Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Kelompok 4
Khoirul Ramadhan., S.Kep
Yosyita Rahmah., S.Kep.
Muhammad Rofiq, S.Kep.
(082311101031)
(102311101004)
(102311101085)
Sasaran
Hari/Tgl
A. Latar Belakang
Penurunan penggunaan Air Susu Ibu (ASI) di negara-negara maju telah
banyak ditemukan antara lain di Amerika pada permulaan abad ke-20 tercatat 71%
bayi mendapat ASI sampai anak berumur kurang dari 6 bulan, lalu angka ini
menurun menjadi 30 %. Meskipun pengetahuan ibu bertambah dan masyarakat
makin mengerti tentang pentingnya ASI untuk kesehatan anak tetapi angka
kejadian dan lama menyusui diseluruh dunia masih saja rendah dari yang
diharapkan (Anonim, 2011).
Permasalahan dalam pemberian ASI eksklusif adalah masih rendahnya
pemahaman ibu, keluarga dan masyarakat tentang ASI. Kebiasaan memberi
makanan atau minuman secara dini pada sebagian masyarakat juga memberi
pemicu dari kurang berhasilnya pemberian ASI eksklusif. Jumlah ibu menyusui
dan lamanya menyusui di dunia menunjukkan penurunan karena berbagai alasan
salah satunya karena dikenalnya tekhnologi modern dan diserapnya gaya hidup
modern dimasyarakat (Anonim, 2011).
Pada tahun 2005 Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa
jumlah kasus infeksi payudara yang terjadi pada wanita seperti kanker, tumor,
Mastitis, penyakit Fibrocustic terus meningkat, dimana penderita kanker payudara
mencapai hingga lebih 1,2 juta orang yang terdiagnosis, dan 12% diantaranya
merupakan infeksi payudara berupa Mastitis pada wanita pasca post partum. Data
ini kemudian didukung oleh The American Cancer Society yang memperkirakan
211.240 wanita di Amerika Serikat akan didiagnosis menderita kanker payudara
invasive (stadium I-IV) tahun ini dan 40.140 orang akan meninggal karena
penyakit ini.
Sebanyak 3 persen kasus kematian wanita di Amerika disebabkan oleh
kanker payudara. Sedangkan di Indonesia hanya 0,001/100.000 angka kesakitan
akibat infeksi berupa Mastitis (Depkes RI, 2008). Kanker payudara dan Mastitis
yang terjadi pada keadaan tersebut diduga karena teknik menyusi ibu yang kurang
tepat. Mastitis adalah infeksi peradangan pada mamma, terutama pada primipara
yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui luka
pada puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah (Prawirohadjo,
2005 : 701). Semakin disadari bahwa pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat
teknik menyusui yang buruk merupakan penyebab yang penting.
Organisasi kesehatan dunia (2008) memperkirakan lebih dari 1,4 juta
orang terdiagnosis menderita Mastitis. Mastitis terjadi juga karena teknik
menyusui bayi yang dilakukan oleh ibu kurang tapat sehingga menyebabkan
Mastitis pada payudara ibu. Hal ini sebenarnya dapat diminimalisir angka
kejadiannya jika ibu menyusui mengetahui tentang teknik menyusui yang benar
untuk bayinya.
Di Indonesia, pemberian ASI masih belum optimal, hanya 4% bayi baru
lahir yang disusui pada jam pertama kelahiran (26% pada hari yang sama), hanya
39,5% yang menyusui secara eksklusif 0-6 bulan. Rekomendasi WHO menyusui
eksklusif pada 6 bulan pertama belum optimal dilaksanakan.
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan
bayi baik fisik, psikologisosial maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi,
hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi
dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin, 2003).
Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi
daya tahan tubuh bayi, pertumbuhan dan perkembangannya. ASI emmberi semua
energi dan zat gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama
hidupnya. Pemberian ASI eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang
disebabkan berbagai penyakit ynag umum menimpa anak-anak seperti diare dan
C. POKOK BAHASAN
E. KEGIATAN PENYULUHAN
Tahap
Kegiatan
(Waktu)
Pendahuluan
(5 menit)
Penyajian
(15 Menit)
Tindakan
Kegiatan Penyuluh
Kegiatan
Sasaran
a. Memberikan salam, Memperhatikan
memperkenalkan
dan
menjawab
diri, dan membuka salam
penyuluhan
b. Menjelaskan materi Memperhatikan
secara umum dan
manfaat bagi
sasaran
Memperhatikan
c. Menjelaskan TIU
dan TIK
a. Menjelaskan
Memperhatikan
konsep infeksi
payudara
Memperhatikan
b. Menjelaskan
pengertian teknik
menyusui yang
benar;
Memperhatikan
c. Menjelaskan posisi
dan perlekatan
menyusui dengan
langkah yang benar
sekaligus
Memperhatikan
demonstrasi.
d. Menjelaskan jadwal
dan frekuensi
Menyakan
menyusui bayi
e. Memberikan
kesempatan
kepada sasaran
untuk bertanya
Media dan
Alat
Demonstrasi
Booklet
Booklet
Phanthom
Bayi
Penutup
(10 Menit)
a. Menutup
pertemuan dengan
memberi
kesimpulan dari
materi yang
disampaikan
b. Mengajukan
pertanyaan kepada
sasaran
c. Mendiskusikan
bersama jawaban
dari pertanyaan
yang telah
diberikan
d. Menutup
pertemuan dengan
memberi salam
Memperhatikan
Booklet
Menjawab
pertanyaan
Memberi
komentar
Memperhatikan
dan
membalas
salam
F. MEDIA PENYULUHAN
1. Booklet
2. Phantom Bayi
G. METODE PENYULUHAN
1. Diskusi
2. Tanya jawab
H. EVALUASI
a. Apa penyebab infeksi payudara pada ibu menyusui?
b. Bagaimana teknik menyusi yang baik dan benar?
c. Kapan jadwal pemberian ASI pada masing-masing anak ibu menyusui?
I. LAMPIRAN
1. Materi
2. Media yang digunakan (booklet)
3. SOP teknik menyusui
4. Daftar hadir peserta
5. Berita acara penyuluhan
J. REFERENSI
Anonim, 2011. Gambaran Pengatahuan Ibu Tentang Teknik Menyusui
yang Benar. Bab Pendahuluan. [serial online]. http://www.kti-
skripsi.net/2011/09/gambaran-pengetahuan-ibu-tentang-teknik.html.
[Diakses pada tanggal 20 April 2015].
Anonim. Tanpa tahun. Tinjauan Pustaka. Air Susu Ibu (ASI). Jawa Barat:
Institut
Pertanian
Bogor.
[serial
on
line].
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11410/BAB
%20II%20Tinajauan%20Pustaka_I09ara.pdf. [20 April 2015].
Agustina, Fadila. 2012. Gambaran Posisi Menyusui yang Paling Sering
dilakukan Ibu di Kecamatan Medan-Helvetia. Medan. [serial online].
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31540/6/Abstract.pdf.
[Diakses tanggal 20 April 2015].
Bahiyatun, S. Pd, S.Si.T. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas
Normal. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Brown, J.E. et al. 2005. Nutrition Trough the Life Cycle 2nd edition.
Thomson Wadswoth. Belmont.
Depkes RI. 2010. Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak. Jakarta:
Direktorat Bina Kesehatan Anak Kementrian Kesehatan RI. [serial on
line]
http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-
Lampiran 1
MATERI
A. Konsep Infeksi Payudara
Mastitis merupakan suatu proses peradangan pada satu atau lebih segmen
payudara yang mungkin disertai infeksi atau tanpa infeksi. Dalam proses ini
dikenal pula istilah mastasis ASI, mastitis tanpa infeksi, dan mastitis terinfeksi.
Apabila ASI menetap di bagian tertentu payudara, karena saluran tersumbat atau
karena payudara bengkak, maka ini disebut mastasis ASI. Bila ASI tidak juga
dikeluarkan, akan terjadi peradangan jaringan payudara yang disebut mastitis
tanpa infeksi, dan bila telah terinfeksi bakteri disebut mastitis terinfeksi.
Dua penyebab utama mastitis adalah stasis ASI dan infeksi. Stasis ASI biasanya
merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau berkembang menuju infeksi.
Guther pada tahun 1958 menyimpulkan dari pengamatan klinis bahwa mastitis
diakibatkan oleh stagnasi ASI di dalam payudara, dan bahwa pengeluaran ASI
yang efisien dapat mencegah keadaan tersebut. Guther menyatakan bahwa infeksi,
bila terjadi, bukan primer, tetapi diakibatkan oleh stagnasi sebagai media
pertumbuhan bakteri.
Diagnosis mastitis ditegakkan berdasarkan kumpulan gejala sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
terhadap
kejadian
mastitis
dapat
dilakukan
dengan
dengan
cara
memerah
dengan
tangan
atau
pompa
ASI
yang
rasa nyeri berkurang. Teknik memerah dengan tangan yang benar perlu
diperlihatkan dan diajarkan kepada ibu agar perahan tersebut efektif. ASI hasil
perahan dapat diminumkan ke bayi dengan menggunakan cangkir atau sendok.
Pembengkakan payudara ini perlu segera ditangani untuk mencegah terjadinya
feedback inhibitor of lactin (FIL) yang menghambat penyaluran ASI.
Pengosongan yang tidak sempurna atau tertekannya duktus akibat pakaian
yang ketat dapat menyebabkan ASI terbendung. Ibu
memeriksa payudaranya bila teraba benjolan, terasa nyeri dan kemerahan. Selain
itu ibu juga perlu beristirahat, meningkatkan frekuensi menyusui terutama pada
sisi payudara yang bermasalah serta melakukan pijatan dan kompres hangat di
daerah benjolan.
Pada kasus puting lecet, bayi yang tidak tenang saat menetek, dan ibu-ibu
yang merasa ASInya kurang, perlu dibantu untuk mengatasimasalahnya. Pada
peradangan puting dapat diterapi dengan suatu bahan penyembuh luka seperti atau
lanolin, yang segera meresap ke jaringan sebelum bayi menyusu. Pada tahap awal
pengobatan dapat dilakukan dengan mengoleskan ASI akhir (hind milk) setelah
menyusui pada puting dan areola dan dibiarkan mengering. Tidak ada bukti dari
literatur yang mendukung penggunaan bahan topikal lainnya.
Kelelahan sering menjadi pencetus terjadinya mastitis. Seorang tenaga
kesehatan harus selalu menganjurkan ibu menyusui cukup beristirahat dan juga
mengingatkan
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia, 1994).
C. Pedoman Menyusui
Pedoman menyusui menurut WHO/UNICEF, Breast Feeding and Support
(2005) adalah:
a. Segera susui bayi setelah lahir
b. Jangan memberikan makanan lain kepada bayi (termasuk air, madu, pengganti
susu ibu, larutan gula, susu formula) kecuali instruksi dokter dengan alasanalasan medis, karena sanagat jarang ibu tidak memiliki produksi ASI yang
cukup untuk menyusui
c. Berikan ASI eksklusif selama enam bulan dan baru memberikan makanan
tambahan setelah periode eksklusif tersebut
d. Berikan ASI sesuai dorongan alamiah bayi, baik siang maupun malam selama
bayi menginginkan
D. Posisi dan Perlekatan Menyusui
Posisi menyusui yang baik menurut WHO/UNICEF, Breast Feeding and
Support (2005) adalah:
a. Lengan ibu menopang kepala, leher, dan seluruh badan bayi (satu garis lurus)
muka bayi mengarah ke payudara ibu, hidung bayi di depan puting susu ibu,
perut bayi menghadap perut ibu.
b. Ibu mendekapkan bayi ke tubuhnya dan mengamati bayi selama menyusui.
c. Ibu menyentuhkan puting susunya ke bibir bayi dan menunggu hingga mulut
bayi terbuka lebar dan mampu menangkap puting susu ibu.
bergantung pada persediaan ASI (Brown et al. 2005). Bayi berusia 4 hari
membutuhkan ASI setiap 2 jam selama 15-20 menit untuk satu payudara. Ketika
bayi berusia 3-6 bulan frekuensi pemberian ASI berkurang hingga mencapai 7-8
kali sehari. Bayi yang diberi ASI lebih sering meminta makan dibandingkan
dengan bayi yang mendapatkan susu formula karena protein dan lemak pada ASI
lebih mudah diserap oleh sistem pencernaan bayi (Perkins & Vannais 2004).
Usia
0-4
hari
ASI
1-6
bulan
ASI
6-8
bulan
ASI
ASI
ASI
Bubur
Susu
10.00
12.00
ASI
ASI
ASI
ASI
ASI
ASI
Nasi Tim Nasi
Tim
(saring)
(dihaluskan)
14.00
16.00
18.00
ASI
ASI
ASI
ASI
ASI
ASI
ASI
Buah
ASI
ASI
Buah
Nasi
Tim
(dihaluskan)
20.00
22.00
24.00
2.00
4.00
ASI
ASI
ASI
ASI
ASI
ASI
-
ASI
-
ASI
-
Pukul :
06.00
08.00
8-10 bulan
ASI
Bubur Susu
10-12
bulan
ASI
>12 bulan
ASI
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Gambaran Pengatahuan Ibu Tentang Teknik Menyusui yang
Benar.
Bab
Pendahuluan.
[serial
online].
http://www.kti-
skripsi.net/2011/09/gambaran-pengetahuan-ibu-tentang-teknik.html. [Diakses
pada tanggal 20 April 2015].
Anonim. Tanpa tahun. Tinjauan Pustaka. Air Susu Ibu (ASI). Jawa Barat: Institut
Pertanian
Bogor.
[serial
on
line].
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11410/BAB%20II
%20Tinajauan%20Pustaka_I09ara.pdf. [20 April 2015].
Agustina, Fadila. 2012. Gambaran Posisi Menyusui yang Paling Sering dilakukan
Ibu
di
Kecamatan
Medan-Helvetia.
Medan.
[serial
online].
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31540/6/Abstract.pdf.
[Diakses tanggal 20 April 2015].
Bahiyatun, S. Pd, S.Si.T. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal.
Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Brown, J.E. et al. 2005. Nutrition Trough the Life Cycle 2nd edition. Thomson
Wadswoth. Belmont.
Depkes RI. 2010. Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak. Jakarta: Direktorat Bina
Kesehatan
Anak
Kementrian
Kesehatan
RI.
[serial
on
line]
http://www.gizikia.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2011/01/Buku-Kader-Seri-Kesehatan-Anak.pdf .
[20 April 2015].
Hegar B, Suradi R, Hendarto A, Partiwi IGA (Ed). 2008. Bedah ASI, Kajian dari
Berbagai Sudut Pandang Ilmiah. Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI
Jakarta.
Soetjiningsih, Dr., DSAK. 1997. Seri Gizi Klinik ASI Petunjuk untuk Tenaga
Kesehatan. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Perinasia. 1994. Melindungi Meningkatkan dan Mendukung Menyusui: Peran
Khusus padaPelayanan Kesehatan Ibu Hamil dan Menyusui, Pernyataan
bersama WHO/UNICEF. Jakarta: Perkumpulan Perinatologi Indonesia
Lampiran 3.
3
4
5
Pengertian
cara:
a. Masase payudara terlebih dahulu
b. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan terlebih
dahulu, kemudian dioleskan pada puting susu
dan aerola sekitarnya.
c. Bayi
diletakkan
menghadap
perut
ibu/payudara:
1) Ibu duduk berbaring santai
2) Bayi dipegang dengan satu lengan,
kepala bayi terletak pada lengkung siku
ibu, dan bokong terletak pada lengan,
kepala bayi tidak boleh tertengadah dan
bokong ditahan dengan telapak tangan
ibu.
3) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang
badan ibu, dan yang satu di depan
4) Perut bayi menempel badan ibu, kepala
bayi menghadap payudara (tidak hanya
membelokkan kepala bayi)
5) Telinga dan lengan berada pada satu garis
lurus
6) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
d. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan
jari lain menopang dibawah, jangan menekan
puting susu atau aerolanya saja
e. Beri diberi rangsang dengan membuka mulut
(rooting refleks) dengan cara: menyentuh
pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi
mulut bayi.
f. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat
kepala bayi didekatkan ke payudara ibu
dengan puting susu serta aerola dimasukan
ke mulut bayi
g. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tak
perlu dipegang atau disangga lagi
h. Melepasan isapan bayi; jari kelingking ibu
dimasukkan ke mulut melalui sudut mulut
atau dagu bayi ditekan ke bawah.
i. Menyusui berikutnya mulai dari payudara
yang belum terkosongkan
j. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan
sedikit kemudian dioleskan pada puting susu
dan areola sekitarnya, biarkan kering dengan
sendirinya
k. Menyendawakan bayi, bayi digendong tegak
dengan bersandar pada bahu ibu kemudian
Evaluasi
Dokumentasi
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
Lampiran 4.
BERITA ACARA KEGIATAN PENDIDIKAN
KESEHATAN
P3N STASE MATERNITAS ANAK
PSIK UNIVERSITAS JEMBER T.A 2012/2013
Pada hari ini, Jumad tanggal 24 bulan April tahun 2015 jam 08.00 s/d 08.45
WIB bertempat di Ruang Perinatologi RSD dr. Haryoto Kabupaten Lumajang
Propinsi Jawa Timur, telah dilaksanakan kegiatan pendidikan kesehatan oleh
Kelompok 4 Mahasiswa P3N Stase Maternitas Anak PSIK Universitas Jember.
Kegiatan ini diikuti oleh
Pembimbing Akademik
PJMA P3N Stase Maternitas Anak
NAMA
ALAMAT
TANDA TANGAN
Pembimbing Akademik
PJMA P3N Stase Maternitas Anak