You are on page 1of 31

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan atlet dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang saling


mendukung antara faktor yang satu dengan lainnya. Faktor tersebut berasal dari
dalam maupun dari luar atlet itu sendiri yang meliputi faktor fisik, psikis,
teknik, taktik, pelatih, sarana dan prasarana latihan, latihan, sosial, dan
sebagainya. Menurut Alderman dalam Sudibyo Setyobroto (1993: 16)
menyatakan bahwa penampilan atlet dapat ditinjau dari empat dimensi yaitu:
(1) dimensi kesegaran jasmani meliputi antara lain daya tahan, daya ledak,
kekuatan, kecepatan, kelentukan, kelincahan, reaksi, keseimbangan, ketepatan,
dan sebagainya, (2) dimensi keterampilan meliputi antara lain: kinestetika,
kecakapan berolahraga tertentu, koordinasi gerak, dan sebagainya, (3) dimensi
bakat pembawaan fisik meliputi antara lain: keaadan fisik, tinggi badan, berat
badan, bentuk badan, dan sebagainya, (4) dimensi psikologik meliputi:
motivasi, percaya diri, agresivitas, disiplin, kecemasan, intelegensi, keberanian,
bakat, kecerdasan, emosi, perhatian, kemauan, dan sebagainya.
Sedang Singer dalam Singgih D. Gunarsa (2001: 29) menyatakan
bahwa olahraga adalah kegiatan yang meliputi aspek pisik, teknik dan, psikis.
Prestasi puncak olahraga merupakan aktualisasi dari ketiga aspek tersebut.
Aspek fisik adalah keadaan atlet yang berhubungan dengan struktur morfologis
dan antropometrik yang diaktualisasikan dalam prestasi, aspek teknik adalah
potensi yang dimiliki atlet dan dapat berkembang secara optimal untuk
menghasilkan prestasi tertentu, sedang aspek psikis berhubungan dengan
struktur dan fungsi aspek psikis baik karakterologis maupun kognitif yang
menunjang aktualisasi potensi dan dilihat pada prestasi yang dicapai.
Beradasarkan berbagai pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa dalam mencetak atlet yang berprestasi ketiga aspek dalam diri atlet
(fisik, teknik dan psikis) harus dioptimalkan melalui program yang sistematis
dan terpadu antara satu samalain. Latihan tidak boleh hanya dilakukan untuk
mengembangkan salah satu aspek, akan tetapi semua harus dilatihkan
sepanjang periodesasi latihan dengan kadar yang disesuaikan.
1
1

Aspek psikis merupakan bagian dari pembinaan atlet untuk meraih


prestasi tinggi sehingga perlu adanya kajian khusus mengenai hal tersebut yaitu
psikologi olahraga. Psikologi olahraga merupakan bagian dari psikologi umum
yang membantu mencetak atlet dari pemula menjadi juara atau memperlihatkan
prestasinya, dan membantu atlet berbakat untuk mampu mengaktualisasikan
bakatnya dalam prestasi puncak.
Kondisi faktual menunjukkan bahwa pembinaan prestasi olahraga saat
ini terutama ditingkat klub dan sekolah, khususnya pembinaan aspek
keterampilan

psikologis

merupakan

latihan

yang

sangat

penting

dalampembinaan olahraga. Kesabaran, keberanian, sportivitas, kepercayaan


diri, motivasi, pengelolaan emosi, termasuk penetapan tujuan dan imajeri
mental merupakan aspek-aspek psikologis yang sangat penting dalam
pembinaan olahraga dan harus dilatihkan sejak usia dini seperti halnya latihan
fisik atau teknik.
Untuk dapat mengoptimalkan berbagai aspek psikologis tersebut
diperlukan suatu metode yang digunakan, metode tersebut dalam psikologi
olahraga sering disebut sebagai mental training. Mental training menurut
Gunarsa, Soekasah, dan Satiadarma dalam (Juriana 2012: 13), latihan mental
didefinisikan sebagai :
a systematic, regular and longterm training to detect and develop
resources and to learn to control performance, behavior, emotions,
moods, attitudes, strategies and bodily processes.
Latihan mental adalah latihan yang sistematis, reguler dan jangka
panjang agar atlet dapat mengontrol pikiran, emosi, dan perilakunya dengan
lebih baik selama ia menampilkan performa olahraganya. Pelatihan
mental/mental training dilakukan melalui beberapa metode, yaitu goal-setting,
physical relaxation, thought/attention control, dan imagery.
Imagery merupakan salah satu metode yang digunakan dalam latihan
mental/mental training, yang didefinisikan sebagai bentuk kreasi mental yang
dilakukan secara sadar dan disengaja dan bertujuan untuk membentuk persepsi

sesuatu dengan jalan membentuk imaji kreatif di dalam benak seseorang,


Fanning dalam (Juriana 2012: 18). Melalui proses mental kreatif ini, seseorang
dapat mengubah persepsinya terhadap sesuatu karena ia membentuk imaji
suatu dalam berbagai bingkai persepsi, atau melihat suatu keadaan tertentu dari
berbagai sudut pandang.
Pelaksanaan latihan imagery di lapangan bukan berarti bahwa latihan
ini sepenuhnya dapat menggantikan latihan yang nyata tampak dalam peragaan
fisik, tetapi kedua-duanya harus diberikan dalam satu kesatuan atau harus
saling mengisi untuk mengoptimalkan/memaksimalkan pencapaian prestasi
atlet, atau merupakan program yang terpadu seperti yang telah disebutkan
sebelumnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan


masalah yang akan dikemukan, sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan imagery?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi keefektifan imagery?
3. Bagaimana proses imagery?
4. Apa saja tipe-tipe dari imagery?
5. Apa fungsi imagery dalam olahraga?
6. Bagaimanakah penerapan imagery dalam olahraga?
7. Bagaimanakah teknik imagery dalam olahraga?

C. Tujuan Makalah

Setiap pembelajaran yang dilakukan tentu memiliki maksud dan tujuan


yang ingin dicapai, secara umum penyusunan makalah ini bertujuan untuk
memperoleh informasi lebih jauh mengenai psikologi olahraga. Adapun tujuan
secara khusus pembuatan makalah ini untuk memperoleh pengetahuan dalam
memahami:
1. Memahami pengertian imagery dalam olahraga
2. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi keefektifan imagery

3. Memahami proses imagery


4. Mengetahui tipe-tipe dari imagery
5. Memahami fungsi imagery dalam olahraga
6. Memahami penerapan imagery dalam olahraga
7. Mengetahui teknik imagery dalam olahraga.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Imagery

Imajeri (imagery) merupakan suatu proses di dalam pikiran, dimana


pengalaman sensori disimpan di dalam memori dan secara internal diulang
dan dialami lagi di dalam pikiran, tanpa perlu menghadirkan stimulus

eksternalnya (Maksum, 2011: 64). Artinya, imagery merupakan suatu


pengulangan gerakan, kejadian, situasi atau pengalaman di dalam pikiran
yang dilakukan secara sengaja namun tidak memerlukan adanya suasana,
kondisi, peralatan ataupun orang-orang yang sebenarnya ada di dalam
pengalaman atau kejadian yang sesungguhnya. Imagery berarti gambarangambaran mental secara kolektif, yang menyebabkan seseorang dapat
membentuk gambaran-gambaran dalam otaknya (Katono & Gulo, 2000:
217). Latihan imagery merupakan suatu bentuk latihan mental yang berupa
pembayangan diri dan gerakan di dalam pikiran. Latihan imagery ini
bermanfaat untuk mempelajari atau mengulang gerakan baru, memperbaiki
suatu gerakan yang salah atau belum sempurna dan guna melatih simulasi
dalam pikiran.
Kata mental imagery dalam psikologi kognitif merupakan suatu
representasi situasi lingkungan dalam kognisi atau pikiran seseorang.
Sebagai suatu bentuk representasi mental, seseorang akan mencoba untuk
membayangkan, menggambarkan suatu situasi seolah seseorang tersebut
sedang melakukan suatu tindakan tindakan tertentu atau berada di dalam
lingkungan tertentu.
Imagery atau visualisasi merupakan bentuk kreasi mental yang
dilakukan secara sadar dan disengaja dan bertujuan untuk membentuk
persepsi sesuatu dengan jalan membentuk imaji kreatif di dalam benak
seseorang. Melalui proses mental kreatif ini, seseorang dapat mengubah
persepsinya terhadap sesuatu karena ia membentuk imaji suatu keadaan
dalam berbagai bingkai persepsi, atau melihat suatu keadaan tertentu dari
berbagai sudut pandang. Dalam konsep latihan mental dalam olahraga,
visualisasi juga sering disebut sebagai mental rehearsal atau juga imagery
process, Porter dan Foster dalam Juriana (2012: 14) menyatakan :
The

reason

visualization/imagery

works

is

...

you

are

physiologically creating neural patterns in your brain, just as if your


body had done the activity. These patterns are like small tracks
engraved in the brain cells. It has been demonstrated that athletes

who have never performed a certain routine or move can after a few
weeks of specific visualization practice perform the move. As in
physical practice, mental practice makes perfect too.
Dalam proses visualisasi seorang individu melakukan latihan mental
dengan menggunakan kondisi precues (pra-isyarat). Kondisi pra-isyarat ini
melibatkan aspek konsentrasi dan dilandasi oleh tiga hal utama. Pertama,
hal yang divisualkan harus terlebih dahulu tertanam dalam ingatan
seseorang. Kedua, untuk memfungsikan perilaku sesuai dengan pra-isyarat
seseorang harus memusatkan perhatian secara sungguh-sungguh pada
sasaran perilaku, jika hal ini tidak dilakukan maka arah perilaku mungkin
akan menyimpang. Ketiga, perhatian harus berlangsung terus di dalam area
pra-isyarat hingga tercapainya sasaran perilaku, Eversheim dan Block
(Juriana, 2012: 14).
Metode visualisasi merupakan metode yang menyatukan aspek
kognitif dan perilaku. Informasi yang dimiliki seseorang dan gerakan yang
dilakukan oleh orang terebut merupakan dua hal yang berpasangan secara
erat. Dalam konteks olahraga, imagery digunakan untuk membantu atlet
membuat visualisasi yang lebih nyata berkaitan dengan pertandingan atau
kompetisi yang akan dijalaninya. Oleh karena itu, mereka menekankan
pentingnya kekhasan latihan visualisasi bagi masing-masing cabang
olahraga, bahkan nomor-nomor pertandingan yang bersifat spesifik atau
individual.
Dalam latihan visualisasi atlet harus berusaha melatih kepekaaan
penginderaannya. Meskipun penglihatan merupakan aspek dominan, namun
dalam proses visualisasi atlet juga perlu melatih kepekaan idera lainnya,
seperti pendengaran dan penciumannya. Atlet tidak hanya membayangkan
suasana pertandingan, tetapi juga membayangkan tepukan penonton,
teriakan supporter, udara dan aroma di gelanggang olahraga.
Selain itu, dalam proses visualisasi atlet juga harus mengembangkan
pola pikir positif. Dengan membayangkan diri dalam lingkungan yang baik,

maka seseorang dapat memperoleh lebih banyak kemudahan dalam


bertindak. Selanjutnya atlet berupaya melakukan pencaman (affirmation)
dengan pernyataan-pernyataan singkat seperti: saya siap atau saya
mampu.
Pada dasarnya istilah imagery, visualisasi, dan latihan mental telah
digunakan secara bergantian oleh para peneliti, psikolog olahraga, pelatih
dan atlet untuk menggambarkan teknik pelatihan mental yang kuat Taylor &
Wilson, 2005: 1). Pada awal perkembangan latihan mental merupakan
istilah yang dipakai untuk menggambarkan teknik latihan imagery, tetapi
istilah ini hanya merujuk pada gambaran umum dari strategi berlatih dengan
modalitas sensorik atau kognitif yang digunakan (Taylor & Wilson, 2005:
1). Dewasa ini sebagian besar praktisi olahraga telah menggunakan latihan
mental imagery yang menggambarkan teknik latihan mental terstruktur
untuk menciptakan suatu kinerja olahraga yang optimal. Biasanya beberapa
atlet menggunakan latihan imagery tidak terstruktur yang dilakukan spontan
guna mencapai tujuan tertentu, mereka mengalami kesulitan untuk
mendapatkan rincian atas isi verbalitas sebagai inti dari latihan imagery.
Namun gambaran mental tidak hanya perilaku spontan dari individu untuk
membayangkan sesuatu penampilan. Taylor & Wilson (2005: 2)
menegaskan bahwa kekuatan imagery terletak pada penggunaannya sebagai
program terstruktur yang menggabungkan berupa tulisan dengan audio skrip
yang dirancang untuk menangani teknik olahraga tertentu agar atlet dapat
meningkat panampilannya.
Guillot & Collet (2008: 2) menegaskan bahwa script latihan
imagery merupakan suatu keniscayaan ketika akan melaksanakan program
dan isi pelatihan imagery yang keberhasilannya ditentukan oleh instruksi
dan cara pelatih mengkomunikasikannya. Menurut Taylor & Wilson (2005:
2) sebelum atlet memulai sesi imagery , script dirancang dengan skenario
rinci yang menyoroti pengaturan fisik dalam konteks kompetisi,
penampilam khusus, dan bidang-bidang tertentu lainnya yang perlu
ditekankan. Sebagai contoh, penelitian Bell, Skinner & Fisher (2009: 2)
memakai script untuk memandu latihan imagery tiga pemain golf dan
ditemukan hasil yang efektif dalam menempatkan bola pada sasaran.
Namun, praktisi psikologi olahraga harus menyadari bahwa pengalaman
pribadi dan hasil dapat bervariasi antara individu dan individu yang lain.

Selama berlangsungnya imagery otak berproses dan berfungsi,


beberapa hasil penelitian telah melaporkan bahwa ketika individu terlibat
dalam imagery otaknya menafsirkan gambar yang identik dengan situasi
stimulus yang sebenarnya. Imagery sangat bergantung pada pengalaman
yang tersimpan dalam memori, dan pelaku mengalaminya secara internal
dengan merekonstruksi peristiwa eksternal dalam pikiran mereka. Vealey &
Greenleaf (2006: 2) menjelaskan bahwa imagery dapat digunakan untuk
menciptakan pengalam internal baru dengan menyusun potongan-potongan
gambar dalam berbagai bentuk. Tujuan dari latihan mental imagery untuk
menghasilkan pengalaman olahraga sehingga atlet merasa secara akurat
seolah-olah benar-benar melakukan olahraga. Menurut Vealey & Greenleaf
(2006: 3) semua indera penting dalam mengalami keejadian apa yang
dibayangkan, oleh karena itu untuk membantu menciptakan sebuah kejadian
tertentu, dalam penyusunan imagery harus memasukkan sebanyak mungkin
perhatian panca indera. Hal ini menekankan bahwa Imagery mental itu
harus melibatkan gerakan, pemandangan, suara, sentuhan, bau, dan rasa
serta emosi, pikiran dan tindakan.
Imagery is actually a form of simulation, it is similar to a real
sensory experience (e.g., seeing, feeling, or hearing), but entire experience
occurs in the mind, artinya imagery adalah sebuah bentuk simulasi, hal ini
mirip dengan pengalaman sensorik yang nyata (misalnya melihat,
merasakan, atau mendengar), tetapi seluruh pengalaman tersebut terjadi
dalam pikiran (Robert S. Weinberg and Danield Gould, 2003: 284).
Terry Orlick dikutip oleh David Yukleson (Singgih D. Gunarsa
2004: 103), imagery merujuk pada proses merasakan yang sangat intens,
seolah-olah perasaan tersebut merupakan keadaan yang sebenarnya.
Imagery can be defined as an experience that mimics a real experience,
where we are consciously aware of forming and seing an image and can
involve the use of our other senses artinya imagery dapat didefinisikan
sebagai pengalaman yang meniru pengalaman nyata, dimana kita secara
sadar membentuk dan melihat dan dapat melibatkan indra kita yang lainnya
Imagery is form of simulation. it is a method of using all the
senses to create or recreate an experience in the mind artinya imagery

adalah bentuk simulasi. itu adalah metode yang menggunakan semua indera
untuk membuat atau menciptakan sebuah pengalaman dalam pikiran, (Andy
Cale dan Roberto Forzoni, 2004:121).

Robin S. Vealay dan Susan M.

Walter (seperti dikutip dalam Andy Cale dan Roberto Forzoni, 2004: 126127) menyatakan:
Imagery may be defined as using all the senses to recreate or
create an experience in the mind. This definition contains three keys to
understanding imagery, (1) Imagery as recreating or creating : Through
imagery we are able to recreate as well as create experience in our mind.
we recreate experiences all the time. (2) Imagery as a polysensory
experience : The second key to understanding imagery is realizing that
imgery can and should involve all the senses, or that it is a polysensory
experience. Althought imagery is often termed "visualization" or "seeing
with the mind's eye," sight is not the only significant sense. All of our
senses are important in experiencing events. Images can and should
include as many senses as possible including visual, auditory, olfactory,
gustatory, tactile, and kinesthetic senses. (3) Imagery as the absence of
eksternal stimuli : The third important characteristic of imagery is that it
requires no external stimulus antecedents. Imagery is a sensory
experience that occurs in the mind without any environmental props.
Artinya imagery dapat didefinisikan, menggunakan semua indera
untuk menciptakan atau membuat sebuah pengalaman dalam pikiran.
Definisi ini mengandung tiga kunci untuk memahami Imagery. (1) Imagery
sebagai sebuah proses menciptakan atau membuat : Melalui imagery kita
mampu menciptakan serta menciptakan pengalaman dalam pikiran kita. kita
menciptakan pengalaman setiap saat. (2) Imagery sebagai suatu pengalaman
polysensory : imagery sebagai suatu pengalaman polysensory : Kunci kedua
untuk memahami imagery adalah menyadari bahwa imagery dapat dan
harus melibatkan semua indera, dimana semua itu adalah pengalaman
polysensory. Imagery walaupun sering disebut "visualisasi" atau "melihat

dengan mata pikiran," adalah pandangan bukan sebuah satu-satunya


pengertian dari imagery. Semua indera kita sangat penting dalam mengalami
kejadian pada proses imagery. Imagery dapat dan harus melibatkan indera
sebanyak mungkin termasuk penglihatan, pendengaran, penciuman,
pengecapan, peraba, dan indra kinestetik. (3) Imagery sebagai tidak adanya
rangsangan eksternal : Karaketristik penting imagery yang ketiga adalah
bahwa imagery tidak memerlukan rangsangan luar awal. Citra adalah
pengalaman indra yang terjadi dalam pikiran tanpa alat peraga lingkungan.
Melihat dari berbagai pendapat diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa pengertian dari imagery adalah salah satu bentuk latihan mental yang
menyertakan berbagai indera pada saat membentuk suatu gambar dalam
pikiran (pada saat melakukan imagery) sehingga semua indera secara intens
mengalami kejadian pada proses imagery ini seperti menggunakannya
secara nyata. Dimana latihan ini memiliki tujuan untuk meningkatkan
kinerja atlet dalam olahraga baik dalam proses berlatih maupun pada saat
tampil dalam sebuah pertandingan atau kompetisi.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Imagery

Weinberg dan Gould (1999: 268) Di dalam buku Foundations of


Sport and Exercise Psychology menyebutkan bahwa ada empat faktor
yang dapat mempengaruhi keefektifan dari imagery, antara lain:
1. Nature of the Task
Faktor pertama yang mempengaruhi efektifitas imagery adalah
kemampuan kognitif seseorang dalam melakukan latihan mental.
Kemampuan kognitif memiliki peran yang penting, contohnya adalah
seseorang mengetahui hal apa yang akan dicoba, memahami
konsekuensi yang muncul dari prosesnya, dan dapat memprediksi
kejadian dari pengalaman sebelumny pada satu kemampuan yang
sama.
2. Skill Level of the Performer
Faktor penting lainnya yang mempengaruhi efektifitas dari
imagery adalah tingkat keterampilan dari orang yang melakukan

10

10

imagery, yang dimaksud disini adalah imagery dapat lebih


memberikan efek pada orang yang memiliki pengalaman dalam
olahraga lebih lama dan lebih menguasai tekniknya dibandingkan
orang yang baru mengerti tentang olahraga. Contoh ketika seorang
siswa baru diberi teknik melakukan smash yang benar kemudian
diperintahkan untuk melakukan imagery tentang melakukan smash
maka efek yang muncul tidak terlalu signifikan karena kurangnya skill
dari siswa. Berbeda dengan seorang atlet olimpiade bolavoli yang
melakukan imagery gerakan smash, maka ia akan jauh lebih cepat
memahami dan efek yang timbul akan jauh lebih signifikan.
3. Imaging Ability

Tingkat imajinasi seseorang juga mempengaruhi efek dari imagery,


bisa dibayangkan jika ada seorang atlet dengan tingkat imajinasi yang
kurang baik maka ketika ia melakukan imagery hasil yang didapatkan
akan kurang maksimal jika dibandingkan dengan atlet lain yang
memiliki tingkat imajinasi yang jauh lebih baik.
4. Using Imagery Along With Physical Practice

Melakukan imagery bersamaan dengan latihan fisik juga menjadi


salah satu faktor yang dapat mempengaruhi efektifitas imagery, kita
bisa membayangkan jika seorang atlet hanya melakukan imagery akan
tetapi tidak melakukan praktek secara langsung maka proses imagery
yang dilakukan akan sia-sia dan akan mengurangi efek dari imagery itu
sendiri. Oleh karena itu ketika seorang atlet melakukan imagery akan
jauh lebih baik jika diiringi dengan latihan atau praktek secara
langsung.

C. Proses Imagery dan Teori yang Mendasari


1. Proses Imagery

Kosslyn, Ganis & Thompson (2001: 638) mengatakan bahwa


selama latihan mental, jalur neuromotor yang sama yang terlibat dalam
pelaksanaan aktivitas tugas motorik fisik tertentu diaktifkan. Program

11

11

motorik di korteks motorik, yang bertanggung jawab untuk gerakan,


kemudian diperkuat sebagai hasil dari jalur saraf selama latihan mental
imagery. Akibatnya, imagery mental dapat membantu dalam
pembelajaran keterampilan dengan meningkatkan pola koordinasi yang
tepat dan dengan priming motor neuron yang sesuai dari otot-otot yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas motorik tertentu. Singkatnya,
latihan mental mengaktifkan kegiatan perifer, yang memberikan
informasi aferan ke korteks motorik yang berfungsi untuk memperkuat
program motorik. Lebih lanjut dikatakan olehnya bahwa dengan
perkembangan teknologi neuroimaging, peneliti dapat menguji
berbagai teori imagery. Para peneliti telah mengambil langkah-langkah
untuk

menunjukkan

bahwa

imagery

mental

menggabungkan

mekanisme syaraf yang sama yang digunakan dalam memori, emosi,


dan kontrol motor. Korteks motor utama, yang merupakan bagian dari
lobus frontal, bekerja dalam hubungan dengan daerah pra-motor untuk
merencanakan dan melaksanakan gerakan. Banyak peneliti telah
menunjukkan bahwa area korteks yang diaktifkan dalam gerakan
kontrol juga memainkan peran dalam imagery bermotor.
Penelitian neuroimaging telah menunjukkan bahwa korteks
premotor manusia diaktifkan ketika manusia mengamati tindakan
orang lain, yang mungkin menandakan keberadaan mirror-neuron
dalam otak manusia. Rizzolatti, Fogassi & Gallese (Lane, 2001: 846)
dalam penelitiannya berhasil menemukan bahwa subpopulasi neuron,
sekarang yang disebut mirror-neuron, di korteks premotor daerah otak
merespon selektif ketika binatang melakukan tindakan tertentu dengan
tangan mereka dan ketika hewan mengamati tindakan yang sama yang
dilakukan oleh orang lain. Hal ini masuk akal bahwa mirror-neuron
terlibat dalam imagery motor, didasarkan pada gagasan bahwa atlet
sering mengubah gambar dengan membayangkan apa yang akan
mereka lihat apakah benda yang dimanipulasi agar sesuai dengan
imagery yang diinginkan.

12

12

Berdasarkan hasil pemeriksaan menyeluruh terhadap berbagai


literatur terkait, para peneliti telah memberikan dukungan untuk
proposisi bahwa latihan

mental saja mungkin

cukup untuk

mempromosikan aktivitas dari sirkuit saraf yang terlibat dalam tahap


awal belajar keterampilan motorik baru. Kosslyn dalam Lane (2001:
102) mengatakan para peneliti telah mengemukakan, peningkatan
aliran darah di daerah otak menunjukan bahwa simulasi mental
gerakan mengaktifkan beberapa struktur saraf pusat yang dibutuhkan
untuk gerakan fisik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
proses saraf yang terjadi di dalam otak manusia dapat menjadi dasar
dan lebih menjelaskan bahwa imagery terjadi melibatkan proses sistem
saraf di otak.

2. Teori Berkaitan Tentang Imagery

Banyak teori yang menjelaskan bagaimana proses imagery


bekerja pada tubuh manusia. Pada dasarnya pikiran kita adalah alat
pengontrol tubuh kita sendiri, ini merupakan sebuah pemikiran yang
masuk akal dimana hubungan pikiran dan tubuh manusia merupakan
hubungan yang sangat penting dan juga esensial. Hubungan ini terjadi
apakah anda benar-benar melaksanakan tugas atau hanya berfikir
untuk melakukan salah satu. Salah satu penelitian yang terkenal adalah
penggunaan elektroda pada kaki-kaki atlet ski salju pegunungan alpine
untuk menguji otot mirip dengan impuls listrik yang dihasilkan selama
gerakan yang sebenarnnya. Hasil dari percobaan tersebut sangat jelas
menunjuk bahwa saat pemain ski itu duduk dan hanya memikirkan saat
dia bermain ski menurun, pola serupa ditemukan pada otot seolah-olah
dia telah benar-benar bermain ski. Dengan membayangkan dan
memvisualisasikan diri anda bermain sepak bola, otot akan anda

13

13

gunakan untuk melakukan tugas fisik yang dirangsang pada tingkat


yang sangat rendah. Aktivasi otot halus ini tidak cukup kuat untuk
menghasilkan gerakan yang sebenarnya anda bayangkan, tapi
rangsangan tidak berfungsi untuk membentuk cetak biru bagi gerakan
atau keadaan tertentu. Dengan menciptakan informasi sensorik yang
tepat yang memberikan kontribusi untuk keberhasilan pelaksanaan
keterampilan perilaku yang benar untuk situasi tertentu, anda akan
memperkuat cetak biru sehingga menjadi lebih mungkin bahwa anda
serius meningkatkan standar kinerja anda, anda akan membutuhkan
untuk mengembangkan keterampilan membayangkan secara efektif
baik unsur-unsur teknis dan taktis dari sepakbola (Andy Cale dan
Roberto Forzoni, 2004:120).
Roxel (2005: 4) menyatakan bahwa para psikolog olahraga
telah berusaha untuk menjelaskan mekanisme dan cara kerja imagery.
Tidak ada satupun teori yang bisa menjelaskan efektivitas latihan
imagery secara komprehensif. Sehingga lahirlah beberapa teori, seperti
teori perhatian-kegairahan yang berusaha menjelaskan latihan
imagery dengan menggabungkan komponen kognitif dan fisiologis.
Teori ini menjelaskan bahwa imagery merupakan teknik untuk
mempersiapkan kinerja atlet yang terjadi baik secara fisiologis maupun
psikologis. Teori imagery ini menjelaskan bahwa domain kognitif
dapat membantu atlet fokus pada tugas dengan isyarat yang relevan
sebagai rangsangan tidak relevan, yang menjauhkan kinerja yang
diharapkan. Melalui teknik mental iini, atlet juga menjadi sadar
tentang kondisi fisiologisnya sehingga dapat mengurangi hambatan
yang terkait dengan tindakan motorik, dan meningkatkan perhatian
terhadap isyarat untuk respon motorik. Menurut Roxel (2005: 5)
kondisi ini diasumsikan telah terjadi keadaan gairah yang optimal
untuk mencapai kinerja puncak, dan imagery dapat memfasilitasi apa
yang terjadi pada diri atlet untuk mencapai tingkat gairah yang
optimal.

14

14

Menurut Grouios dalam Richard H.cox (2002: 264) sementara


banyak penelitian telah dipublikasikan hal-hal yang berhubungan
dengan keefektifan latihan imagery dan latihan mental dalam
olahraga. Para psikolog olahraga tahu tentang sedikit alasan
mengapa latihan imagery dan mental menjadi latihan yang efektif dan
bagaimana cara kerjanya. Mengapa harus berlatih mental atau
pencitraan sebuah tugas fisik yang mengakibatkan peningkatan
belajar dan kinerja? Beberapa penjelasan yang mungkin dapat
menjadi jawaban pertanyaan dasar ini telah disampaikan. Secara
singkat dapat dijelaskan dengan berbagai teori yaitu :
a. Teori Psychoneuromuscular

Teori psychoneuromuscular berpendapat bahwa Imagery


hasil alam bawah sadar pola neuromuskulernya identik dengan
pola-pola yang digunakan selama gerakan sebenarnya. Meskipun
membayangkan bahkan tidak mengakibatkan sebuah gerakan yang
berlebihan dari otot-otot,perintah subliminal eferen (syaraf
motorik alam bawah sadar) dikirim dari otak ke otot-otot. Dalam
arti, sistem neuromuskular diberikan kesempatan untuk 'praktek'
pola gerakan tanpa benar-benar otot itu bergerak. Teori
Pysychoneuromuscular adalah penjelasan paling masuk akal
untuk mengapa citra memfasilitasi kinerja fisik dan belajar.
b. Symbolic Learning Theory (Teori Belajar Simbol)
Symbolic Learning Theory (Teori Belajar Simbol) berbeda
dari teori psychoneuromuscular dalam subliminal aktivitas
listrik dalam otot-otot tidak diperlukan. Latihan mental dan
citra bekerja karena individu secara harfiah merencanakan
tindakannya terlebih dahulu. Urutan mental, tujuan tugas, dan
alternatif solusi dianggap kognitif sebelum respon fisik yang
diperlukan. Shortstop dalam bisbol menyediakan contoh yang
sangat baik untuk teori ini dalam praktiknya. Sebelum masingmasing lemparan untuk pemukul, shortstop ulasan kognitif dalam
pikirannya berbagai peristiwa mungkin dan respon yang tepat
untuk masing-masing peristiwa. Jika ada dalam satu out di babak
kedelapan, pangkalan dimuat, dan nilai terikat, pemain shortstop

15

15

akan tergantung pada jenis bola yang datang kepadanya. Dengan


berlatih mental berbagai rangsangan dan mungkin tanggapan
sebelum masing-masing lemparan, shortstop dapat meningkatkan
peluang menciptakan bermain yang benar.
c. Teori Gabungan Perhatian dan Gairah
Teori gabungan perhatian dan gairah. menggabungkan
aspek-aspek kognitif simbolis belajar teori dengan aspek fisiologis
teori psychoneuromuscular. Citra berfungsi untuk meningkatkan
kinerja dalam dua cara. Dari perspektif physicological, citra
dapat membantu atlet untuk menyesuaikan tingkat gairah untuk
kinerja optimal. Dari perspektif kognitif, citra dapat membantu
atlet untuk selektif hadir untuk tugas di tangan. Jika atlet
menghadiri ke gambar tugas-relevan, dia cenderung tidak akan
terganggu oleh gambar tidak relevan, ia cenderung tidak akan
terganggu oleh rangsangan yang tidak relevan. Dalam analisis
akhir, teori yang terbaik mungkin eklektik di alam dan mencakup
unsur-unsur dari semua teori tiga (atau lebih). Dari perspektif
logis, itu akan tampak tidak praktis untuk mengecualikan
mendukung salah satu dari teori-teori yang lain.
Suinn dalam Weinberg dan Gould (2007: 286) mengembangkan
teknik peningkatan kognitif disebut visuomotor perilaku latihan
visuomotor behavioral rehearsal (VMBR), menggabungkan relaksasi
progresif dan praktik latihan mental imagery. Lebih khusus praktik
VMBR terdiri dari tiga tahap : (1) atlet mencapai keadaan rileks dengan
cara teknik relaksasi progresif, (2) latihan mental yang relevan dengan
kebutuhan dan tuntutan olahraga masing-masing atlet, dan (3) praktik
keterampilan fisik khusus dalam kondisi simulasi gerak. Menurut
Onestak dalam Lane (2001: 69) pelatihan VMBR dapat meningkatkan
kinerja berbagaia tugas olahraga termasuk menembak lemparan bebas
dalam permainan bolabasket. Behncke dalam Lane (2001: 72)
menegaskan bahwa latihan melalui proses VMBR yang digabungkan
dengan keterampilan tertentu selama pelatihan mental, kemudian
dikoordinasikan komponen imagery dengan kinerja fisik dapat

16

16

meningkatkan terjadinya penyesuaian antara apa yang dibayangkan


dengan keterampilan yang akan dilakukan.
Banyak sekali teori yang menjelaskan bagaimana imagery
bekerja diantaranya adalah teori Psychoneuromuscular yang
menyatakan bahwa pada saat latihan imagery dilakukan pola syaraf yang
terbentuk sesame seperti pola syaraf yang tebentuk ketika seorang
melakukan aktifitas olahraga sebenarnya. Selanjutnya adalah teori
belajar simbol yang menyatakan bahwa dengan imagery tubuh mencoba
secara harfiah merencanakan tindakannya terlebih dahulu. Urutan
mental, tujuan tugas, dan alternatif solusi dianggap kognitif sebelum
respon fisik yang diperlukan, dan yang terakhir adalah teori
gabungan perhatian dan gairah dimana dalam teori ini menjelaskan
bentuk latihan imagery dengan penggabungan antara unsur mental dan
fisik. Dengan melihat beberapa teori tersebut dapat disimpulkan bahwa
berbagai penelitian telah dilakukan yang membuktikan bahwa latihan
imagery dapat berguna dalam peningkatan dan pengembangan
ketrampilan seseorang yang ingin belajar suatu keterampilan tertentu
pada cabang olahraga tertentu atau bahkan meningkatkannya agar
tercipta suatu hasil yang optimal.

D. Tipe-tipe Imagery

Mahoney dan Avener (dalam Weinberg dan Gould, 1999: 274)


menjelaskan bahwa secara garis besar ada dua tipe dari imagery yaitu:
1. Internal Imagery
Internal Imagery merupakan proses membayangkan atau
mengimajinasikan suatu ketrampilan gerak dari sudut pandang dan
pemikiran individu itu sendiri layaknya kita memiliki sebuah kamera
didalam kepala. Dengan kata lain kita hanya bisa melihat apa yang kita
lihat dari jangkauan penglihatan normal. Contohnya pada pitcher
softball, dia hanya bisa melihat wasit, bola yang ada di glove, dan
catcher, akan tetapi tidak bisa melihat penjaga base yang ada diluar
jangkauan penglihatan.
2. Eksternal Imagery
Eksternal Imagery merupakan proses melihat diri sendiri dari
perspektif lingkungan, hal itu seperti melihat diri sendiri didalam

17

17

sebuah film atau tayangan video. Contohnya seorang pitcher pada


permainan softball membayangkan dirinya dari sudut pandang orang
lain, sehingga ia bukan hanya melihat apa yang bisa ia lihat seperti
pada internal imagery, akan tetapi ia seperti melihat seluruh permainan
secara keseluruhan layaknya seorang penonton.

Sedangkan menurut Richard H. Cox (2007: 300) imagery dapat


dibagi atau diklasifikasikan menurut tujuan dan aplikasinya dengan

General

Aplication

Specific

gambaran sebagai berikut:


Purpose
Motivational

Cognitive

Motivational Specific (MS)

Cognitive Specific (CS)

Motivational General-Mastery
(MG-M)
Motivational General-Arousal

Cognitive General (CG)

(MG-A)
Gambar 1. Jenis-jenis imagery berdasarkan tujuan dan aplikasi
Berdasarkan gambaran tersebut maka imagery dapat dibagi menjadi
lima tipe yaitu sebagai berikut:
1. Motivational Specific (MS)

Pada imagery tipe ini, atlet atau olahragawan membayangkan


dirinya pada situasi olahraga spesifik dengan motivasi yang tinggi.
Contohnya,

seorang

atlet

bola

basket

memikirkan

dirinya

memenangkan suatu pertandingan pada pertandingan yang sangat


penting, misalnya final pada kejuaraan yang bergengsi.
2. Motivational General-Mastery (MG-M)

Pada tipe imagery ini atlet membayangkan dirinya pada situasi


olahraga apapun (baik yang dianggap penting maupun kurang
penting/dalam situasi pertandingan besar maupun kecil) atlet mampu

18

18

tetap menunjukkan untuk tetap fokus. Contohnya, atlet akan


membayangkan dirinya untuk selalu berfikir positif dimanapun ia
berada dari pertandingan kecil sampai besar.

3. Motivational General-Arousal (MG-A)

Pada tipe imagery ini, atlet membayangkan dirinya dalam


situasi olahraga general (baik yang dianggap penting maupun kurang
penting/dalam situasi pertandingan besar maupun kecil) menunjukkan
kemampuan untuk mengontrol tingkat kecemasannya. Contohnya,
seorang

atlet

melakukan

imagy

atau

membayangkan

dengan

menggunakan teknik pernafasan dalam (deep breathing) untuk tetap


dalam kondisi yang relakaks atau tenang selama pertandingan
berlangsung.
4. Cognitive Specific (CS)

Pada tipe imagery ini, atlet membayangkan dirinya mampu


melakukan atau mengeksekusi keterampilan olahraga yang spesifik
dalam suatu kompetisi. Contohnya, seorang atlet sepak bola
membayangkan dirinya mampu mengeksekusi tembakan bebas hingga
tercipta gol.
5. Cognitive General (CG)

Pada tipe imagery ini, atlet membayangkan dirinya untuk


mempraktikkan

keterampilan

taktik

dan

strategi

dalam

suatu

pertandingan. Misalnya strategi pertahanan dalam permainan bola volly,


seorang pemain membayangkan strategi bertahan dalam menghadapi
serangan dengan bola quick dari tengah lapangan permainan.

E. Fungsi Imagery dalam Olahraga

Imagery merupakan bagian dari latihan mental atau mental


training. Fungsi imagery dalam bidang olahraga sering diaplikasikan pada

19

19

beberapa situasi sesuai dengan kebutuhan olahragawan atau atlet, adapun


beberapa fungsi imagery dalam olahraga adalah sebagai berikut:
1. Improve concentration
2. Enhance motivation
3. Build confidence
4. Acquire, practice, and correct sport skills
5. Acquire and practice strategy
6. Prepare for competition
7. Cope with pain and injury.
Latihan imagery jika dilakukan dengan program yang tepat dapat
bermanfaat untuk mempersiapkan olahragawan dalam melakukan suatu
gerakan, gaya, atau keterampilan baru. Dapat pula diterapkan untuk
memperbaiki suatu gerakan, gaya, atau cara bereaksi. Selain itu juga dapat
digunakan untuk meningkatkan konsentrasi, meningkatkan motivasi,
membangun

kepercayaan

diri,

memantapkan

strategi

persiapan

pertandingan serta, mengurangi rasa sakit dan pemulihan pasca cedera.


Menurut Taylor & Wilson (2005: 15) ada kesamaan pandang dan
telah disepakati bahwa latihan mental imagery dapat meningkatkan
kinerja melalui peningkatan faktor mental utama yang sangat
mempengaruhi kinerja olahraga. Secara khusus, latihan mental imagery
dapat meningkatkan kinerja ketika atlet berlatih strategi umum dan
taktik, dan keterampilan khusus dengan menggunakan self-talk positif,
dan kinerja secara keseluruhan. Lebih lanjut ditegaskan olehnya bahwa
latihan mental imagery dapat digunakan untuk memfasilitasi respon yang
efektif terhadapt stres kompetitif dan emosi, dan menghasilkan persaan
kinerja yang sukses dan mencapai tujuan yang diinginkan. Robin, dkk
dalam Weinberg dan Gould (2007) meneliti efek dari pelatihan imagery
pada peningkatan kinerja keakuratan keterampilan layanan motor
pengembalian servis dalam permainan tenis. Surbug, Porretta, & Sutlive
(1995: 18) mengkaji efek dari latihan imagery sebagai bentuk tambahan
dari latihan / praktik untuk belajar dan kinerja tugas gerak melempar.
Hasilnya menunjukkan bahwa dari tujuh sesi pelatihan / pengujian
peserta secara periodik subjek coba yang diberikan latihan praktik

20

20

imagery menampilkan kinerja yang lebih besar pada tugas keterampilan


motorik daripada orang-orang yang tidak terlibat dalam latihan imagery.
Berbagai uraian hasil penelitian di atas mempertegas bahwa selain
berbagai kajian teoritis latihan imagery menjelaskan dapat meningkatkan
keterampilan gerak cabang olahraga tertentu, juga secara empiris (hasil
penelitian teori-teori itu berhasil dibuktikan.
Selanjutnya sejalan dengan pemikiran tersebut Eugene F. Gauron
dalam (Sapta Kunta, 2013: 38) memberikan gambaran tentang program
latihan mental yang menyebutkan adanya tujuh sasaran program, yaitu:
1. Mengontrol perhatian, hal itu perlu dapat mengkonsentrasikan

2.

3.

4.

5.

6.

7.

kemampuan dan perhatian pada titik tertentu sesuatu yang harus


dikerjakan.
Mengontrol emosi, menguasai perasaan marah, benci, gembira,
nervous, dan sebagainya sehingga dapat menguasai ketegangan dan
bermain dengan tenang.
Energization, dimaksudkan untuk dapat mengembalikan kekuatan
sesudah bermain all-out, sehingga pemain dapat mengerahkan kekuatan
seperti biasa. Disamping istilah second wind juga dikenal istilah third
wind bahkan juga forth wind.
Body awarness, dengan penguasaan body awarness atlet akan lebih
memahami dan menyadari keadaan tubuhnya, dapat melokalisasi
ketegangan dalam tubuhnya.
Mengembangkan rasa percaya diri, faktor yang dapat menentukan
dalam penampilan puncak seorang atlet adalah kepercayaan pada diri
sendiri. Dengan percaya diri atlet akan dapat bermain dengan baik dan
mencapai hasil yang lebih baik.
Membuat perencanaan faktor bawah sadar, badan adalah pesuruh dari
apa yang kita inginkan. Dengan menggunakan mental image sebagai
salah satu cara latihan mental, maka apa yang kita pikirkan atau
bayangkan dapat dilakukan.
Rekonstrukturisasi pemikiran apa yang dipikirkan akan berpengaruh
dalam penampilan. Dengan merubah pemikiran juga akan merubah
perasaan (misalnya perasaan pasti kalah). Karena itu dengan merubah

21

21

pemikiran juga dapat menghasilkan tingkah laku dan penampilan yang


berbada.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah disampaikan diatas
dapat dikatakan bahwa Imagery membantu atlet untuk menciptakan
gambaran yang riil berkaitan dengan kesulitan dan masalah-masalah
yang mungkin akan dihadapi oleh para atlet selama pertandingan. Seperti
diketahui, atlet seringkali membuat gambaran yang tidak nyata baik
tentang dirinya maupun tentang lawan yang akan dihadapi. Menganggap
lawan lebih superior, kemampuan teknisnya masih rendah atau
lingkungan pertandingan yang menekan seringkali muncul dibenak para
atlet ketika menyiapkan diri untuk sebuah pertandingan.
Efeknya, seringkali atlet merasa rendah diri dan akhirnya merasa
cemas yang berlebihan. Jika berlanjut terus menerus, maka kecemasan
tersebut akan mengganggu performa atlet tersebut. Kecemasan yang
muncul sebelum bertanding akan mengurangi konsentrasi dan membuat
penampilannya menurun.
Selain itu, Imagery juga dapat membantu atlet untuk meningkatkan
motivasinya. Dengan gambaran diri yang jelas, maka atlet akan
menyadari kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan dapat dia gunakan
sebagai senjata untuk mengalahkan lawan, sedangkan kelemahan bisa
menjadi evaluasi agar kekurangan-kekurangannya bisa ditutupi dengan
teknik yang lain.
Imagery juga digunakan untuk membayangkan hasil akhir yang
diharapkan. Dalam bahasa yang lain, atlet diajak untuk mempunyai
pikiran yang positif mengenai dirinya dalam rangka menjalani kompetisi
atau pertandingan yang akan dihadapi. Dengan pikiran yang positif,
ketenangan, konsentrasi dan motivasi akan berada dalam posisi yang
optimal.
Imagery bisa digunakan untuk berbagai keperluan. Meningkatkan
performa, konsentrasi hingga proses penyembuhan cedera bisa
menggunakan proses imagery. Imagery merupakan bagian dari proses
latihan yang diberikan secara rutin dan berkala.

F. Penerapan Imagery dalam Olahraga

22

22

Imagery merupakan suatau teknik yang digunakan dalam melatihkan


mental atlet yang dapat digunakan dalam berbagai kondisi sesuai dengan
kebutuhannya, apakah untuk memperbaiki suatu gerakan, gaya, atau cara
bereaksi, kesadaran diri olahragawan, meningkatkan rasa percaya diri,
mengontrol emosi, mengurangi rasa sakit, mengatur gugahan semangat
(arousal), serta memantapkan strategi persiapan pertandingan.
Berdasarkan hal tersebut maka imagery dalam kegiatan olahraga dapat
digunakan selama periodesasi latihan, Martin et al. dalam Richard H. Cox,
2007: 300, memberikan gambaran bagaimana imagery digunakan dalam
kegiatan olahraga, yaitu digunakan selama training, kompetisi, dan rehabilitasi
yang bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki keterampilan dan
strategi, modifikasi kognisi, serta menanggulangi tingkat ketegangan dan
kecemasan yang berlebihan. Berikut merupakan gambaran bagaimana imagery
digunakan dalam olahraga menurut Martien et al:
Ilustrasi Penggunaan Imagery dalam Olahraga
SPORT SITUATION

IMAGERY TYPE

OUT COME

imagery
dalam
olahraga and improved performance of skill and strategies
Training Gambar 2. Penggunaan
Motivational
Specific
Acquisition
Competition
Motivational General-Mastery
Modification of cognition
Rehabilitation
Motivational General-Arousal
Regulation of anxiety
Cognitive
Specific tersebut Imagery dapat digunakan sebelum
Senada dengan
pernyataan
Cognitive
General
dan sesudah latihan, sebelum
dan sesudah pertandingan, selama waktu istirahat
dalam latihan dan kompetisi, selama waktu pribadi di luar latihan resmi dan
selama pemulihan cedera.
Berikut merupakan gambaran bagaimana imagery digunakan dalam
berbagai situasi tersebut:
IMAGERY ABILITY
Kinesthetic
1. Sebelum dan Sesudah Latihan
Visual
Salah satu cara untuk menjadwalkan imagery secara sistematis
adalah untuk memasukkannya sebelum dan setelah setiap sesi latihan. Batasi
sesi ini sekitar 10 menit; sebagian besar atlet memiliki kesulitan
berkonsentrasi lebih lama tampa imagery. Untuk memusatkan konsentrasi
dan

bersiap-siap

sebelum

latihan,

atlet

harus

memvisualisasikan

keterampilan, rutinitas, dan permainan yang mereka harapkan untuk


dilakukan. Setelah selesai latihan atlit harus meninjau kembali keterampilan
dan strategi yang mereka latih. Karena atlit baru saja selesai berlatih, rasa

23

23

gerakan harus segar dalam pikiran, yang akan membantu menciptakan


kejelasan dan kesegaran gerak tersebut dalam pikiran atlet adalah imagery.

2. Sebelum dan Sesudah Pertandingan

Imagery dapat membantu atlet untuk berfokus pada kompetisi yang


akan dilakukan, jika atlit meninjau dan merencanakan apa yang mereka
ingin lakukan, termasuk strategi yang berbeda untuk situasi yang berbeda.
Waktu optimal imagery dalam kompetisi ini berbeda dari satu orang ke
orang lain: beberapa atlet dapat memvisualisasikan sebelum dimulainya
kompetisi, sedangkan yang lain lebih suka melakukannya satu atau dua jam
sebelumnya. Poin terpenting adalah bahwa visualisasi cocok untuk
digunakan dalam rutinitas pra-event. Imagery tidak boleh dipaksakan atau
dilakukan secara terburu-buru. Setelah kompetisi, atlet dapat memutar ulang
hal-hal yang mereka lakukan dengan berhasil dan mendapatkan gambaran
yang hidup dan terkontrol.
Pada situasi yang hampir sama, siswa dalam pembelajaran
pendidikan jasmani dapat membayangkan dalam mengoreksi kesalahan
dalam pelaksanaan keterampilan yang dipelajari dan dilatih. Siswa juga
dapat memutar ulang eksekusi teknik yang gagal, untuk diperbaiki dengan
membayangkan keberhasilan serta mengkoreksinya atau memilih strategi
untuk memperbaikinya. Imagery juga dapat digunakan untuk menguatkan
cetak biru dalam memori gerak keterampilan yang sudah dilakukan dengan
baik.
3. Selama Waktu Istirahat antara Latihan dan Kompetisi

Waktu dan batasan antara musim atau waktu kompetisi dan jeda
kompetisi sering kabur. Dalam banyak kasus, ada yang menyatakan waktu
jeda kompetisi adalah tidak ada, karena atlet harus tetap melakukan
pengkondisian kardiovaskular, beban, dan keterampilan khusus dalam
cabang olahraga selama waktu jeda kompetisi walaupun dengan

24

24

pembebanan yang disesuaikan. Penggunaan imagery selama jeda kompetisi


adalah kesempatan yang baik untuk menjaga kondisi motivasi untuk tetap
berlatih dan menetapkan tujuan atau target pada kompetisi yang akan
datang.
Pada banyak olahraga selalu ada jeda istirahat pada permainannya,
pada jeda istirahat ini merupakan kesempatan yang baik dalam memberikan
perlakuan imagery untuk memperbaiki kegagalan penampilan atlet, baik
dari psikis maupun teknis. Imagery dapat digunakan dalam membangun dan
meningkatkan motivasi dan menurunkan tingkat kecemasan yang tinggi
yang dialami atlet.
4. Selama Waktu Pribadi diluar Latihan Resmi

Atlet dapat melakukan imagery di rumah maupun tempat-tempat


khusus lainnya selama atlet tidak berlatih di tempat latihan yang sebenarnya
(klub) untuk tetap menjaga motivasi dan fokusnya terhadap olahraga yang
ditekuni.
5. Selama Pemulihan Cedera
Pada

waktu

pemulihan

cedera

imagery

dilakukan

untuk

menanggulangi kecemasan akan kembali cedera. Kecemasan ini adalah hal


normal bagi setiap atlet yang baru saja pulih dari cederanya. Kecemasan
merupakan respons atlet yang lebih bersifat kognitif, bentuk proses belajar
sosial serta berhubungan dengan antisipasi atlet terhadap sesuatu yang tidak
nyata secara fisik.
Istilah kecemasan dianggap sesuai dengan keadaan atlet yang baru
pulih cedera, karena merupakan gambaran perasaan dan penilaian atlet
terhadap riwayat cedera yang pernah dialami. Hal yang dianggap sebagai
ancaman tidak nyata secara fisik karena dalam kenyataannya cedera tersebut
sudah pulih. Kecemasan ini kemudian berdampak secara fisiologis dan
psikologis yang akan terlihat pada performance atlet.

G. Teknik Imagery dalam Olahraga

25

25

Ada beberapa teknik latihan visualisasi atau imagery yang dapat


dilakukan di dalam atau di luar lapangan. Waktu yang dibutuhkan juga relatif,
bisa sangat singkat hanya dalam hitungan detik sampai menit, dapat dilakukan
di tempat yang sunyi ataupun ramai, bahkan pada saat sedang melakukan
pertandingan. Latihan visualisasi yang lebih panjang dan terpandu (guided
visualization) biasanya dilakukan dengan menyendiri di ruang yang sunyi,
tenteram, nyaman (umumnya di kamar tidur atau ruang khusus), terutama
dilakukan pada awal melakukan latihan visualisasi, atau pada saat digunakan
untuk meredakan ketegangan.
Untuk menguasai kecakapan imagery, diperlukan pemahaman yang
mendalam dari olahragawan dan bimbingan yang jelas dari pelatih mental, agar
tidak terjadi kekeliruan dalam menerapkannya. Pelatih mental atau psikolog
olahraga dibutuhkan sebagai pendamping olahragawan saat melakukan latihan
imagery, untuk misalnya memandu latihan imagery, memilih kata-kata yang
tepat untuk digunakan dalam imagery, dan meningkatkan kemampuan imagery.
Untuk melakukan latihan imagery, perhatikan panduan imagery oleh Sapta
Kunta (2013: 41-42) sebagai berikut:
1. Cari tempat yang tenang sehingga tidak akan terganggu, ambil posisi
2.
3.
4.
5.
6.
7.

yang nyaman dan usahakan relaks.


Imajinasi yang diberikan harus positif dan berhasil, jangan negatif.
Mengikutsertakan sebanyak mungkin penginderaan.
Berimajinasi secara keseluruhan.
Dapat dilakukan sebelum dan selama latihan atau pertandingan.
Pelatih harus berpengalaman untuk kualifikasi imagery.
Akhiri latihan ini dengan bernafas dalam-dalam, membuka mata dan
kembali menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Secara lebih spesifik berikut merupakan tahap-tahap yang harus dilalui


dalam menjalankan latihan imagery:
1. Duduklah di tempat yang nyaman dan tidak ada gangguan.
2. Nyamankan tubuh dengan mengambil nafas panjang dan perlahan-lahan.

26

26

3. Tutup mata dan ciptakan gambaran yang jelas dan meyakinkan. Gambaran

4.

5.
6.
7.
8.

9.
10.

ini bisa jadi merupakan gambaran dari peristiwa yang pernah dialami atau
bisa juga sesuatu yang diinginkan.
Jika tiba-tiba muncul gambaran lain yang mengganggu atau tiba-tiba
berfikir tentang sesuatu yang lain, segeralah sadari dan kembali ke
gambaran semula.
Fokuslah pada pernafasan jika kehilangan gambaran yang diinginkan tadi.
Pertahankan sikap yang positif.
Bayangkan penglihatan, suara-suara, rasa, perasaan, bahkan bau dari
pengalaman.
Catatlah detil-detil dari gambaran tersebut sebaik mungkin. Apa yang
dipakai, siapa saja yang ada disana, apa yang didengar, bagaimana
perasaan Anda?
Jika sesi latihan imagery itu tidak berjalan sesuai keinginan, maka bukalah
mata dan segera memulainya lagi yang diawali dengan pernafasan.
Selalu mengakhiri latihan Imagery dengan gambaran yang positif.
Berikut ini disajikan pelaksanaan latihan imagery yang dilakukan untuk

mengembangkan

kemampuan

teknis

dalam

cabang

olahraga,

yaitu

menggambarkan atau membayangkan keseluruhan pola teknik sejak awal


hingga akhir atau tentang bagian-bagian tertentu. Contoh seorang pemain
olahraga melakukan latihan imagery:

1. Duduk di tempat yang nyaman; kaki dan tangan jangan disilangkan. Setelah

mendapatkan posisi yang santai, tutup mata anda dan cobalah mengingat
suatu penampilan permainan olahraga yang ketat dan bagus dan anda
unggul. Bayangkan kejadian itu segamblang mungkin. Dimana waktu
pertandinganya, jam berapa, cuaca diwaktu itu, apa yang dilihat dan
didengar.
2. Bayangkan anda melakukan servis; dimulai dengan posisi kaki,
mengayunkan raket, memikirkan sasaran, jenis pukulan, saat perkenaan dan
masuk sesuai sasaran. Frekuensi 15 kali.
3. Bayangkan anda melakukan pukulan lob dimulai dengan posisi kaki yang
baik, mengayunkan raket, memikirkan sasaran, saat perkenaan dan masuk
sesuai sasaran. Frekuensi 15 kali.

27

27

4. Bayangkan anda melakukan pukulan smash dimulai dengan posisi kaki,

mengayunkan raket, memikirkan sasaran, saat perkenaan dengan keras dan


masuk sesuai sasaran. Frekuensi 15 kali.
5. Bayangkan anda melakukan pukulan drive di tengah lapangan dimulai
dengan posisi kaki, mengayunkan raket, memikirkan sasaran, saat
perkenaan dengan keras dan masuk sesuai sasaran. Frekuensi 15 kali.
6. Pada saat terakhir dilakukan latihan imagery rangkaian keseluruhan teknikteknik yang ada, misalnya bayangkan anda melakukan servis pendek dengan
baik, kemudian bergerak maju, melakukan serobotan dengan tajam sehingga
lawan mati. Frekuensi 15.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Imagery atau visualisasi merupakan bentuk kreasi mental yang dilakukan

secara sadar dan disengaja dan bertujuan untuk membentuk persepsi sesuatu
dengan jalan membentuk imaji kreatif di dalam benak seseorang.
2. imagery dapat dibagi atau diklasifikasikan menurut tujuan dan aplikasinya
sebagai berikut:
a. Motivational Specific (MS)
b. Motivational General-Mastery (MG-M)
c. Motivational General-Arousal (MG-A)
d. Cognitive Specific (CS)
e. Cognitive General (CG)
3. Latihan imagery jika dilakukan dengan program yang tepat dapat
bermanfaat untuk mempersiapkan olahragawan dalam melakukan suatu

28

28

gerakan, gaya, atau keterampilan baru. Dapat pula diterapkan untuk


memperbaiki suatu gerakan, gaya, atau cara bereaksi. Selain itu juga dapat
digunakan untuk meningkatkan konsentrasi, meningkatkan motivasi,
membangun kepercayaan diri, memantapkan strategi persiapan pertandingan
serta, mengurangi rasa sakit dan pemulihan pasca cedera.
4. Imagery dalam kegiatan olahraga dapat digunakan selama periodesasi
latihan, yaitu digunakan selama training, kompetisi, dan rehabilitasi. Secara
spesifik Imagery dapat digunakan sebelum dan sesudah latihan, sebelum
dan sesudah pertandingan, selama waktu istirahat dalam latihan dan
kompetisi, selama waktu pribadi di luar latihan resmi dan selama pemulihan
cedera.
5. Untuk melakukan latihan imagery, perhatikan panduan berikut ini:
a. Cari tempat yang tenang sehingga tidak akan terganggu, ambil posisi
yang nyaman dan usahakan relaks.
b. Imajinasi yang diberikan harus positif dan berhasil, jangan negatif.
c. Mengikutsertakan sebanyak mungkin penginderaan.
d. Berimajinasi secara keseluruhan.
e. Dapat dilakukan sebelum dan selama latihan atau pertandingan.
f. Pelatih harus berpengalaman untuk kualifikasi imagery.
g. Akhiri latihan ini dengan bernafas dalam-dalam, membuka mata dan
kembali menyesuaikan diri dengan lingkungan.

29

29

Daftar Pustaka
Apreubo, Roxel. (2005). Sport Psycology. Manila, Philipine: UST Publishing
House.
Cale, Dr Andy &Forzoni Roberto. (2004). The Official FA Guide to Psychology
For Football. FA Learning Ltd. Hodder& Stoughton
Guillot, A., & Collet, C. (2008). Construction of the motor imagery integrative
model in sport: A review and theoretical investigations of motor imagery
use.
Gunarsa, Singgih. (2004) Psikologi Olahraga Prestasi
Holmes, P. & Collins, D. (2001).The PETTLEP approach to motor imagery. A
functional equivalence model for sport psychologists. Journal of Applied
Sport Psychology, 13, 60-83
Juriana. (2012). Peran pelatihan mental dalam meningkatkan kepercayaan diri
atlet renang sekolah ragunan. Tesis, Universitas Indonesia, Jakarta.
Katono & Gulo (2000)
Komarudin. (2013). Psikologi olahraga. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Lane, Andy. (2001). Sport and Exercise Psychology. London: Hodder Education.

30

30

Maksum, Ali. (2011). Pedoman dan materi pelatihan mental bagi olahragawan.
Jakarta: Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Murphy, S., & Jowdy, D. (1992). Imagery and mental practice. In T.S. Horn (Ed.)
Advances in sport psychology (pp. 221-250). Champaign, IL: Human
Kinetics.
Richard H. Cox. (2007). Sport and Psychology concept and applications. 6th
edition. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
Rudy, Taylor & Wilson. (2005). Sport Psychology and Training. Champaign, IL:
Human Kinetics.
Sapta Kunta. (2013). Latihan imagery, Jurnal Iptek Olahraga, Vol. 1 No. 1. (3447). Jakarta: Bidang Sport Science & Penerapan Iptek Olahraga KONI
Pusat.
Singgih D. Gunarsa. (2001). Psikologi olahraga. Jakarta: BPK. Gunung Mulia.
Sudibyo Setyobroto. (1993). Psikologi kepelatihan. Jakarta: CV Jaya Sakti.
Vealey & Greenleaf. (2006). Imagery in Sport Psychology Perspective. London:
Hope Education.
Weinberg, Robert S. & Gould, Daniel (2007). Foundations of Sport and Exercise
Psychology, 4th edition. Champaign, IL: Human Kinetics Publishers, Inc.
Weinberg, Robert S. & Gould, Daniel (1999). Foundations of Sport and Exercise
Psychology, 2nd edition. Champaign, IL: Human Kinetics Publishers, Inc.

31

31

You might also like