You are on page 1of 7
ARTIKEL PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SHIGELLA (DISENTRI) PADA MASYARAKAT DI JAKARTA UTARA, DKI JAKARTA Sunanti Pendahuluan alam Indonesia sehat 2010, lingkungan De diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat, ling- kungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, pemu- kiman yang sehat, perencanan kawasan yang ber- wawasan Kesehatan serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling menolong, ' Pengalaman di Indonesia maupun banyak negara lain memperlihatkan — berjangkitnya berbagai penyakit yang diderita masyarakat telah menimbulkan Kerugian ekonomi yang cukup besar bagi negara. Apakah itu hilangnya produktifitas ataupun beban ekonomi yang ditanggung masyarakat untuk membiayai orang sakit. Di Indonesia proporsi_ penderita diare dengan Shigella ( disentri ) dilaporkan berkisar antara 5 - 15%, Proporsi Shigella yang menjadi erat belum jelas . Sindrom disentri terdiri dari kumpulan gejala diare dengan darah dan lendir dalam feses dan adanya tenesmus. Dalam tata laksana asus diare_-yang_—_ditetapkan Sub.Direktorat P2.Diase, K&PP Ditjen.PPM & PLP Depkes RI. (selanjutnya disebut Tata laksana Diare Akut) semua diare berdarah dikatagorikan sebagai disentri sesuai batasan WHO. Disentri berat adalah disentri yang disertai komplikasi. ? Pada tahun 1996 dilaporkan_terdapat 1.282 kasus diare per 100.000 penduduk di Jakarta, sebagian besar ada di daerah Jakarta Utara. * Program Pembangurian Kesehatan yang dilaksanakan telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara cukup bermakna, walaupun masil dijumpai masalah dan hambatan yang mempengaruhi pelaksanaan pembangunan Kesehatan. Perilaku masyarakat Indonesia sehat tahun 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan * Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan Badan Litbang Kesehatan Depkes.RI awi, Siti Sapardiyah Santoso* Kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan Kesehatan masyarakat, Program promosiperilaku ,hidup bersih dan sehat yang biasa dikenal dengan Promosi Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)/promosi heigene merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit diare dan penyakit menular yang lain melalui pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat secara meuas. * Telah dilakukan penelitian tentang perilaku dan sosial budaya penganggulangan penyakit Shigella di Jakarta Utara. Tujuan umum penelitian itu adalah untuk melihat perilaku pencarian pengobatan dan pencegahan terhadap penyakit Shigella (disentri) dan penyakit diare lainnya oleh masyarakat serta untuk mengetahui penerimaan masyarakat pada pemberian vaksin Shigella. Tulisan ini merupakan sebagian dari hasil penelitian dan membahas tentang perilaku pence- gahan penyakit Shigella ( disentri ) menurut masyarakat di Jakarta Utara, DKI — Jakarta. Bahan dan Cara Daerah penelitian adalah wilayah Jakarta Utara yang dipilih secara random 2(dua) kecamatan, yaitu Kecamatan Tg. Prick dan Kecamatan Koja. Untuk Kecamatan Tg. Priok terpilih 6 kelurahan, wilayah Kelurahan Tg Priok, Kebon Bawang, Sunter Agung, Papanggo, Sungai Bambu dan Warakas. Sedangkan Kecamatan Koja ‘meliputi 5 kelurahan yaitu Kelurahan Koja, Rawa Badak Utara, Rawa Badak Selatan, Tugu Utara, dan Tugu Selatan. Besamya sampel ditentukan 500 responden yaitu di Kecamatan Tg. Priok 300 responden, terdiri dari 149 laki-laki dan 151 wanita, dan di Media Litbang Kesehatan Volume XIV Nomor 4 Tahun 2004 35 Kecamatan Koja 200 responden terditi dari 101 laki-laki dan 99 wanita, pembagian ini berdasarkan proporsi dari jumlah penduduk berdasarkan formulir Sensus Kependudukan di Jakarta. Data dikumpulkan dengan wawancara terstruktur, pengolahan data dengan double entry menggunakan program ISSA ( Intergrated System for Survey Analysis). Analisa data dilakukan ‘dengan SPSS. Hasil dan Pembahasan Telah berhasil dilakukan_ wawancara kepada 500 responden terpilih, 250 responden laki-laki dan 250 responden wanita, dengan menggunakan kuestioner terstruktur. #asilnya menunjukkan bahwa umur responden antara 22- 59 tahun sebanyak 84,4%. Pendidikan responden masit rendah 65,0% yaitu tidak tamat SD, tamat SD, dan tamat SLTP. Pekerjaan responden 47,1% pedagang, karyawan swasta 21,4%, buruh pabrik/pelabuhan dengan gaji tetap 18,7%. Penghasilan responden antara Rp. 501.000,s/4 _ Rp. 1,000,000, sebanyak —42,0%, yang. berpenghasitan < Rp.500.000,- sebanyak 32,2%. sebagai ‘Tempat pencarian pengobatan apabila ada yang sakit 62,2% ke Puskesmas dan tempat praktek dokter swasta 17,8%, Hasil data mene- mukan bahwa —responden dan anggota keluarganya yang pernah sakit disentri 35.7% responden sendiri, balita umur 1-5 tahun 21.6%, suami/ istri 19.6%. Golongan umur yang mudah terserang disentri menurut responden yaitu 86.0% adalah kelompok balita (1-5 tahun ), kelompok anak (6-14 tahun ) 80.0% dan bayi ( 0-1 tabu) 76.4% Survei Demografi dan Kesehatan tahun 1997 dikatakan bahwa insiden diare ditemukan Jebih tinggi pada anak umur 6-23 bulan ( 10% ) dari pada bayi dibawah umur 6 bulan.Hal ini mungkin dipengaruhi oleh meningkatkannya pro- porsi bayi Yang sudah diberi makanan tambahan disamping ASI. Insiden diare selanjutnya ‘mengecil pada anak diatas 36 butlan dan mencapai 4% pada anak umur 48-59 bulan. * Istilah penyakit dengan tanda-tanda Shigella yaitu berak ada darah dan berlendir adalah 71,8% menyebutnya disentri, atau mejen 14,4% (Tabel 1 ), Jadi sebutan penyakit disentri di masyarakat itu pada umumnya sudah diketahy. Tabel 1. Istilah yang Digunakan untuk Penyakit Shigella Istilah yang na-kan Laki-laki ‘Wanita Jumlah untuk penyakit Shigella N % N % N % Berak-berak _ 20 30 16 64. 36 72 Diare u 44 7 2.8 18 3.6 Disentrh 181 TA 178 712 359 | 708 Mejen _ i) 116 B 17.2 72 14.4 ‘Mencret _ 5 20 2 os 7 14 Mules - = 1 0.4 1 0.2 Muntahber 1 O4 a - L 0.2 | Panas Dalam - = 1 04 1 02 Tajem 1 04 ~ - 1 0.2 Tidak tabu 1 0.4 2 08 3 06 I Jumlah 250 | 100.0 250 _ 100.0 500 100.0 Tabel 2. Tanggapan Responden Terhadap Masalah Disentri [ Tanggapan Laki-laki_ TO __Jumlah Responden [N % N he Tidak Serius | 28 i? 28 112 56. M2 Serius 194 71.6 181 724 375 75.0 Sangat Serius 2 88 26 | 10.4 48 96 Tidak Tahu [6 24 15 6.0 Zi 42 Jumiah 250 100.0 250 100.0 500 100.0 36 Media Litbang Kesehatan Volume XIV Nomor 4 Tahun 2004 Tabel 3. Pendapat Responden Mengenai Kasiat Jamu untuk Pencegahan Disentri yang Disebabkan oleh Faktor Lingkungan, Pola makan/minum, Kebersihan Individu Kasiat jamu Lingkungan Makanan/minuman | Kebersihan individu N % %e N % , Mencegah sementara | 421 97.2 [97.4 445 O74 Mencegah selamanya | 12 28 26 12 26 Jumiah 433 100.0 100.0 457 100.0 Tabel 4. Pendapat Mengenai Kasiat Ramuan Sendiri Untuk Pencegahan Disentri yang Disebabkan Faktor Lingkungan, Pola makan/minum, Kebers ihan Individu Kasiat ramuan ‘Lingkwngan Makanan/minuman | Kebersihan individu N % % N % Mencegah sementara 422 96.6 96,5 444 96.5 | ‘Mencegah selamanya 15 34 a5 16 35 Jumlah BT 100.0 100.0 460 700.0 Tabel 5, Tidak Makan Makanan Pedas untuk Pencegahan Disentri Menghindari Lingkungan Makanan/minuman | Kebersihan i makanan pedas N % % N ‘Mencegah sementara | 394 88.7 89.1 422 89.2 Mencegah selamanya | 50 113 10.9 st | __108 I Jumlah 444 100 | 100 473 100 Pada umumnya responden menyatakan bahwa penyakit disentri adalah penyakit yang serius 75.0% dan sangat serius 9.6%.( Tabel 2). Masyarakat pada umumnya menganggap penya- kit diare itu berbahaya karena bisa menimbulkan kematian. Hasil penelitian menunjukkan adanya kesadaran responden bahwa penyakit disentri bisa ‘menimbulkan ancaman kematian (90.5%). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian malaria di Temanggung dan Banjamegarabahwa masyarakat lebih takut diare Karena bisa mengebabkan kematian, dibandingkan dengan sakit malaria yang dianggap masyarakat tidak langsung menyebabkan kematian.* Menurut Djauhati Ismail Dkk., perbedaan pengertian, pengetahuan dan pengalaman menyebabkan perbedaan dalam sikap dan tanggapan serta penerimaan seseorang terhadap sesuatu penyakit. 7 Pengetahuan masyarakat bahwa penyebab penyakit disentri adalah 96.8% karena makan ‘makanan yang busuk, Karena tidak mencuci tangan sebelum makan 95.8%, karena tidak cuci tangan setelah buang air besar (BAB) 93.6%, karena makan makanan dipinggir jalan 92.8%, karena minum air yang tidak dimasak 92.6%, Sebanyak 88.4% menyatakan karena memakan makanan yang pedas, dan 87.2% karena minum air yang kotor. Pengetahuan masyarakat mengenai cara pencegahan disentri yaitu dengan minum jamu ‘kemasan (97.0%), ramuan sendiri (98.0%) dan menghindari makan makanan yang pedas ( 88- 89%) itu hanya sebagai upaya pencegahan sementara.(Tabel 3 dan 4, 5). Ditemukan responden yang mengatakan 56.4-573% bahwa pemberian vaksin dapat mencegah penyakit disentri yang disebabkan ‘arena faktor {ingkungan, makanan/minuman, untuk selamanya (Tabel 6). Ait mempunyai peranan penting dalam kehidupan, baik untuk minum — maupun kebersihan, tetapi juga dapat merupakan media penularan penyakit. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang penularannya bersifat feccal-oral. Menurut Dede Kudrat Abdullah dalam penelitiannya di Lampung menyimpulkan bahwa di suatu daerah yang tidak menggunakan air yang aman dan bersih_-memiliki kecenderungan menderita penyakit diare.* Dampak dari keadaan kesehatan lingkungan yang buruk adalah tingginya angka —_kesakitan penyakit-penyakit Media Litbang Kesehatan Volume XIV Nomor 4 Tahun 2004 37 yang berhubungan dengan air ( water-related deseases) dan penyakit-penyakit yang berhu- ‘bungan dengan tinja seperti diare, hepatitis A, dll. Untuk memutuskan mata rantai _penularan penyakit-penyakit melalui air dan tinja diperlukan penggalang sanitasi yang dapat dilakukan dengan pembangunan sistem pembuangan tinja dan sampah yang disertai dengan _partisipasi masyarakat setempat melalui pengorganisasian masyarakat melalui penyuluhan kesehatan. * Penelitiaan menemukan 56.7% responden mengatakan pencegahan disentri dengan cara meningkatkan penyediaan air bersih yang disebabkan arena lingkungan, pola ‘makan/minum, dan kebersihan individu dapat untuk mengatasi sementara ( Tabel 7 ). Sebuah penelitian menemukan bahwa penyakit diare yang disebabkan oleh Shigella ‘menurun hingga 50% ketika sanitasi dan instalasi air tersedia didalam rumah.” Perbaikan MCK untuk pencegahan disentri yang disebabkan Karena faktor tingkungan, pola makan/minum dan kebersihan individu 56.2- 57.2% menyatakan hanya mengatasi sementara Tabel 6. Pemberian Vaksinasi untuk Pencegahan Disentri yang Disebabkan Karena Faktor Lingkungan, Pola makan/minum dan Kebersihan Individu Vaksin: Lingkungan Makanan/minuman | Kebersihan individu N % % N % ‘Mencegah sementara | 184 42.7 43.4 199 36 Mencegah selamanya | 247 373 36.6 257 56.4 Jumlah 431 100 100 456 100 Tabel 7. Pendapat Responden, Meningkatkan Penyediaan Air Bersih untuk Pencegahan Disentri Disebabkan oleh Faktor Lingkungan, Pola makan/minum dan Kebersihan Individu ‘Meningkatkan Lingkungan ‘Makanan/minaman | Kebersihan individu penyediaan air N % % N % bersih Mengatasi sementara | 246 55.2 56.5 266 56.7 Mengatasi selamanya | 200 | 44.8 43.5 | 203 43.3 Jumlah 446 100 100 469) 100 Tabel 8. Pendapat Responden, Perbaikan MCK untuk Pencegahan Disentri yang Disebabkan oleh Faktor Lingkungan, Pola Makan/Minum Dan Kebersihan Individu Perbaikan MCK Lingkungan | Makanan/minuman | Kebersihan individu N % % | ON %. 1. Mengatasi sementara 250 56.2 S71 269 57.2 2. Pencegahan 195 43.8 42.9 201 42.8 selamanya Jumlah 445 100.0 100.0 470 | _ 100.0 Tabel 9. Pendapat Responden, Perbaikan Pembuangan Sampah untuk Pencegahi Disebabkan oleh Faktor Lingkungan, Pola Makan/Minum dan Kebersil Perbaikan Lingkungan Makanan/minuman | Kebersihan indi Pembuangan N % % N % Sampah _ Mengatasi sementara | 254 S71 58.2 274, 58.4 Mengatasi selamanya | 191 42.9 418 195 56 Jumlah 445 100.0 100.0 469) 100.0 38 Media Litbang Kesehatan Volume XIV Nomor 4 Tahun 2004 ( Tabel 8 ), Demikian juga mengenai pencegahan disentri dengan adanya perbaikan. pembuangan sampah itu sifatnya hanya sementara ( Tabel 9 ). Menurut Bambang Sukana kk. ‘pembuangan sampah saat ini merupakan suatu masalah yang sangat_ komplek, karena ‘menyangkut —segi-segi_sosial_-_ ekonomi, pengetahuan teknik dan lain sebagainya yang satu sama lain berhubungan sangat erat dan saling berpengaruh. Dampak dari sampah _jika penanggulangan dan pengelolaanya kurang baik akan menimbulkan berbagai masalah Kesehatan dan gangguan lain seperti perkembangan biakan tikus, lalat, dan kecoa. Lalat dapat menyebarkan penyakit diare, tifus, disentri, dan lain-tain, kecoa dapat meyebarkan penyakit diare,tifus, disentri, penyakit perut lainnya 10). Menurut responden sampah untuk pencegahan penyakit disentri itu hanya bersifat sementara ( Tabel 9), Responden yang mengatakan bahwa_selalu mencuci tangan pagi-pagi setelah bangun tidur 84.4% dan 74.2% mencuci tangan sebelum tidur, tidak pernahvjarang mencuci tangan sebelum ber- pakaian 64.4% (Tabel 10a ), Kebiasaan res- ponden yang mengatakan selalu mencuci tangan sebelum memegang makanan, sebelum makan, dan setelah makan 79.0-97.0% ( Tabel 10b ). Kebiasan responden mencuci tangan setelah ‘buang air kecil, setelah BAB, setelah membersih- kan kotoran anak/cebok 96,2- 97.8% (Tabel 10). Sebanyak 92.8% responden mengatakan bahwa kalau mencucitangan dengan mempergunakan sabun (Tabel 10d). Pada umumnya responden mengatakan bahwa di (57.1-58.4%) adanya perbaikan pembuangan wilayahnya tidak ada penyuluhan tentang Kebiasaan Mencuci Tangan cucitangan | Pagi-pagi setelah Sebelum tidur Sebelum berpakaian Bangun tidur N % N % N % 1. Setalu 422, 84.4 371 74.2 113 22.6 [2 Kadang-kadang 49. 98 56 112 65 13.0 3, Tidak pernah/jarang. 29 58 3 14.6 322 64.4 Jumlah 500 100.0 500 100.0 500 100.0 ‘Tabel 10b. Kebiasaan Mencuci Tangan yang Berkaitan dengan Makan/Makanan ‘Waktu mencuci tangan | Sebelum memegang, Sedang ‘Sebelum ‘Setelah makan makanan makan makan L N % N % N % N % 1. Selalu 395 79.0 95. 19.0 475 95.2 485 | 97.0 2. Kadang-kadang 83 166 | 90 | 180 | 19 | 38 | 12 | 24 3. Tidak pernabjjarang 2 44 [315 [3.0] 5 | 10 3] 06 Jumlah 300 [100.0 | soo | 100.0 | 500 | 100.0 | 300 | 100.0 Tabel 10c, Kebiasaan Mencuci Tangan yang Berkaitan Dengan Buang Air Kecil dan BAB Kebiasaan mencuci Setelah buang air | Setelah buang air | Setelah membersihkan tangan keeil besar kotoran anak/cebok ee N % N % N % 1. Selalu 481 96.2 489 97.8 486 97.2 2. Kadang-kadang 15 3.0 u 22 7 14 3. Tidak pernah/jarang 4 08 = - 7 14 Jumlah 500 100.0 500 100.0 | 500 100.0 Media Litbang Kesehatan Volume XIV Nomor 4 Tahun 2004 39 Tabel 10d. Bahan untuk Mencuci Tangan Kebiasaan Mencuci Sabun Lumpur Air Pasir Tangas N %e N % N %. N % 1.Ya 464 | 92.8 1 02 [321 622 | ar 2.2 [2. Tidak 36 72 [499 [99.8 | 179 | 35.3 [489 [97.8 © Jumlah 500__| 100.0 [500 [100.0 | s00_{ 100.0 [500 | 100.0 kesehatan mengenai pencegahan penyakit disen- tri, Melihat masih banyaknya kekurang pahaman masyarakat tentang penyebab disentri salah sa- tunya adalah konsep sehat yang ada di masyrakat itu sendiri dan dari sisi program nampaknya penyuluhan belum sampai menyentuh kesemua lapisan masyarakat. Hal ini sejalan dengan hasil survei angka kesakitan diare dan perilaku ibu dalam tata laksana diare balita tahun 2000, yang menyebutkan “apabila diperhatikan hasil survei morbiditas dan KAP masyarakat tahun 2000, terutama tata laksana dan pengetahuan tentang diare terlihat kurang adanya penyuluhan kepada masyrakat. Hal ini disebabkan kemungkinan banyaknya kunjungan ke puskesmas schingga ti- dak ada waktu untuk penyuluhan atau tidak ada biaya operasional untuk kegiatan operasional."' Menurut Sumarmo S. Poorwo Soedarmo, pening- katan peran serta masyarakat termasuk swasta, or- ganisasi profesi dan lembaga swadaya masyarakat dilaksanakan melalui peningkatan kegiatan pe- nyuluhan kesehatan yang lebih menggalakkan ko- ‘munikasi, informasi dan edukasi (KIE) dengan kerjasama lintas sektor. Dengan demikian masya- rakat akan mendukung secara aktif dan dinamis dalam berbagai upaya kesehatan masyarakat. Sesuai dengan apa yang akan dicapai Indonesia Sehat tahun 2010, sasaran promosi PHBS tidak hanya terbatas tentang hygiene, namun harus lebih komprehensif dan luas, mencakup perubahan lingkungan fisik, ling kungan biologi, dan Jingkungan sosial budaya masyarakat sehingga tercipta lingkungan yang berwawasan Kesehatan dan perubahan perilaku hidup bersih dan sebat . Lingkungaan fisik seperti sanitasi dan hygiene perorangan, keluarga dan masyarakat tersedianya air bersih, lingkungan perumahan, fasilitas mandi, cuci dan kakus (MCK) dan pembuangan sampah serta limbah. '* Kesimpulan 1, Sistem pelayanan Kesehatan yang utama yang menjadi pilihan masyarakat kalau sa- kit adalah puskesmas dan dokter praktek swasta. 2. Persepsi masyarakat mengenai penyebab penyakit disentri adalah Karena makan makanan yangn suda busuk, tidak mencuci tangan sebelum makam, tidak mencuci tangan setelah BAB, makan makanan dipinggir jalan/jajan, minum air yang belum dimasak, makan makanan yang pedas. 3. Penyakit disentri menurut masyarakat itu serius, bisa menyebabkan kematian 4. Pengetahuan masyarakat mengenai cara mengindari penyakit disentri sudah cukup karena mengatakan_ mencuci tangan sebe- lum memegang makanan, mencuci tangan dengan menggunakan sabun, _mencuci tangan setelah BAB dan Buang air kecil, 5. Pada umumnya responden mengatakan bah- wa beberapa cara untuk pencegahan penya- kit disentri seperti minum jamu, minum ra- muan sendiri, semuanya sifatnya hanya sementara, 6. Adanya perbaikan penyedian air bersih, MCK, tempat pembuangan sampah, bisa untuk pencegaban disentri pada umumnya menurut responden —sifatnya hanya sementara, 7. Lebilh dari 50% responden mengatakan bah- wa pemberian vaksin untuk pencegahan ter- adap penyakit disentri bisa untuk sela- manya. 8. Penyuluhan mengenai penyakit disentri dirasa belum pernah ada, Saran Penyuluhan mengenai hidup bersih dan sehat ( PHBS ), perlu di masyarakatkan, untuk mencapai Indonesia sehat tahun 2010, juga penyuluhan mengenai penyakit disentri Perhatian pemerintah dengan adanya fasilitas/kemudahan masyarakat mendapatkan air bersih, perbaikan MCK dan tempat pembuangan sampah, mengenai pemberian vaksin disentri ‘mungkin perlu direncanakan/diprogramkan. 40 Media Litbang Kesehatan Volume XIV Nomor 4 Tahun 2004 Daft L Pustaka Departemen Kesehatan RI.,. Paradigma Sehat Menuju Indonesia Sehat 2010. Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat 1999, 611 Tatalaksana Direktorat Kasus diare_ Bermasalah,, Jendraal —_ Pemberantasan Penyakit Menular dan —Penyehatan Lingkungan — Pemukiman —(Ditjen PPM&PLP) Departeman Kesehatan RI Badan Kordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia. 1999 Ivanof et. Al. Typhoid Fever. Continutting Challenges from a Resilient Bacterial FOC, Bull Inst Pasteur, 1997.95 : 129-142. Departemen Kesehatan RIL, Rencana Pembangunaan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta Oktober 1999, Biro Pusat Statistik Kantor Menteri Negara Kependudukan/Badan Koordinator Keluarga Berencana Nasional Departeman Kesehatan, Demographic and Health Surveys Macro. International Inc. Survai Demografi dan Keschatan . 1997 Siti Sapardiyah Santoso; Sunanti Z.S.; Supraptini, 1987. Sikap dan Kebiasaan Penduduk yang Berhubungan Dengan Perbedaan Prevalensi Malaria di Banjamegara dan Temanggung, Proceding Lokakarya Penelitian Sosial Dan Ekonomi Pemberantasan Penyakit. Tropis di indonesia, Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Litbangkes.depkes. RI Djauhari Ismail; R. Sutrisno; Manginah PA; Retnchastuti;, Pengertian Sikap dan Perilaku Masyarakat terhadap —Diaare. Kumpulan Naskaah PITV, BKGAI ( Badan Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia ). 1997 10. i 12, 13, Abdullah D.K; Tinjauan Keadaan Kasus Diare dan Sumber Air Minum Yang Digunakan Masyarakat Desa Pisang Baru, Kecamatan Baluga, Lampang Utara. Akademi Penilik Kesehatan Teknologi Sanitasi Jakarta. 1987. CaimncroosS and Feachem, RG; Environmental Health Engineering in the Tropics. Chichester, John Wiley & Son. 1993. Yulia A. Walsh., Kenneth 8. Warren, The Etiologi Of Early Childhood Diarrhea : A Community Study From Guines Bissan, The Journal Infectious Disease. The University of Chicago, 1998, Bambang Sukana; Haryoto K; Kusnindar; Penelitian Sarana Penyediaan Air Minum Dalam Hubungannya dengan Penyakit Diare Para Pemulung di Pemu-kiman Sekitar LPA Budhi Dharma, Kelu-rahan Semper, Jakarta Utara. Buletin Pene-litian Kesehatan Vol. 21 NO. 1 1993. Hal 40-41. Sumarmo W. Sunaryo Poorwo Soedarmo; Peran Serta Masyarakat Serta Iimu Pengetahuan Dan Teknologi Kedokteran Dalam Pencegshan Penyakit Menular. Pidato Pengukuhan Sebagai Guru Besar ‘Tetap Dalam Iimu Kesehatan Anak pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1996, Hal 2. Supretman Sukowati, Shinta, Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat Dalam Mengubah Perilaku Masyarakat Menuju Hidup Bersih dan Sehat. Media Litbang Kes. Vol. XIII no, 2 2003, 31-32. Media Litbang Kesehatan Volume XIV Nomor 4 Tahun 2004 4a

You might also like