Professional Documents
Culture Documents
BAB I
LAPORAN KASUS
1.1
IDENTIFIKASI
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Alamat
Kebangsaan
1.2
: Mat Arsyad
: 45 tahun
: Laki-laki
: Islam
: Kenten
: Indonesia
ANAMNESIS
(Autoanamnesis dengan penderita, 7 Juli 2014)
Keluhan utama
:
Konsul dari bagian THT RSMH untuk mencari tanda-tanda infeksi
Keluhan tambahan:
Cephalgia
Riwayat penyakit sekarang:
Riwayat penyakit dahulu:
Riwayat diabetes melitus (-)
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat penyakit asma (-)
Riwayat penyakit keganasan (-)
Past Dental History
Riwayat cabut gigi (-)
Riwayat gigi tanggal sendiri (+) 1 tahun yang lalu
Riwayat trauma (-)
Riwayat bersihkan karang gigi (-)
Riwayat pemakaian gigi palsu (+)
1.3
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik umum
Keadaan umum
: tampak sakit ringan
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 86 kali/menit
Pernapasan
: 20 kali/menit
Suhu
: 36,70C
Pemeriksaan fisik khusus
a. Pemeriksaan Ekstra Oral
Bentuk kepala
Wajah
Proporsi
Bibir
Tonus otot mastikasi
Tonus otot bibir
Bibir posisi istirahat
KGB leher
: normocephali
: simetris
: normal
: simetris, normal
: normal
: normal
: tertutup
: tidak membesar (normal)
Status Lokalis
Gig
i
13,
Lesi
Terdapat
16,
gangrene
26,
radiks
27,
36,
Sondas
Perkus
Palpas
Luksas
e
(-)
E
(-)
i
(-)
i
(-)
i
(-)
Diagnosis
Gangren radiks
Rencana
Perawatan
Pro ekstraksi
37
46
Karies
dentin
Karies D5
(-)
(+) (-)
(-)
(-)
Karies D3
(-)
(+) (-)
(-)
(-)
Karies email
Malposisi
(-)
(-)
(-)
(+)
Malposisi
luas
Pro ekstraksi
11,
13,
Pro konservasi
22,
25
48
(-)
1.4
KESAN
- Fokal infeksi gangrene radiks 13, 16, 26, 27, 36, 37
- Fokal infeksi karies gigi 46
- Karies gigi 11, 13, 22, 25
- Kalkulus dan stain di semua regio gigi
- Terdapat gigi yang tanggal pada gigi 23
- Malposisi 48
1.5
RENCANA PERAWATAN
- Pro Ekstraksi
- Pro Ekstraksi
- Pro Konservatif
- Pro scalling
- Pro protesa
- Pro ortodental
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perawatan
ortodental
ada
rangsangan
yang
kuat
pada
gigi
maka
akan
terjadi
Gingiva atau gusi adalah jaringan lunak yang menutupi leher gigi
dan tulang rahang, baik yang terdapat pada rahang atas maupun rahang
bawah. Fungsi gingival adalah melindungi jaringan di bawah perlekatan
terhadap lingkungan rongga mulut. Gingiva sehat biasanya berwarna
merah muda, tepinya runcing seperti pisau, tidak mudah berdarah dan
tidak sakit. Gingiva banyak mengandung pembuluh darah sehingga sangat
sensitive terhadap trauma atau luka. Secara anatomi, gingiva dibagi atas
tiga daerah :
a. Marginal gingiva (unattached gingiva), merupakan bagian
gingiva yang mengelilingi gigi seperti kerah baju dan tidak
melekat langsung pada gigi, biasa juga disebut juga dengan
free gingiva
b. Attached gingiva merupakan lanjutan dari marginal gingival
dan disebut juga mukosa fungsional.
c. Interdental gingival, merupakan bagian gingival yang
mengisi ruang interproksimal antara dua gigi yang
bersebelahan.
2.1.3.3 Ligamentum Periodontal
Ligamnetum periodontal merupakan struktur jaringan konektif
yang mengelilingi akar gigi dan mengikatnya ke tulang (menghubungkan
tulang gigi dengan tulang alveolar). Ligamen periodontal merupakan
lanjutan jaringan gingiva yang berhubungan dengan ruang sumsum tulang
melalui saluran vaskuler. Fungsinya seperti bantalan yang dapat menopang
gigi dan menyerap beban yang mengenai gigi.
2.1.3.4 Tulang alveolar
Tulang alveolar disebut juga prosesus alveolaris yg mencakup
tulang rahang secara keseluruhan, yaitu maksila dan mandibula yg
berfungsi membentuk dan mendukung soket (alveoli) gigi.
2.1.4 Bentuk-bentuk Gigi Permanen
Orang dewasa biasanya mempunyai 32 gigi permanen, 16 di tiap
rahang. Di tiap rahang terdapat:
bibir.
: bagian gigi yang dilapisi jaringan sementum dan ditopang
Aspek radix
Aspek palatal : permukaan dalam gigi geligi atas yang berkontak dengan
tengah.
Aspek distal
: bagian gigi yang terjauh dari garis tengah.
Aspek lingual : permukaan dalam gigi yang berkontak dengan lidah.
Aspek proksimal: permukaan gigi yang berkontak dengan gigi
tetangganya, biasa disebut permukaan distal
10
transmisi melalui aliran limfatik (limfogen), perluasan infeksi dalam jaringan, dan
penyebaran dari traktus gastrointestinal dan pernapasan akibat tertelannya atau
teraspirasinya materi infektif.[3,5]
11
infeksi tersebut. Material septik (infektif) yang mengalir melalui vena jugularis
internal dan eksternal dan kemudian ke jantung dapat membuat sedikit kerusakan.
Namun, saat berada di dalam darah, organisme yang mampu bertahan dapat
menyerang organ manapun yang kurang resisten akibat faktor-faktor predisposisi
tertentu.[4,5]
2.2.1.2Transmisi melalui aliran limfatik (limfogen)
Seperti halnya suplai darah, gingiva dan jaringan lunak pada mulut kaya
dengan aliran limfatik, sehingga infeksi pada rongga mulut dapat dengan mudah
menjalar ke kelenjar limfe regional. Pada rahang bawah, terdapat anastomosis
pembuluh darah dari kedua sisi melalui pembuluh limfe bibir. Akan tetapi
anastomosis tersebut tidak ditemukan pada rahang bawah.
Banyaknya
hubungan
antara
berbagai
kelenjar
getah
bening
memfasilitasi penyebaran infeksi sepanjang rute ini dan infeksi dapat mengenai
kepala atau leher atau melalui duktus torasikus dan vena subklavia ke bagian
tubuh lainnya.
Kelenjar getah bening regional yang terkena adalah sebagai berikut:
Sumber infeksi
KGB regional
Gingiva bawah
Submaksila
Submaksila, submental,
servikal profunda
Submaksila
Servikal profunda
Parotis
Submaksila, fasial
12
13
Ini merupakan tipe infeksi yang serupa dengan tipe di atas, tetapi
perluasan tidak terlokalisis melainkan melewati tulang menuju jaringan lunak dan
kemudian membentuk abses. Di rahang atas proses ini membentuk abses bukal,
palatal, atau infraorbital. Selanjutnya, abses infraorbital dapat mengenai mata dan
menyebabkan edema di mata. Di rahag bawah, pointing dari infeksi menyebabkan
abses bukal. Apabila pointing terarah menuju lingual, dasar mulut dapat ikut
terlibat atau pusa terdorong ke posterior sehingga membentuk abses retromolar
atau peritonsilar.
Perluasan sepanjang bidang fasial
Menurut HJ Burman, fasia memegang peranan penting karena fungsinya
yang membungkus berbagai otot, kelenjar, pembuluh darah, dan saraf, serta
karena adanya ruang interfasial yang terisi oleh jaringan ikat longgar, sehingga
infeksi dapat menurun.
Di bawah ini adalah beberapa fasia dan area yang penting, sesuai dengan
klasifikasi dari Burman:
Lapisan superfisial dari fasia servikal profunda
Regio submandibula
Ruang (space) sublingual
Ruang submaksila
Ruang parafaringeal
Penting
untuk diingat
bahwa
kepala,
dihubungkan oleh fasia, sehingga infeksi dari kepala dapat menyebar hingga ke
dada. Infeksi menyebar sepanjang bidang fasia karena mereka resisten dan
meliputi pus di area ini. Pada regio infraorbita, edema dapat sampai mendekati
mata. Tipe penyebaran ini paling sering melibatkan rahang bawah karena
lokasinya yang berdekatan dengan fasia.[4,5]
2.2.1.4 Penyebaran ke traktus gastrointestinal dan pernapasan
Bakteri yang tertelan dan produk-produk septik yang tertelan dapat
menimbulkan tonsilitis, faringitis, dan berbagai kelainan pada lambung. Aspirasi
produk septik dapat menimbulkan laringitis, trakeitis, bronkitis, atau pneumonia.
14
Absorbsi limfogenik dari Fokal Infeksi dapat menyebabkan adenitis akut dan
selulitis dengan abses dan septikemia. Penyebaran hematogen terbukti sering
menimbulkan infeksi lokal di tempat yang jauh.[4]
Infeksi oral dapat menimbulkan sensitisasi membran mukosa saluiran
napas atas dan menyebabkan berbagai gangguan, misalnya asma. Infeksi oral juga
dapat memperburuk kelainan sistemik yang sudah ada, misalnya tuberkulosis dan
diabetes mellitus. Infeksi gigi dapat terjadi pada seseorang tanpa kerusakan yang
jelas walaupun pasien memiliki sistem imun yang normal. Suatu tipe pneumonia
dapat disebabkan oleh aspirasi material infeksi, terutama pada kelainan
periodontal yang lanjut. Juga telah ditunjukkan bahwa tuberkel basil dapat
memasuki tubuh melalui oral, yaitu pocket periodontal dan flap gingiva yang
terinfeksi yang meliputi molar ketiga. Infeksi oral, selain dapat memperburuk TB
paru yang sudah ada, juga dapat menambah systemic load, yang menghambat
respon tubuh dalam melawan efek kaheksia dari penyakit TB tersebut. Mendel
telah menunjukkan perjalanan tuberkel basilus dari gigi melalui limfe, KGB
submaksila dan servikal tanpa didahului ulserasi primer. Tertelannya material
septik dapat menyebabkan gangguan lambung dan usus, seperti konstipasi dan
ulserasi.[4,5]
2.2.2
Etiologi
Infeksi odontogenik dapat disebabkan karena trauma, infeksi post-
operasi dan sekunder dari infeksi jaringan periodontal atau perikoronal. Bakteri
penyebab infeksi umumnya bersifat endogen dan bervariasi berupa bakteri aerob,
anaerob maupun infeksi campuran bakteri aerob dan anaerob. Disebutkan mikroba
penyebab tersering yaitu Streptococcus mutans dan Lactobacillus sp yang
memiliki aktivitas produksi asam yang tinggi.[4]
Disebutkan bahwa etiologi dari infeksi odontogenik berasal dari bakteri
komensal yang berproliferasi dan menghasilkan enzim. Pada saat bayi baru
dilahirkan, proses kolonisasi bakteri dimulai dan dikatakan predominan terdiri
atas Streptococcus salivarius. Pada saat gigi pertama tumuh, yaitu pada saat bayi
berusia 6 bulan, komunitas bakteri berubah menjadi predominan S.sanguis dan
S.mutans dan pada saat gigi selesai tumbuh terdapat komunitas heterogen antara
15
bakteri aerobik dan anaerobik. Diperkirakan terdapat 700 spesies bakteri yang
berkolonisasi di mulut dimana 400 dari spesies tersebut dapat ditemukan pada
area subgingival.
Infeksi odontogenik merupakan suatu infeksi polimikrobial dan
campuran. Infeksi tersebut merupakan hasil dari perubahan bakteri, hubungan
antar bakteri dengan morfotipe yang berbeda dan peningkatan jenis bakteri.
Perubahan bakteri yang terjadi berupa perubahan yang pada awalnya predominan
gram positif, fakultatif dan sakarolitik menjadi predominan gram negatif,
anaerobik dan proteolitik.[4]
2.2.3
kualitatif maupun kuantitatif bila diikuti sistem imun dan pertahanan seluler yang
terganggu, akan menyebabkan infeksi. Selain itu terganggunya keseimbangan
mikroflora akibat penggunaan antibiotik tertentu juga dapat menyebabkan adanya
dominasi bakteri lainnya yang potensial. Kondisi-kondisi maupun penyakit yang
menyebabkan keadaan imunokompromais seperti penyakit metabolik tak
terkontrol (uremia, alkoholisme, malnutrisi, diabetes), penyakit suppresif
(leukimia, limfoma, tumor ganas), dan penggunaan obat-obat immunosupresif
misalnya pada pasien yang menjalani kemoterapi kanker juga dapat memfasilitasi
dengan mudah terjadinya infeksi odontogenik.[4,5,6]
Mekanisme tersering terjadinya infeksi odontogenik berawal dari karies
dentis. Proses demineralisasi enamel gigi akan merusak enamel yang selanjutnya
melanjutkan invasi bakteri ke pori/ trabekula dentin yang kemudian menyebabkan
pulpitis hingga nekrosis pulpa. Dari Pulpa maka infeksi dapat menyebar ke akar
gigi dan selanjutnya menyebar ke os maksila atau mandibula, menyebabkan
osteomyelitis. Kerusakan ini dapat menyebabkan perforasi sehingga melibatkan
pula mukosa mulut maupun kulit wajah.
Sebagian besar bakteri yang berlokasi pada supragingival adalah gram
positif, fakultatif dan sakarolitik yang berarti bahwa pada keadaan dimana
terdapat karbohidrat terutama sukrosa, maka akan diproduksi asam. Asam ini akan
membuat enamel mengalami demineralisasi yang memfasilitasi infiltrasi dari
16
bakteri pada dentin dan pulpa. Dengan adanya invasi dari bakteri pada jaringan
internal gigi, bakteri berkembang, terutama bakteri gram negatif, anaerobik dan
proteolitik akan menginfeksi rongga pulpa. Beberapa bakteri ini memiliki faktor
virulensi yang dapat menyebabkan invasi bakteri pada jaringan periapikal melalui
foramen apikal. Lebih dari sebagian lesi periapikal yang aktif tidak dapat
dideteksi dengan sinar-X karena berukuran kurang dari 0.1 mm 2. Jika respon imun
host menyebabkan akumulasi dari netrofil maka akan menyebabkan abses
periapikal yang merupakan lesi destruktif pada jaringan. Namun jikan respon
imun host lebih didominasi mediasi oleh makrofag dan sel limfosit T, maka akan
berkembang menjadi granuloma apikal, ditandai dengan reorganisasi jaringan
melebihi destruksi jaringan. Perubahan pada status imun host ataupun virulensi
bakteri dapat menyebabkan reaktivasi dari silent periapical lessions.[5,6,7]
Infeksi odontogenik juga dapat berasal dari jaringan periodontal. Ketika
bakteri subgingival berkembang dan membentuk kompleks dengan bakteri
periodontal patogen yang mengekspresikan faktor virulensi, maka akan memicu
respon imun host yang secara kronis dapat menyebabkan periodontal bone loss.
Abses periodontal dapat berasal dari eksaserbasi periodontitis kronik, defek
kongenital yang dapat memfasilitasi invasi bakteri(fusion dari akar, development
grooves, dll), maupun iatrogenik karena impaksi dari kalkulus pada epitel
periodontal pocket selama scaling. Beberapa abses akan membentuk fistula dan
menjadi
kronik
yang
pada
umumnya
bersifat
asimptomatik
ataupun
17
3. dCerapmubhlitngfks.Idarm e
2.4 Karies Gigi
2.4.1 Definisi
Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses
demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam
organis yang berasal dari makanan yang mengandung gula. Karies gigi merupakan
penyakit yang paling banyak dijumpai di rongga mulut bersama-sama dengan
penyakit periodontal, sehingga merupakan masalah utama kesehatan gigi dan
mulut.
Mekanisme terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di
permukaan gigi. Sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses
menempel pada waktu tertentu berubah menjadi asam laktat yang akan
menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5). Hal ini menyebabkan demineralisasi
email berlanjut menjadi karies gigi.
Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan
mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi yang rentan dan proses karies pun
dimulai dari permukaan gigi (pits, fissur dan daerah interproksimal) meluas ke
arah pulpa.
2.4.2 Faktor Etiologi Karies
Banyak faktor yang dapat menimbulkan karies gigi pada anak, diantaranya
adalah faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses
terjadinya karies gigi. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya karies gigi
adalah host (gigi dan saliva), substrat (makanan), mikroorganisme penyebab
karies dan waktu. Karies gigi hanya akan terbentuk apabila terjadi interaksi antara
keempat faktor berikut.
2.4.2.1. Host (gigi dan saliva)
Komposisi gigi sulung terdiri dari email di luar dan dentin di
dalam. Permukaan email terluar lebih tahan karies dibanding lapisan di
bawahnya, karena lebih keras dan lebih padat. Struktur email sangat
menentukan dalam proses terjadinya karies
18
Mineral-
19
mengandung lemak dan protein hanya sedikit atau sama sekali tidak
mempunyai karies gigi. Hal ini penting untuk menunjukkan bahwa
karbohidrat memegang peranan penting dalam terjadinya karies.
2.4.2.3 Mikroorganisme
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan
terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas
kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks
yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak
dibersihkan. Komposisi mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Pada
awal pembentukan plak, bakteri yang paling banyak dijumpai adalah
Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis, Streptokokus mitis dan
Stretokokus salivarius serta beberapa strain lainnya. Selain itu, dijumpai
juga Lactobacillus dan beberapa spesies Actinomyces.
Mikroorganisme menempel di gigi bersama plak sehingga plak
terdiri dari mikroorganisme (70 %) dan bahan antar sel (30 %). Plak akan
terbentuk apabila adanya karbohidrat, sedangkan karies akan terbentuk
apabila terdapat plak dan karbohidrat.
2.4.2.4 Waktu
Waktu adalah kecepatan terbentuknya karies serta lama dan
frekuensi substrat menempel di permukaan gigi. Secara umum, lamanya
waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas
cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.
2.4.3. Klasifikasi
Lesi Karies
20
21
lama kelamaan kalsium akan keluar dari email, proses ini disebut sub surface
decalsifikasi.
Gejala karies gigi menurut Depkes., R.I., 1994, yaitu:
a. Gejala karies gigi pada tahap awal
1)
2)
Terdapat lubang yang lebih dalam (mengenai atap pulpa atau ruang
pulpa).
2)
Terdapat keluhan rasa sakit spontan yang terus-menerus dengan
disertai rasa sakit kepala dan bisa juga oleh pembengkakan pada gusi dan
pipi atau pada leher.
2.4.5 Pencegahan Karies
2.4.5.1 Pencegahan Primordial
Tindakan ini ditujukan pada kesempurnaan struktur enamel dan
dentin atau gigi pada umumnya. Seperti kita ketahui yang mempengaruhi
pembentukan dan pertumbuhan gigi kecuali protein untuk pembentukan
matriks gigi, vitamin (vitamin A, vitamin C, vitamin D) dan mineral
(Calcium, Phosfor, Fluor, dan Magnesium) juga dibutuhkan. Pada ibu-ibu
yang sedang mengandung sebaiknya diberikan kalsium yang diberikan
dalam bentuk tablet, dan air minum yang mengandung fluor karena hal ini
akan berpengaruh terhadap pembentukan enamel dan dentin bayi yang akan
dilahirkan.
2.4.5.2 Pencegahan Primer
Hal ini ditandai dengan:
a. Upaya meningkatkan kesehatan (health promotion)
22
23
merusak lesi karies yang masih baru mulai dan sonde akan membawa
bakteri ke dalam karies sehingga penyebaran karies akan semakin
cepat.
2.4.5.3.2 Tindakan
a. Penambalan
Harus diketahui bahwa gigi yang sakit atau berlubang tidak
dapat disembuhkan dengan sendirinya, dengan pemberian obatobatan. Gigi tersebut hanya dapat diobati dan dikembalikan ke fungsi
pengunyahan semula dengan melakukan pemboran, yang pada
akhirnya gigi tersebut akan ditambal. Dalam proses penambalan, hal
yang pertama sekali dilakukan adalah pembersihan gigiyang karies
yaitu dengan membuang jaringan gigi yang rusak dan jaringan gigi
yang sehat di sekelilingnya, karena biasanya bakteri-bakteri penyebab
karies telah masuk ke bagian-bagian gigi yang lebih dalam. Hal ini
dilakukan sebagai upaya untuk meniadakan kemungkinan terjadinya
infeksi ulang.
Tambalan terbuat dari berbagai bahan yang dimasukkan ke
dalam gigi atau di sekeliling gigi. Umumnya bahan-bahan tambalan
yang digunakan adalah perak amalgam, resin komposit, semen
ionomer kaca, emas tuang, porselen.
Perak amalgam merupakan tambalan yang paling banyak
digunakan untuk gigi belakang, karena sangat kuat dan warnanya
tidak terlihat dari luar. Perak amalgam relatif tidak mahal dan bertahan
sampai 14 tahun. Tambalan emas lebih mahal tetapi lebih kuat dan
bias digunakan pada karies yang sangat besar. Campuran damar dan
porselen digunakan untuk gigi depan, karena warnanya mendekati
warna gigi, sehingga tidak terlalu tampak dari luar. Bahan ini lebih
mahal dari pada perak amalgam dan tidak tahan lama, terutama pada
gigi belakang yang digunakan untuk mengunyah. Kaca ionomer
24
merupakan tambalan dengan warna yang sama dengan gigi. Bahan ini
diformulasikan untuk melepaskan fluor, yang memberi keuntungan
lebih pada orang-orang yang cenderung mengalami pembusukan pada
garis gusi. Kaca ionomer juga digunakan untuk menggantikan daerah
yang rusak karena penggosokan gigi yang berlebihan.
b. Pencabutan
Keadaan gigi yang sudah sedemikian rusak sehingga untuk
penambalan sudah sukar dilakukan, maka tidak ada cara lain selain
mencabut gigi yang telah rusak tersebut. Dalam proses pencabutan
maka pasien akan dibius, di mana biasanya pembiusan dilakukan
lokal yaitu hanya pada gigi yang dibius saja yang mati rasa dan
pembiusan pada setengah rahang. Pembiusan ini membuat pasien
tidak merasakan sakit pada saat pencabutan dilakukan.
2.4.5.4 Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah pelayanan yang ditujukan terhadap akhir
dari patogenesis penyakit yang dilakukan untuk mencegah kehilangan
fungsi, yang meliputi:
a. Pembatasan Cacat (Disability Limitation) yaitu tindakan pengobatan yang
parah, misalnya pulp capping, pengobatan urat syaraf (perawatan saluran
akar), pencabutan gigi dan sebagainya.
b. Rehabilitasi (Rehabilitation), merupakan upaya pemulihan atau
pengembalian fungsi dan bentuk sesuai dengan aslinya, misalnya pembuatan
gigi tiruan (protesa).
2.7
Missing Teeth
25
penyakit infeksi pada gigi. Karies pada gigi yang tidak dirawat dapat
bertambah buruk, sehingga akan menimbulkan rasa sakit dan berpotensial
menyebabkan kehilangan gigi. Walaupun secara keseluruhan karies
menurun di Amerika, tetapi penurunan ini tidak terjadi pada kelompok
usia tua.
Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi pada jaringan
pendukung gigi yang apabila tidak dirawat akan menyebabkan hilangnya
gigi. Penyakit periodontal dapat menyebabkan resorbsi tulang alveolar dan
resesi gingiva serta bertambah parah di usia tua. Penyakit periodontal akan
meningkat dengan meningkatnya umur, dari 6% pada umur 25 34 tahun
menjadi 41% pada umur 65 tahun keatas.
2) Faktor Bukan Penyakit
Faktor sosio demografi seperti umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan dan tingkat penghasilan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi jumlah kehilangan gigi. Di Meksiko, Medina Solis dkk
(2006) mendapati prevalensi kehilangan seluruh gigi pada dewasa muda
sekitar 2,4% sedangkan pada dewasa tua yang berumur 65 tahun keatas
sekitar 30,6%.
Berdasarkan penelitian Hugo dkk (2007) memperkirakan bahwa
perempuan mengalami kehilangan gigi yang lebih banyak dibandingkan
laki laki disebabkan perempuan takut pergi ke dokter gigi. Pada
penelitian OMullane dkk (1993) menunjukkan bahwa perempuan paling
tinggi mengalami kehilangan gigi, tetapi belum ada kejelasan mengenai
hal ini. Pada penelitian Corbert dkk (2001) menyatakan bahwa perempuan
memiliki sedikit resiko penyakit periodontal tetapi besar kemungkinan
resiko untuk karies yang dapat menyebabkan hilangnya gigi.
Pendapatan dan pendidikan berbanding terbalik dengan jumlah
kehilangan gigi. Data dari Behavioral Risk Factor Survaillance System
(BRFSS) pada tahun 2004 2006 menunjukkan populasi yang mengalami
kehilangan lebih dari 6 gigi sebanyak 23% pada kelompok pendidikan
SMA atau SMP, SD dan tidak sekolah, 15% pada pendidikan Perguruan
Tinggi.
26
atas
atau
rahang
bawah.
Kehilangan
gigi
sebagian
ini
disebabkan
gigi
posterior
memiliki
fungsi
27
28
c. Retensi
Faktor faktor retensi Gigi tiruan yaitu adhesi, kohesi,
tegangan permukaan antar fasial, daya tarik menarik kapiler,
tekanan atmosfer dan otot-otot mulut dan wajah.
Definisi
Penyakit periodontal adalah suatu inflamasi kronis pada jaringan
29
30
31
32
33
subgingiva,
mengakibatkan
kerusakan
jaringan
periodontal
34
35
Mayoritas stain yang terjadi pada gigi permanen adalah stain ekstrinsik.
Warnanya bervariasi dari kuning hingga hitam dan tedapat pelikel.
Kalkulus atau karang gigi adalah massa keras yang terbentuk pada gigi
karena terjadinya kalsifikasi dari plak gigi (dental plaque).
36
yang
dapat
memberikan
keseimbangan
fungsional
sehingga
37
gigi-geligi susu adalah sedikit lebih kecil dari pada ukuran rata-rata lengkung gigi,
pada populasi anak-anak berusia 21/2 tahun di inggris. Sedangkan foster dan
Hamilton (1969) menemukan hanya 1% gigi-geligi susu yang tidak mempuyai
celah pada lengkung gigi di populasi yang sama. Ada berbagai macam teori
mengenai etiologi berjejalnya lengkung gigi. Juga sudah disebutkan bahwa ada
kecenderungan evolusi ke arah mengecilnya ukuran rahang tanpa disertai dengan
mengecilnya dimensi gigi.
Teori lain menyebutkan bahwa populasi modern sekarang ini merupakan
gabungan orang-orang dari berbagai latar belakang etnis, dan pencampuran dari
orang-orang yang memiliki karakteristik fisik yang berbeda akan menyebabkan
terjadinya ketidak harmonisan skeletal dan dental. Disproporsi ukuran antara
rahang dan gigi-geligi merupakan ciri dari beberapa susunan gigi-geligi, namun
masalah utama yang mengenai perkembangan oklusak ini akan muncul bila gigigeligi terlalu besar untuk ukuran rahangnya, gigi-geligi yang terlalu kecil untuk
rahang jarang menimbulkan masalah ortodonsi.
Efek gigi-geligi yang berlebihan
1. Penumpukan dan pergeseran dari gigi-geligi
2. Impaksi gigi
3. Penutupan ruang sesudah pencabutan
38
39
tampak
divergen,
muka
lebih
cembung.
Wajah
tidak
40
Misalnya ada gigi permanen yang makrodontia ada juga yang mikrodontia.
Atau bisa saja jika ukuran gigi besar dan rahang kecil, hingga gigi berjejal.
7. Kebiasaan-kebiasaan buruk, antara lain:
Bernapas lewat mulut,menghisap jari,proses penelanan yang salah, minum
susu dengan botol dot menjelang tidur,menggigit pensil atau membuka
jepit rambut dengan gigi, meletakkan lidah di antara gigi rahang atas dan
gigi rahang bawah dll. Beberapa kebiasaan sebagian normal dilakukan
oleh bayi,misalnya mengisap jari.namun jika hal ini berkelanjutan sampai
dewasa dapat menyebabkan ketdakteraturan gigi.
Keadaan
gigi
yang
berjejal
atau
fungsi
penyunyahan,
bicara,
yang
estetik
berjejal
selain
juga mengakibatkan
41
42
BAB III
ANALISA KASUS
Pasien Tn.MA 45 tahun, datang berobat ke poli gigi dan mulut RSMH
Palembang untuk konsul dari bagian THT RSMH guna mencari fokal infeksi.
Penderita mempunyai keluhan sakit kepala (cephalgia) sejak 3 hari SMRS.
Riwayat penderita : tidak ada riwayat penyakit penyerta, gigi tanggal sendiri
sekitar 1 tahun yang lalu. Saat datang keadaan umum penderita tampak sakit
ringan, kesadaran compos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 86
kali/menit, pernapasan 20 kali/menit, dan suhu tubuh 36,7oC.
Pada pemeriksaan ekstra oral, tidak ditemukan kelainan pada kepala,
wajah, bibir, dan KGB leher.
Pada pemeriksaan intra oral, ditemukan adanya fokal infeksi gangrene
radiks 13, 16, 26, 27, 36, 37; fokal infeksi karies gigi 46; karies gigi 11, 13, 22,
25; terdapat gigi yang tanggal pada gigi 23; dan malposisi 48teapkidmunlos,gvpat.Pdnierkulsmgoayptdnifjrkueaos.
Jadirenctp ygkdiba npse dalhiku estrdpaginy curbasefoklni, konservasi pada gigi yang mengalami karies, pro scalling untuk kalkulus,
pro protesa untuk missing teeth, dan perawatan orthodontal untuk gigi yang
mengalami malposisi, sertadukeasilmpnhbygtrdajeknsihmulb.
43
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Rupa-rupa Tambalan Gigi: Klik Dokter Menuju Indonesia Sehat.
(Diunduh
dari:
http://m.klikdokter.com/detail/read/18/54/rupa-rupa-tambalan-