You are on page 1of 14

GONORE

Definisi
Gonore merupakan penyakit kelamin yang bersifat akut yang pada permulaan keluar
nanah dari orifisium uretra eksternum sesudah melakukan hubungan kelamin. Gonore
juga merupakan infeksi menular seksual tertua yang pernah dilaporkan dalam
berbagai literatur.
Etiologi
Penyebab gonore adalah kuman gonokokus yang ditemukan oleh Neisser pada tahun
1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk dalam grup
Neisseria dan dikenal ada 4 spesies yaitu
1. Neisseria gonorrhoeae
2. Neisseria meningitides
3. Neisseria pharyngis
4. Neisseria catarrhalis
N.gonorrhoeaea dan N.meningitidis bersifat pathogen sedangkan yang dua lainnya
bersifat komensalisme.
Neisseria merupakan cocus gram negatif yang biasanya berpasangan. Secara umum
ciri-ciri neisseriae adalah bakteri gram negatif, diplokokus non motil, berdiameter
mendekati 0,8 m. Masing-masing cocci berbentuk ginjal; ketika organisme
berpasangan sisi yang cekung akan berdekatan. Bakteri ini adalah patogen pada
manusia dan biasanya ditemukan bergabung atau di dalam sel polimorfonuklear. Pada
gonococci memiliki 70% DNA homolog, tidak memiliki kapsul polisakarida,
memiliki plasmid. Gonococci paling baik tumbuh pada media yang mengandung
substansi organik yang kompleks seperti darah yang dipanaskan, hemin, protein
hewan dan dalam ruang udara yang mengandung 5% CO2. Gonococci hanya
memfermentasi glukosa dan berbeda dari neisseriae lain. Gonococcus biasanya
menghasilkan koloni yang lebih kecil dibandingkan neisseria lain.
Patogenesis
Gonococci menyerang membran selaput lendir dari saluran genitourinaria,
mata, rektum dan tenggorokan, menghasilkan nanah akut yang mengarah ke invasi
jaringan; hal yang diikuti dengan inflamasi kronis dan fibrosis. Pada pria, biasanya
terjadi peradangan uretra, nanah berwarna kuning dan kental, disertai rasa sakit ketika
kencing. Infeksi urethral pada pria dapat menjadi penyakit tanpa gejala. Pada wanita,
infeksi primer terjadi di endoserviks dan menyebar ke urethra dan vagina,
meningkatkan sekresi cairan mukopurulen. Ini dapat berkembang ke tuba uterina,
menyebabkan salpingitis, fibrosis dan obliterasi tuba.
Bakterimia yang disebabkan oleh gonococci mengarah pada lesi kulit
(terutama Papula dan Pustula yang hemoragis) yang terdapat pada tangan, lengan,
kaki dan tenosynovitis dan arthritis bernanah yang biasanya terjadi pada lutut,
pergelangan kaki dan tangan. Endocarditis yang disebabkan oleh gonococci kurang
dikenal namun merupakan infeksi yang cukup parah. Gonococci kadang dapat
menyebabkan meningitis dan infeksi pada mata orang dewasa; penyakit tersebut
memiliki manisfestasi yang sama dengan yang disebabkan oleh meningococci.
Gonococci yang menyebabkan infeksi lokal sering peka terhadap serum
tetapi relatif resisten terhadap obat antimikroba. Sebaliknya, gonococci yang masuk

ke dalam aliran darah dan menyebabkan infeksi yang menyebar biasanya resisten
terhadap serum tetapi peka terhadap penisilin dan obat antimikroba lainnya serta
berasal dari auksotipe yang memerlukan arginin, hipoxantin, dan urasil untuk
pertumbuhannya
Gejala Klinis
Masa tunas sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5 hari, kadangkadang lebih lama dan hal ini disebabkan karena penderita telah mengobati sendiri
tetapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga tidak
diperhatikan oleh penderita.
Gejala dan tanda pada pasien laki-laki dapat muncul 2 hari setelah pajanan dan mulai
dengan uretritis, diikuti oleh secret purulen, disuria dan sering berkemih serta malese.
Sebagian besar laki-laki akan memperlihatkan gejala dalam 2 minggu setelah
inokulasi oleh organisme ini. Pada beberapa kasus laki-laki akan segera berobat
karena gejala yang mengganggu.
Pada perempuan, gejala dan tanda timbul dalam 7-21 hari, dimulai dengan sekret
vagina. Pada pemeriksaan, serviks yang terinfeksi tampak edematosa dan rapuh
dengan drainase mukopurulen dari ostium. Perempuan yang sedikit atau tidak
memperlihatkan gejala menjadi sumber utama penyebaran infeksi dan beresiko
mengalami penyulit. Apabila tidak diobati maka tanda-tanda infeksi meluas biasanya
mulai timbul dalam 10-14 hari. Tempat penyebaran tersering pada perempuan adalah
pada uretra dengan gejala uretritis, disuria, dan sering berkemih. Pada kelenjar
bartholin dan skene menyebabkan pembengkakan dan nyeri. Infeksi yang menyebar
ke daerah endometrium dan tuba falopii menyebabkan perdarahan abnormal vagina,
nyeri panggul dan abdomen dan gejala-gejala PID progresif apabila tidak diobati.
Infeksi ekstragenital yang bersifat primer atau sekunder lebih sering ditemukan karena
perubahan perilaku seks. Infeksi gonore di faring sering asimtomatik tetapi dapat juga
menyebabkan faringitis dengan eksudat mukopurulen, demam, dan limfadenopati
leher. Infeksi gonore pada perianus biasanya menimbulkan rasa tidak nyaman dan
gatal ringan atau menimbulkan ekskoriasi dan nyeri perianus serta sekret
mukopurulen yang melapisi tinja dan dinding rektum.
Secara umum gejala yang biasanya timbul adalah sebagai berikut:
Keluarnya cairan hijau kekuningan dari vagina
Demam
Muntah-muntah
Rasa gatal dan sakit pada anus serta sakit ketika buang air besar, umumnya
terjadi pada wanita dan homoseksual yang melakukan anal seks dengan
pasangan yang terinfeksi
Rasa sakit pada sendi
Munculnya ruam pada telapak tangan
Sakit pada tenggorokan (pada orang yang melakukan oral seks dengan
pasangan yang terinfeksi)
Pada Pria
1. Uretritis
Yang paling sering dijumpai adalah uretritis anterior akut dan dapat
menjalar ke proksimal selanjutnya mengakibatkan komplikasi lokal, asendens dan

diseminata. Keluhan subjektif berupa rasa gatal dan panas di bagian distal uretra di
sekitar orifisium uretra eksternum, kemudian disuria, polakisurua, keluar duh tubuh
dari ujung uretra yang terkadang disertai darah dan perasaan nyeri saat ereksi.
2. Tysonitis
Infeksi biasanya terjadi pada penderita dengan preputium yang sangat
panjang dan kebersihan yang kurang baik. Diagnosis dibuat jika ditemukan butir pus
atau pembengkakan pada daerah frenulum yang nyeri tekan. Bila duktus tertutup akan
timbul abses dan merupakan sumber infeksi laten.
Tysonitis
3. Prostatitis
Prostatitis ditandai dengan perasaan tidak enak pada daerah perineum dan
suprapubis, malese, demam, nyeri kencing sampai hematuri, spasme otot uretra
sehingga terjadi retensi urin, tenesmus ani, sulit buang air besar dan obstipasi. Bila
prostatitis menjadi kronik gejalanya ringan dan intermiten, tetapi kadang-kadang
menetap. Terasa tidak enak pada perineum bagian dalam dan rasa tidak enak bila
duduk terlalu lama.

Pada Wanita
1. Uretritis
Gejala utama ialah disuria terkadang poliuria. Pada pemeriksaan, orifisium
uretra eksternum tampak merah, edematosa dan terdapat sekret mukopurulen.
2. Bartholinitis
Labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah, dan nyeri tekan.
Kelenjar bartholin membengkak, terasa nyeri sekali bila penderita berjalan dan
penderita sukar duduk. Bila saluran kelenjar tersumbat dapat timbul abses dan dapat
pecah melalui mukosa atau kulit. Kalau tidak diobati dapat menjadi rekuren atau
menjadi kista.
Bartholinitis
Komplikasi
Apabila gonorrhea tidak diobati, bakteri dapat menyebar ke aliran darah dan
mengenai sendi, katup jantung atau otak. Konsekuensi yang paling umum dari
gonorrhea adalah Pelvic Inflammatory Disease (PID), yaitu infeksi serius pada organ
reproduksi wanita, yang dapat menyebabkan infertilitas. Selain itu, kerusakan yang
terjadi dapat menghambat perjalanan sel telur yang sudah dibuahi ke rahim. Apabila
ini terjadi, sebagai akibatnya sel telur ini berkembang biak di dalam saluran falopii
atau yang disebut kehamilan di luar kandungan, suatu hal yang dapat mengancam
nyawa sang ibu apabila tidak terdeteksi secara dini.
Seorang wanita yang terinfeksi dapat menularkan penyakitnya kepada
bayinya ketika sang bayi melalui jalan lahir. Pada kebanyakan kasus dimana Ibu
mengidap gonorrhea, mata bayi ditetesi obat untuk mencegah infeksi gonococcus

yang dapat menyebabkan kebutaan. Karena adanya resiko infeksi Ibu dan bayi,
biasanya dokter menyarankan agar ibu hamil menjalani tes gonorrhea setidaknya
sekali selama kehamilannya. Sedangkan pada pria, apabila tidak ditangani secara
serius gonorrhea dapat menyebabkan impotensi.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
penunjang yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu :
a. Sediaan langsung
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan gonokokus
gram negatif. Bahan duh diambil di daerah fosa navicularis pada pria
sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar bartholin,
serviks dan rektum.
b. Kultur.
Identifikasi perlu dilakukan dengan dua macam media yang dapat
digunakan yaitu media transport seperti Media Stuart dan Media
Transgrow. Kemudian Media pertumbuhan seperti Media Mc Leods
chocolate agar, Media Thayer Martin dan Media Modified Thayer Martin
Agar .
c. Tes Definitif
1. Tes oksidasi, semua Neisseria member hasil positif dengan perubahan
warna koloni yang semula bening berubah menjadi merah muda
sampai merah lembayung.
2. Tes Fermentasi. Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi
memakai glukosa.
d. Tes Beta Laktamase
Pemeriksaan beta laktamase dengan menggunakan cefinase TM disc. BBL
961192 yang mengandung chromogenic cephalosporin, akan menyebabkan
perubahan warna dari kuning menjadi merah apabila kuman mengandung
enzim beta laktamase.

e. Tes Thomson
Tes ini berguna untuk mengetahui sampai di mana infeksi sudah
berlangsung. Tes ini memerlukan syarat yaitu :
1. Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi.
2. Urin dibagi dalam dua gelas.
3. Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II.
Pengobatan
Pada semua tipe gonorrhea, pengobatan harus dilakukan dengan tindak lanjut yang
berulang, termasuk pembiakan dari tempat yang terkena. Karena penyakit-penyakit
yang ditularkan secara seksual lainnya dapat diperoleh pada saat yang sama, langkahlangkah diagnostic yang cocok juga harus dilakukan.
Karena penggunaan penicillin yang sudah meluas, resistensi gonococci terhadap

penicillin juga meningkat, namun karena seleksi dari kromosom yang bermutasi,
maka banyak strain membutuhkan penicillin G dalam konsentrasi tinggi yang dapat
menghambat pertumbuhan gonococci tersebut (MIC 2g/mL). N. Gonorrhea yang
memproduksi penicillinase (PPNG, Penicillinase Producing N. gonorrhea) juga
meningkat secara meluas. Resistensi terhadap tetracycline (MIC 2g/mL) secara
kromosomal sering ditemui, dengan 40% atau lebih gonococci yang resisten pada
tingkat ini. Tingkat resistensi yang tinggi terhadap tetracycline (MIC 32g/mL) juga
terjadi. Resistensi terhadap spectinomycin seperti halnya resistensi terhadap
antimikroba lain Pelayanan Kesehatan Masyarakat AS merekomendasikan untuk
mengobati infeksi genital yang bukan komplikasi dengan ceftriaxone 125mg secara
intramuskular dengan dosis sekali pakai. Terapi tambahan dengan doxycycline 100mg
2 kali sehari selama 7 hari(per oral) direkomendasikan untuk infeksi concomitant
chlamydia; erythromycin 500mg 4x sehari selama 7 hari (per oral) sebagai pengganti
doxycycline bagi wanita hamil. Modifikasi dari terapi-terapi ini direkomendasikan
untuk jenis infeksi N. gonorrhea yang lain.
Penggunaan sefalosporin generasi ke-3 dalam hal ini seperti seftriakson cukup efektif
dengan dosis 250 mg i.m dan sefoperazon dengan dosis 0,5 sam 1 gram secara i.m.
Dari golongan kuinolon obat yang menjadi pilihan adalah ofloksazin 400 mg,
siprofloksazin 250-500 mg dan norfloksasin 800 mg secara oral.

NON GONORE
Definisi

Urethritis diartikan sebagai inflamasi yang diinduksi oleh infeksi pada urethra.
Meskipun berbagai kondisi klinis dapat mengakibatkan iritasi terhadap urethra,
penggunaan istilah urethritis khususny dipergunakan untuk inflamasi urethra yang
disebabkan oleh Penyakit Menular Seksual (PMS). Urethritis secara umum
dikelompokkan kepada dua bentuk berdasarkan penyebabnya: urethritis gonokokal
(GO) dan urethritis non-gonokokal (GNO).

Urethritis Non-Gonokokal (GNO) biasa disebut sebagai Urethritis Non-Spesifik. Hal


ini adalah infeksi pada urethra, yakni sebuah saluran penyambung antara kandung
kemih dengan luar tubuh. Gejalanya mirip dengan gonorhea atau kencing nanah,
namun terapi yang biasa diberikan kepada gonorhea tidak akan dapat bekerja. Selain
itu, GNO disebabkan oleh bakteri yang disebut sebagai Chlamydia trachomatis dan
beberapa jenis bakteri lainnya termasuk ureaplasma urealyticum, mycoplasma, dan
trichomonas-yang dapat mengakibatkan gejala seperti pada GNO. GNO disebarkan
secara seksual terutama kontak seksual tanpa perlindungan, seksual per oral, atau pun
seksual per anal.

Epidemiologi

Urethritis di seluruh dunia diperkirakan mencapai 62 jula kasus baru untuk kasus GO
dan 89 juta kasus GNO baru yang dilaporkan setiap tahunnya. Sedangkan kejadian
urethritis terjadi di amerika dengan angka prevalensi 4 juta setiap tahunnya.Insidensi
gonokokal urethritis diperkirakan lebih dari 700.000 kasus baru setiap tahunnya dan
kejadian dari GNO dip[erkirakan 3 juta kasus baru setiap tahunnya. Keduanya
merupakan kasus infeksi yang seringkali tidak dilaporkan. Namun, angka kejadiaanya
telah menurun secara bertahap dari 2000, sedangkan sebaliknya pada infeksi GNO
kejadiannya cenderung meningkat. Kejadian GNO meningkat terutama musim panas.

Sekitar 10-40% wanita dengan urethritis, akan berkembang menjadi penyakit


inflamasi panggul (PID) yang pada akhirnya seringkali mengakibatkan kemandulan
dan kehamilan ektopik sekunder pasca pembentukan jaringan parut oleh peradangan
pada tuba folopi. PID bahkan dapat terjadi pada wainta meski tidak menimbulkan
gejala.

Anak yang terlahir oleh ibu yang memiliki infeksi Chlamydia dapat terserang
konjungtivitis, iritis, otitis media, atau pneumonia apabila terpapar dengan kuman saat

lahir melewati jalan lahir. Sehingga, penggunaan teknik bedah sesar dan prevensi tetes
mata anti-chlamydia telah dapat menurunkan angka insidensi masalah ini di negaranegara berkembang.

Sedangkan morbiditas yang diakibatkan oleh urethritis pada pria cenderung lebih
rendah (1-2%), biasanya membentuk striktur urethra atau sumbatan oleh karena
jaringan parut pasca-peradangan. Komplikasi lainnya yang dapat berpotensi terjadi
akibat urethritis pada pria termasuk prostatitis, epididimistis akut, pembentukan abses,
proctitis, kemandulan, semen yang tak normal, DGI (Disseminated Gonococcal
Infection) dan arthritis reaktif.

Arthritis reaktif ditandai dengan GNO, uveitis anterior, dan arthritis, dan berkaitan
sangat kuat dengan gen HLA-B27. Jarang namun serius yakni komplikasi dari DGI,
yaitu arthritis, meningitis, dan endocarditis.

Urethritis tidak memiliki predileksi ras, walaupun, seseorang dengan kelas ekonomi
sosial menengah ke bawah terserang lebih sering apabila dibandingkan dengan kelas
ekonomi sosial yang lebih tinggi. Urethritis tidak memiliki predileksi seksual
walaupun data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa wanita dengan urethritis
seringkali tidak terdiagnosa. Angka kejadian urethritis pada wanita hingga 75% pada
wanita menunjukkan kondisi tanpa gejala atau datang dengan Sistitis, vaginitis, atau
servisitis. Pria homoseksual memiliki resiko lebih besar terserang urethritis
dibandingkan pria heteroseksual atau wanita pada umumnya. Secara umur, urethritis
cenderung terjadi pada seseorang yang aktif secara seksual namun memiliki tingkat
insidensi tertinggi pada usia 20-24 tahun. Angka mortalitas cenderung minimal pada
pasien dengan urethritis gonokokal atau non-gonokokal.

Manifestasi Klinis

Masa inkubasi dari UNG 1 sampai 4 minggu. Keluhan yang dijumpai yaitu :
- Sekretat pada uretra
Pada UNG sekret yang dijumpai biasanya jernih sampai sedikit keruh atau berupa
lendir, paling jelas waktu pagi hari, tetapi kadang-kadang hanya berupa bercak pada
celana dalam.
- Disuri
Disuri atau sakit waktu kencing dapat berupa rasa terbakar sampai pada rasa gatal
atau perih pada pangkal sampai muara dari uretra. Walaupun demikian keluhan nyeri
tidak sehebat gonore.
- Gatal
Kadang-kadang ditemukan adanya keluhan gatal sepanjang saluran uretra yang bisa
dari ringan sampai hebat.

- Polaksisuri
Adalah keluhan sering kencing yang kadang-kadang dapat bercampur darah atau
disertai adanya nokturia.
Dapat disertai gejala sistemik demam, pembengkakan skrotum, pembesaran atau nyeri
pada kelenjar inguinal.
Adanya riwayat dari partner seksual yang menderita infeksi pada alat kelamin.

Anamnesa

Dapatkan riwayat penyakit pasien secara hati hati. Hal tersebut akan dapat
membantu membedakan antara penyakit menular seksual dan sebab lainnya dari
urethritis. Pernyataan dapat bersifat profesional, dan dokter harus tampak peduli serta
tidak menampakkan rasa jijik, marah, atau menghakimi berdasarkan riwayat seksual
pasien. Apabila pasien merasa tidak nyaman, mereka mungkin tidak akan
mengutarakan informasi yang penting yang dapat membantu penatalaksanaan mereka
atau penatalaksanaan bagi pasangan seksual mereka, termasuk rantai penyakit yang
mungkin dapat berhubungan dengan pasien (contoh, ketika si pasangan memiliki
pasangan lainnya).

Riwayat seksual : riwayat seksual yang lengkap akan meningkatkan atau menurunkan
kecenderungan urethritis sekunder berkaitan dengan PMS (Penyakit Menular
Seksual).
Penggunaan Kontrasepsi : Menggunakan kondom membantu penurunan transmisi
PMS secara signifikan. Sedangkan jenis pengontrol kehamilan lainya tidak
memperbaiki atau malah memperburuk kemungkinan penularan urethritis.
Penggunaan spermisida dapat mengakibatkan urethritis oleh bahan kimia, dimana
gejala disurianya menyerupai urethritis infeksiosa.
Usia pertama kali berhubungan seksual : dengan pengecualian pada beberapa
kelompok beragama yang mendukung umatnya untuk segera menikah dan monogami
pada usia awal, usia yang lebih muda memiliki resiko yang lebih tinggi untuk
terjangkit PMS.
Jumlah pasangan seksual : Individu dengan jumlah pasangan yang banyak lebih dapat
terjangkit PMS. Pasangan yang melakukan monogamo dalam jangka panjang, secara
ekstrim tidak akan terkena PMS. Pasien yang telah menikah tidak harus diberitahukan
diagnosa penyakitnya (atau kemungkinan diagnosisnya) dihadapan pasangan mereka,
namun pasangan tersebut haruslah diterapi ketika mendapatkan kesempatan untuk
menjelaskan situasinya.
Pilihan seksualitas : Pria homoseksual memiliki tingkat tertinggi dalam persebaran
penyakit menular seksual. Secara urutan, berdasarkan angka kejadiannya, pria
heterokseksual, wanita heteroseksual, dan wanita homoseksual.
Riwayat Penyakit Menular Seksual sebelumnya : Pasien dengan riwayat PMS
meningkatkan resiko terkena PMS lainnya. PMS berulang dapat pula terjadi .
Kecurigaan tertinggi terutama pada pasien dengan temuan sifilis dan infeksi HIV.
Sebagai tambahan, urethritis dapat meningkatkan persebaran virus HIV dan
perburukannya.
Gejala : Banyak pasien, termasuk sekitar 25% dari mereka dengan GNO, tidak

memiliki gejala dan diketemukan saat skrining pasangannya. Lebih dari 75% wanita
dengan infeksi C trachomatis bersifat asimptomatis.

Waktu : Gejala, secara umum, sejak 4 hari hingga 2 minggu setelah kontak dengan
pasangan yang terinfeksi atau pasien juga dapat tidak memiliki gejala.
Duh urethra : Cairan yang dapat berwarna kekuningan, hijau, kecoklatan atau disertai
bercak bercak darah dan jumlah produksinya tidak berkaitan dengan aktifitas
seksual.
Disuria : Disuria biasanya terlokalisasi pada lubang luar penis atau bagian distalnya,
memburuk saat kencing pagi hari pertama kali, dan diperburuk dengan konsumsi
alkohol. Frekuensi urinasi dan urgensi biasanya tidak disertai. Namun jika ada, pasien
boleh jadi memiliki prostatitis atau radang kandung kemih.
Gatal : sebuah sensasi dari gatal pada urethra atau iritasi dapat bertahan ketika urinasi,
dan beberaa pasien memiliki gejala gatal dibandingkan nyeri atau rasa terbakar.
Orchalgia : pria biasanya mengeluh rasa berat pada alat kelaminnya. Berkaitan dengan
nyeri pada testis yang mengarahkan kecurigaan kepada epididimitis, orchitis, atau
keduanya.
Siklus Menstruasi : Wanita biasanya mengeluh tentang perburukan gejala saat mens.
Benda asing atau instrumentasi : Pasien harus ditanyakan mengenai penggunaan
kateter urethra beberapa waktu yang lalu atau instrumentasi lainnya, baik secara
medical maupun secara mandiri. Prosedur tersebut dapat menyebabkan urethritis
traumatis.
Gejala sistemik : Gejala sistematis (cth demam, mengigil, berkeringat, mual) biasanya
tidak ada, namun bila didapatkan, biasanya menandakan disseminasi gonokosemia,
pyelonephritis, arthritis, konjungtivitis, proctitis, prostatitis, epididymitis, atau
orchitis, pneumonia, otitis media, nyeri punggung bawah (cth, reaktif arthritis), iritis,
atau ruam (karakteristiknya mencakup telapak tangan atau telapak kaki).

Pemeriksaan Fisik

Kebanyakan pasien dengan urethritis tidak tampak sakit dan tidak muncul tanda
tanda sepsis, seperti demam, takikardia, takipnea, atau hipotensi. Fokus primer dari
pemeriksaan adalah pada alat kelaminnya.

Pria
Rencana terbaik adalah menghindari pemeriksaan genitalia segera setelah pasien
mikturisi karena urin yang keluar dapat secara sementara membersihkan duh dam
organisme yang dapat dikultur. Ole karena kultur urin adalah komponen yang penting
untuk evaluasi, sarankan kepada pasien agar kencing 2 jam sebelum pemeriksaan
genitalia sehingga hasil kultur dan pemeriksaan dapat optimal dan pasien dapat secara
nyaman spesimen urin setelah pemeriksaan.
Pastikan pasien dalam kondisi berdiri, dan secara utuh tidak berpakaian, serta ruangan
hangat dengan penerangan yang baik. Ketika pasien melepaskan pakaian, perhatikan
pakaian dalam untuk mencari adanya sekresi yang mungkin akan menambahkan

informasi tambahan.
Periksa pasien untuk mencari adanya lesi yang mengindikasikan PMS lainnya, seperti
kondilima acuminata, herpes simplex, atau sifilis. Pemeriksa harus menarik preputium
penis pada pria yang tidak disirkumsisi. Lesi dan eksudat dapat tersembunyi.
Periksa bagian lumen dari urethra distal untuk mencari lesi, striktur, atau duh urethra
yang jelas.
Palpasi sepanjang urethra, nyeri tekan, atau panas yang menandakan abses atau benda
keras yang menandakan benda asing.
Periksa testis untuk bukti adanya massa atau peradangan. Palpasi korda spermatika,
cari bukti adanya pembengkakan, nyeri tekan, atau rasa panas yang menandakan
orchitis atau epididimistis.
Periksa adanya inguinal adenopati
Palpasi tanda keradangan pada prostat untuk prostatitis. Saat pemeriksaan rectal
touche, perhatikan adanya lesi disekitar anus.
Wanita

Pasien sebaiknya dalam posisi litotomi


Periksa adanya lesi yang menunjukkan adanya PMS.
Sediakan sample bila ada duh yang keluar untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Setelah pemeriksaan urethra diikuti pemeriksaan pelvis lengkap, termasuk kultur
seviks.
Umum

Demam, ruam pada telapak tangan, nyeri tekan sendi, dan konjungtivitis adalah
indikasi untuk penyakit secara sistematik.

Pemeriksaan Penunjang

Urethritis dapat didiagnosa berdasarkan adanya satu atau lebih dari hal berikut :

1) Duh urethra purulen atau mukopurulen, 2) hapusan duh urethra yang menunjukkan
adanya, paling tidak, 5 leukosit pe lapang minyak imersi secara mikrospkopis, dan 3)
spesimen urine miksi pertama yang menunjukkan leukosit esterase pada pemeriksaan
dipstik atau paling tidak 10 sel darah putih lapang pandang mikroskop.

Seluruh pasien dengan urethritis harus diuji untuk N Gonorrhoeae dan C trachomatis.

Pewarnaan Gram

Secara tradisional, penatalaksanaan berdasarkan kepada hasil pewarnaan gram. Pasien


dengan Gram negatif diplokokus intraseluler pada hapusan duh urethra mendapat
terapi untuk urethritis gonokokal, dan mereka tanpa gram negatif diplokokus
intraseluler mendapat terapi untuk Non Gonokokal Urethritis (GNO)
Oleh karena rekomendasi terkini menyarankan pasien menerima terapi untuk
keduanya secara bersamaan, dan dengan keberhasilan dari Nucleic Acid Amplification
Tests (NAATs), kemungkinan pewarnaan gram sudah tidak diperlukan lagi.
Kultur urethra untuk N gonorrhoeae dan C trachomatis

Kultur endourethra (Diperoleh dengan cara memasukkn secara perlahan alat pengusap
yang fleksibel dengan ujung kapas berukuran 1 2 cm ke dalam urethra) diperlukan
untuk pengujian infeksi C trachomatis. Kultur endoservikal harus pula didapatkan
bagi wanita.
Kultur ini kemungkinan berguna sebagai alat skrining untuk N gonorrhoeae yang
memproduksi penicillinase atau secara kromosom dapat memediasi ketahanan
terhadap berbagai antibiotik. Dan melakukan skrining ini bersifat tidak efektif biaya.
Urin

Urinalisis adalah tes yang tidak berguna bagi pasien dengan urethritis kecuali dapat
membantu menyingkirkan adanya sistitis atau pyelonefritis, yang mana diperlukan
pada kasus kasus disuria tanpa disertai duh urethra. Pasien dengan urethritis non
gonokokal, pada lebih dari 30% pasien, tidak memiliki leukosit pada spesimen urin.
Preparat Potassium Hidroksida : digunakan untuk mengevaluasi oraganisme fungal.

Preparat Basah : Sekresi akan menunjukkan adanya pergerakan dari organisme


trichomonas, apabila ada.

Pengujian PMS : Pasien dengan urethritis harus dikonsultasikan untuk resiko penyakit
menular seksual yang lebih serius, seperti uji serologi sifillis (Venereal Disease
Research Laboratory Test atau Rapid Plasma Reagin Test) dan Serologi HIV.

Swab nasofaring dan/atau rektal : Pria yang memiliki aktifitas seksual dengan pria
harus melakukan skrining gonorrhoeae dengan swab nasofaring dan/atau rektal.

Uji kehamilan : Wanita yang melakukan hubungan tanpa alat proteksi harus
ditawarkan untuk uji kehamilan.

Tes lainnya : Pasien dengan arthritis reaktif didiagnosa berdasarkan adanya GNO dan
temuan klinis dari uveitis dan arthritis. Uji HLA-B27 memiliki nilai yang terbatas.
Lebih tersedia perangkat-pernagkat seperti peningkatan laju endap darah (LED) pada

faktor rheumatoid, mungkin dapat berguna.

Pemeriksaan Pencitraan

Pemeriksaan pencitraan, secara khusus ialah retrograde urethrografi, tidak diperlukan


pada pasien dengan urethritis, kecuali pada kasus trauma atau adanya kemungkinan
kemasukan benda asing.

Penatalaksanaan

- Umum

Gejala dari urethritis seringkali hilang secara spontan dengan berjalannya waktu,
tanpa memerlukan terapi. Pemberian antibiotik bertujuan mencegah morbiditas dan
mengurangi transmisi penyakit kepada orang lainnya. Pengobatan terhadap pasangan
kontak pasien dapat mencegah terjadinya reinfeksi pada pasien itu sendiri.

Terapi antibiotik harus dapat mencakup kedua penyakit yakni urethritis gonokokal
dan urethritis non gonokokal. Apabil terapi gabungan keduanya tidak tersedia, resiko
terjadinya urethritis pasca gonokokal kurang lebih 50%. Pemilihan antibiotik haruslah
berdasarkan pembiayaan, efek yang tidak diinginkan, efektifitas, dan kepatuhan. Pada
kebanyakan keadaan, penatalaksanaan yang optimal dengan terapi dosis tunggal yang
dimasukkan di bagian Instalasi Rawat Darurat atau tempat praktek dokter.
Penatalaksanaan
1. Menentukan adanya uretritis
Anamnesa keluhan : disuri, sekret uretra, gatal, bercak pada celana.
Koitus suspektus : 7 hari atau lebih.
Pemeriksaan klinik : sekret purulen, mukopurulen, serous, jernih.
Peradangan muara uretra.
Laboratorium : Lekosit lima atau lebih pada pengecatan gram
Leko 10 atau lebih pada sediaan basah.
2. Menyingkirkan adanya : Neisseria gonorrhoea dengan preparat gram dan atau
pembiakan.
3. Menemukan : Trichomonas vaginalis dengan sediaan basah, gram dan atau kultur.
Candida albicans dengan sediaan basah, gram dan atau kultur. Anamnesa dan
pemeriksaan adanya penyebab non infeksi.
Uretritis Non spesifik bila semua penyebab di atas tidak ditemukan.
4. Pengobatan : uretritis non spesifik
Tretrasiklin HCL 500 mhg 3 4 kali sehari selama 7 hari.
Eritromisin 500 mg 3 4 kali sehari selama 7 hari.

Doksisiklin 100 mg 2 kali sehari selama 7 hari.


Bila BB 60 kg. Tetrasiklin
Eritromisin diberikan 3 x 500 mg sehari selama 7 hari.
Trichomoniasis :
Metronidazol 3 kali 250 mg selama 7 hari.
Metronidazol 2 gram dosis tunggal.
Candida albicans :
Instilasi dengan larutan gentian violet 1 0/00
Instalasi dengan nystatin.
Ketakonasol 2 kali 200 mg sehari selama 5 hari.
5. Tindak lanjut
Setelah pengobatan uretritisn non gonore, dilakukan kontrol minimal 3 kali dengan
interval 7 hari.

DAFTAR PUSTAKA
1. Felman YM, Philm. Sexually Transmitted Diseases, Churchil Livingstone, 1986, 65
84.
2. Holmes KK, Mardh PA, Sparling PF, Wiesner PJ. Sexually Transmitted Diseases,
Mc Graw Hill, First Edition, 1989, 627 640.
3. King A, Nicol C, Veneral Diseases 3 rd ed. The English Language Book Society

Baillere Tindal, 1980, 274 293.


4. Standarisasi Diagnostik dan Penatalaksanaan Beberapa Penyakit Menular Seksual
(PMS), FKUI, 1990, 147 154.
5. Thin N.R. Lecture Notes on Sexually Transmitted Diseases Blackwell Scientific
Publications, 1982, 129 141.

You might also like