You are on page 1of 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tahun pelajaran 2010-2011 SMP Negeri 1 Panumbangan Kabupaten


Ciamis didapat fakta bahwa hasil belajar siswa terus menurun, maka
pelaksanaan pengajaran yang dilakukan perlu adanya penelitian agar
didapatkan pengajaran yang paling efektif untuk digunakan baik pada
kesempatan yang sekarang maupun yang akan datang.
Pada kesempatan ini peneliti mengadakan penelitian tentang rendahnya
penguasaan siswa pada materi bilangan, dan yang menjadi fokus pada
penelitian ini adalah tidak efektifnya pengajaran yang dilakukan oleh guru
dalam mengajarkan materi bilangan tersebut.
Tidak efektifnya pengajaran yang dilakukan guru tersebut diduga akibat
kurang tepatnya guru dalam menggunakan strategi pembelajaran. Hal ini
ditandai adanya kecenderungan guru dalam mengajarkan materi tersebut
dengan metode ceramah secara klasikal.
Dilandasi keinginan untuk mencari strategi pembelajaran yang tepat dan
efisien untuk meningkatkan hasil nilai penguasaan materi bilangan dari siswa
kelas VII-H SMP Negeri 1 Panumbangan Kabupaten Ciamis inilah, maka
peneliti merasa perlu mengadakan tindakan kelas ini.
Peningkatan

hasil

belajar

pada

materi

bilangan

dan

efektifitas

pembelajaran yang diharapkan oleh peneliti adalah dengan langkah


mengarahkan pembelajaran siswa aktif secara kelompok besar maupun dalam
kelompok kecil. Selain harapan yang telah disampaikan di atas penelitian ini
diharapkan dapat merubah paradigma guru dalam melakukan pembelajaran
dari guru sebagai pusat belajar agar beralih ke siswa.
1

Guna mewujudkan harapan yang diinginkan oleh peneliti seperti di atas


maka peneliti menerapkan strategi pembelajaran aktif dengan menggunakan
teknik pembelajaran kelompok besar dan pembelajaran kelompok kecil.
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dikaji pada penelitian ini adalah :


1. Apakah

melalui strategi pembelajaran aktif dapat meningkatkan

penguasaan materi bilangan bulat bagi siswa kelas VII-H di SMP Negeri 1
Panumbangan Kabupaten Ciamis?
2. Apakah strategi pembelajaran aktif merupakan pembelajaran yang efektif

untuk mengajarkan materi bilangan bagi siswa kelas VII-H semester 1 di


SMP Negeri 1 Panumbangan Kabupaten Ciamis?
C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari pada penelitian yang dilakukan pada kelas VII-H semester 1 di
SMP Negeri 1 Panumbangan Kabupaten Ciamis ini adalah :
1. Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan penguasaan

materi bilangan bagi siswa kelas VII-H semester 1.


2. Mencari pengajaran yang efektif untuk mengajarkan materi bilangan bagi

siswa kelas VII-H semester 1.


3. Meningkatkan penguasaan materi bilangan bagi siswa kelas VII-H

semester 1 di SMP Negeri 1 Panumbangan Kabupaten Ciamis tahun


pelajaran 2010-2011 dengan mengunakan strategi pembelajaran aktif.
D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan ini adalah :


1. Siswa dapat meningkatkan penguasaan materi bilangan melalui strategi

pembelajaran aktif.

2. Siswa dapat mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan penguasaan

materi bilangan tersebut dengan secara aktif dalam pembelajaran.


3. Guru

mendapat suatu strategi pembelajaran yang efektif untuk

mengajarkan materi bilangan bagi siswa kelas VII-H semester 1.

BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Teori
1. Strategi Belajar

Andi Hakim Nasution ( 1988 : 243 ) menyatakan bahwa dalam


suatu pengajaran yang berkaitan dengan suatu materi kurikulum tertentu
prinsip keterlaksanaan dipengaruhi oleh empat komponen pokok yaitu
pembawa materi, penyaji materi, pendekatan dan penerima materi.

Pengaturan materi kurikulum tersebut dinamakan strategi belajar


mengajar.
Pada

pengajaran

matematika

sampai

sekarang

ini

masih

menggunakan strategi belajar mengajar langsung dan sempit. Maksudnya


adalah materi pelajaran yang dibawakan guru itu sempit (dikumpulkan
oleh guru itu sendiri ), penyajinya guru itu sendiri pendekatan yang
digunakan yang digunakan deduktif dan siswa yang menerimanya adalah
kelompok besar, padahal bila dilihat dari kombinasi yang ada dalam
strategi pembelajaran paling tidak ada 81 kombinasi yang dapat
dilaksanakan dalam pembelajaran.
2. Strategi Pembelajaran Aktif
a. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif

Strategi merupakan istilah lain dari pendekatan, metode atau cara.


Didalam kepustakaan pendidikan istilah-istilah tersebut diatas sering
digunakan secara bergantian. Menurut Udin S. Winataputra & Tita
Rosita (11995 : 124 ) istilah strategi secara harfiah adalah akal atau
siasat. Sedangkan strategi pembelajaran diartikan sebagai urutan
langkah atau prosedur yang digunakan guru untuk membawa siswa
dalam suasana tertentu untuk mencapai tujuan belajarnya.
Sedangkan pembelajaran aktif menurut Hisyam Zaini, Bermawy
Munthe & Sekar Ayu Aryani ( 2007 : 11 ) adalah suatu pembelajaran
yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta
didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas
pembelajaran. Disisi lain, Silberman ( 2006 : 35-41 ) menyatakan
lingkungan fisik dalam kelas dapat mendukung atau menghambat
kegiatan belajar aktif. Sehingga dari pernyataan tersebut perlengkapan

kelas perlu disusun ulang untuk menciptakan formasi tertentu sesuai


dengan kondisi belajar siswa. Namun begitu tidak ada satu susunan
atau tata letak yang mutlak ideal, namun ada banyak pilihan yang
tersedia. Sepuluh kemungkinan susunan tata letak meja dan kursi yang
disarankan sebagai berikut: U, gaya tim, meja konferensi, lingkaran,
kelompok pada kelompok, ruang kerja, pengelompokan berpencar,
formasi tanda pangkat, ruang kelas tradisional, auditorium. Sejalan
dengan pendapat tersebut, Syamsu Mappa dan Anisa Basleman
( 1994 : 46 ) menyatakan penggunaan meja, kursi dan papan tulis
berroda lebih memungkinkan berlangsungnya proses interaksi belajar
dan membelajarkan yang bergairah.
Aktifitas siswa belajar di kelas terwujud bila terjadi interaksi
antar warga kelas. Boakes dalam Marat ( 1984 : 110 ) menyatakan
didalam interaksi ada aktifitas yang bersifat resiprokal (timbal balik)
dan berdasarkan atas kebutuhan bersama, ada aktifitas daripada
pengungkapan perasaan, dan ada hubungan untuk tukar-menukar
pengetahuan yang didasarkan take and give, yang semuanya
dinyatakan dalam bentuk tingkah laku dan perbuatan. Lebih lanjut,
Syamsu Mappa dan Anisa Basleman ( 1994 : 46 ) menyatakan
hubungan timbal balik antar warga kelas yang harmonis dapat
merangsang terwujudnya masyarakat kelas yang gemar belajar.
Dengan demikian, upaya mengaktifkan siswa belajar dapat dilakukan
dengan mengupayakan timbulnya interaksi yang harmonis antar warga
di dalam kelas. Interaksi ini akan terjadi bila setiap warga kelas
melihat dan merasakan bahwa kegiatan belajar tersebut sebagai sarana
memenuhi

kebutuhannya.

Dalam

kaitannya

dengan

proses

pembelajaran, berdasarkan teori kebutuhan Maslow, Silberman


( 2006 : 30 ) menyatakan kebutuhan akan rasa aman harus dipenuhi
sebelum bisa dipenuhinya kebutuhan untuk mencapai sesuatu,
mengambil resiko, dan menggali hal-hal baru.
Dari pembahasan di atas, tip-tip di bawah ini dapat digunakan
guru untuk mengarah pada strategi pembelajaran yang dapat
mengaktifkan siswa dalam belajar:
1) Selalu berpenampilan menarik dan penuh wibawa.

Kesan Pertama siswa saat bertemu gurunya adalah fisik dari


guru tersebut. Dengan penampilan yang menarik dan penuh
wibawa akan membuat kesan yang positif dari siswa,
sehingga dengan mudah guru akan dapat membawa siswa
kedalam suasana belajar yang guru inginkan.
2) Memanfaatkan pertemuan pertama dengan siswa untuk

perkenalan antar warga kelas, tunjukan cara-cara belajar


matematika yang baik, buatlah kesepakatan (kontrak) terkait
norma-norma yang harus dipatuhi oleh warga kelas.
3) Buatlah formasi tata letak meja, kursi, pajangan dinding, dan

perabot kelas yang lain sesuai dengan kesepatakan warga


kelas dan kebutuhan.
4) Siapkan semua peralatan yang akan digunakan di dalam ruang

kelas sebelum memulai pembelajaran.


5) Mulailah proses belajar mengajar dengan materi yang ringan

tetapi menantang yang dapat merangsang siswa turut aktif


berfikir. Kemudian masuk pada materi yang akan kita ajarkan
dengan senantiasa melibatkan siswa dalam proses belajar

mengajar. Misalkan senantiasa mengajukan pertanyaanpertanyaan tentang materi yang kita ajarkan agar siswa lebih
mudah memahami materi yang kita berikan.
6) Selalu memulai dan mengakhiri pembelajaran tepat waktu

serta dengan salam yang menghangatkan, yaitu salam penuh


kasih dan hormat.
7) Gunakan bahasa yang santun, hormat, dan dengan nada bicara

yang lembut.
8) Memahami dan menghormati berbagai perbedaan yang ada.
9) Menghormati kerahasiaan setiap siswa.
10) Tidak merendahkan dan mencemooh siswa.
11) Memberi kesempatan yang sama kepada semua siswa untuk

bicara dan jangan mengintrupsi pembicaraan siswa.


12) Bila

seorang

siswa

mengemukakan

pendapat,

jadilah

pendengar yang baik dan selanjutnya berikan kesempatan


kepada siswa lain untuk memahaminya dan memberikan
komentarnya.
13) Memahami dan menghormati pendapat setiap siswa, bila perlu

melancarkan kritik: gunakan bahasa yang mengayomi, dan


bila kritik bersifat pribadi seyogyanya dilakukan diruang
khusus.
14) Sekali waktu, berilah kesempatan kepada siswa untuk

memberikan saran atau kritik guna perbaikan proses


pembelajaran.
15) Sediakan waktu untuk berkomunikasi dengan siswa di luar

kelas.

b. Prosedur Pembelajaran Aktif

Proses pembelajaran di kelas dapat dipandang sebagai tiga bagian


kegiatan yang terurut, yaitu: kegiatan awal (pendahuluan) kegiatan inti,
dan kegiatan akhir (penutup). Dengan demikian, strategi pembelajaran
aktif dapat dirumuskan sebagai prosedur kegiatan yang mengaktifkan
siswa pada setiap bagian kegiatan secara terurut. Prosedur tersebut
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Prosedur Mengaktifkan Siswa Belajar Matematika Pada Awal

Pembelajaran
Dimensi pertama dalam peristiwa belajar matematika adalah
membangun sikap dan persepsi positif terhadap belajar dan
matematika sebagai obyek belajar. Kesiapan mental untuk terlibat
dalam pembelajaran mutlak dicapai dalam mengaktifkan siswa
belajar matematika, oleh karenanya kegiatan membangunkan sikap
dan persepsi positif siswa harus dilakukan guru pada awal
pembelajaran adalah membangunkan minat, membangunkan rasa
ingin tahu, dan merangsang siswa untuk berpikir. Bila minat siswa,
rasa ingin tahu siswa telah bangkit, serta siswa telah terangsang
untuk berpikir ini berarti siswa telah siap secara mental untuk
terlibat secara aktif dalam pembelajaran matematika, dan bila
terjadi sebaliknya berarti secara mental siswa belum siap terlibat
dalam pembelajaran.

Dengan memodifikasi strategi berbagai pengetahuan secara aktif,


Silberman ( 2006 : 100-102 ), mengawali kegiatan pembelajaran aktif
dengan prosedur sebagai berikut:

a) Tentukan

rentang waktu yang pasti untuk kegiatan awal

pembelajaran.
b) Ucapkan salam pembuka yang menghangatkan siswa.
c) Sediakan daftar pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran

matematika yang akan diajarkan. Misanya:


(1) Kata-kata untuk didefinisikan,
(2) Soal-soal sederhana dari aplikasi rumus yang telah dikenal,
(3) Pertanyaan tentang aplikasi matematika sederhana dalam

kehidupan sehari-hari.
d) Perintahkan siswa untuk menjawab pertanyan-pertanyaan itu sebaik

yang mereka bisa dan dalam waktu yang telah ditentukan.


e) Perintahkan siswa untuk menyebar di kelas, menanyakan kepada

temannya jawaban pertanyaan yang dia sendiri tidak tahu


jawabannya, doronglah siswa untuk saling membantu.
f) Perintahkan untuk kembali ke tempat semula dan gunakan teknik

tanya jawab untuk membahas jawaban yang mereka dapatkan.


g) Gunakan pertanyaan-pertanyaan arahan sebagai upaya merangsang

berpikir siswa menjawab yang tak satupun siswa bisa menjawa.


h) Gunakan informasi-informasi yang diperoleh dalam kegiatan ini

sebagai sarana untuk memperkenalkan topik-topik penting


materi pelajaran dalam kegiatan inti.
Secara umum, manusia tidak menyukai suatu kegiatan yang
kurang bervariasi. Oleh karenanya perlu dipilih kegiatan lain
sebagai variasi kegiatan di atas. Berikut ini dapat menjadi
alternatif pilihan.

(1) Daftar pertanyaan dapat diganti dengan menyediakan kartu

indeks dan perintahkan siswa untuk menuliskan satu


informasi yang menurut siswa akurat tentang materi yang
akan diajarkan.
(2) Kegiatan menyebar dapat diganti dengan merotasi pertukaran

pendapat antar kelompok belajar di kelas.


2) Prosedur

Mengaktifkan Siswa Belajar Matematika Pada

Kegiatan Inti Pembelajaran


Telah dikemukakan di atas bahwa pendidikan matematika di segala
jenjang dimaksudkan untuk membangun pengetahuan, keterampilan
dan sikap terkait dengan matematika. Pembelajaran aktif dalam
pendidikan

matematika

dapat

berlangsung

dalam

proses

penyelidikan atau proses bertanya. Siswa dikondisikan dalam sikap


mencari (aktif) bukan sekedar menerima (reaktif). Kondisi ini terjadi
jika siswa dilibatkan dalam tugas dan kegiatan yang secara halus
mendesak mereka untuk berpikir, bekerja dan merasakan.

Berdasarkan pendapat di atas, upaya yang harus dilakukan guru untuk


mengaktifkan siswa belajar matematika adalah: (1) mengkondisikan
situasi belajar matematika menjadi kegiatan siswa mengupayakan
pemecahan masalah atau mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan,
baik masalah atau pertanyaan yang diajukan guru maupun siswa; (2)
mendorong ketertarikan siswa untuk mendapatkan informasi atau
menguasai keterampilan melalui pemecahan masalah atau mencari
jawaban atas pertanyaan; (3) mendesak siswa secara halus untuk
bergerak mengkaji atau menilai suatu jawaban pertanyaan, suatu

10

pendapat (gagasan), atau suatu penyelesaian masalah. Guru dapat


menggunakan berbagai strategi dengan berbagai teknik untuk
mengaktifkan siswa dalam kegiatan inti. Dengan memodifikasi
pendapat Silberman ( 2006 : 117-206 ) , strategi berikut ini dapat
digunakan guru untuk mengaktifkan siswa belajar matematika:
a) Menstimulir rasa ingin tahu siswa

Prosedur
(1) Ajukan pertanyaan/masalah yang kompleks (njelimet) atau

yang mempunyai beberapa kemungkinan jawaban untuk


menstimulasi keinggintahuan siswa tentang materi yang
akan diajarkan.
Pertanyaan yang disajikan haruslah merupakan pertanyaan
yang menurut guru ada beberapa siswa yang mengetahui
jawabannya atau bagian dari jawaban. Pertanyaan dapat
berupa pertanyaan sehari-hari, cara melakukan sesuatu,
definisi, cara kerja (prosedur).
(2) Doronglah siswa untuk berpikir, membuat skema atau

diagram dan membuat dugaan umum.


Gunakan frase semisal coba tebak atau coba jawab
(3) Jangan buru-buru memberikan tanggapan. Tampung semua

dugaan siswa. Ciptakan rasa penasaran tentang jawaban


yang sesungguhnya.
Sebagai variasi, buatlah siswa berpasangan dan membuat
dugaan secara kolektif.
(4) Gunakan pertanyaan itu untuk mengarahkan siswa kepada

apa yang hendak diajarkan. Anda perlu memastikan bahwa

11

siswa lebih menaruh perhatian terhadap pelajaran di banding


biasanya.

b) Menstimulir siswa untuk belajar mandiri

Prosedur
(1) Bagikan kepada siswa bahan ajar, disertai beberapa

pertanyan/masalah yang turut dari yang sederhana sampai


yang kompleks.
(2) Perintahkan siswa utuk mempelajari bahan ajar secara

mandiri atau berpasangan.


(3) Perintahkan siswa untuk membubuhkan tanda tanya pada

materi yang belum mereka pahami. Anjurkan untuk


menyisipkan tanda tanya sebanyak mungkin. Perintahkan
siswa untuk menyusun pertanyaan sebanyak mungkin terkait
dengan tanda tanya yang mereka bubuhkan.
(4) Perintahkan siswa untuk mengemukakan pertanyaan secara

tertulis, beri kesempatan siswa lain untuk menanggapinya.


Lakukan seterusnya sehingga semua pertanyaan siswa
dibahas.
(5) Berikan penjelasan sebagai sarana pemantapan dari jawaban

atas pertanyaan siswa.


(6) Perintahkan siswa menyelesaikan masalah dalam bahan ajar

secara mandiri atau berpasangan.


(7) Perintahkan siswa untuk mengemukakan jawaban masalah.

Berikan kesempatan siswa lain memberikan komentar atau


mengemukakan kemungkinan jawaban lain.

12

(8) Berikan pemantapan jawaban atas pertanyaan. Jika guru

merasa bahwa siswa akan mengalami kesulitan mempelajari


sendiri bahan ajar, berikan sejumlah informasi yang
mengarahkan mereka.
c)

Menstimulir siswa untuk belajar bersama dalam kelompok


Prosedur
(1) Perintahkan siswa secara mandiri mempelajari bahan ajar.
(2) Perintahkan untuk menuliskan hal yang belum diketahui

dalam bentuk pertanyaan.


(3) Perintahkan untuk membentuk kelompok. Perintahkan

masing-masing kelompok memberi nama kelompok dengan


nama dalam matematika, misalnya: kelompok aljabar,
kelompok phytagoras dan sebagainya.
(4) Diskusikan

pertanyaan-pertanyaan

dari

masing-masing

anggota kelompok.
(5) Berikan tugas memecahkan masalah, dengan petunjuk yang

jelas, misalnya: tuliskan rumus, gambarkan, buat skema atau


diagram yang kamu gunakan untuk menjawab.
(6) Berikan peran pada anggota kelompok. Misalnya: fasilitator,

pencatat, juru bicara, pengatur waktu.


(7) Berikan

kesempatan

masing-masing

kelompok

untuk

menyajikan hasil diskusi di depan kelas.


(8) Perhatikan siswa untuk kembali ke posisi semula dan

lakukan salah satu berikut:


(a) Membahas materi secara bersama
(b) Dapatkan pertanyaan dari siswa

13

(c) Berikan siswa pertanyaan kuis


(d) Sediakan latihan penerapan atau kuis bagi siswa untuk

menguji pemahaman mereka.

d) Belajar berpasangan

Prosedur
(1) Berikan kepada siswa, satu atau beberapa permasalahan

yang memerlukan perenungan dan pemikiran.


(2) Perintahkan siswa untuk menyelesaikan masalah secara

perseorangan.
(3) Setelah semua siswa menyelesaikan masalah, aturlah

menjadi sejumlah pasangan dan perintahkan mereka untuk


berbagi jawaban satu sama lain.
(4) Perintahkan pasangan untuk membuat jawaban baru bagi

tiap masalah, memperbaiki tiap jawaban perseorangan.


(5) Bila semua pasangan telah menuliskan jawaban baru,

bandingkan jawaban dari tiap pasangan dengan pasangan


lain di dalam kelas.
(6) Perintahkan seluruh siswa untuk memilih jawaban yang

tepat untuk tiap pertanyaan.


Untuk menghemat waktu, bagilah seluruh siswa dalam 4
kelompok

besar

berilah

nama

kelompok.

Berikan

permasalahan yang berbeda pada masing-masing kelompok


pada akhir sesi, perintahkan masing-masing kelompok untuk
menyajikan jawaban terbaiknya. Berikan hadiah pada
jawaban terbaik.

14

e) Turnamen belajar

Prosedur
(1) Bagilah siswa menjadi sejumlah tim beranggotakan 2 hingga

8 siswa. Pastikan bahwa tim memiliki jumlah anggota yang


sama. Perintahkan untuk memberi nama kelompok masingmasing.
(2) Berikan bahan ajar kepada tim untuk dipelajari bersama.
(3) Buat beberapa pertanyaan yang dapat menguji aspek ingatan

dan pemahaman terhadap materi yang diberikan. Gunakan


format yang memudahkan penilaian sendiri. Misalnya:
pilihan ganda, melengkapi, benar-salah, atau definisi istilah,
menyatakan rumus atau teorema.
(4) Perintahkan siswa untuk menjawab secara perseorangan.

Pastikan hal ini dilakukan oleh masing-masing siswa.


(5) Setelah semua siswa menyelesaikan jawaban mereka,

aturlah menjadi sejumlah pasangan dan perintahkan mereka


untuk berbagi jawaban satu sama lain.
(6) Lakukan diskusi kelas untuk menentukan jawab pertanyaan.
(7) Perintahkan siswa untuk menghitung jumlah pertanyaan

yang mereka jawab dengan benar dan mintalah mereka


untuk memberikan skor.
(8) Perintahkan siswa untuk menyatukan skor mereka dengan

anggota tim mereka untuk mendapatkan skor tim. Umumkan


skor dari tiap tim. Berikan hadiah atau berilah tepuk tangan

15

pada tim yang memperoleh skor tertinggi. Sebutlah ini


sebagai ronde satu.
(9) Perintahkan mereka untuk belajar lagi untuk ronde ke dua

dalam turnamen. Kemudian ajukan pertanyaan tes lagi


sebagai bagian dari ronde kedua. Perintahkan siswa
dengan prosedur seperti ronde satu.
Turnamen ini dapat dilakukan dengan jumlah ronde
bervariasi dan waktu tiap ronde dapat dilakukan bervariasi,
namun pastikan bahwa setiap ronde siswa menjalani sesi
belajar. Dengan kesepakatan siswa, guru dapat memberikan
penalti (hukuman) kepada siswa yang memberikan jawaban
salah dengan pengurangan nilai (misal -1 atau -2) dan
memberikan nilai 0 pada siswa yang tidak menjawab.

f) Menstimulir pembelajaran antar siswa

Prosedur
(1) Bentuklah kelompok dengan jumlah kelompok sesuai

dengan topik (sub pokok bahasan) yang akan dipelajari


siswa. Topik dipilih yang saling terkait.
(2) Beri setiap kelompok sejumlah informasi, konsep, atau

keterampilan untuk diajarkan kepada siswa lain.


(3) Perintahkan setiap kelompok untuk menyusun cara dalam

menyajikan atau mengajarkan topik mereka kepada siswa


lain. Sarankan mereka untuk menghindari cara ceramah atau
semacam pembacaan laporan. Doronglah mereka untuk

16

menjadikan pengalaman belajar sebagai pengalaman yang


aktif bagi siswa.
(4) Kemukakan beberapa saran berikut ini:
(a) Sediakan media visual
(b) Berikan kesempatan temanmu untuk membaca materi

terlebih dahulu.
(c) Gunakan contoh atau analogi untuk menyajikan poin-

poin pengajaran
(d) Libatkan temanmu dalam diskusi atau tanya jawab.
(e) Berikan kesempatan pada temanmu untuk bertanya.
(f) Berikan waktu yang cukup untuk merencanakan dan

mempersiapkan (baik di dalam maupun di luar kelas ).


Kemudian perintahkan tiap kelompok untuk menyajikan pelajaran
mereka. Beri tepuk tangan atas usaha mereka. Sebagai alternatif dari
pengajaran model ini adalah perintahkan siswa untuk mengajarkan atau
memberi bimbingan kepada siswa lain secara individual atau dalam
kelompok kecil.

3) Strategi penutup pembelajaran matematika

Pada kegiatan menutup pembelajaran dapat dimanfaatkan guru untuk:


a) Memberikan kesempatan bagi siswa merangkum atau membuat

ikhtisar dari pembelajaran pada hari itu.


b) Memotivasi siswa untuk mempelajari ulang bahan ajar dan atau

menyelesaikan tugas rumah secara mandiri atau kelompok.


c) Memberikan informasi bahan ajar pertemuan berikutnya.

17

d) Mendapatkan

penilaian

dari

siswa

guna

perbaikan

proses

pembelajaran, dan
e) Memberikan salam penutup.

Cara yang baik untuk membelajarkan membuat ikhtisar bahan ajar


adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat ikhtisar
dan menyajikan ikhtisar kepada siswa lain. Strategi berikut dapat
digunakan guru:
Prosedur
a) Jelaskan kepada siswa bahwa bila guru yang membuat ikhtisar

pelajaran, itu bertentangan dengan prinsip belajar aktif.


b) Bagilah siswa menjadi kelompok beranggotakan dua hingga 4

orang.
c) Perintahkan setiap kelompok untuk membuat ikhtisar pelajaran pada

hari itu. Doronglah setiap kelompok untuk membuat uraian singkat


guna disampaikan pada kelompok lain. Gunakan pertanyaan
panduan, misalnya:
(1) Apa judul materi yang baru saja dipelajari?
(2) Tuliskan definisi atau rumus yang baru saja dipelajari secara

terurut!
(3) Digunakan dalam masalah apa saja rumus yang baru dipelajari?

3. Pembelajaran Efektif

Dalam proses belajar mengajar agar didapatkan suatu hasil yang maksimal
maka diperlukan suatu teknik pembelajaran yang efisien dan efektif
sehingga tidak menghabiskan waktu yang lama dan bertele-tele yang
kadang hasilnya kurang memuaskan, apalagi untuk siswa didik yang

18

mengikuti program akselerasi yang waktu belajarnya relatif lebih cepat


dibanding dengan siswa didik yang duduk dikelas reguler. Menurut Daniel
Muijs dan David Reynolds ( 2009 : 65-66 ) suatu pengajaran klasikal agar
efektif maka harus jauh dari sekedar menyampaikan isi pelajaran dengan
gaya ceramah kepada murid. Hampir semua peneliti sepakat tentang
pentingnya interaksi antara guru dan siswa.
Didalam studinya terhadap siswa sekolah dasar di Inggris ( Daniel Muijs,
1999 ) menemukan efek-efek positif dari seringnya menggunakan tanya
jawab, komunikasi dengan kelas dan menggunakan pertanyaan dan
pernyataan tingkat tinggi selain itu perlu pentingnya interaksi untuk
pengajaran yang efektif.
Peneliti-peneliti di Amerika telah menunjukan pentingnya interaksi, di
dalam penelitian-penelitian mereka sebelum studi-studi yang dilakukan di
eropa. Rosenshine dan Furst ( 1973 ) menemukan penggunaan beragam
pertanyaan sebagai sebuah faktor krusial di dalam penelitian mereka yang
dimulai tahun 1960 sampai dengan 1970.
Karena pentingnya interaksi dan tanya jawab sebagai elemen yang paling
luas diteliti dalam penelitian tentang mengajar. Oleh karena itu perlu
diketahui dalam tanya jawab yang efektif dan interaksi yang efektif dalam
pembelajaran.
Tanya jawab dapat digunakan untuk memeriksa pemahaman siswa untuk
memberikan dasar pada pembelajaran siswa, untuk membantu siswa dalam
mengklarifikasikan dan memverbalisasikan pikiran mereka dan membantu
siswa mengembangkan sense of mastery ( perasaan menguasai sesuatu ).
Tanya jawab yang efektif dapat terjadi bila penguasaan diri yang solid
tentang strategi-strategi mana yang paling efektif.

19

Didalam pembelajaran yang menggunakan pembelajaran langsung,


berbagai pertanyaan perlu dilontarkan pada awal pelajaran, ketika topik
dari pelajaran sebelumnya diulas. Agar tanya jawab efektif tercapai maka
seorang pengajar perlu mencampur pertanyaan tingkat tinggi dan tingkat
rendah mencakup produk dan proses serta pertanyaan terbuka dan tertutup,
namun seorang pengajar harus memastikan bahwa ada cukup banyak
pertanyaan proses tingkat tinggi dan terbuka.
Dalam tanya jawab yang efektif dalam pembelajaran langsung bila siswa
menjawab diberikan respon positif namun impersonal dan bila seorang
siswa memberikan jawaban yang kurang sepenuhnya benar, maka pengajar
perlu memberikan prompt kepadanya untuk menemukan jawaban yang
benar.
Bentuk interaksi lain yang efektif dalam pembelajaran adalah diskusi
kelas, namun suatu diskusi agar efektif perlu disiapkan dengan seksama.
Pengajar perlu memberikan pedoman yang jelas kepada siswa tentang apa
yang didiskusikan. Selama diskusi siswa perlu dipastikan untuk tetap pada
tugasnya dan guru perlu menuliskan poin-poin utama (produk diskusi ) ini
dapat dirangkum dan siswa diminta untuk memberikan komentar tentang
seberapa baik diskusi itu tersebut berjalan ( proses diskusi ).
Agar pembelajaran efektif guru harus memastikan bahwa siswa-siswa
yang pemalu yang mungkin kurang aktif untuk diberikan kesempatan
dalam keterlibatannya dalam proses belajar mengajar.

4. Hasil Belajar Matematika

Penekanan pembelajaran matematika lebih diutamakan pada proses


dengan tidak melupakan pencapaian tujuan. Proses ini lebih ditekankan

20

pada proses belajar matematika seseorang. Tujuan yang paling utama


dalam pembelajaran matematika adalah mengatur jalan pikiran untuk
memecahkan masalah bukan hanya menguasai konsep dan perhitungan
walaupun sebagian besar belajar matematika adalah belajar konsep
struktur keterampilan meghitung dan menghubungkan konsep-konsep
tersebut. Andi Hakim Nasution ( 1982 : 12 ) mengemukakan bahwa
dengan

menguasai

matematika

orang

akan

belajar

menambah

kepandaiannya
Sementara itu Nana Sudjana ( 1995 : 22 ) mengemukakan bahwa
hasil belajar matematika adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia memperoleh pengalaman belajarnya. Gagne ( 1977 : 4748,) mengelompokkan hasil belajar menjadi lima bagian dalam bentuk
kapabilitas yakni keterampilan intelektual strategi kognitif, informasi
verbal, keterampilan motorik dan sikap.
Gagne dan Briggs ( 1978 : 48-55 ) menerangkan bahwa hasil belajar
yang berkaitan dengan lima kategori tersebut adalah : (1) keterampilan
intelektual adalah kecakapan yang berkenaan dengan pengetahuan
prosedural yang terdiri atas deskriminasi jamak, konsep konkret dan
terdefinisi kaidah serta prinsip, (2) strategi kognitif adalah kemampuan
untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses
internal masing-masing individu dalam memperlihatkan, mengingat dan
berpikir, (3) informasi verbal adalah kemampuan untuk mendeskripsikan
sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang
relevan, (4) keterampilan motorik adalah kemampuan untuk melaksanakan
dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot,
(5) sikap merupakan kemampuan internal yang berperan dalam mengambil

21

tindakan untuk menerima atau menolak berdasarkan penilaian terhadap


obyek tersebut. Bloom ( 1976 : 201-207 ) membagi hasil belajar menjadi
kawasan yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kawasan kognitif
berkenaan dengan ingatan atau pengetahuan dan kemampuan intelektual
serta keterampilan-keterampilan. Kawasan afektif menggambarkan sikapsikap, minat dan nilai serta pengembangan pengertian atau pengetahuan
penyesuaian diri yang memadai. Kawasan psikomotor adalah kemampuankemampuan menggiatkan dan menggkoordinasikan gerak. Kawasan
kognitif dibagi atas enam macam kemampuan intelektual mengenai
lingkungan yang disusun secara hirarkis dari yang paling sederhana
sampai kepada yang paling kompleks, yaitu (1) pengetahuan adalah
kemampuan mengingat kembali hal-hal yang telah dipelajari, (2)
pemahaman adalah kemampuan menangkap makna atau arti suatu hal, (3)
penerapan adalah kemampuan mempergunakan hal-hal yang telah
dipelajari untuk menghadapi situasi-situasi baru dan nyata, (4) analisis
adalah kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi bagian-bagian sehingga
struktur organisasinya dapat dipahami, (5) sintesis adalah kemampuan
untuk memadukan bagian-bagian menjadi satu keseluruhan yang berarti,
(6) penilaian adalah kemampuan memberi harga sesuatu hal berdasarkan
kriteria intern atau kelompok atau kriteria ekstern atau yang ditetapkan
lebih dahulu.
Berdasarkan pandangan-pandangan dari para ahli tersebut diatas
maka yang dimaksud dengan hasil belajar matematika dalam penelitian ini
adalah hasil dari seorang siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar
matematika yang diukur dari kemampuan siswa tersebut dalam
menyelesaikan suatu permasalahan matematika.

22

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Sudah cukup penelitian yang membahas tentang prestasi belajar


matematika di SMP namun masih sedikit peneliti yang meneliti berkaitan
dengan materi matematika pada suatu pokok bahasan. Sepengetahuan peneliti
belum ada peneliti yang meneliti tentang penggunaan strategi pembelajaran
aktif untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran materi bilangan pada kelas
program akselerasi.

C. Kerangka Pemikiran

Dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif maka seorang siswa


akan selalu terlibat secara langsung dalam pembelajara, sehingga dengan
keterlibatan ini materi yang dibahas akan selalu teringat dalam pemikirannya
dan konsep yang harus dikuasai siswa akan mudah diterimanya hal ini sesuai
dengan prinsip learning by doing yang menyatakan bahwa pembelajaran akan
cepat dikuasai siswa dengan siswa tersebut ikut aktif dalam pembelajaran.
Bertolak

dari

pemikiran

bahwa

membawa

siswa

aktif

dalam

Siswa kelasakan
VII-H diprogram akselerasi
dalam menguasai materi bilangan rendah
pembelajaran
siswa
Guru belum
melaksanakanmemudahkan
pembelajaran
aktif menerima konsep yang harus
Kondisi Awal

dikuasainya maka secara otomatis langkah yang efektif untuk menyampaikan


suatu materi ajar.
Siklus I
Melaksanakan pembelajaran aktif
pada kelompok

Secara grafis pemikiran yang dilakukan oleh peneliti dapat digambarkan

Guru melaksanakan pembelajaran aktif


Tindakan yang dilakukan
dengan bentuk diagram sebagai berikut :

Siklus II
Melaksanakan pembelajaran aktif
pada kelompok kecil

Hipotesis
Dugaan bahwa pembelajaran aktif dapat meningkatkan penguasaan materi
Siklusmateri
II
23 aktif dapat meningkatkan penguasaan
Melalui strategi pembelajaran
Kondisi Akhir
Melaksanakan
yang diharapkan
pembelajaran aktif
pada kelompok kecil

Gambar 1
Diagram kerangka berpikir.
D. Hipotesis Tindakan

Dari uraian pada kajian teori yang telah dipaparkan maka dapat disusun
hipotesis tindakan sebagai berikut: Melalui strategi pembelajaran aktif dapat
meningkatkan efektifitas pembelajaran materi bilangan bagi siswa kelas
VII-H di SMP Negeri 1 Panumbangan Kabupaten Ciamis tahun pelajaran
2010-2011.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN

A. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian

24

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan mengambil lokasi di


SMP Negeri 1 Panumbangan Kabupaten Ciamis dengan pertimbangan : (a)
Di SMP Negeri 1 Panumbangan Kabupaten Ciamis nilai matematika
semakin menurun sehingga perlu adanya penelitian tentang pendekatan
pembelajaran yang paling efektif sehingga prestasi matematika siswa pada
program tersebut sesuai dengan harapan, (b) kemudahan dalam
pelaksanaan penelitian karena peneliti merupakan staf pengajar di SMP
Negeri 1 Panumbangan Kabupaten Ciamis, (c) Adanya ikatan batin yang
baik antara peneliti dengan seluruh warga sekolah.
2. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dari bulan Agustus 2010 sampai
dengan bulan September 2010, menggunakan jenis perlakuan tindakan
kelas ( class room action research ) dengan menggunakan 2 siklus.
B. Subyek Penelitian

Subyek dari penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VII-H
semester 1 di SMP Negeri 1 Panumbangan Kabupaten Ciamis tahun ajaran
2010-2011. Pengambilan subyek penelitian ini didasarkan pada kondisi kelas
yang mampu mewakili siswa kelas VII-H semester 1 secara keseluruhan, kelas
VII-H ini dipilih sebagai obyek dikarenakan peneliti ingin mencari suatu
strategi pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan penguasaan materi
bilangan bagi para siswa yang dalam belajarnya menggunakan program
percepatan.

C. Tehnik dan Alat Pengumpul Data

Dalam penelitian tindakana kelas ini dalam pengumpulan data digunakan


berbagai tehnik antara lain :

25

1. Tes Tertulis

Tes tertulis disini digunakan untuk mengumpulkan data siswa berkenaan


hasil penguasan materi bilangan yang dikuasai siswa, setelah siswa
mengikuti suatu proses perlakuan yang dilakukan oleh peneliti, sehingga
didapatkan hasil yang akurat dan dapat menggambarkan secara jelas
kemampuan siswa dalam menguasai materi bilangan tersebut.
2. Alat Pengumpul Data

Untuk mengetahui kemampuan yang dukuasai siswa dalam penguasaan


materi yang dijadikan objek penelitian ini, peneliti menggunakan alat yang
berupa tes tertulis yang telah dirancang oleh peneliti sesuai dengan tujuan
yang telah tertuang didalam kisi-kisi soal.
3. Deskripsi Perilaku Ekologis

Pada teknik ini peneliti mencatat observasi dan pemahaman urutan


perilaku siswa dengan lengkap meliputi :
a. Suasana kelas
b. Perlilaku masing-masing siswa saat mengikuti pembelajaran di dalam

kelas
Pada penggunaan metode ini peneliti hanya untuk mengumpulkan data dan
bukan untuk menafsirkan data.

D. Validasi Data

Penelitian ini dipergunakan untuk mencari suatu strategi pembelajaran yang


tepat untuk meningkatkan penguasaan materi bilangan secara efektif dan
efisien, sehingga arah penelitian ini yaitu mengaktifkan dan member
kefahaman pada siswa dalam penguasaan materi bilangan dengan efektif, dan
untuk pengukuran masalah tersebut peneliti menggunakan alat pengumpul

26

data yang berupa tes tertulis yang berupa soal dan dilengkapi dengan kisi-kisi
soal secara lengkap.
Pada penelitian tindakan kelas ini proses validasi data dilakukan dengan
meminta penilaian terhadap para ahli dan praktisi berkenaan dengan isi dan
kisi-kisi dari tes tertulis yang digunakan sebagai alat pengumpul data,
sehingga alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam
penelitian ini kevalidannya benar-benar dapat dipertanggung jawabkan.
E. Indikator Keberhasilan

Hasil penelitian tindakan kelas ini tercapai sesuai dengan harapan bila dalam
penelitian ini :
1. Penguasaan materi bilangan kelas VII-H semester 1 di Sekolah

Menengah Pertama Negeri 1

Panumbangan Kabupaten Ciamis pada

akhir penelitian ini meningkat hingga mencapai 90% siswa telah


mencapai nilai diatas batas ketuntasan minimal.
2. Penggunaan strategi pembelajaran aktif merupakan strategi yang efektif

untuk mengajarkan materi bilangan, dalam hal ini ditandai dengan


peningkatan hasil nilai yang didapatkan masing-masing siswa.

F. Prosedur Penelitian Tiap Siklus

Sebelum mengadakan tindakan pada penelitian ini, maka peneliti


mengadakan observasi cara mengajar guru dalam kelas serta mencari data
kemampuan awal penguasaan materi bilangan dari siswa.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwasannya pada penelitian
tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus namun bila dari dua siklus yang
direncanakan masih terdapat masalah yang harus dipecahkan maka dapat
dilanjutkan dengan siklus berikutnya.

27

Pelaksanaan prosedur penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah


sebagai berikut :
1. Deskripsi siklus I
a. Tahap perencanaan tindakan

Dalam tahap perencanaan tindakan pada siklus ini, kegiatan yang


dilakukan adalah :
1) Peneliti menyusun silabus yang berkaitan dengan materi bilangan.
2) Peneliti

merancang

skenario

pembelajaran

yang

dapat

mengaktifkan secara kelompok besar.


3) Merancang alat pengumpul data yang berupa tes dan digunakan

untuk mengetahui pemahaman kemampuan siswa yang berkaitan


dengan materi bilangan.
b. Tahap pelaksanaan tindakan
1) Pada siswa diberikan penjelasan umum tentang tujuan penelitian

tindakan kelas sesuai dengan rancangan yang telah direncanakan,


baik mengenai pengumpulan data maupun kegiatan-kegiatan yang
lain. Kegiatan dalam peneliltian tindakan kelas ini meliputi : (a)
Memberikan penjelasan secara umum tentang pokok bahasan yang
diajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif dengan
tehnik menstimulir rasa ingin tahu siswa, (b) mendorong siswa
yang belum aktif untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran, (c)
mengamati dan mencatat siswa yang berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran, (d) mengumpulkan hasil pengujian yang diperoleh
siswa dalam mengerjakan tugas, (e) menganalisa hasil tes yang
diberikan setelah siswa diajar dengan tehnik menstimulir secara
kelompok besar.

28

2) Peneliti mengajar sesuai dengan skenario pembelajaran klasikal

yang telah dirancang dan mencatat kegiatan-kegiatan yang


dilakukan oleh masing-masing siswa.
3) Peneliti memberikan evaluasi pada siswa untuk mengetahui

pemahaman siswa berkaitan dengan materi bilangan.

c. Tahap observasi tindakan

Peneliti mengamati dan mencatat semua kejadian yang terjadi pada


saat siswa mengikuti pengajaran dan menanyakan pada siswa yang
kurang aktif dalam pembelajaran tentang kesulitan-kesulitan yang
dihadapinya.
d. Tahap refleksi

Peneliti menganalisa hasil pekerjaan siswa dan hasil observasi yang


dilakukan pada siswa guna menentukan langkah berikutnya.
Peneliti membuat pengelompokan siswa didasarkan pada hasil yang
didapatkan siswa pada evaluasi yang dilakukan.

2. Deskripsi siklus II
a. Tahap perencanaan tindakan
1) Mempersiapkan fasilitas dan sarana yaitu dengan membuat

kelompok siswa dengan penyebaran siswa yang menguasai materi


awal yaitu materi yang telah disampaikan pada siklus I.
2) Membuat pengurus pada masing-masing kelompok mencakup

fasilitator, pencatat, juru bicara dan pengatur waktu.


3) Membuat bahan ajar yang akan disampaikan pada masing-masing

kelompok untuk didiskusikan.

29

b. Tahap pelaksanaan tindakan


1) Peneliti memberikan penjelasan tentang pokok bahasan bilangan

yang akan dipelajari serta menjelaskan kegiatan yang akan


dilaksanakan

berkaitan

dengan

pengajaran

dalam

tehnik

menstimulir siswa untuk belajar bersama dalam kelompok.


2) Siswa yang menguasai pada materi awal di siklus I dimohonkan

mempimpin pembahasan bahan ajar yang diberikan peneliti.


Bahan ajar yang diberikan berisi tugas memecahkan masalah
tindak lanjut dari siklus I.
3) Memberi kesempatan pada masing-masing kelompok untuk

menyajikan hasil diskusi.


4) Pembahasan materi ajar yang siswa dalam satu kelas mengalami

kesulitan ataupun salah dalam apersepsinya.


5) Memberikan evaluasi pada siswa untuk mengetahui kemampuan

siswa dalam menguasai pengerjaan soal integral.


c. Tahap observasi tindakan
1) Peneliti mencatat hasil-hasil yang diperoleh anak didik serta

mencatat kesalahan-kesalahan yang dilakukan anak didik dalam


mengerjakan masalah yang berkaitan dengan bahan ajar yang
diberikan.
2) Peneliti mencatat kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa

dalam menyelesaikan masalah pada bahan ajar yang diberikan.


d. Tahap refleksi

Peneliti membuat interventarisasi kesulitan yang dilakukan siswa


dalam menyelesaikan masalah pada bahan ajar yang diberikan serta

30

mendata siswa yang telah mampu menyelesaikan soal evaluasi dan


mampu mendapatkan nilai diatas standar ketuntasan belajar.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

31

A. Diskripsi Awal

Sebelum penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan, maka peneliti


mengadakan observasi dan pengumpulan data dari kondisi awal
kelas yang akan diberi tindakan, yaitu kelas VII-H di SMP Negeri
1 Panumbangan Kabupaten Ciamis, tahun pelajaran 2010-2011.
Pengetahuan awal ini perlu diketahui agar kiranya penelitian ini
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh peneliti, apakah benar
kiranya kelas ini perlu diberi tindakan yang sesuai dengan apa yang
akan diteliti oleh peneliti yaitu penerapan strategi pembelajaran
aktif untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran materi bilangan.
Untuk mengungkapkan kondisi awal dari kelas yang menjadi objek
tindakan kelas ini maka peneliti melakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Perencanaan

Untuk mengetahui kondisi awal dari kelas VII-H di SMP


Negeri 1 Panumbangan Kabupaten Ciamis tahun pelajaran
2010-2011 maka peneliti merencanakan observasi langsung
pada

pengajaran

yang

dilakukan

oleh

guru

pengajar

matematika pada saat mengajarkan materi operasi bilangan


bulat.

Observasi langsung pada pengajaran yang dilakukan guru


dilakukan untuk mengetahui strategi pembelajaran yang
digunakan oleh guru pengajar saat menyampaikan materi sifatsifat operasi bilangan bulat.

32

Peneliti membantu guru pengajar menyiapkan alat tes yang


akan digunakan sebagai alat untuk mengukur kemampuan
penguasaan awal materi bilangan dari siswa.
2. Pelaksanaan

Pelaksanaan untuk mengukur kemampuan awal siswa


dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 10 Agustus 2010 di
awali

pengajaran

yang

dilakukan

oleh

guru

pengajar

Matematika kelas VII-H di SMP Negeri 1 Panumbangan


Kabupaten Ciamis yang mengajarkan sifat-sifat operasi
bilangan bulat dengan menggunakan metode ceramah. Pada
pembelajaran ini peneliti mengamati kejadian-kejadian yang
terjadi secara rinci pada saat pembelajaran.
Dalam penyampaian materi operasi bilangan bulat guru
memerlukan waktu 1 jam pelajaran dan 15 menit untuk
pemberian contoh, selanjutnya guru memberikan posttest
dengan menggunakan soal yang telah dirancang sebelumnya.
Pada pelaksanaan ini peneliti mengawasi kerja siswa dalam
mengerjakan soal yang diberikan, sehingga keakuratan dari
hasil pengawasan dapat dipertanggung jawabkan.
Pada pelaksanaan post test ini siswa mengerjakan soal yang diberikan
selama 30 menit.
3. Hasil Pengamatan

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa


pada pengajaran yang dilakukan, guru masih menggunakan cara
pengajaran yang tradisional yaitu guru sebagai pusat pembelajaran dan

33

pengajaran materi sifat-sifat operasi bilangan bulat tersebut diajarkan


dengan menggunakan metode ceramah.
Pada

pembelajaran

berlangsung

terlihat

siswa

asyik

dengan

kegiatannya sendiri yang tidak ada kaitannya dengan apa yang


disampaikan oleh guru pengajar.
Dan hasil pengerjaan siswa pada alat tes yang telah dirancang oleh
guru setelah diadakan koreksi maka didapatkan hasil yang kurang
memuaskan. Hasil koreksi tes awal dari 36 siswa didik yang ada di
kelas tersebut didapatkan hasil, 7 siswa mendapatkan nilai kurang dari
60, 11 siswa mendapatkan nilai antara 60 hingga 70, sedangkan siswa
yang telah tuntas atau mendapatkan nilai di atas batas ketuntasan
minimal ada 19 siswa. Dari paparan hasil nilai yang didapatkan siswa
maka tampak bahwa yang mencapai ketuntasan belajar hanya 52,78%.
4. Refleksi

Dari kondisi awal yang ada tersebut maka perlu diadakan suatu tindakan untuk mengangkat kemampuan penguasaan materi bilangan dari

Siswa kelas VII-H di SMP Negeri 1 Panumbangan Kabupaten Ciamis


Berdasarkan Tanya jawab yang dilakukan peneliti terhadap siswa,
terungkap bahwa siswa mempunyai kelemahan pada pengembangan skill
pengerjaan suatu masalah bilangan karena kurangnya siswa diberi
kesempatan untuk berlatih dalam menyelesaikan masalah-masalah,
sehingga siswa minta untuk diberi kesempatan untuk menyelesaikan
masalah sebelum guru mengajar menyelesaikannya.
Bertolak dari kondisi awal tersebut maka peneliti merenakan tindakan
penelitian

dengan

menerapkan

34

strategi

pembelajaran

aktif

pada

pembelajaran materi bilangan di kelas VII-H dengan memperlakukan


pembelajaran aktif pada kelompok.

B. Diskripsi Siklus I
1. Perencanaan

Untuk melakukan penelitian pada siklus I ini peneliti beserta guru pengajar
merencanakan tindakan yang meliputi:
1. Membuat silabus materi pembelajaran bilangan
2. Membuat rancangan program pengajaran yang diperuntukan

untuk

pengajaran pada kelompok besar. Rancangan program yang dibuat


digunakan untuk pengajaran 2 x 40 menit dengan rincian (1) apresiasi
10 menit (2)

Kegiatan inti berisi pengerjaan lembar kerja dan

mengaktifkan siswa dengan metode Tanya jawab selama 40 menit (3)


penutup 5 menit (4) evaluasi 30 menit.
3. Membuat lembar kerja siswa yang digunakan untuk mengaktifkan

siswa dalam belajar dengan penyusunan tahap demi tahap yang


membawa siswa dalam penemuan masalah atau penyelesaian suatu
masalah.
4. Membuat alat evaluasi yang digunakan untuk mendapatkan data

kemampuan

siswa

setelah

mendapatkan

tindakan

dengan

menggunakan strategi pembelajaran yang diperuntukkan untuk


kelompok besar.

35

5. Membuat solusi dan langkah untuk disampaikan pada siswa berkaitan

kelemahan siswa dalam menyelesaikan masalah yang telah diujikan


oleh guru pengajar.
2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan pada hari selasa tanggal


10 Agustus 2010, peneliti melakukan kegiatan sesuai dengan apa yang
telah direncanakan, dimulai dengan penjelasan pada siswa tentang
kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa dalam mengikuti kegiatan.
Berdasarkan informasi yang telah didapatkan peneliti pada saat observasi
pengajaran

yang

dilakukan

oleh

guru

pengajar

maka

peneliti

menyampaikan kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang dilakukan


siswa dalam menyelesaikan materi bilangan yang diujikan dengan
menggunakan metode tanya jawab.
Peneliti membagikan lembar kerja yang telah dirancang oleh peneliti
untuk diselesaikan siswa secara keseluruhan dan peneliti berkeliling
untuk mengamati cara kerja siswa serta membantu siswa yang
mengalami masalah dalam menyelesaikan lembar kerja yang
dibagikan.
Pada saat pelaksanaan menyelesaikan lembar kerja siswa tampak
beberapa siswa saling komunikasi dengan teman terdekatnya tentang
cara penyelesaian dari lembar kerja yang dibagikan.
Sambil berkeliling peneliti mencatat hambatan-hambatan yang
terjadi pada saat siswa mengerjakan lembar kerja tersebut selain itu
peneliti juga mencatat siswa-siswa yang aktif dan mampu dalam
menyelesaikan masalah yang diberikan oleh peneliti.

36

Peneliti

memerintahkan

pada

siswa

yang

telah

mampu

memecahkan masalah yang masih menjadi masalah pada sebagian


besar siswa, untuk dijelaskan pada temannya cara memecahkan
masalah tersebut.
Pada akhir pengajaran yaitu 10 menit terakhir dari pembelajaran
peneliti memberikan post test yang harus diselesaikan oleh seluruh
siswa secara individual.
3. Hasil Pengamatan

Setelah lembar kerja yang mengarah siswa untuk menemukan suatu


masalah bilangan dibagikan maka tampak siswa antusias dalam
mengerjakan lembar kerja tersebut.
Pada pengerjaan lembar kerja yang dibagikan ini tak terlihat adanya
siswa yang bermain-main ataupun asyik mengerjakan yang lain,
semuanya asyik dalam mengerjakan lembar kerja yang dibagikan.
Pada pelaksanaan pengerjaan lembar kerja tersebut tampak adanya
siswa yang mengalami hambatan dalam menyelesaikan bertanya pada
teman terdekatnya, namun ada pula siswa yang mengalami hambatan
dalam mengerjakan lembar kerja tersebut langsung bertanya kepada
peneliti dan guru pengajar.
Pada pengerjaan lembar kerja ditemukan siswa yang belum memahami
konsep dasar penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
Pada post test yang diberikan setelah dikoreksi oleh guru didapatkan
hasil sebagai berikut :
Dari 36 siswa yang ada, 11 siswa mendapatkan nilai kurang dari 70
sedang 25 siswa telah mendapatkan nilai diatas batas tuntas, hal ini
beraarti 69,94% siswa telah mampu.

37

4. Refleksi

Dengan melihat titik lemah yang terjadi pada sebagian kecil siswa
berkenaan konsep dasar bilangan maka perlu diadakan penjelasan yang
mendasar pada anak-anak yang mengalami hambatan dengan
memanfaatkan teman yang telah memahami konsep dasar bilangan
tersebut

untuk

menjelaskannya.

Mendata

siswa

yang

punya

kemampuan lebih dan mampu untuk menyampaikan materi yang


dikuasainya kepada temannya.
Perlunya dibentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 siswa,
untuk berkolaborasi dalam belajar dan dipimpin oleh anak yang punya
kemampuan

lebih

dan

mampu

menyampaikan

materi

yang

dikuasainya.

C. Diskripsi Siklus II
1. Perencanaan

Pada perencanaan siklus II ini peneliti dan guru merencanakan


tindakan sebagai berikut :
a. Membuat kelompok kecil yang terdiri dari 4 anak dan masing-

masing kelompok dipimpin oleh anak yang dipilih dari anak yang
punya kemampuan lebih dan mampu memimpin.
b. Membuat rancangan pembelajaran materi bilangan sub bahasan

persamaan bilangan sederhana untuk kelompok kecil yang


dipergunakan bagi pengajaran selama 80 menit.
c. Membuat 2 lembar kerja yang dipergunakan untuk diskusi

kelompok

38

d. Merencanakan alat evaluasi yang berupa soal tes yang digunakan

untuk mengukur kemampuan siswa.


2. Pelaksanaan Tindakan

Seperti yang telah direncanakan maka peneliti melaksanakan tindakan


siklus II pada hari selasa 7 September 2010 dengan materi bahasan
operasi penjumlahan dan pengurangan, pada tindakan di siklus II
ini diawali penjelasan kepada siswa tentang prosedur yang akan
dilaksanakan pada pembelajaran untuk kelompok kecil.
Peneliti membagi kelompok yang terdiri dari 4 siswa dan menentukan
ketua dari masing-masing kelompok tersebut, selanjutnya siswa
berkumpul menurut kelompok masing-masing.
Setelah siswa telah berkumpul dengan kelompoknya maka peneliti
membagikan lembar kerja siswa untuk didiskusikan bersama dari
masing-masing kelompok, pada saat siswa mulai berdiskusi peneliti
berkeliling untuk mencatat kesalahan-kesalahan yang dilakukan
kelompok untuk dibimbing serta mencatat siswa-siswa yang pasif agar
bisa diajak aktif oleh kelompoknya.
Setelah waktu yang ditentukan pada lembar kerja habis maka peneliti
meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya
dan

kelompok

lain

diminta

menanggapi

apa

yang

telah

dipresentasikan, pada kesempatan ini peneliti memandu jalannya


diskusi dan bersama-sama siswa merumuskan jawaban. Kemudian
siswa secara individu diberikan post test.
3. Hasil Pengamatan

Pada pelaksanaan siklus II ini tampak sekali bahwa siswa sangat


antusias dalam mengerjakan tugas kelompok, semua siswa terlihat

39

aktif bersama kelompoknya dalam menyelesaikan lembar kerja yang


diberikan peneliti.

Pada saat diskusi pembahasan materi yang diberikan satu kelompok


untuk ditanngapi oleh kelompok lain, kadang terlihat perbedaan pola
berpikir dari masing-masing individu dalam menyampaikan ide
pemecahan masalah yang diberikan.
Berdasarkan evaluasi yang dilaksanakan setelah dikoreksi didapatkan
hasil yang sesuai dengan indikator pencapaian hasil yang diharapkan
karena dari 36 siswa yang ada dalam kelas VII-H tersebut hanya
terdapat 3 siswa yang mendapat nilai bawah batas ketuntasan minimal,
sehingga prosentase siswa yang telah tuntas adalah 91,67%.

4. Refleksi

Dari hasil evaluasi yang diberikan selama 1 jam pelajaran atau 40


menit ternyata 33 siswa telah mampu mendapatkan nilai diatas batas
ketuntasan minimal namun masih terlihat kesalahan yang dibuat oleh
siswa dikarenakan faktor kekurangan telitian siswa dalam bekerja.
Masalah skill dan kecermatan dalam mengambil langkah pengerjaan
masih perlu ditingkatkan agar penguasaan materi bilangan dapat lebih
baik lagi.
Keaktifan dari ssiwa secara keseluruhan telah sesuai yang diharapkan
oleh peneliti karena dalam mengerjakan lembar kerja secara kelompok
ini 99% telah aktif dalam pembahasan lembar kerja yang diberikan.

40

D. Diskripsi antar Siklus

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan mulai pemantauan keadaan awal


hingga pelaksanaan tindakan pada siklus II maka dapat digambarkan
seperti di bawah :
No.

Indikator

1.

Siswa dapat menyatakan sifat-sifat


bilangan

2.

Siswa dapat melakukan


penjumlahan bilangan bulat untuk
menyelesaikan masalah

3.

Siswa dapat menyelesaikan


pengurangan bilangan bulat

Presentasi yang dicapai


Awal

Siklus I

Siklus II

53,57%

71,43%

96,43%

67,85%

89,29%

92,85%

E. Pembahasan dan Kesimpulan

Dari tabel antar siklus di atas tampak adanya hasil dari masing-masing
indikator yang harus dikuasai siswa setelah diberi tindakan mengalami
peningkatan yang sangat luar biasa. Peningkatan hasil penguasaan materi
bilangan ini bila dilihat dari tindakan yang dilakukan telah sesuai dengan
pendapat vygotsky, aktivitas kalaboratif (perpaduan) diantara anak-anak
akan mendukung dan membantu dalam pertumbuhan mereka, karena anakanak yang seusia lebih senang bekerja dengan orang yang satu zone (zone
of proximal development, zod) dengan yang lain, artinya proses muncul
ketika ada ketertarikan antar sesama anggota kelompok yang seusia. Jika
anak nyaman dalam belajarnya maka akan diperoleh hasil belajar yang
baik. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada

41

siswa, yakni mempelajari materi pembelajaran, berdiskusi untuk


memecahkan masalah atau gugus. Dengan interaksi yang efektif
dimungkinkan semua anggota kelompok dapat menguasai materi pada
tingkat setara.

BAB V

42

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

Dari penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan pada siswa kelas VII-H
semester 1 di SMP Negeri 1 Panumbangan Kabupaten Ciamis ini, maka
dapatditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dengan

membawa siswa aktif dalam pembelajaran akan dapat

meningkatkan penguasaan materi bilangan bulat dari siswa yang


bersangkutan.
2. Pembelajaran aktif merupakan strategi yang efektif untuk menyampaikan

materi bilangan bulat bagi siswa.


3. Pembelajaran dalam kelompok kecil dapat meningkatkan kemampuan

penguasaan materi matematika dari siswa, selain itu dengan kelompok


kecil ini kerjasama diantara siswa dapat tercipta dengan lebih baik.
4. Penggunaan lembar kerja untuk membawa siswa agar aktif dalam belajar

merupakan langkah yang efektifbagi siswa karena siswa dapat


bersosialisasi dan saling bertukar informasi dan ide atau langkah-langkah
kerja untuk menyelesaikan suatu masalah dengan teman sebayanya, hal ini
sesuai dengan pendapat dari Vygotsky, aktifitas kolaboratif (perpaduan)
diantara anak-anak akan mendukung dan membantu dalam pertumbuhan
mereka, karena anak-anak yang seusia lebih senang bekerja dengan orang
yang satu zone (zone of proximal development, zod) dengan yang lain,
artinya proses muncul ketika ada ketertarikan antar sesama anggota
kelompok yang seusia.

B. Saran

43

Setelah mengadakan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas VII-H ini
maka disarankan pada :
1. Guru dalam mengajar perlu memperhatikan paradigma-paradigma baru

sehingga dalam mengajar tidak monoton.


2. Guru perlu merancang pembelajaran dengan sebaik-baiknya dengan

menggunakan strategi yang tepat sesuai dengan kondisi dan situasi siswa
yang akan diberi pelajaran.
3. Guru dalam mengajar perlu menjadikan siswa sebagai jiwa dengan potensi

yang lebih, sehingga guru cukup sebagai fasilitator agar siswa dapat
mengembangkan kemampuannya dengan sebaik-baiknya.
4. Guru perlu mencari strategi yang efektif untuk mengajarkan materi

tertentu sesuai dengan situasi dan kondisi dari siswa dan materi yang akan
diajarkan.

DAFTAR PUSTAKA
Daniel Muijs dan David Reynolds, 2008. Effective Teaching Teori dan Aplikasi
(Edisi ke-2) Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

44

Russeffendi, 1988. Pengantar kepada membantu guru mengembangkan


kompetensinya dalam pengajaran matematika untuk
meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito
Nana Sudjana, 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT
Remaja RoSMPPakarya.
Andi Hakim Nasution, 1982. Landasan Matematika. Jakarta : Bharata Karya
Aksara.
Gagne, Robert M and Leslie J. Briggs, 1978. Principles of Instructional Design.
2nd Ed. New York : Holt Rinehart and Winstons.
Hisyam Zaini, Bermawy Munthe & Sekar Ayu Aryani, 2007. Strategi
Pembelajaran Aktif. CTSMP, IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Subana dan Sudrajat, 2005. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung : Pustaka
Setia.
Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.
Sumantri Mulyani, 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Universitas
Terbuka.
Sutadi Rusda Koto, 1996. Belajar dan Pembelajaran. IKIP Press.

45

You might also like