You are on page 1of 2

PARADOKS RUSSELL

Anwar Mutaqin (anwarmutaqin@gmail.com)

Alkisah, hiduplah seorang tukang cukur di suatu kampung. Tukang cukur itu bernadzar,
" Saya akan mencukur semua orang di kampung ini yang tidak mencukur rambutnya sendiri".
Kemudian ia melaksanakan nadzarnya dengan mencukur semua orang yang tinggal di
kampungnya tersebut. Ini tidak menimbulkan masalah, karena jika penduduk kampung itu
mencukur rambutnya sendiri, maka tukang cukur itu tidak perlu mencukur rambut penduduk
tersebut, tetapi jika seorang penduduk tidak mencukur rambutnya sendiri, maka tukang cukur
itu yang akan mencukurkan rambutnya.
Masalah muncul ketika tukang cukur tersebut ingat bahwa dirinya juga adalah warga
kampung itu, sehingga ia harus mencukur rambutnya sendiri. Tetapi, sesuai dengan
nadzarnya, jika ia mencukur rambutnya sendiri, maka ia tidak boleh mencukur rambutnya
dan jika ia tidak mencukur rambutnya, maka ia harus mencukur rambutnya sendiri. Nah,
bingung kan apa yang harus dilakukan oleh tukang cukur tersebut?
Kisah di atas dikenal dengan paradoks Russell. Nama lengkapnya Bertrand Russell,
seorang matematikawan, filsuf, dan pendiri filsafat analitik. Dalam konteks matematika,
kisah tukang cukur di atas dapat digambarkan sebagai berikut: Misalkan kita mendefinisikan
A adalah himpunan hewan berkaki empat, maka anggota-anggota A adalah kambing, sapi,
jerapah, onta, dan lain-lain. Himpunan A sendiri jelas bukan hewan berkaki empat, sehingga
A bukan anggota A. Jika kita definisikan himpunan M dengan syarat keanggotaan semua hal
yang dipikirkan manusia, maka anggotanya beragam, termasuk M sendiri adalah anggota M
karena M juga merupakan hal yang dipikirkan manusia. Dengan demikian, ada himpunan
yang dirinya bukan anggota himpunan, seperti himpunan A di atas, dan ada juga himpunan
yang dirinya sendiri menjadi anggota himpunan tersebut, seperti himpunan M tadi.
Selanjutnya, definisikan M sebagai kumpulan semua himpunan yang tidak memuat
dirinya sebagai anggota. Nah, kontradiksi akan muncul di sini terkait dengan keanggotaan M
dalam himpunan M. Jika M tidak memuat M sebagai anggota, maka M adalah anggota dari
M, tetapi jika M anggota dari M, maka M harus dikeluarkan dari M berdasarkan syarat
keanggotaan M. Ini berarti

jika dan hanya jika

. Ini merupakan suatu

kontradiksi yang menyesakkan.


Paradoks di atas bermula dari usaha Frege, Whitehead, Russell, dan teman-temannya
untuk menjawab pertanyaan tentang apa sih hakikat matematika (fondasi matematika).
Matematika telah berkembang pesat dan banyak cabang-cabang baru. Pertanyaannya adalah,

apa yang menyatukan cabang-cabang tersebut? Russell, dkk. mengajukan LOGIKAlah yang
menyatukan cabang-cabang itu.. Dengan kata lain, setiap pernyataan matematika dapat
dipandang sebagai pernyataan LOGIKA yang dapat dinilai benar atau salah. Aliran ini dalam
fondasi matematika disebut logisisme. Paradoks di atas menggagalkan usaha tersebut. Logika
memang diperlukan dalam matematika, tetapi mereduksi matematika menjadi hanya sekedar
logika menimbulkan kontradiksi seperti telah diceritakan di atas. Dengan demikian proyek
logisisme gagal total.
Sekarang kembali kepada kisah tukang cukur. Tidak diceritakan sampai kapan tukang
cukur itu bingung dan apa keputusan yang diambil. Pertanyaannya adalah, bagaimana kelaur
dari kontradiksi seperti itu? Jelas logika tidak mampu menjawab. Nah, saya punya solusi
untuk masalah tukang cukur di atas berdasarkan ajaran Agama Islam. Dia bernadzar seperti
yang telah di sebutkan di atas, dan kemudian menimbulkan kebingungan tersendiri. Oleh
karena itu, untuk keluar dari kebingungan tersebut, dia bisa membatalkan nadzarnya dengan
puasa 3 hari menurut ajaran Agama Islam. Jadi, dia ga perlu bingungkan? (hehe, paragraf ini
hanya becanda aja, tp untuk membatalkan nadzar cukup puasa 3 hari memang ajaran Islam).

You might also like