You are on page 1of 12

Hernia Inguinalis dengan Komplikasi Ileus

Arwi Wijaya
10.2012.294 / F8
Falkutas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
arwi.wijaya@civitas.ukrida.ac.id
Pendahuluan
Sistem pencernaan memiliki peranan yang penting dalam proses metabolisme
makanan sebagai sumber energi kehidupan manusia. Berbagai alat dalamnya juga
mempunyai fungsi masing-masing yang saling berkaitan. Bila terjadi gangguan atau kelainan
pada salah satu organ dalam abdomen, maka hal tersebut akan mempengaruhi fungsi organ
yang lain, dan bersifat merugikan bagi kesehatan manusia. Salah satu organ dalam abdomen,
yakni ileum, merupakan usus halus yang berfungsi dalam hal absorpsi makanan yang telah
dimetabolisme oleh enzim terkait guna penyaluran nutrisi ke seluruh tubuh. Jika fungsi ileum
terganggu, terutama saat terjadi obstruksi, komplikasi dari hernia inguinalis, maka akan
berakibat buruk bagi sistem kesehatan tubuh manusia.
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari bagian muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia
terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia.Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau
kelemahan yang potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan
intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan.
Anamnesis
Anamnesis dalam hal ini penting untuk bisa menggali informasi yang signifikan
berkaitan dengan keluhan-keluhan yang menyertai ileus obstruksi et causa hernia inguinalis.
Bermula dari pertanyaan mengenai identitas, nama, umur, alamat, dan pekerjaan sehari, hal
tersebut penting ditanyakan, mengingat hernia inguinalis lebih sering menyerang kelompok
umur tertentu dengan jenis pekerjaan beratnya sehari-hari, misal pekerja bangunan. Untuk
ileus gejala yang juga sering menyertai biasanya berupa nyeri, muntah, ditemukan
massa/benjolan di regio lipat paha.
Mengenai keluhan nyeri, dapat dianyakan Kapan nyeri imbul? Apakah timbulnya
bertahap atau mendadak? Nyeri seperti apa (berdenyut, tajam, membakar)? Terus menerus
1

atau hilang timbul? Sifat nyeri kolik (bertambah atau berkurang dalam suatu siklus)?
Dimana letaknya (menjalar, ke punggung)? Apa yang memperberat nyeri (gerakan, postur,
makan)? Apa yang mengurangi nyeri? Adakah gejala penyerta (muntah, diare, refluks asam,
nyeri punggung, sesak napas, perdarahan gastrointestinal, disuria, gastrointestinal, atau
hematuria)? Adakah episode sebelumnya (kapan terjadi dan seberapa sering)? Mengenai
muntah, seberapa sering muntah? Apa yang dimuntahkan?.1
Mengenai massa/benjolan yang ditemukan dapat ditanyakan hal-hal terkait seperti
kapan pertama kali menyadari ada massa dan oleh siapa ditemukan? Benjolan terasa nyeri,
rasa tidak enak? Adakah gejala sistemik penurunan berat badan, anoreksia, demam? Adakah
gejala yang berkaitan dengan obstruksi usus (nyeri abdomen, muntah, konstipasi absolut atau
distensi abdomen)? Adakah perubahan kebiasaan buang air besar? Pernahkah ada
hematemesis, melena, atau perdarahan rektal, gejala ganguan pencernaan, steatorea? Adakah
tanda-tanda ikterus dan gejala anemia?.1
Tanyakan riwayat peyakit dahulu, khususnya gangguan atau operasi perut. Adakah
anamnesis ganggguan raadang usus? Apakah diketahui riwayat hernia atau aneurisma aorta
abdominalis? Adakah pembedahan perut sebelumnya? tanyakan juga hal berkenaan dengan
obat-obatan yang mungkin menyebabkan nyeri atau menutupi tanda gangguan perut (OAINS,
kortikosteroid, dl)? Kebiasaan minum alkohol, merokok? Adakah riwayat kanker usus atau
penyakit ginjal polikistik dalam keluarga?.1

Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi: penampilan umum pasien bisa memberikan petunjuk tentang sifat penyakit.
Selain warna kulit pasien, ada tidaknya lesi kulit, posisi anatomi pasien di ranjang patut
diperhatikan.Abdomen harus diinspeksi bagi tanda distensi.Perut distensi, dapat ditemukan
kontur dan steifung. Benjolan pada regio inguinal, femoral dan skrotum menunjukkan suatu
hernia inkarserata.
2. Palpasi: tempat hernia inguinalis, femoralis dan ventralis harus diperiksa dengan cermat
pada setiap pasien nyeri abdomen. Palpasi seharusnya dimulai sejauh mungkin dari pusat
nyeri dan ia harus dilakukan dengan lembut dengan satu jari tangan. Secara bertahap jari
tangan seharusnya bergerak ke arah area nyeri tekan maksimum.Palpasi hal yang terpenting
dalam pemeriksaan fisik bagi ahli bedah.
3. Perkusi: harus dilakukan dengan sangat lembut. Hal ini bermanfaat dengan menilai jumlah
distensi yang menyertai obstruksi usu dan dapat digunakan untuk menyingkirkan adanya

vesika urinaria terdistensi sebagai sebab nyeri abdomen akuta. Pada ileus obstruksi perkusi
cenderung hipertimpani
4. Auskultasi: dilakukan sebelum palpasi karena palpasi bisa mengubah sifat dari bising usus.
Masa auskultasi 2-3 menit diperlukan untuk menentukan bahwa tak ada bising usus, bising
usus bernada tinggi yang timbul dalam dorongan yang bersamaan nyeri menunjukkan
obstuksi usus halus.2
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiografi abdomen sangat penting dalam menegakkan diagnosis
obstruksi usus, umumnya dilakukan dengan posisi tegak dan telentang dan lateral dekubitus.
Obstruksi mekanis usus halus ditandai oleh adanya gas di seluruh kolon, tetapi sedikit atau
tidak ada gas dalam usus halus. Bila foto polos abdomen tidak memberikan kepastian
diagnosis akhir, dilakukan pemeriksaan radiografi dengan barium (enema barium) untuk
mengetahui letak obstruksi.3,4
Pemeriksaan laboratorium juga diperlukan, terutama untuk menyingkarkan diagnosis
infeksi selain ileus (misalnya infeksi oleh Chlamydia sp. pada sindrom inguinal). Gambaran
laboratorium awal perjalanan obstruksi usus mekanik sederhana (ileus et causa hernia
inguinalis), kadar laboratorium umumnya dalam batas normal. Dengan berlalunya waktu,
lebih banyak cairan disekuestrasi di dalam lumen usus dan timbul dehidrasi. Ileus et causa
hernia inguinalis dicerminkan oleh peningkatan dalam nitrogen urea darah (BUN),
hematokrit dan berat jenis urina. Penurunan dalam kadar serum natrium, klorida dan kalium
juga manifestasi lebih lanjut. Juga dengan muntah parah dalam obstruksi proksimal (di atas
pylorus), terjadi alkalosis dan harus didokumentasi dengan pengukuran bikarbonat serum
maupun pH arteri. Akhirnya hitung leukosit biasanya hanya meningkat sedang dalam
obstruksi mekanik sederhana (15.000 sampai 20.000). dalam obstruksi strangulata (ileum
strangulata dengan usus gangrenosa), hitung leukosit bisa membumbung tinggi ke tingkat
antara 30.000 dan 50.000.5
Beberapa ahli menganggap demam, takikardia, leukositosis dan nyeri tekan abdomen
terbatas sebagai yang cukup bermakna dalam membedakan obstruksi mekanik sederhana dari
strangulata. Tetapi lainnya telah memperhatikan tumpang tindih tanda ini pada pasien dengan
kedua keadaan dan tak diragukan bahwa timbul pengecualian, semua obstruksi umumnya
harus diterapi cepat dengan penggantian cairan dan elektrolit serta dengan intervensi bedah
dini, jika tidak terlihat perbaikan objektif kontinu.5

Working Diagnosis
Ileus Obstruktif et Causa Hernia Inguinalis Incaserata
Hernia adalah penonjololan sebagian isi abdomen diluar batas-batas normal dinding
abdomen. Semua hernia dari dinding abdomen terdiri dari kantong peritonium yang menonjol
keluar melalui defect pada lapisan muscular dari dinding abdomen itu sendiri. Defect tersebut
bisa terjadi kongenital atau didapat.2,6
Di luar peritonium terdapat fascia transversalis, apneurosis yang lemah atau rusak dari
lapisan ini merupakan penyebab utama terjadinya groin hernias. Di luar itu terdapat musculus
transverus abdominis, musculus oblique internal lalu musculus oblique external. Apneurosis
otot-otot tersebut terletak di atas musculus rectus abdominis.
Hesselbachs triangle dibentuk oleh ligamen inguinal bagian luarnya, pembuluh darah
(arteri) epigastric inferior bagian atasnya serta bagian tengahnya dibatasi oleh sisi lateral dari
musculus rectus abdominalis.
Kelemahan atau kerusakan dari fascia tranversalis yang membentuk dasar dari
Hesselbachs triangle inilah yang menyebabkan terjadinya hernia direct inguinal.2,6
Bagian-bagian hernia : kantong hernia, pada hernia abdominalis berupa peritoneum
parietalis. Tidak semua hernia memiliki kantong, misalnya hernia insisional, hernia adipose,
hernia intertitialis. Isi hernia, Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia,
misalnya usus, ovarium dan jaringan penyangga usus (omentum). Pintu hernia, Merupakan
bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia. Leher hernia, Bagian tersempit
kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.
Macam-macam hernia ini di dasarkan menurut letaknya, seperti :
1. Indirek / lateralis: Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda
spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria daripada
wanita. Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat
besar dan sering turun ke skrotum. Umumnya pasien mengatakan turun berok, burut
atau kelingsir atau mengatakan adanya benjolan di selangkangan/kemaluan. Benjolan
tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan bila menangis,
mengejan atau mengangkat benda berat atau bila posisi pasien berdiri dapat timbul
kembali.
2. Direk / medialis: Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak
melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum
pada lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini
karena defisiensi kongenital. Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju
anulus inguinalis eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila
4

pasien berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke
skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan testis dan
funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia. Pada pasien terlihat adanya
massa bundar pada anulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila pasien tidur.
Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi
ireponibilis.
3. Femoral : Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada
wanita daripada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang
membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari
kandung kemih masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkarserata dan
strangulasi dengan tipe hernia ini.
4. Umbilikal : Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan
karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan
wanita multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah
sembuh secara tidak adekuat karena masalah pascaoperasi seperti infeksi, nutrisi tidak
adekuat, distensi ekstrem atau kegemukan.
5. Incisional : batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut yang lemah.2,6
Berdasarkan terjadinya, dibagi menjadi :
1. Hernia bawaan atau kongenital. Patogenesa pada jenis hernia inguinalis lateralis
(indirek): Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut
akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum
yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir,
umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak
dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup.
Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering
terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam
keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila
prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia
inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun
karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan
tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul
hernia inguinalis lateralis akuisita.
2. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)
5

a. Hernia reponibel/reducible, yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar
jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk,
tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b. Hernia ireponibel, yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam
rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peri tonium
kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus = perlekatan karena
fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
c. Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer = penjara),
yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata berarti isi
kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai
akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia
inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase,
sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulata. Hernia
strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena tidak
mendapat darah akibat pembuluh pemasuknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan
keadaan gawat darurat karenanya perlu mendapat pertolongan segera.2,6
Faktor resiko terjadinya hernia:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Tekanan intraabdominal meningkat


Pekerjaan mengangkat barang-barang berat
Batuk kronik (tekanan intraabdominal naik)
Gangguan BAB, misalnya struktur ani, feses keras
Gangguan BAK, misalnya BPH, vesikolithiasis
Sering melahirkan: hernia femoralis.

Obstruksi usus halus


Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran
normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat bersifat akut maupun kronis,
parsial maupun total. Obstruksi usus kronis biasanya mengenai kolon akibat adanya
karsinoma atau pertumbuhan tumor, dan perkembangannya lambat. Sebagian besar obstruksi
mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan
diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup.4
Terdapat dua jenis obstruksi usus: (1) Non-makanis (mis., ileus paralitik), persitaltik
usus dihambat akiabt pengaruh toksin atau trauma yang memengaruhi penngendalian otonom
motilitas usus; (2) Mekanis, terjadi obstruksi di dalam lumen usus atau obstruksi mural yang
disebabkan oleh tekanan ekstrinsik.4
Obstruksi mekanis selanjutnya digolongkan sebagai obstruksi mekanis simpleks
(hanya terdapat satu tempat obstruksi) dan obstruksi lengkung-tertutup (sedikitnya terdapat
6

dua tempat obstruksi). Obstruksi lengkung tertutup tidak dapat didekompresi, sehingga
tekanan intralumen meningkat cepat dan mengakibatkan terjadinya penekanan pembuluh
darah, iskemia, dan infark (strangulasi).4
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa hernia inguinalis dapat
menyebabkan komplikasi obstruksi usus halus, berupa ileus, sehingga menimbulkan beberapa
keluhan seperti nyeri dan muntah.
Epidemiologi
Untuk kasus hernia, biasa terjadi secara kongenital akibat pada proses embriologi,
ataupun didapat oleh karena faktor pekerjaan yang kerap mengangkat beban berat, atau
kebiasaan mengejan yang bsia mempengaruhi terjadinya hernia dengan komplikasi obstruksi
ileum yang menyertainya. Perlu diketahui bahwa, penyebab obstruksi mekanis berkaitan
dengan kelompok usia yang terserang dan letak obstruksi. Sekitar 50% obstruksi terjadi pada
keompok usia pertengahan dan tua, dan terjadi akibat perlekatan yang disebabkan oleh
pembedahan sebelumnya. Tumor ganas dan volvulus merupakan penyebab tersering obstruksi
usus besar pada usia pertengahan dan orang tua. Kanker kolon merupakan penyebab 90%
obstruksi yang terjadi. Volvulus adalah usus yang terpelintir, paling sering terjadi pada pria
usia tua dan biasanya mengenai kolon sigmoid.4
Patofisiologi
Patofisiologi yang terjadi pada hernia inguinalis berawal dari canalis inguinalis yang
keberadaannya normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui
canal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum ke daerah skrotum
sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.3
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telahmengalami obliterasi
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal,
seringkali canalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka canalis
inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila canalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan
juga terbuka. Dalam keadaan normal, canalis yang terbuka ini akan menutup pada usia dua
bulan.3
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan timbul hernia
inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua, canalis tersebut telah menutup. Namun karena
merupakan lokus minoris resistansie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan
intraabdominal meningkat, canal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis
indirek (lateralis) akuisita.3

Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraabdominal adalah


kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat defekasi,
dan mengejan pada saat miksi misalnya akibat hipertrofi prostat.3
Terdapat kemiripan proses patofisologi yang terjadi setelah obstruksi usus, tanpa
memandang penyebab obstruksi yang disebabkan oleh mekanis atau fungsonal. Perbedaan
utamanya adalah pada obstruksi paralitik, peristaltik dihambat sejak awal, sedangkan pada
obstruksi mekanis, awalnya peristaltik dieprkuat, kemudian timbul intermiten, dan akhirnya
menghilang.4
Dinding usus yang terletak di sebelah proksimal dari segmen yang tersumbat secara
progresif akan teregang oleh penimbunan cairan dan gas (70% dari udara yang tertelan)
dalam lumen. Distensi berat pada dinding usus akan mengurangi pengaliran aor dan natrium
dari lumen usus ke darah. Sekitar 8 liter cairan disekresi ke dalam saluran cerna setiap hari,
sehingga tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat.
Muntah dan penyedotan usus setelah dimulainya pengobatan merupakan penyebab utama
kehilangan cairan dan elektrolit. Pengaruh kehilangan ini adalah pengerutan ruang cairan
ekstrasel yang emngakibatkan syok-hipotensi, berkurangnya curah jantung, berkurangnya
perfusi jaringan, dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terjadi secara terus menerus
mengakibatkan timbulnya lingkaran setan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi
cairam ke dalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat peregangan dan
peningkatan permeabilitas yang disebbakan oleh nekrosis, disertai dengan absorpsi toksin
bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik.4
Manifestasi klinis
Sebagian besar hernia adalah asimtomatik, dan kebanyakan ditemukan pada
pemeriksaan fisik rutin dengan palpasi benjolan pada annulus inguinalis superfisialis atau
suatu kantong setinggi annulus inguinalis profundus. Yang terakhir dibuat terasa lebih
menonjol bila pasien batuk. Salah satu tanda pertama hernia adalah adanya massa dalam
daerah inguinalis manapun atau bagian atas skrotum. Dengan berlalunya waktu, sejumlah
hernia turun ke dalam skrotum sehingga skrotum membesar. Pasien hernia sering mengeluh
tidak nyaman dan pegal pada daerah ini, yang dapat dihilangkan dengan reposisi manual
hernia ke dalam cavitas peritonealis. Benjolan atau massa yang teraba dapat mengecil atau
menghilang pada waktu tertidur, tetapi jika berdiri atau terutama dengan gerak badan,
menangis, mengejan, mengangkat benda berat, maka biasanya hernia muncul lagi.3,5
Ketika hernia inguinalis menyebabkan obtruksi usus, maka akan timbul keluah nyeri
dan muntal, gejala sistemik lainnya. Gejala kardinal obstruksi usus halus adalah peregangan
abdomen, nyeri, muntah, dan konstipasi absolut. Nyeri biasanya menyerupai kejang dan di
8

pertengahan abdomen dan memberat bila letak obstruksi terjadi pada usus halus bagian atas,
maaka muntah akan lebih sering terjadi dinadingkan sengan obstruksi yang terjadi pada ileum
atau usus besar. Konstipasi absolut sering terjadi dini pada obstruksi usus besar, tetapi flatus
dan feses mungkin dapat dikeluarkan pada permulaan obstruksi usus halus.3,4
Pada obstruksi usus halus proksimal (obstriksi sederhana) akan timbul gejala muntah
yang banyak, yang jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri
abdomen bervariasi dan sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas.3
Obstruksi bagian tengah atau distal menyebabkan kejang di daerah periumbilikas atau
nyeri yang sulit dijelaskan lokasinya. Kejang hilang timbul dengan adanya fsae bebas
keluhan. Muntah akan timbul kemudian, waktunya bervariasi tergantungl letak sumbatan.
Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen. Obstipasi selalu
terjadi terutama pada obstruksi komplit.3
Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi akibat
kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam. Distensi abdomen
dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi prokimal dan semakin jelas pada sumbatan di
daerah distal. Peristaltik usus yang mengalami dilatasi dapat dilihat pada pasien yang kurus.
Bising usus yang meningkat dan metalic sound dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri
pada obstruksi di daerah distal.3
Nilai laboratorium pada awalnya normal, kemudian akan terjadi hemokonsentrasi,
leukositosis, dan gangguan elektrolit.3
Pada pemeriksaan radiologis, dengan posisi tegak dan telentang dan lateral dekubitus
menunjukkan gambaran anak tangga dari usus kecil yang mengalami dilatasidengan air-fluid
level. Pemberian kontras akan menunjukkan adanya obstruksi mekanis dan letaknya.3
Pada ileus obstruksi letak rendah jangan lupa untuk melakukan pemeriksaan
rektosigmoidoskopi dan kolon (dengan colak dubur dan barium in loop) untuk mencari
penyebabnya. periksa juga kemungkinan terjadinya hernia.3
Pada obstruksi yang disertai proses strangulasi, kira-kira sepertiga obstruksi dengan
strangulasi tidak diperkirakan sebelum dilakukan operasi. Gejalanya seperti obstruksi
sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan nyeri hebat. Hal yang perlu diperhatikan
adalah adanya skar bekas operasi atau hernia. Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi maka
diperlukan tindakan operasi segera untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.3
Penatalaksana
Tatalaksana yang harus dilakukan :7
1

Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi dan
mengurangi distensil abdomen (dekompresi). Kemudian lakukan juga resusitasi cairan
9

dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum. Setelah keadaan optimum tercapai
2

barulah dilakukan laparotomi.


Operasi
Operasi dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital berfungsi secara
memuaskan.
Kantong hernia tidak perlu di eksisi tetapi cukup dikembalikan ke dalam rongga
perut. Kemudian perlu dilakukan perbaikan terhadap kelemahan atau kerusakan
dinding perut. Sebelum diperbaiki, dilihat dulu keadaan anulus inguinalis interna

untuk melihat kemungkinan adanya hernia lateralis atau hernia femoralis.


Pasca bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan elektrolit. Kita
harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang cukup.
Perlu diingat bahwa pasien pasca bedah, usus pasien masih dalam keadaan paralitik.
Oleh karena asupan gizi diberikan secara enteral dengan jenis nutris elemental.

Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul antara lain perforasi usus, sepsis, syok-dehidrasi,abses,
pneumonia aspirasi dari proses muntah dan meninggal.

Diagnosis Banding
Hernia Strangulata
Suplai darah untuk isi hernia terputus. Kejadian patologis selanjutnya adalah oklusi
vena dan limfe; akumulasi cairan jaringan (edema) menyebabkan pembengkakan lebih lanjut
dan sebagai konsekuensinya peningkatan tekanan vena. Terjadi perdarahan vena, dan
berkembang menjadi lingkaran setan, dengan pembengkakan akhirnya mengganggu aliran
arteri. Jaringannya mengalami iskemi dan nekrosis. Jika isi hernia abdominal bukan usus,
misalnya omentum, nekrosis yang terjadi bersifat steril, tetapi strangulasi usus yang paling
sering terjadi dan menyebabkan nekrosis yang terinfeksi (gangren). Mukosa usus terlibat dan
dinding usus menjadi permeabel terhadap bakteri, yang bertranslokasi dan masuk ke dalam
kantong dan dari sana menuju pembuluh darah. Usus yang infark dan rentan, mengalami
perforasi (biasanya pada leher pada kantong hernia) dan cairan lumen yang mengandung
bakteri keluar menuju rongga peritonial menyebabkan peritonitis.Terjadi syok sepsis dengan
gagal sirkulasi dan kematian. Bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus,
hernianya disebut hernia Richter.Ileus obstruksi mungkin parsial atau total, sedangkan
benjolan hernia tidak ditemukan dan baru terdiagnosis pada waktu laparatomi. Komplikasi
10

hernia Richter adalah strangulasi sehingga terjadi perforasi usus, dan pada hernia femoralis
tampak seperti abses di daerah inguinal.3,7
Limfadenopati
Limfadenopati atau hiperplasia limfoid adalah pembesaran kelenjar limfe sebagai
respons terhadap poliferasi limfosit T atau limfosit B. biasanya terjadi setelah infeksi suatu
mikroorganisme. Benjolan bisa tampak regional maupun generalisata, benjolan yang tampak
di regio inguinal umumnya disebabkan oleh adanya infeksi, misalnya infeksi yang
disebabkan oleh Chlamydia trachomatis pada penyakit limfogranuloma venerum. Pada
infeksi ini, terdapat nyeri tekan, gejala febris dengan sakit kepala, anoreksia, mual, atau
artralgia. Gejala lokal pada mulanya tampak pda kelenjar limf yang mengalami
pembengkakan secara terpisah, tetapi lama-kelamaan menjadi satu oleh adanya radang
disekitar kelenjar. Selain di regio inguinal, infeksi ini juga bisa menjala ke regio genital.7
Prognosis
Hasil koreksi bedah pada hernia inkarserata dan strangulata menunjukkan perlunya
perbaikan semua hernia secara elektif. Jika reseksi usus diperlukan, maka mortalitas
meningkat lebih lanjut. Sering terjadi sekunder akibat syok septik yang ditimbulkan oleh
jaringan gangren. Data tersebut juga menekankan sifat gawat darurat hernia inkarserata.
Mortalits sekitar 8% dalam pasien hernia femoralis inkarserata yang dioperasi dalam 24 jam,
tetapi mortalitas meningkat sampai 50% jika lebih dari 24 jam telah berlalu antara inkarserasi
dan perbaikan bedah. Morbiditas juga meningkat, dan infeksi luka merupakan komplikasi
pasling lazim pasca bedah, yang timbul dalam 5-10% pasien hernia inkarserata atau
strangulata.5
Kesimpulan
Suatu massa/benjolan yang timbul di regio inguinal dapat diperkirakan suatu hernia,
jika disertai komplikasi dengan adanya obstruksi usus halus (secara mekanis akibat hernia)
maka pasien yang menunjukkan gejala seperti mual, muntah, nyeri. Penanganan segera untuk
pasien obstruksi usus ileum (ileus) dengan disertai herni inguinalis harus segera mendapat
penangan, tatalaksana umumnya berupa operasi herniotomi dan atau herniorafi. Pengawasan
terhadap keadaan umum pasien sebelum dan sesudah operasi penting guna kesembuhan san
keselamatan dari pasien tersebut.

11

Daftar Pustaka
1. Gleadle J. At a glance, anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga.
2005.h.162.
2. Schwartz MW. Pedoman klinis pediatri. Jakarta: EGC; 2004.h. 26.
3. Fakultas kedokteran UI. Kapita selekta kedokteran. Jakarta:

Media

Aesculapius.2000.h.313-20.
4. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit. Volume 1.
Edisi 6. Jakarta: EGC.2005.h.450-2.
5. Sabiston DC. Buku ajar bedah. Jakarta: EGC.1994.h. 229-38, 242.
6. Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. Ilmu kesehatan anak nelsom. Jakarta: EGC;
2003.h. 1308-12.
7. Grace PA, Borley NR. At a glance, ilmu bedah. Edisi 3 jakarta: Penerbit Erlangga.
2007.h.52

12

You might also like