You are on page 1of 8

Diare Akut

Diare akut didefinisikan sebagai defekasi dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya, yang berlangsung kurang dari 15
hari. Pada anak dengan diare, kandungan air di dalam tinja lebih dari 10ml/kg/hari,
sedangkan pada dewasa lebih dari 200g/hari atau 200ml/24jam.
Patomekanisme

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:


1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu ( misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena
terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan kesempatan usus untuk menyerap makanan,
sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri
tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulakan diare pula.
Patogenesis
Virus dapat secara langsung merusak vili usus halus sehingga mengurangi luas
permukaan usus halus dan mempengaruhi mekanisme enzimatik yang mengakibatkan
terhambatnya perkembangan normal vili enterocytes dari usus kecil dan perubahan dalam
struktur dan fungsi epitel. Perubahan ini menyebabkan malabsorbsi dan motilitas abnormal dari
usus selama infeksi rotavirus 7.
Bakteri mengakibatkan diare melalui beberapa mekanisme yang berbeda. Bakteri non
invasive (vibrio cholera, E.coli patogen) masuk dan dapat melekat pada usus, berkembang baik
disitu, dan kemudian akan mengeluarkan enzim mucinase (mencairkan lapisan lendir), kemudian
bakteri akan masuk ke membran, dan mengeluarkan sub unit A dan B, lalu mengeluarkan cAMP
yang akan merangsang sekresi cairan usus dan menghambat absorpsi tanpa menimbulkan
kerusakan sel epitel. Tekanan usus akan meningkat, dinding usus teregang, kemudian terjadilah
diare 8.
Bakteri invasive (salmonella spp, shigella sp, E.coli invasive, campylobacter)
mengakibatkan ulserasi mukosa dan pembentukan abses yang diikuti oleh respon inflamasi.
Toksin bakteri dapat mempengaruhi proses selular baik di dalam usus maupun di dalam usus.
Enterotoksin Escherichia coli yang tahan panas akan mengaktifkan adenilat siklase, sedangkan
toksin yang tidak tahan panas mengaktifkan guanilat siklase. E.coli enterohemoragik dan
Shigella menghasilkan verotoksin yang menyebabkan kelainan sistemik seperti kejang dan
sindrom hemolitik uremik 8.

Sebagai akibat diare akut maupun kronik akan terjadi :

1. Kehilangan air (dehidrasi)


Dehidrasi terjadi kehilangan air (output ) lebih banyak daripada pemasukan (input),
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)
Terjadi karena :
a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja
b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton
tertimbun dalam tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoreksia jaringan.
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan
oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria).
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernafasan, pernafasan
bersifat cepat, teratur dan dalam (pernafasan Kuszmaull)
3. Hipoglikemia
Hal ini terjadi karena :
a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu.
b. Adanya gangguan absopsi glukosa (walaupun jarang).
Gejala hipoglikemi akan muncul jika kada glukosa darah menurun sampai 40 mg % pada
bayi dan 50 mg % pada anak-anak. Gejala hipoglikemi tersebut dapat berupa : lemas,
apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.
4. Gangguan Gizi
Hal ini disebabkan :
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan / muntahnya akan
bertambah hebat.
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dan susu yang encer ini
diberikan terlalu lama.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsopsi dengan baik karena
adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi darah
berupa renjatan (shock) hipovolemik.Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia,

asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan pendarahan dalam otak, kesadaran menurun
(soporokomatosa) dan bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal 9.
Semua akibat diare cair diakibatkan karena kehilangan air dan elektrolit tubuh melalui
tinja. Dehidrasi adalah keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan volume darah
(hipovolemia), kolaps kardiovaskular dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Ada tiga
macam dehidrasi :
1. Dehidrasi isotonik
Ini adalah dehidrasi yang sering terjadi karena diare. Hal ini terjadi bila kehilangan air dan
natrium dalam proporsi yang sama dengan keadaan normal dan ditemui dalam cairan
ekstraseluler.
2. Dehidrasi Hipertonik
Beberapa anak yang diare, terutama bayi sering menderita dehidrasi hipernatremik. Pada
keadaan ini didapatkan kekurangan cairan dan kelebihan natrium. Bila dibandingkan dengan
proporsi yang biasa ditemukan dalam cairan ekstraseluler dan darah. Ini biasanya akibat dari
pemasukan cairan hipertonik pada saat diare yang tidak di absopsi secara efisien dan pemasukan
air yang tidak cukup.
3. Dehidrasi Hipotonik
Anak dengan diare yang minum air dalam jumlah besar atau yang mendapat infus 5 %
glukosa dalam air, mungkin bisa menderita hiponatremik. Hal ini terjadi karena air diabsopsi dari
usus sementara kehilangan garam (NaCl ) tetap berlangsung dan menyebabkan kekurangan
natrium dan kelebihan air.6

Gejala Klinik

Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja makin cair, mungkin mengandung darah
dan/ atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu. Karena
seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama makin menjadi asam
akibat banyaknya asam laktat, yang terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi
oleh usus.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Bila penderita telah banyak
kehilangan air dan elektrolit terjadilah gejala dehidrasi. Berat badan turun, pada bayi ubun-ubun
besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir terlihat kering.1,3
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :
a. Kehilangan berat badan 9
a. Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2 %.
b. Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan berat badan 2 - 5 %.
c. Dehidrasi sedang, bila terjadi penurunan berat badan 5 10 %.
d. Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan berat badan 10 %.
b.Skor Maurice king 9
Tabel I. Penentuan derajat dehidrasi berdasarkan sistem Maurice king
Bagian tubuh yang
0

diperiksa
Keadaan umum

Nilai Untuk gejala yang ditemukan


1

Sehat

Gelisah,

cengeng, Mengigau,

apatis, ngantuk

atau syok

koma

Kekenyalan kulit

Normal

Sedikit kurang

Sangat kurang

Mata

Normal

Sedikit cekung

Sangat cekung

Ubun-ubun besar

Normal

Sedikit cekung

Sangat cekung

Mulut

Normal

Kering

Kering dan sianosis

Sedang (120-140)

Lemah > 140

Denyut

nadi

Kuat < 120

menit
Ket : Nilai 0-2 = dehidrasi ringan, nilai 3-6 = dehidrasi sedang, nilai 7-12 = dehidrasi berat
c. Menurut WHO (1980)
Tabel II. Modifikasi petunjuk dalam menentukan derajat dehidrasi menurut WHO (1980).
Tanda dan Gejala
1.Keadaan umum

Dehidrasi ringan

Dehidrasi sedang

Dehidrasi berat

Haus, sadar, gelisah

Haus, gelisah, atau

Mengantuk, lemas,

letargi tetapi iritabel

ektremitas dingin,

dan kondisi :
- Bayi dan anak
Kecil

berkeringat,
sianotik, mungkin
- Anak lebih besar

Haus, sadar, gelisah

dan dewasa

Haus, sadar, merasa

koma

pusing pada

Biasanya sadar,

perubahan

gelisah, ektremitas
dingin, berkeringat
dan sianotik, kulit
jari-jari tangan dan
kaki berkeriput,

Cepat dan lemah


2.Nadi radialis

Normal

kejang otot.
Cepat, halus,

Dalam, mungkin

kadang-kadang

3.Pernafasan

Normal

cepat

tidak teraba

4.Ubun-ubun besar

Normal

Cekung

Dalam dan cepat

5.Elastisitas kulit

Pada pencubitan,

Lambat

Sangat cekung

elsatisitas kembali

Sangat lambat ( >2

segera

detik)
Cekung

6.Mata

Normal

Kering

Sangat cekung

7.Air mata

Ada

Kering

Sangat kering

8.Selaput lendir

Lembab

Berkurang dan

Sangat kering

9.Pengeluaran urin

Normal

warna tua

Tidak ada urin untuk


beberapa jam,
kandung kencing
kosong

Normal-rendah
10.Tekanan darah

Normal

< 80 mmHg,
mungkin tidak

sistolik

teratur
6-9%

% kehilangan
berat

45%

10 % atau lebih
60 90 ml/kg

Prakiraan kehilangan

40 50 ml/kg

100 110 ml/kg

cairan
Pembagian dehidrasi menurut Modul Pelatihan Diare. UKK Gastro-Hepatologi IDAI. 2009
Kategori
Dehidrasi Berat

Dehidrasi Tak Berat

Tanpa Dehidrasi

Tanda dan Gejala


Dua atau lebih tanda berikut:

Letargi atau penurunan kesadaran

Mata cowong

Tidak bisa minum atau malas minum

Cubitan perut kembali dengan sangat lambat ( 2 detik)


Dua atau lebih tanda berikut:

Gelisah

Mata Cowong

Kehausan atau sangat haus

Cubitan kulit perut kembali dengan lambat


Tidak ada tanda gejala yang cukup untuk mengelompokkan dalam dehidrasi
berat atau tidak berat

Pemeriksaan Tambahan

Darah tepi lengkap

Eritrosit: anemia

Leukosit: normal atau limfositosis (virus), leukositosis (bakteri invasiv)

Kadar elektrolit

Pemeriksaan tinja

Penanganan

Rehidrasi:

Oral: jika pasien tidak muntah, beri oralit

Parenteral: jika tidak bisa makan, ada muntah atau dehidrasi berat

Asupan nutrisi: makanan kaya serat, pasien tidak boleh puasa (kecuali bila
muntah-muntah hebat)

Obat anti-diare: loperamide (tidak dianjurkan pada diare infektif,


memperpanjang waktu transit bakteri)

Atasi kausa: antibiotik, antiviral, antiparasit

Upaya pencegahan diare


1. Penggunaan ASI
Feachem dan koblinsky (1983) telah mengumoulkan data penelitian dari 14 negara
mengenai dampak pemberian ASI terhadap morbiditas dan mortalitas dan menyimpulkan
bahwa peningkatan penggunaan ASI akan menurunkan morbiditas sebesar 6-20 % dan
mortalitas 24 27 % selama 6 bulan pertama kehidupan. Untuk bayi dan anak balita
penurunan morbiditas sebesar 1-4 % dan mortalitas 8 9 %.
2. Perbaikan pola penyapihan
Hal ini disebabkan karena (1) tercemarnya makanan dan minuman oleh bakteri, (2)
rendahnya kadar kalori dan protein, (3) tidak tepatnya pemberian makanan, (4) kurang
sabarnya ibu memberikan makanan secara sedikit-sedikit tetapi sering.
3. Imunisasi campak
Program imunisasi campak mencakup 60 % bayi berumur 9 11 bulan, dengan efektivitas
sebesar 85 %, dapat menurun morbiditas diare sebesar 1,8 % dan mortalitas diare sebesar 13
% pada bayi dan anaki balita.
4. Perbaikan higiene perorangan
Amerika serikat menunjukan bahwa kebiasaan mencuci sebelum makan, dan sebelum masak dan
setelah buang air kecil atau buang air besar dapat menurunkan morbiditas diare sebesar 14 48%

You might also like