Professional Documents
Culture Documents
GambaranJenisjenisTumorMarkerGinekologi
Disusun oleh :
Rio Aditya
07120110047
Pembimbing :
dr. Arie Widiyasa, Sp.OG
I. Tumor Marker
Tumor marker adalah glikoprotein yang dapat larut dan dapat ditemukan di dalam
darah, urin, atau jaringan tertentu dari pasien dengan tipe kanker tertentu.
Mereka biasanya diproduksi oleh sel sel tumor, namun dalam beberapa kasus,
dapat diproduksi oleh tubuh karena respon terhadap keganasan atau tipe yang
jinak sekalipun. Tumor marker tidak meningkat di semua pasien dengan kanker,
terutama pada pasien dengan kanker stadium awal. Berbagai jenis tumor marker
memiliki kegunaan yang berbeda-beda, seperti untuk screening, diagnosis,
prognosis, evaluasi respon terapi, dan mendeteksi rekurensi.
Normalisasi dari nilai tumor marker dapat mengindikasikan penyembuhan
walaupun masih terdapat temuan radiografik dari penyakit tertentu. Terkadang,
nilai tumor marker dapat meningkat setelah pengobatan yang efektif (karena lisis
sel), tetapi kenaikan tersebut tidak menandakan kegagalan terapi. Peningkatan
nilai tumor marker yang konsisten, dikombinasikan dengan kurangnya perbaikan
klinis, dapat mengindikasikan gagal terapi/pengobatan. Peningkatan residual
setelah terapi definitif biasanya mendandakan penyakit yang persisten.
Banyak tumor marker baru yang ditemukan semenjak perkembangan dari antibodi
monoklonal, dan kebanyakan tumor marker sekarang ,ikut mendeteksi antibodi
tersebut.
II.
secara klinis. Berikut adalah beberapa tumor marker yang penting dalam
ginekologi :
Lysophosphatidic acid
MIB1 determined tumor growth fraction
L1 (CAM)
Mesothelin
Human Epididymis protein 4 (HE4)
Osteopontin
Vascular endothelial growth factor (VEGF)
Interleukin 8 (IL-8)
Macrophage colony-stimulating factor (M-CSF)
Insulinlike growth factor-binding protein -3
Tumor-associated trypsin inhibitor
Cyclin E
OVX 1
CA-15-3, CA-19-9
Penyakit extrauterin
Tumor lebih besar dari 2 cm
Invasi dari lymphovascular space dan sampai miometirum dalam
Keikutsertaan serviks dan adnexa
Sitologi positif
Metastasis kelenjar getah bening
Syarat untuk terapi adjuvan
Sebagai tambahan, nilai rata-rata dari CA-15-3 dan CA-19-9 secara signifikan
lebih tinggi pada wanita yang menerima terapi adjuvan, dan level CA-19-9
dapat memprediksi invasi miometrium dalam , dan keikutsertaan serviks. Level
CEA dan AFP tidak adekuat untuk memprediksi parameter prognosis buruk dan
keperluan untuk menerima terapi adjuvan.
Antigen SCC sangat berguna dalam managemen klinis kanker serviks stadium
lanjut. Beta-hCG dan alpha-fetoprotein telah terbukti menjadi marker untuk
germ cell tumor ovarium. Sebagai tambahan, beta-hCG berperan sebagai tumor
marker yang ideal untuk monitoring gestasional trophoblastic disease.
Studi studi yang bertujuan pada perkembangan pendeteksian kanker epitel
ovarium, terutama pada stadium awal, telah mengidentifikasi beberapa
kandidat baru untuk marker. Diantaranya termasuk lysophosphatidic acid
( suatu lipid yang ditemukan di serum dan cairan asites), mesothelin, HE4,
osteopontin, VEGF, IL-8, M-CSF dan kalikreins yang berbeda.
Diantara marker yang potensial ini, HE4 memiliki sensitivitas yang mirip dengan
CA-125 dalam mendeteksi penyakit stadium akhir dan memiliki spesifisitas yang
lebih tinggi dibanding CA-125 dalam mendeteksi stadium awal kanker ovarium.
Validasi daripada HE4 sebagai biomarker diagnostik untuk kanker ovarium
stadium awal , masih berjalan.
MSH6, skrining disarankan dimulai ketika berumur 30-35 tahun. Untuk pasien
dengan mutasi pada BRCA 2, skrining kanker ovarium disarankan dilakukan
pada usia 34-40 tahun.
Kanker ovarium stadium awal memiliki prognosis yang baik setelah
mendapatkan terapi definitiv. Oleh karena itu, pendeteksian dini sangat
berperan dalam mengurangi mortalitas yang diakibatkan penyakit ini. Namun,
belum ada program skrining untuk kanker ovarium yang dapat mencapai target
ini.
Beberapa studi telah diluncurkan untuk mengidentifikasi strategi terbaik untuk
mendeteksi stadium awal penyakit ini dan mengurangi mortalitas, baik
menggunakan CA-125 maupun ultrasonografi sebagai screening test.
Spesifisitas tinggi sangatlah penting pada strategi skrining untuk kanker
ovarium, karena hasil test positif , secara umum membutuhkan tindakan
operasi/pembedahan definitif.
Batasan utama lainnya dari skrining CA-125 adalah nilai di serum hanya
meningkat pada sekitar 50% pasien dengan penyakit stadium 1. Karena kondisi
lain dapat meningkatkan nilai CA-125, strategi test kombinasi telah dilakukan
untuk meningkatkan nilai prediksi dari CA-125.
minggu
Persistensi dari nilai beta-hCG selama 6 bulan setelah evakuasi mola
Penemuan histologik choriocarcinoma
Pasien yang telah menjalani evakuasi kehamilan mola, disarankan untuk memonitor nilai beta-hCG setiap minggu sampai nilai normal tercapai, setelah itu
monitoring bulanan hingga nilai normal tercapai selama 6-12 bulan. Kurang
lebih 20% pasien yang telah melalui evakuasi kehamilan mola, ,mengalami
penyakit gestational trofoblastik postmolar, biasanya didapati kegagalan dalam
normalisasi nilai beta-hCG post evakuasi. Peningkatan 10% pada beta-hCG
pada 3 atau lebih titer mingguan atau titer beta-hCG 40,000 mIU/L 4-5 bulan
setelah evakuasi, menunjukkan diagnosis serologis penyakit trofoblastik
postmolar.
VI. Alpha-Fetoprotein
9
Alpha- fetoprotein(AFP) adalah serum protein fetus normal yang disintesis oleh
hati, yolk sac, dan traktur gastrointestinal. AFP memiliki sekeuen homologi
yang sama dengan albuin. AFP adalah komponen utama dari plasma fetal,
mencapai konsentrasi puncak pada 3 mg/mL di 12 minggu kehamilan. Mengikuti
kelahiran, AFP akan hilang dari sirkulasi, karena memiliki half-lifa3.5 hari.
Konsentrasi AFP pada serum orang dewasa adalah dibawah 20ng/mL.
Kebanyakan tumor sinus endodermal dari ovarium mengeskpresikan AFP.
Protein tersebut berada di sitolasma sel tumor dan pada karakteristik hyalin
globules di tumor sinus endodermal. AFP juga di ekspresikan oleh karsinoma
ovarium embrional, immature teratoma, dan polyembryoma.
AFP dan beta-hCG memiliki peran krusial dalam managemen pasien dengan
nonseminomatous germ cell tumor. Nilai AFP atau beta-hCG meningkat pada
85% pasien dengan jenos tumor ini, tetapi hanya 20% pasien pada pasien
dengan penyakit stadium 1. Namun, marker-marker ini tidak memiliki peran
dalam skrining.
Pasien dengan penyakit extragonad atau metastasis pada saat diagnosis,
peningkatan nilai AFP atau beta-hCG dapat digunakan sebagai pengganti biopsi
untuk menentukan diagnosa nonseminomatous germ cell tumor.
Nilai AFP melebihi 10,000 ng/mL atau beta-hCG melebihi 50,000 mlU/mL pada
diagnosis awal menandakan prognosis buruk, dengan 5-year survival rate
mencapai 50%. Pasien dengan stadium yang sama yang memiliki nilai AFP dan
beta-hCG lebih rendah, memiliki rate penyembuhan lebih besar dari 90%.
Mengikuti nilai AFP dan beta-hCG sangatlah penting dalam memonitor respon
terhadap pasien yang memiliki nonseminematous germ cell tumor. Pasien
dengan nilai AFP dan beta-hCG yang tidak turun setelah mendapatkan terapi
memiliki prognosis buruk yang signifikan, dan perubahan terapi harus
diperhitungkan. Karena terapi pengangkatan kuratif dapat dilakukan, tumor
marker di periksakan setiap 1-2 bulan selama 1 tahun setelah pengobatan,
kemudian setiap 4 bulan sekali selama 1 tahun, dan lebih jarang pada tahun
berikutnya.
10
VII. Inhibin
Inhibin adalah suatu hormon peptida yang diproduksi oleh sel granulosa
ovarium. Berfungsi untuk menghambat sekresi dari follicle stimulating hormone
(FSH) oleh kelenjar pituitari anterior. Pada fase folikular dari siklus menstruasi,
mencapai konsentrasi 772 38 U/L; dan biasanya menjadi tidak terdeteksi
setelah menopause. Beberapa tumor ovarium, terutama jenis mucinous
epithelial ovarian carcinomas dan granulosa cell tumor, juga memproduksi
inhibin, dan jumlahnya di serum merefleksikan tumor yang ada.
Peningkatan nilai inhibin pada wanita postmenopause atau pada wanita
premenopause yang disertai dengan amenorea dan infertilitas , sugestif namun
tidak spesifik, menandakan adanya granulosa cell tumor. Nilai inhibin juga dapat
digunakan pemeriksaan tumor setelah terapi untuk menilai penyakit residual
maupun penyakit yang rekuren.
11
Inhibin memiliki 2 bentuk isoform yang berbeda, yaitu inhibin A dan inhibin B.
Kedua isoform tersebut terdiri dari 2 subunit , subunit alfa dan subunit beta.
Subunit alfa sama dengan kedua isoform, sedangkan subunit beta berbeda(beta
A dan beta B) dan menunjukan homologi kurang lebih 64% . 3 Subunit ini (alfa,
beta A dan beta B) diproduksi oleh gen yang berbeda, dimana terletak pada
kromosom 2 (alfa dan beta B) dan 7 (beta A).
Walaupun kebanyakan laboratorium komersial menyediakan assays untuk
inhibin A saja , serum B terlihat lebih sering mengalami peningkatan.
Dimanapun tersedia, assay untuk mendeteksi kedua isoform tersebut
direkomendasikan. Subunit alfa bebas juga dapat dihitung.
VIII.
Tumor marker lainnya
i. Estradiol
Estradiol merupakan salah satu marker yang diidentifikasi di dalam serum
pasien dengan granulosa cell tumors. Secara umum, estradiol bukan merupakan
marker yang sensitif untuk granulosa cell tumor. Sekitar 30% dari tumor tidak
memproduksi estradiol, karena mereka kekurangan sel theca, dimana sel
tersebut memproduksi androstenedione, prekursor yang diperlukan untuk
sintesis estradiol. Namun, monitoring serum estradiol pasca operasi mungkin
dapat berguna untuk mendeteksi rekurensi dari estradiol-secreting tumor.
ii.Carcinoembryonic antigen
Kebanyakan dari tumor vulva yang berasal dari kelenjar keringat, termasuk
tumor malignan, memiliki stain positif untuk carcinoembryonic antigen (CEA).
Staining untuk CEA terdapat pada sel di dinding kista, kelenjar, atau yang
terstruktur mengelilingi lumen. Reaksi untuk CEA tidak dapat membedakan
antara tumor eccrine dan tumor adnexa apocrine.
Pada pasien dengan adenosis vagina, permukaan epitel kolumnar dan kelenjarkelenjarnya dapat menunjukan staining membran sitoplasma fokal untuk CEA.
Sel-sel kolumnar secara gradual tergantikan melalui proses metaplasia
skuamosa, CEA yang positif dapat terlihat di sitoplasma sel metaplastik.
12
Squamous cell carcinoma (SCC) antigen dapat meningkat pada pasien dengan
kanker epidermoid serviks, tumor epitelial jinak, dan kelainan kulit yang jinak.
Antigen SCC dapat berguna untuk menilai respon terhadap kemoterapi dan
dalam menentukan relapse saat me-monitori pasien dengan remisi komplit.
iv. Mullerian
inhibiting substance
Mullerian inhibiting substance (MIS) diproduksi oleh sel granulosa pada folikelfolikel yang masih berkembang. MIS telah berkembang menjadi tumor marker
yang potensial untuk tumor sel granulosa. Seperti inhibin, MIS tidak dapat
terdeteksi pada wanita postmenopause. Peningkatan nilai MIS sangatlah spesifik
untuk tumor sel granulosa ovarium; namun, pemeriksaan ini belum tersedia
secara komersial untuk penggunaan klinis.
13
v.
Topoisomerase II
antigen 19-9
Serum carbohydrate antigen 19-9 meningkat sampai dengan 35% pada pasien
dengan kanker endometrium dan dapat digunakan pada saat evaluasi follow up
pada pasien dengan mucinous borderline ovarian tumor.
Penghitungan dari serum tumor marker pada follow up pasien dapat
mengarahkan kepada deteksi dini dari rekurensi di sebagian kecil jumlah pasien.
Carbohydrate antigen tidak spesifik untuk kanker ovarium.
vii.
14
ix.
Lysophosphatidic acid
L1 (CAM)
15