepat adanya suatu stres fisiologik dan sebagai indikator status nutrisi. Level
serum hemoglobin, magnesium dan fosfor merupakan tiga indikator tambahan.
Hemoglobin digunakan sebagai indikator kapasitas angkut oksigen, sedangkan
magnesium atau fosfor sebagai indikator gangguan pada jantung, saraf dan
neuromuskular.
Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengukur status gizi
seseorang. Yang paling mudah adalah dengan mengukur Indeks Massa Tubuh
(IMT) dengan rumus Berat badan (kg)/Tinggi Badan (m2).
Tabel 1. Klasifikasi Berat Badan
Menentukan kebutuhan nutrisi untuk orang sakit bukan hal yang mudah.
Dari berbagai cara yang ada tak satupun memenuhi kebenaran 100%, oleh karena
ditentukan dan dipengaruhi oleh banyak faktor terutama penyakit dasarnya.
Formula yang sering dipakai diklinik adalah persamaan yang digunakan untuk
menghitung laju metabolisme basal (BMR=BEE). Persamaan ini menggunakan
beberapa parameter seperti: tinggi badan, berat badan, usia, dan jenis kelamin.
Parameter-parameter tersebut merupakan parameter-parameter sederhana yang
sering dipakai untuk menghitung besarnya energi yang dibutuhkan perharinya.
Rumus tersebut dapat memperkirakan BMR untuk orang normal pada saat
istirahat, akan tetapi untuk orang sakit pembakaran energinya tidaklah sama
dengan orang-orang normal tersebut (Subekti, 2007). Oleh karena itu hasil dari
perhitungan tersebut perlu dikoreksi dengan menambahkan faktor stres ke dalam
rumus tersebut menjadi:
Koreksi kebutuhan energi (kkal/hari) = BEE x Faktor Stres
Faktor Stres
Koreksi terhadap perhitungan kebutuhan energi derajat hipermetabolisme :
* Postoperasi (tanpa komplikasi)
1,00 - 1,30
* Kanker
1,10 - 1,30
* Peritonitis / sepsis
1,20 - 1,40
1,20 - 1,40
* Luka bakar
1,20 - 2,00
1.4 Makronutrien
1.4.1 Kebutuhan Protein
Kebutuhan
protein
pada
orang
dewasa
bervariasi
Kebutuhan
protein
diekspresikan
sebagai
gram
per
yang
diekskresikan
dalam
urin
selama
24
jam
penyembuhan
juga
menggunakan
glukosa
untuk
glikolisis
dibandingkan untuk oksidasi. Dalam proses glikolisis ini hampir semua glukosa
yang dimanfaatkan diubah menjadi laktat, yang merupakan sumber energi 1/12nya dibandingkan dengan energi yang diperoleh dari glukosa melalui proses
oksidasi (Rospond, 2009).
Orang dewasa sedikitnya menerima 100 g tapi tidak lebih dari 500 g
karbohidrat perhari. Bila lebih dari 500 g dapat meningkatkan ensim hepatik
serum secara signifikan dan kedang-kadang menimbulkan hepatomegali. Gula
darah sebaiknya dipertahankan antara 100 200 mg/gL karena gula darah yang
lebih tinggi dari 200 mg/dL dapat menimbulkan komplikasi metabolik. Kelebihan
glukosa pada pasien keadaan hipermetabolik menyebabkan akumulasi glukosa di
hati berupa glikogen dan lemak. Kecepatan pemberian glukosa pada pasien
dewasa maksimal 5 mg/kgbb/menit. Pasien dengan renal insufisiensi sedang dapat
terjadi metabolik asidosis dan penumpukan laktat darah karena hiperglikenia
berkepanjangan. Pada pasien seperti ini seharusnya pemberian karbohidrat
sebaiknya dikurangi dan permberian natrium klorida diganti dengan garam asetat
untuk mengurangi asidosis metabolic.
1.4.3 Kebutuhan Lemak
Dalam keadaan hipermetabolik maka akan terjadi oksidasi lemak yang
jauh lebih tinggi, dibandingkan pada orang-orang normal. Lipolisis trigliserida
dari simpanan lemak tubuh meningkat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
oksidasi lemaknya. Walaupun metabolisme lemak ditingkatkan oleh stres yang
diderita, namun proses ketogenisnya ternyata lebih rendah kalau dibandingkan
dengan orang-orang yang puasa normal. Perbedaan utama antara kondisi puasa
pada penderita cedera berat dengan orang-orang normal adalah tingginya glukosa
yang produksi, terutama dipakai oleh jaringan yang mengalami stres untuk proses
glikolisis. Oleh karena ketogenesis sebagian dihambat oleh tingginya kadar
glukosa dan insulin, maka hampir semua kebutuhan energi otak hanya akan
dipenuhi oleh glukosa dan dalam keadaan-keadaan sperti itu jaringan-jaringan lain
juga meng-oksidasikan glukosa.Tingginya oksidasi glukosa ini hampir semua
diperoleh dari pemecahan protein otot, yang dapat meningkat dalam laju 2,5 kali
dibandingkan pada orang normal (Rospond, 2009).
10
1.5 Mikronutrien
Nutrien seperti karbohidrat, protein, dan lemak dianggap
sebagai makronutrien. Namun, mikronutrien seperti elektrolit,
vitamin,
dan
mineral
runut,
juga
dibutuhkan
untuk
11
12
percobaan melaporkan penyembuhan luka, fungsi ginjal, fungsi hepar yang lebih
baik dan mortalitas yang lebih rendah pada model cedera yang diberi nutrisi dini.
1.6 Modalitas Terapi Nutrisi
Beberapa modalitas yang dapat kita pakai dalam tatalaksana pemberian
nutrisi pada pasien, yaitu :
1. Diet Oral
Diet oral selalu lebih disukai sebagai rute untuk memberikan terapi nutrisi.
Banyak jenis diet oral yang tersedia. Sebagai tambahan, nutrisi suplemen
komersial dalam bentuk cair dapat digunakan bersama dengan suatu diet oral
untuk meningkatkan asupan nutrisi yang adekuat. Jika diperlukan ahli gizi dapat
memberikan suatu analisa (calorie/protein count) untuk mengevaluasi kecukupan
asupan nutrisi oral sehari-hari.
2. Nutrisi Enteral
Pemberian makan melalui pipa ditujukan untuk pasien yang tidak mampu
mencerna nutrisi yang cukup secara normal dan aman secara oral, tetapi memiliki
saluran pencernaan yang sebagian masih berfungsi dengan baik. Nutrisi enteral
lebih disukai daripada nutrisi parenteral karena sekaligus dapat menjadi sarana
pemeliharaan dari struktur dan fungsi usus, meningkatkan imunitas, dan
menghindari komplikasi berkaitan dengan pipa yang dimasukkan ke dalam tubuh
sehubungan dengan nutrisi parenteral. Nutrisi enteral juga jelas lebih murah
dibanding nutrisi parenteral.
3. Nutrisi Parenteral
Terapi nutrisi parenteral diindikasikan bila ada penurunan status nutrisi
namun protein dan nutrisi yang cukup tidak dapat diberikan secara oral maupun
enteral. Nutrisi parenteral mencakup peripheral parenteral nutrition (PPN) dan
central or total parenteral nutrition (TPN).
13
G
ambar 1. Pemberian Nutrisi secara Parenteral dan Enteral
14
BAB II
NUTRISI PARENTERAL
2.1 Definisi
Yang dimaksud dengan terapi parenteral ialah semua upaya pemberian zat
nutrien melalui infus (IPD, 2007). Sedangkan menurut Jay Mirtallo et al, 2004
nutrisi parenteral adalah nutrisi yang diberikan secara intravena, dapat diberikan
dari sentral yaitu nutrisi dberikan di pembuluh darah vena yang bertekanan tinggi
biasanya di vena cava superior yang berdekatan dengan atrium kanan. Juga bisa
diberikan secara peripheral yaitu nutrisi diberikan secara periver pada lengan atau
tangan.
Nutrisi parenteral mengacu pada infus formula nutrisi intravena ke aliran
darah. Nutrisi parenteral total (TPN) berarti bahwa infus yang menyediakan gizi
pasien dengan lengkap persyaratan. Nutrisi parenteral dapat (Ferrie, 2011).
2.2 Tujuan Pemberian Nutrisi Parenteral
Tujuan nutrisi parenteral (NPE) tidak hanya untuk mencukupi energi basal
dan pemeliharaan kerja organ, tetapi juga menambah konsumsi nutrisi untuk
kondisi untuk pertumbuhan dan perkembanga
(IPD, 2007)
Nutrisi parenteral ini diberikan pada pasien-pasien yang tidak mau makan,
tidak bisa makan,
ataupun
15
tambahan terhadap nutrisi parenteral total atau tambahan dari pemberian nutrisi
enteral.
Akan tetapi apabila nutrisi artifisiil yang perlu diberikan tersebut belum
dapat terpenuhi baik dengan cara enteral maupun parenteral, maka kebutuhan
akan pemakaian nutrisi parenteral sentral sangat penting. Prinsipnya ujung kateter
untuk nutrisi vena sentral haruslah terletak pada pada vena besar ataupun pada
atrium kanan, melalui cara-cara yang aseptik lege-artis. Dengan nutrisi parenteral
total sentral akan dapat diberikan beberapa cairan nutrisi yang osmolaritasnya
cukup tinggi (1.500 mOsm), sehingga kebutuhan akan bahan makanan dapat
terpenuhi. Namun harga yang mahal, resiko pemasangan dan resiko infeksi serta
atrofi mukose usus, menyebabkan cara ini dipilih hanya bila cara lainnya tidak
dapat memberikan pemenuhan kebutuhan nutrisi penderita (Al-Bahoo, 2011).
2.3 Indikasi Pemberian Nutrisi Parenteral
Nutrisi parenteral biasanya diindikasikan pada keadaan-keadaan berikut :
bila ada keraguan tentang anastomosis usus distal, eksaserbasi hebat dari penyakit
radang usus, stoma usus halus proksimal dengan output tinggi, fistula enterokutan,
penyakit kritis dimana saluran cerna secara global gagal berfungsi. Pemberian
nutrisi parenteral haruslah tepat pasien, tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis.
Karena pemberian nutrisi parenteral ini harus diwaspadai terhadap efek
sampingnya.
Berikut ini tabel mengenai indikasi pemberian terapi secara parenteral
menurut Abad Ana (2011) dalam bukunya Adult Enteral and Parenteral Nutrition
Handbook:
16
17
Ca esophagus
Stenosis pylori
Penyakit GIT
Chrones Disease
Trauma multipel
Septikemia
Post operatif
18
Fistula
Cachectia
5.
6.
7.
8.
9.
19
lama. Namun selainbahankateter yang ideal, yang lebih penting adalah melakukan
kanulasi dengan teknik yang benar dan perawatan yang cermat (Al-Bahoo, 2011
dan Ana Abad, 2011).
c. Teknik Insersi
Vena yang digunakan untuk nutrisi adalah vena jugularis, femoralis, dan
subclavia. Tempat kanulasi vena sentral yang paling sering adalah pada vena
subklavia. Ada 2 metode utama dalam mengakses vena ini yaitu melalui (Ferrie et
al., 2011):
A. Infraklavikula
Vena subklavia melengkung di belakang klavikula diatas segmen anterior
iga pertama. Pada titik inilah tempat yang paling aman untuk mengakses vena
subklavia. Landmark tempat insersi vena subklavia adalah pada daerah insersi
muskulus skalenus anterior pada tuberositas iga pertama, yang terletak di
posterior klavikula.
B. Supraklavikula
Landmark pada kanulasi venasubklavia jalur supraklavikula serupa dengan
jalur infraklavikula, kecuali tempat insersinya pada sudut antara sisi lateral
muskulus sterkleidomastoideus dengan klavikula.
d. Tipe Pemberian Sentral
1. Percutaneus non Tunnelled catheter
20
3. Implant Catheter
21
4. PICC
PICC adalah kanulasi vena sentral melalui vena perifer, biasanya di daerah
fosa kubiti yakni pada vena sefalika atau vena basilika, menggunakan kateter
diameter kecil, namun fleksibel dan cukup panjang (hingga 90 cm).Untuk
mencegah komplikasi perlu diperhatikan visibilitas dan ukuran vena-vena di
lengan, keadaan klinis, mobilitas dan kenyamanan pasien, pemakaian jangka lama
tidak ideal untuk metode ini. PICC tidak cocok bagi pasien yang harus duduk di
kursi roda atau memakai tongkat sebab dapat menimbulkan gesekan antara kateter
dengan tunika intima sehingga timbul phlebitis
22
e. Komplikasi Insersi
Kanulasi vena sentral dapat menimbulkan komplikasi 3-12%. Pada jalur
infraklavikula sering terjadi trauma pleura menyebabkan pneumothorax serta
trauma arteri subklavia.4 Komplikasi lain adalah hemorhorak, emfisema
subkutan, hematoma subklavia, efusi pleura, hydromediastinum, trauma pleksus
brakhialis, kerusakan duktus torasikus (apabila jalr dari lengan kiri), trauma
jantung dengan tamponade, perforasi vena kava inferior atau pembuluh darah paru
Terjadi akibat kontaminasi organisme kulit terutama Staphylococcus aureu.
Apabila dilakukan tunneling dapat terjadi sepsis akibat Corynebacterium,
Enterococcus, gram negatif dan jamur.2 Menegakkan diagnosa sepsis kateter
hanya berdasarkan gejala klinis memberi hasil positif palsu 75-85% kasus yang
dikonfirmasi dengan kultur dari ujung kateter yang telah dicabut. Mengganti
kateter secara periodik dalam rangka mencegah sepsis kateter sudah tidak
dianjurkan lagi, sebab insiden sepsis kateter tidak terbukti disebabkan lamanya
pemakaian kateter. Kateter hanya diganti apabila telah terjadi komplikasi.
1. Trombosis Vena
Angka kejadian trombosis berbanding lurus dengan pemakaian kateter.
Beberapa faktor yang mempengaruhi trombosis ini antara lain:
23
Kateter dilepas
Anggota gerak ditinggikan
Pemberian antikoagulan
2. Penyumbatan Kateter
Kateter dapat menyumbat disebabkan bekuan darah, tumpukan lemak atau
garam kalsium. Penyumbatan dapat dicegah dengan pronsip bahwa bekuan darah
dan sisa cairan nutrisi tidak boleh tertahan meski sebebntar. Pemberian 1-3 unit
heparin dalam setiap ml cairan dapat menurunkan resiko penyumbatan
24
Hal ini dapat meningkatkan kehidupan garis perifer rata-rata dari 6 hari
sampai 15 hari
Keterbatasan pemakaian jalur ini dapat diatasi dengan penjelasan berikut:
Mayoritas pasien yang memerlukan nutrisi parenteral hanya membutuhkan kurang
dari 0,25 gram Nitrogen/kgBB/hari atau 30 Kcal/kgBB/hari yang dapat dicukupi
dalam 3 liter cairan/hari dapat menggunakan jalur perifer. 75% penderita yang
membutuhkan nutrisi parenteral hanya memerlukan nutrisi ini selama kurang dari
14 hari dan bahkan 50% penderita hanya perlu TPN selama kurang dari 10 hari.
Dengan kurun waktu demikian maka kebanyakan pemakaian PPN bukan
merupakan halangan karena PPN aman dipakai hingga 3 minggu.
Keterbatasan PPN yang sering adalah akses vena perifer yang inadekuat,
khususnya penderita yang sakit serius dan kasus darurat bedah. Namun suatu
penelitian dijumpai 56% pasien yang diberikan PPN dapat menyelesaikan TPN
hingga sembuh. Hal ini membuktikan bahwa PPN harus dipertimbangkan pada
pasien yang membutuhkan nutrisi parenteral. Lagipula akses vena perifer dapat
dilakukan melalui venous cut down.
25
26
27
28
1. Karbohidrat
Pilihannya adalah dekstrosa, fruktosa, maltosa, alkohol dan sorbitolatau
xylitol (sugar alkohol). Pada keadaan kritis yang mengakibatkan hiperglikemi
akibat resistensi insulin, maka pemberian insulin exogen akan bermanfaat.
Dextrose menghasilkan 4 g kalori. Pada orang normal, pemberian 0,5 g/kg
BB/jam akan mengakibatkan hiperglikemi, dan diuresis osmotik. Cairan yang ada
yaitu: D5%, 10%, 20%, 40% dan 50% tersedia juga cairan dektrose dengan
elektrolit seperti: Dextroplex dan Ringer dekstrose. Alcohol, menghasilkan 7 kcal
( 29 kJ)/gram, dibatasi pemberiannya tidak melebihi 1,5 gram/kg/hari karena
berakibat keracunan. Fruktose, sorbitol, maltose, xylitol untuk menembus dinding
sel tidak memerlukan insulin. Maltose walaupun tidak membutuhkan insulin
untuk masuk tetapi proses intraseluler mutlak masih memerlukannya (partial
insulin dependent). Oleh karena itu dapat digunakan terapi pilihan untuk penderita
diabetes militus. Di pasaran yang tersedia yaitu maltosa 10% yang mengandung
400 kcal (tekanan osmotik 278 mOsm/L). Kadar dextrose yaitu
Dextrose mengandung 3,4 kkal / g (CHO diberikan sebagai dextrose
monohydrate)
Solusi:
Solusi dekstrosa komersial disiapkan tersedia dalam konsentrasi berkisar antara
5% - 70%. Solusi dengan konsentrasi akhir lebih besar dari 10% harus diberikan
ke dalam vena sentral karena osmolaritas tinggi.
Konsekuensi jika kelebihan karbohidrat:
29
Hyperglycemia
Glucosuria
Hepatic steatosis
2. Protein
Amino acid = 4 kcal/g
Klaori protein harus dimasukkan ketika menghitung jumlah kalori total
Requirements:
komersial. Asam amino yang tersedia dalam konsentrasi 3 - 15%. Larutan asam
amino dari 3% dan 3,5% (tanpa elektrolit ditambahkan) hampir isotonik, membuat
mereka dapat diterima untuk secara perifer. Standar larutan asam amino biasanya
terdiri dari 40 - 50% asam amino esensial dan 50 - 60% non-asam amino esensial
3. Lemak
Tiap gramnya menghasilkan enrgi 9,3 kcal (39 kJ) setiap gramnya. Lemak
bermanfaat untuk integritas dinding sel, sintesa prostaglandin, dan vitamin larut
lemak. Manifestasi defisiensi asam lemak esensial kerap terjadi pada mereka
dengan TPN yang mengabaikan substitusi lemak ini, gejalanya adalah dermatitis,
fatty liver, dan gangguan respon imun. Tersedia dalam kemasan yaitu Intralipid
(Nutralipid atau Lipofundin S), yang terdiri dari minyak soya bean. Cairan lainnya
yaitu berasal dari Cotton seed oil emulsion yaitu Liposyn. Intralipid dapat
30
mensuplai FFA, fosfolipid dan gliserol yang merupakan sumber tinggi kalori.
Maksimal dapat diberikan sejumlah 2 gr/kg BB.
Keuntungan lemak yaitu karena bersifat isotonis, sehingga dapat
dilaksanakan di vena perifer, mengandung asam lemak esensial dan fosfolipid dan
dapat sebagai angkutan lemak lainnya. Karena lebih sedikit menghasilkan CO2
dibandingkan karbohidrat, maka merupakan pilihan terapi gagal napas.
4. Elektrolit, Vitamin, dan Trace Element
Komponen lain yang dibutuhkan secara mikros adalah elektrolit, vitamin
dan trace element. Seperti yang telat disebutkan diatas, bahwa setiap komponen
itu dibutuhkan pasien. Setiap komponen harus dievaluasi termasuk komponen
spesisfik yang dibutuhkan perindividu (Al-Bahoo, 2011). Kebutuhan tersebut
secara ringkas dalam gambar dibawah ini:
31
32
2.7 Monitoring
Hal-hal yang penting diperhatikan setiap hari dalam pemberian TPN adalah :
1) Berat badan
2) Urea dan Elektrolit dalam plasma
3) Gula Darah
33
4) Darah lengkap
5) Catatan neraca cairan
6) Kadar urea dan elektrolit urin dalam 24 jam
7) Analisis gas darah
Kalau keadaan sudah stabil, pemantauan dapat diperjarang sesuai dengan
kebutuhan, dan pemantauan selanjutnya dilakukan setiap minggu sekali yaitu :
1) Tes fungsi hati
2) Protein plasma
3) Prothrombin time
4) Osmolality plasma dan urin
5) Konsentrasi Ca, Mg, dan PO4
Keseimbangan nitrogen dapat digunakan untuk menegakkan kefektifan terapi
nutrisi. Keseimbangan nitrogen dapat dihitung dengan rumus:
Keseimbangan Nitrogen = ((dietary protein/6,25)(UUN/0,8) + 4)
Karena umumnya protein mengandung 16% nitrogen, maka jumlah nitrogen
dalam makanan bisa dihitung dengan membagi jumlah protein terukur dengan
6,25. Faktor koreksi 4 ditambahkan untuk mengkompensasi kehilangan nitrogen
pada feses, air liur, dan kulit. Keseimbangan nitrogen positif adalah kondisi
dimana asupan nitrogen melebihi ekskresi nitrogen, dan menggambarkan bahwa
asupan nutrisi cukup untuk terjadinya anabolisme dan dapat mempertahankan
lean body mass. Sebaliknya keseimbangan nitrogen negatif ditandai dengan
ekskresi nitrogen yang melebihi asupan. Pengalihan dari nutrisi parenteral ke oral
hendaknya dilakukan secara graduil, untuk menghindarkan terjadinya diare.
Mobilisasi pada penderita sangat penting, karena mobilisasi akan memacu proses
anabolisme. Tindakan TPN hendaknya harus hati-hati dan cermat mengingat efek
sampingnya yang sering berakibat fatal bagi penderita.
34
35
Rumus umum digunakan dari 25 kkal / kg berat badan ideal melengkapi perkiraan
perkiraan pengeluaran energi harian dan persyaratan .. Dalam kondisi persyaratan
stres berat mungkin mendekati 30 kkal / kg berat badan ideal .. Dalam penyakit /
kondisi stres setara nitrogen pengiriman harian untuk asupan protein 1,5 g / kg
berat badan ideal (atau sekitar 20% dari kebutuhan energi total) umumnya efektif
untuk membatasi kerugian nitrogen .. Protein: Lemak: glukosa rasio kalori harus
perkiraan untuk 20:30:50% ..
5. Yang merupakan glukosa yang optimal: rasio lipid?
Saat ini, ada kecenderungan untuk meningkatkan glukosa: lemak kalori dari rasio
50:50 sampai 60:40 atau bahkan 70:30 dari protein non- kalori, karena masalah
yang dihadapi mengenai hiperlipidemia dan lemak hati, yang kadang-kadang
disertai dengan kolestasis dan pada beberapa pasien dapat berkembang menjadi
non-alkohol steatohepatitis ..
6. Yang merupakan campuran PN optimal?
Hemat nitrogen Optimal telah ditunjukkan untuk dicapai saat semua komponen
dari campuran nutrisi parenteral yang diberikan secara bersamaan lebih dari 24
jam ..
7. Standar vs individual gizi?
Nutrisi individual sering tidak diperlukan pada pasien tanpa serius co-morbiditas
(kelas C).
8. Haruskah nutrisi tertentu ditambahkan ke standar PN untuk memperoleh
manfaat klinis?
PN rejimen yang optimal untuk pasien bedah kritis mungkin harus mencakup
asam lemak n-3 tambahan .. Bukti-dasar untuk rekomendasi tersebut
membutuhkan lanjut masukan dari percobaan acak prospektif.
9. Haruskah vitamin / elemen digunakan dalamperioperatif PN?
36
Dalam bergizi baik pasien yang sembuh nutrisi oral atau enteral demi hari pasca
operasi 5 ada sedikit bukti bahwa intravena suplementasi vitamin dan elemen
jejak yang dibutuhkan ..
Pada pasien setelah operasi yang tidak dapat diberi makan melalui rute enteral,
dan di antaranya total atau nutrisi parenteral dekat Total diperlukan, berbagai
macam vitamin dan elemen jejak harus dilengkapi setiap hari ..
(M. Braga, 2009)
37