You are on page 1of 3

ANDY KURNIYANTO

140710110025
TUGAS SEISMOLOGI
Sejarah dan Perkembangan Seismologi
Seismologi merupakan ilmu yang mempelajari gempa bumi. Seismologi berasal dari
bahasa Yunani, yaitu seismos yang berarti getaran dan logos yang berarti ilmu pengetahuan.
Seismologi digunakan untuk mempelajari struktur dalam bumi berdasarkan gelombang seismik
yang ditimbulkan dari gempa bumi. Setiap gempa bumi memancarkan gelombang seismik yang
menjalar di dalam bumi. Gelombang seismik tersebut dapat menghasilkan getaran yang akan
terasa dipermukaan bumi baik kecil maupun besar.
Dalam ilmu geofisika, getaran tersebut dapat dideteksi menggunakan alat yang disebut
dengan seismograf atau alat perekam gempa. Alat ini tersebar di seluruh bumi dan berdasarkan
data dari alat ini, kita dapat mengetahui gambaran struktur dalam bumi dan sifat-sifat gempa
yang terdeteksi.
Pada awalnya seismologi merupakan ilmu yang sangat tidak ilmiah dan bersifat
takhayul. Berbagai daerah memiliki kepercayaan masing-masing mengenai peristiwa terjadinya
gempa bumi. Misalnya di Jepang, hidup ikan lele raksasa bernama Namazu dibawah laut dimana
pulau-pulau jepang berada diatasna. Seorang manusia dewa menaruh batu yang berat diatas
kepalanya agar Namazu tidak bergerak. Suatu ketika manusia dewa terganggu dan Namazu dapat
bergerak dan menyebabkan bumi bergoncang. Namun, seorang Yunani, Thase (624 BC 546
BC) mengungkapkan bumi (dimana bumi masih dianggap datar) dianalogikan sebagai kapal
besar yang mengapung diatas lautan. Saat terjadi goncangan pada lautan, menyebabkan bumi
bergerak. Aristoteles (384 BC 322 BC) menyatakan terdapat angin yang berhembus terjebak
dibawah tanah dan menyebabkan getaran saat keluar.
Pada tahun 1775, terjadi gempa besar di Lisbon bahkan dianggap gempa terbesar
sepanjang sejarah. Gempa tersebut menimbulkan banyak korban jiwa dan kerusakan parah di
Lisbon dan daerah sekitarnya. Gempa tersebut diikuti tsunami dan kebakaran yang diperkirakan
gempa Lisbon tersebut memiliki magnitudo mencapai 9 Skala Richter. Berdasarkan gempa
tersebut memicu penelitian mengenai gempa dan teorinya.

Berdasarkan gempa tersebut, J. Mitchel (1761) dan J. Drijhout (1765) mengemukakan :


- Getaran yang terjadi disuatu tempat disebabkan oleh gelombang yang merambat dari
tempat tertentu
- Penyebab gempa adalah air yang menguap secara tiba-tiba akibat kontak dengan
underground fire
Gempa tersebut menandakan dimulainya era modern dari seismologi, mendorong berbagi
penelitian untuk mengetahui dampak, posisi, dan waktu terjadinya gempa bumi.
Ilmu seismologi diawali dengan perkembangan teori elastisitas dan instrumentasi. Pada
tahun 1660, Hooke menemukan suatu hubungan antara tegangan dan regangan yang kemudian
dikenal sebagai Hukum Hooke. Hukum ini adalah hukum dasar dalam penjalaran gelombang
seismik. Pada tahun 1830, Poisson menggunakan persamaan gerak dan hukum elastisitas untuk
menunjukkan bahwa hanya terdapat dua tipe dasar gelombang, yaitu gelombang P (Primer) dan
S (Sekunder). Tahun 1887, Lord Rayleigh mendemonstrasikan adanya solusi tambahan dari
persamaan gerak elastik untuk gelombang P dan SV yang berinteraksi dengan permukaan bebas.
Gelombang ini disebut gelombang Rayleigh yang merambat sepanjang permukaan medium.
Tahun 1911, tipe kedua gelombang permukaan yang dihasilkan dari interaksi gelombang SH
pada suatu medium terbatas dengan sifat material berlapis dikarakterisasikan oleh Love dan
karenanya disebut gelombang Love.
Sedangkan untuk instrumentasi dari alat seismologi, perkembangannya dimulai dari alat
yang prinsip kerjanya berdasarkan pada pendulum tanpa damping. Namun jauh sebelum itu, Cina
pada kisaran tahun 132 C. Heng telah membuat seismoscope. Alat ini mampu mendeteksi
getaran tanah yang disebabkan gempa dan arah datangnya. Pada tahun 1875, Filippo Cecchi
menemukan cara perekaman gelombang yang merupakan fungsi terhadap waktu (Seismograf).
Observasi pertama gempa berjarak jauh, atau telesism, terekam di Postdam pada tahun 1889
untuk gempa Jepang. Pada 1898 E. Wiechert memperkenalkan seismometer pertama dengan
menggunakan peredam, Hal ini memungkinkan untuk merekam semua fase gelombang yang
ditimbulkan oleh suatu gempa. Seismograf elektromagnetik pertama dikembangkan pada awal
1900 oleh B.B. Galitzen yang di aplikasikan untuk stasiun seismometer di Rusia. Saat ini semua
seismograf bersistem elektromagnetik, sehingga dapat merekam gelombang seismik yang berpita
frekuensi lebar dan beramplitudo tinggi. Perkembangan teknologi sekarang ini membuat sistem
perekaman yang semakin canggih, seperti real time seismometer yang bisa diakses lewat satelit.

Hal ini memungkinkan untuk tersedianya data dari sesimometer di seluruh permukaan bumi yang
dapat digunakan untuk mencitrakan atau menggambarkan struktur kecepatan seismic di bawah
permukaan bumi.
Pahun 1900, Richard Oldham mengemukakan identifikasi gelombang P, S dan
permukaan dari seismogram dan pada tahun 1906, Richard Oldham berhasil mendeteksi
keberadaan inti bumi dari ketiadaan gelombang P dan S langsung pada jarak sumber dan
penerima lebih dari 100. Pada tahun 1909, Adrija Mohorovicic menemukan keberadaan
discontinuity kecepatan antara kerak dan mantel berdasarkan data observasi. Batas lapisan
tersebut disebut Moho. Tahun 1907, Zoeppritz membuat tabel waktu tempuh pertama yang
dipakai secara luas. Tahun 1914, Beno Gutenberg mempublikasikan tabel fasa-fasa dari inti bumi
dan estimasi akurat pertama kedalaman inti fluida bumi sekitar 2900 km. Tahun 1936, Inge
Lehman menemukan inti dalam bumi yang padat. Tahun 1940, Harold Jeffrey dan K. E. Bullen
mempublikasikan versi terakhir tabel waktu tempuh dengan jumlah fasa-fasa seismik yang besar.
Dari data waktu tempuh ini dapat ditentukan penentuan kecepatan rata-rata (refereni) bumi
terhadap kedalaman, kemudian dapat digunakan untuk menduga profil densitas bumi.
Pada tahun 1900 terjadi peningkatan jumlah stasiun gempa, sehingga gempa-gempa besar
secara rutin dapat dilokalisasi. Distribusinya yang didapat cenderung di sepanjang sabuk (belt)
yang terdefinisi dengan baik, tetapi tidak diapresiasi penuh sampai tahun 1960 sebagai bagian
dari revolusi tektonika lempeng, karena interpretasi seismologis cenderung lokal atau regional.
Pada tahun 1906, H.F. Reid mempelajari survey yang melintasi sesar
sebelum dan sesudah gempa San Francisco dan pada tahun 1910 ia
mengusulkan teori bingkai elastic yang merupakan teori sumber seismik yang
sangat penting. Tahun 1923, H. Nakano mengusulkan teori sumber doublecouple, yang sesuai dengan tinjauan teoritis maupun observatif.
Lama-kelamaan seismologi pada tahun 1946 berkembang di bidang
militer dalam mendeteksi aktivitas nuklir dan bahkan pada tahun antara 1969
sampai 1972

seismologi mulai dikembangkan dengan objek luar selain bumi

atau bukan bumi yaitu bulan.

Saat ini, kemajuan dalam bidang telekomunikasi dan jaringan dimanfaatkan untuk
membangun sistem peringatan gempa atau tsunami dini agar mengurangi jumlah korban yang
dapat ditimbulkan.

You might also like