You are on page 1of 11

MODUL PERKULIAHAN

BISNIS
INTERNASIONA
L
KEUANGAN GLOBAL
c

Fakultas
Ekonomi dan
Bisnis

Program
Studi

Manajemen

Tatap
Muka

Kode MK

Disusun Oleh

MK10230

Erna S. Imaningsih, SE, M.Si

Abstract

Kompetensi

Modul ini menjelaskan


mengenai pentingnya
pengaruh kekuatan keuangan
seperti pajak, fluktuasi nilai
tukar, serta inflasi terhadap
keseimbangan bisnis
internasional. Menjelaskan
mengenai tujuan adanya Bank
for Internasional Settlements
bagi stabilitas keuangan bisnis

Mahasiswa diharapkan mampu


menjelaskan apa saja indicator
keuangan yang dapat
mempengaruhi keseimbangan
keuangan bisnis internasional.
Di antaranya mengenai
pentingnya pajak, fluktuasi
mata uang, nilai tukar, serta
pengaruh inflasi terhadap bisnis
internasional.

internasional

1
3

Bisnis Internasional
Erna S. Imaningsih, SE, M.Si

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

LATAR BELAKANG
Kekuatan keuangan tidak terkendali meliputi : resiko nilai tukar mata uang asing, neraca
pembayaran nasional, perpajakan, tarif, kebijakan fiscal dan moneter, inflasi, serta aturanaturan akuntansi bisnis nasional. Tidak terkendali maksudnya kekuatan-kekuatan ini berasal
dari luar perusahaan Bukan berarti bahawa manajemen keuangan daris uatu perusahaan
tidak mampu meminimalkan kerugian akibat kekuatan-kekuatan yang tidak terkendali
tersebut namun sebaliknya kerugian tersebut dapat menjadi keuntungan.
Materi kali ini membahas mengenai factor apa saja yang menyebabkan terjadinya
perubahan kurs mata uang dan bagaimana pemerintah kadangkala melakukan intervensi
pada pasar valuta asing. Juga ditekankan pentingnya manajemen pengembangan neraca
pembayaran, prediksi kurs, inflasi, kebijakan pemerintah mengenai fiscal dan moneter, dan
kekuatan keuangan lainnya.

FLUKTUASI NILAI MATA UANG


Di luar Uni Eropa, tidak ada usaha yang sebanding oleh berbagai Negara untuk menyatukan
nilai mata uang utama satu satu sama lain.
Sistem yang menentukan kurs tetap pernah diberlakukan dalam Konferensi Bretton Woods,
namun dihapuskan tahun 1971 dan digantikandengan kurs mengambang bebas. Meskipun
bank-bank sentral terkadang turut campur dalam bursa valuta asing dengan cara membeli
mata uang dalam jumlah besar, tetapi hampir semua mata uang berfluktuasi secara bebas
satu sama lain. Fluktuasi tersebut bisa saja cukup besar. Para manajer keuangan harus
memahami bagaimana cara untuk melindungi perusahaannnya terhadap kerugian atau
untuk mengoptimalkan keuntungan dari fluktuasi semacam itu. Tingkat resiko nilai tukar
mata uang lainnya dan para manajer harus mencoba untuk meramalkan dan meminimalkan
atau menghindari kerugian akibat memegang mata uang yang tidak dapat ditukar dan
dengan demikian menjadi mata uang yang kurang bermanfaat dalam jumlah besar.

PERHITUNGAN KURS VALUTA ASING


Sistem Moneter Intenasional yang ditetapkan dalam konferensi Bretton Woods, tepat
menjelang penghujung Perang Dunia II, menetapkan nilai AS$ dalam emas sebesar $35 per
ons. Nilai dari semua mata uang utama lainnya kemudian juga dinyatakan dalam AS$.
Bretton Woods memilih AS$ karena dipandang paling kuat dan perkeonomian AS berada
dalam posisi terbaik memimpin bagian dunia untuk keluar dari masalah ekonomi yang
ditimbulkan oleh Perang Dunia II.
Alasan praktis untuk meneruskan posisi sentral AS$ merupakan cadangan devisa dari
banyak Negara. AS$ juga merupakan mata uang sarana (vehicle currency) dan mata uang
intervensi (intervension currency) yang paling banyak digunakan.

1
3

Bisnis Internasional
Erna S. Imaningsih, SE, M.Si

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Cadangan Devisa : Aktiva, biasanya dalam bentuk mata uang yang disimpan oleh bank
sentral Pemerintahan.
Sedangkan Mata Uang Sarana : Mata uang yang digunakan sebagai sarana untuk
perdagangan internasional atau investasi.
AS$ memiliki permintaan yang besar di seluruh dunia karena beberapa alasan termasuk
aspek safe haven (tempat berlindung yang aman) dan diterimanya mata uang tersebut
secara universal di hampir semua Negara. Sekalipun tingkat suku bunga dan peluang
investasi di AS kurang menarik, banyak orang masih percaya bahwa bunga tersebut aman
dalam bentuk efek dan property di AS.
Mata uang Intervensi berarti mata uang yang digunakan oleh suatu Negara untuk
melakukan intervensi dalam pasar valuta asing. (misalnya menggunakan sebagian
cadangan dolarnya untuk membeli dan dengan demikian memperkuat mata uangnya
sendiri)
Safe haven : Dalam hubungannya dengan dolar AS, hal ini berarti suatu konsep politis yang
didasarkan pada keyakinan bahwa AS memiliki kemungkinan yang lebih kecil dibandingkan
dengan kebanyakan Negara lain untuk memiliki kemungkinan yang lebih kecil dibandingkan
dengan kebanyakan Negara lain untuk memiliki pemerintah yang komunis atau mengalami
revolusi atau kudeta militer.
Nilai tukar / Kurs
Kurs Spot
Kurs antara dua mata uang untuk penyerahan dalam jangka waktu dua hari bisnis.
Kurs Forward/forward rate
Harga hari ini untuk suatu komitmen oleh satu pihak guna menyerahkan atau mengambil
dari pihak lain, suatu jumlah yang telah ditetapkan. Komitmen tersebut merupakan kontrak
forward, dan untuk mata uang yang sering diperdagangkan, kontrak semacam itu pada
umumnya dapat dilakukan untuk jangka waktu 30, 60,90, atau 180 hari. Terdapat dua jenis
yaitu :
Trading at premium : yaitu apabila kurs forward dari suatu mata uang lebih kuat
daripada kurs spotnya.
Trading at a discount : apabila kurs forward dari suatu mata uang lebih lemah
daripada kurs spotnya
Kurs Silang
Walaupun AS$ tetap merupakan mata uang yang paling banyak digunakan, mata uang dari
Negara maju lainnya juga penting dalam transaksi dunia dan bahakan menjadi penting.
Untuk itu diperlukan kurs silang (cross rate) yaitu kurs langsung antara mata uang non AS$
biasanya ditentukan dengan membandingkan kurs AS$ dari mata uang lainnya.
PENGENDALIAN PERTUKARAN MATA UANG
Membatasi atau melarang penggunaan yang sah dari suatu mata uang dalam transaksi
internasional. Biasanya nilai mata uang tersebut ditetapkan pada kurs yang lebih tinggi
1
3

Bisnis Internasional
Erna S. Imaningsih, SE, M.Si

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

dibandingkan dengan nilainya di pasar bebas, diputuskan bahwa semua pembelian atau
penjualan suatu mata uang lain dilakukan melalui badan pemerintah.
NERACA PEMBAYARAN
Neraca pembayaran memberikan banyak gambaran mengenai perkembangan
perekonomian suatu Negara kepada manajer. Bila neraca itu deficit, maka pemerintah
Negara tersebut kemungkinan akan mempertimbangkan beberapa tindakan yang mungkin
dilakukan untuk mengoreksi atau menekankan deficit tersebut. Manajemen haruslah
waspada baik tehadap devaluasi mata uang maupun kebijakan-kebijakan fiscal atau
moneter yang bersifat restriktif untuk menyebabkan deflasi, Kemungkinan lain adalah
timbulnya pengendalian perdagangan atau mata uang.
Dengan tinjauan ke masa depan, manajemen perusahaan dapat menyesuaikan diri
terhadap kebijakan pemerintah yang berubah-ubah atau paling tidak mmemperkecil
dampaknya. Pada sisi ekspor, pemerintah bisa dengan mudah menemukan export incentif ,
yaitu masa bebas pajak pendanaan berbiaya rendah, bantuan luar negeri atau keuntungankeuntungan lain yang diberikan oleh pemeriontah untuk mendorong bisnis guna melakuakan
ekspor untuk mendorong pelanggan luar negeri agar membeli barang-barang dan jasa.
TARIF DAN PAJAK
Kata tarif dan bea memiliki arti hampir sama dan biasanya merupakan pajak atas barang
impor. Pajak tersebut merupakan pajak atas barang impor. Tarif yang lebih rendah
merupakan salah satu faktor yang akan dipertimbangkan oleh suatu Negara ketika
memutuskan apakah akan bergabung dalam suatu kelompok bangsa-bangsa, tetapi
bukanlah merupakan factor satu-satunya.
PERPAJAKAN
Perusahaan internasional harus memperhatikan pajak karena perusahan berurusan dengan
lebih banyak Negara. Adalah penting bagi perusahaan internasional untuk memahami
hukum pajak di semua Negara di mana perusahaan tersebut beroperasi dan bagaimana
hukum pajak tesebut berkaitan dengan hukum pajak di Negara lain. Beban pajak tambahan
ini dapat menimbulkan resiko keuangan yang besar, tetapi dapat pula menjadi peluang
untuk menghemat uang, jika perusahaan menggunakan perencanaan pajak dengan baik.
Manajer bisnis harus siap menghadapi kekuatan keuangan yang dapat mempengaruhi
bisnis. Hal ini meliputi neraca pembayaran tarif dan pajak, inflasi, serta kebijakan fiscal atau
moneter dari pemerintah tuan rumah. Kebijakan dan praktek akuntansi juga berbeda dari
satu Negara ke Negara lain.
INFLASI
Fenomena untuk kenaikan harga untuk semua barang dan jasa dalam kurun waktu tertentu
merupakan hal yang tidak asing lagi. Inflasi yang menular mungkin merupakan penyebab
utama dan berakhirnya boom ekonomi dunia yang tidak disangka-sangka yang terjadi dari
akhir perang Dunia II sampai tahun 1973. Ketika harga barang yang diperdagangkan secara
internasional meningkat karena kombinasi antara meningkatnya permintaan dan
meningkatnya penawaran uang di semua Negara berkembang, demam inflasi menyebar
dari satu Negara berkembang ke negar lainnya. Pada suatu waktu, sebagian orang
1
3

Bisnis Internasional
Erna S. Imaningsih, SE, M.Si

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

menganggap inflasi adalah masalah yang tebatas pada Negara berkembang dan bahwa
Negara maju tidak perlu mencemaskannya. Padahal Negara maju pun mengalami inflasi.
Pengaruh Inflasi pada suku bunga
Inflasi merupakan factor kekuatan eksternal yang harus dihadapi oleh manajer keuangan
dengan sebaik mungkin. Hmapir semua perusahaan kadang-kadang harus meminjam uang,
dan tingkat inflasi menentukan biaya riil dari pinjaman. Suku Bunga riil diperoleh dengan
cara mengurangkan inflasi dari suku bunga nominal. Ketika uang pinjaman dikembalikan di
masa depan setelah inflasi terjadi, maka uang tersebut dilainya lebih rendah bagi pemberi
pinjaman, dan tentu saja lebih murah bagi peminjam.
Kebijakan Moneter dan Fiskal Mempengaruhi Inflasi
Negara-negara dapat melaksanakan kebijakan fiscal dan moneter mereka sedemikian rupa
sehingga menyebabkan kenaikan dan penurunan inflasi. Kebijakan yang berhasil memiliki
dua penyebut utama :
1. Kebijakan tersebut menghilangkan pengendalian ekonomi artifisial, seperti
pengendalian upah dan harga
2. Kebijakan tesebut menerapkan pengendalian fiscal dan moneter. Pengendalian
tesebut termasuk pajak yang lebih rendah dan pertumbuhan penawaran uang yang
lebih lambat.
Pentingnya Inflasi Bagi Bisnis
Tingkat inflasi yang tinggi akan mempersulit perencanan pengeluaran modal. Misalnya
manajemen mungkin mengalokasikan As $ 1 juta untuk sebuah pabrik, tetapi ternyata
mengeluarkan dana lebih banyak untuk menyelesaikan pembangunannya karena
pengaruh inflasi.
Tingkat inflasi mendorong dilakukannya pinaman (utang) sebab pinjaman tersebut akan
dibayar kembali dengan uang lebih rendah nilainya. Tetapi tingkat inflasi yang tinggi juga
menimbulkan tingkat bunga tinggi sehingga mungkin menghambat pemberian pinjaman.
Para pemberi pinjaman potensial mungkin khawatir bahwa walaupun dengan suku
bunga yang tinggi, jumlah yang dibayarkan kembali ditambah bunganya akan lebih
rendah nilainya dibandingkan dengan jumlah yang dipinjamkan. Sekalipun jika pemberi
pinjaman dapat memperoleh suku bunga sebesar 25 %, tetapi jika tingkat inflasinya
adalah sebesar 100%, maka pemberi pinjaman tersebut akan mengalami kerugian.
Dibandingkan dengan meminjamkan, pemilik uang lebih memilih membeli sesuatu yang
diharapkan akan meningkat nilainya sehingga justru mendorong inflasi.
Inflasi dan Perusahaan Internasional
Inflasi juga mempengaruhi bisnis internasional, dengan komplikasi bahwa tingkat inflasi
berbeda di negara berbeda. Oleh karena itu manajemen perusahaan internasional harus
mencoba utnuk memprediksi tingkat inflasi untuk setiap Negara di mana perusahaan itu
berada. Tingkat inflasi komparatif ketika mata uang dari Negara dengan tingkat inflasi
tinggi melemahkan mata uang dengan tingkat inflasi lebih rendah. Manajemen akan
mencoba untuk meminimalkan kepemilikan atas mata uang yang lebih lemah.
Tingkat inflasi yang lebih tinggi akan mengakibatkan harga barang dan jasa yang
dihasilkan atau ditawarkan oleh suatu Negara meningkat, dengan demikian barang dan
jasa tersebut menjadi kurang kompetitif. Anak perusahaan yang ada di Negara

1
3

Bisnis Internasional
Erna S. Imaningsih, SE, M.Si

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

tersebut akan kesulitan untuk menjual produknya secara ekspor. Kondisi demikian
cenderung mengakibatkan neraca pembayaran menjadi deficit dan manajemen harus
waspada terhadap perubahan dalam kebijakan pemerintah yang berusaha memperbaiki
keadaan tersebut. Perubahan itu meliputi kebijakan fiskal atau moneter yang lebih ketat,
pengendalian mata uang, insentif ekspor, dan rintangan untuk impor.
Tingkat inflasi relative mempengaruhi di mana perusahaan internasional meningkatkan
dan melakukan investasi modal. Suku bunga cenderung akan lebih tinggi ketika inflasi
tinggi, dan inflasi tinggi menghambat investasi bartu karena alasan yang telah dijelaskan
sebelumnya.

Praktek-Praktek Akuntansi
Tiap Negara memiliki praktek akuntansi yang berbeda dengan Negara lain. Bila suatu
perusahaan internasional berurusan dengan cabang-cabangnya di luar negeri, maka
perusahaan internasional itu harus siap untuk mengikuti aturan praktek akuntansi di Negara
yang bersangkutan.
Amerika Serikat mengikuti aturan standar dari Badan Standar Akuntansi Keuangan
(Financial Acounting standars Board- FASB) sednagkan Negara-negara lain dunia umumnya
mengikuti Badan Standar Akuntansi Internasional (International Accounting Standards Board
(IASB) yang berkedudukan di London.
Perbankan Internasional
Salah satu persyaratan keanggotaan WTO adalah bahwa Negara-negara anggota harus
membuka system perbankannya kepada orang asing. Di Jepang, perbedaan budaya seing
menyulitkan perusahaan asing utnuk melakukan bisnis. Satu-satunya bank besar milik AS di
Jepang, Hinsei Bank telah menghadapi masalah melakukan penyesuaian sejak dibeli oleh
suatu perusahaan investasi AS. Sebagian masalah bukan sekedar kebencian kepada asing,
namun adanya fakta bank Jepang beroperasi menurut suatu kode quasi moral tidak tertulis
yang mengharuskannya untuk mendukung perusahaan dan karyawannya meski harus
mengorbankan profitabilitas.

Tabungan Rumah Tangga


Tabungan rumah tangga penting karena memungkinkan penciptaan modal untuk investasi
baru. Ketika masyarakat menabung, bank-bank dan pemberi pinjaman lainnya memiliki lebih
banyak uang untuk pinjaman. Tabungan sebagai persentase dari pendapatan bersih setelah
pajak merupakan ukuran yang baik dari tingkat tabungan di suatu negara. Misalnya Amerika
Serikat yang perekonomiannya didorong oleh konsumen (consumer-driven economy),
mempunyai tingkat tabungan rendah. Sedangkan Jepang yang memiliki budaya mendorong
masyarakatnya menabung mempunyai tingkat tabungan tinggi.

UTANG PEMERINTAH : NEGARA YANG PAILIT

1
3

Bisnis Internasional
Erna S. Imaningsih, SE, M.Si

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

Selama pesta pemberian utang oleh bank-bank kepada negqar berkembang, pada tahun
1970an. Salah seorang pimpinan bank utama mengatakan Negara tiadak akan pailit.
Pernyataan terbukti salah. Kekuatan keuangan baru ternyata tidak menyenangkan dan
menghantam bisnis internasional yaitu utang pemerintah. Berbagai negara berkembang
bahkan tidak sanggup membayar bunganya apalagi pokok pinjamannya. Hal ini
mengakibatkan terjadinya krisis di Negara berkembang. Dan IMF berusaha menjembatani
krisis di Negara-negara ini demikian juga BIS.
Penyebab Meningkatnya Utang Negara berkembang
Penyebab utang negara berkembang adalah melonjaknya harga minyak. Kenaikan harga
minyak mengakibatkan inflasi yang sebelumnya sudah parah menjadi lebih parah lagi dan
gabungan ini mengakibatkan terjadinya resesi dunia. Penurunan yang dihasilkan oleh harga
komoditi non minyak primer yang merupakan 45% dari ekspor negara berkembang
merupakan pukulan telak bagi ekonomi negara berkembang dan kemampuan mereka untuk
membayar utangnya yang banyak.
Setelah kenaikan harga minyak pada tahun 1979-1980 suku bunga meningkat. Kenaikan
tersebut mempengaruhi semua pinjaman baru dan banyak pinjaman yang sudah ada yang
memiliki suku bugna mengambang dan bukannya tetap.
Di atas semua itu AS$ meningkat nilainya di pasar valuta asing dan semakin menguat
hingga 1985. Hal ini mengakibatkan beban makin berat bagi Negara berkembang yang
umumnya meminjam uang dalam AS$ tetapi melakukan ekspor dalam berbagai nilai mata
uang. Negara berkembang harus untuk membayar pinjaman dalam AS$.
Sejak saat itu dan sepanjang tahun 1990an AS$ selalu mengalami fluktuasi, namun masih
lebih kuat dibandingkan mata uang lainnya.
Solusi Masalah Utang
Masalah utang yang membelit negar-negar berkembang itu mendorong IMF, BIS, bank
sentral nasional, dan bank komersial berusaha keras mencari solusi.

Solusi Jangka Pendek


Cara mengatasi masalah utang jangka pendek meliputi penjadwalan ulang pembayaran
utang untuk negara-negara yang tidak mampu membayar sesuai jatuh temponya. Tetapi
renegosiasi telah menjadi semakin sulit. BIS, bank komersial, dan banks sentral enggan
mengucurkan dana pinjamannya lebih banyak lagi sementara sumber daya IMF terbatas.
Newgar berkembang menolak keras penghematan ketat yang dipaksakan IMF.
Pertumbuhan ekonomi Negara berkembang telah berhenti karena negara tersebut harus
menggunakan dana baru yang diterima dari hasil ekspor demi membayar utangnya dan
bukan untuk investasi produktif.
Negara berkembang dalam kondisi menyedihkan, namun Negara maju pun dirugikan dalam
hal ini. Ketika Negara penerima pinjaman itu menggunakan uang untuk membayar utang,

1
3

Bisnis Internasional
Erna S. Imaningsih, SE, M.Si

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

mereka tidak membeli barang dan jasa yang dihasilkan Negara maju. Akibatnya negara
maju kehilangan miliaran dolar serta beribu lapangan kerja.
Negara berkembang penerima pinjaman dapat mengurangi utang hanya dengan
mengekspor lebih banyak dari impornya dengan demikian menjalankan neraca surplus.
Solusi Jangka Panjang
1. Negara berkembang penerima pinjaman harus membuat kebijakan yang memastikan
bahwa dana pinjaman baru yang diperoleh dimanfaatkan untuk pertumbuhan
ekonomi dan bukan untuk konsumsi, pelarian modal atau rencana persenjataan
pemerintah yang ambisius.
2. Negara penerima pinjaman hendaknya mengumpulkan dana cadangan di tahuntahun yang baik guna memampukan Negara-negar tersebut untuk menghadapi
fluktuasi Dalam harga ekspor komoditi yang tak dapat dihindari, bahkan jika tak ada
goncangan harga minyak yang terjadi.
3. Negara maju harus terus berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
membuka pasarnya untuk barang-barang ekspor dari Negara penerima pinjaman,
meskipun bila hal itu berarti persaingan dengan beberapa Negara industry di Negara
penerima pinjaman.
4. IMF dan Negara pemberi pinjaman hendaknya tidak mencoba untuk memaksakan
program rencana penghematan yang terlalu ketat kepada negara penerima
pinjaman. Keresahan masyarakat dan dunia perdagangan hendaknya dihindarkan
atau paling tidak diminimalkan.
5. IMF, Bank Dunia dan lembaga lain yang membantu Negara penerima pinjaman
hendaknya memastikan pendanaan yang mencukupi sehingga dapat mengambil
pandangan jangka panjang.
6. Sebagian dari utang eksternal yang besar tersebut harus diubah menjadi jenis-jenis
ekuitas. Perubahan ini dapat berupa kepemilikan dalam proyek yang sedang
dikembangkan atau bagian dari laba ekspor. Bagian utang lainnya hendaknya
diperpanjang waktu jatuh temponya dengan menetapkan batas suku bunga.
7. Negara penerima pinjaman harus melonggarkan batasan atas investasi asing dan
repartriasi laba dari investasi yang telah ada, Negara penerima pinjaman harus
mendorong masuknya dana baru dari sumber swasta asing non bank, karena bank
yang ada sekarang mengikatkan diri pada pinjaman yang sudah ada kepada Negara
penerima pinjaman dan kurang tertarik dengan prospek untuk dana dari
pertumbuhan ekonomi yang baru.
8. Kesalahan dari krisis utang ada di pundak semua pihak. Bagi penerima pinjaman
seringkali dana pinjaman tidak digunakan untuk produktivitas ekonomi sedangkan
kesalahan peminjam adalah karena terbatas dalam melakukan pengawasan
penggunaan dana.

DAFTAR PUSTAKA

1
3

Bisnis Internasional
Erna S. Imaningsih, SE, M.Si

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

1. Donald A. Ball, Wendell H. McCulloc,Jr, International Business, ,Mc Graw Hill,


9thedition. 2004,
2. Donald A. Ball,Geringer, Minor,Mc Nett, International Business, Mc Graw Hill 12th
edition,2010
3. Charles W. L. Hill, International Business, Mc Graw Hill,6th edition, 2007

1
3

Bisnis Internasional
Erna S. Imaningsih, SE, M.Si

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

1
3

Bisnis Internasional
Erna S. Imaningsih, SE, M.Si

Pusat Bahan Ajar dan eLearning


http://www.mercubuana.ac.id

You might also like