You are on page 1of 9

1

MOLA HIDATIDOSA
Mola hidatidosa adalah kehamilan yang abnormal di mana hampir seluruh villi chorialis
mengalami degenerasi hidropik.
Istilah awam : "hamil anggur". Terjadi degenerasi hidropik dari jaringan trofoblas pada
usia kehamilan muda. Kadar B-hCG meningkat sangat tinggi, menyebabkan timbul
gejala-gejala kehamilan muda yang berlebihan.
Pembagian
[-] mola hidatidosa klasik / komplet : tidak terdapat janin atau bagian tubuh janin. Ciri
histologik, ada gambaran proliferasi trofoblas, degenerasi hidropik villi chorialis dan
berkurangnya vaskularisasi / kapiler dalam stroma. Sering disertai pembentukan kista
lutein (25-30%).
[-] mola hidatidosa parsial / inkomplet : terdapat janin atau bagian tubuh janin. Ciri
histologik, terdapat jaringan plasenta yang sehat dan fetus. Gambaran edema villi hanya
fokal dan proliferasi trofoblas hanya ringan dan terbatas pada lapisan sinsitiotrofoblas.
Perkembangan janin terhambat akibat kelainan kromosom dan umumnya mati pada
trimester pertama.
Gejala
[-] perdarahan : karena tekanan mola kepada dinding uteri
[-] gejala kehamilan muda berlebih : hiperemesis, hipertiroid, preeklampsia, anemia
Patogenesis
[-] B-hCG meningkat - aktifitas ovarium meningkat (ovarium kistik) - estrogen tinggi
menimbulkan efek hipertiroidisme dari aktifitas B-hCG yang tinggi.
[-] Teori Acosta-Sison : defisiensi protein.
[-] Sitogenetika : mola hidatidosa komplet berasal dari genom paternal (genotipe 46 xx
sering, 46 xy jarang, tapi 46 xx nya berasal dari reduplikasi haploid sperma dan tanpa
kromosom dari ovum). Mola parsial mempunyai 69 kromosom terdiri dari kromosom 2
haploid paternal dan 1 haploid maternal (triploid, 69 xxx atau 69 xxy dari 1 haploid
ovum dan lainnya reduplikasi haploid paternal dari satu sperma atau fertilisasi
dispermia).
Kelompok risiko tinggi
[-] usia kurang dari 20 tahun
[-] sosioekonomi kurang
[-] jumlah paritas tinggi
[-] riwayat kehamilan mola sebelumnya
Diagnostik mola hidatidosa
[-] anamnesis : ada kehamilan disertai gejala dan tanda kehamilan muda yang
berlebihan, perdarahan pervaginam berulang cenderung berwarna coklat dan kadang
bergelembung seperti busa.
[-] pemeriksaan fisik : pada mola klasik, uterus membesar melebihi ukuran usia
kehamilan yang sesuai, tidak teraba bagian janin, tidak ada bunyi jantung janin. Uji
batang sonde (Acosta-Sison / Hanifa) tidak ada tahanan massa konsepsi. Pada mola
parsial, gejala seperti missed abortion, uterus lebih kecil dari kehamilan.
[-] pemeriksaan penunjang : jika memungkinkan, periksa B-hCG kuantitatif dan USG.

2
USG gambaran seperti badai salju (snowflake / snowstorm-like appearance). Foto
toraks dan kadar T3 T4 dianjurkan.
Pemeriksaan B-hCG :
[+] biologis : Gaili Mainnini, Friedman
[+] tes imunologik : tidak kuantitatif
[+] radioimunoassay : kuantitatif
Hipertiroidisme : B-hCG > 300.000 mIU/ml - mempengaruhi reseptor thyrotropin aktifitas hormon-hormon tiroid (T3/T4) meningkat. Terjadi gejala-gejala
hipertiroidisme berupa hipertensi, takikardia, tremor, hiperhidrosis, gelisah, emosi labil,
diare, muntah, napsu makan meningkat tetapi berat badan menurun dan sebagainya.
Gejala ini diobati dengan propiltiourasil 3 x 100 mg oral dan propanolol 40-80 mg.
Krisis tiroid : hipertiroid tidak terkontrol, disertai hipertermia, kejang, kolaps
kardiovaskular, toksemia, penurunan kesadaran sampai delirium-koma.
Prinsip penanganan
[-] perhatikan sindroma yang mengancam fungsi vital (depresi napas, hipertiroid /
tirotoksikosis, dsb), siap resusitasi bila keadaan umum pasien buruk.
[-] Evakuasi jaringan mola : dilatasi-kuretase dengan hisap (suction) dan kuret tajam.
Suction dapat mengeluarkan sebagian besar massa mola, sisanya dibersihkan dengan
kuret. Dapat juga dilakukan induksi. Pada waktu evakuasi, diberikan oksitosin untuk
merangsang kontraksi uterus dan mencegah refluks cairan mola ke arah tuba.
[-] Pada wanita yang tidak mengharapkan anak lagi dapat dianjurkan histerektomi.
Follow up / pengamatan lanjut pasca evakuasi mola
Kontrol terhadap progresifitas menjadi penyakit trofoblas ganas (koriokarsinoma)
[-] Profilaksis terhadap keganasan dengan sitostatika, terutama pada kelompok risiko
keganasan tinggi.
[-] pemeriksaan ginekologik dan B-hCG kuantitatif rutin tiap 2 minggu pasca evakuasi
sampai remisi, sesudah remisi, tetap teratur tiap 3 bulan sampai selama 1 tahun.
[-] foto toraks pada awal terapi, diulang bila kadar B-hCG menetap atau meningkat.
[-] kontrasepsi hormonal aman selama 1 tahun pasca remisi. Sebaiknya menggunakan
preparat progesteron oral selama 2 tahun.
[-] penyuluhan pada pasien akan kemungkinan keganasan
Faktor risiko tinggi / prognostik buruk
[-] B-hCG > 100.000 mIU/ml
[-] kista lutein bilateral
[-] mola berulang
[sumber : http://www.geocities.com/Yosemite/Rapids/1744/cklgin7.html]

3
http://www.geocities.com/Yosemite/Rapids/1744/cklgin7.html

Penyakit Trofoblastik Gestasional (PTG)


Definisi
Penyakit trofoblastik gestasional adalah spektrum penyakit yang saling berhubungan yang
berasal dari trofoblas / plasenta.
Termasuk penyakit trofoblastik gestasional :
Mola invasif
Ditandai dengan terdapatnya invasi villi chorialis yang sembab / edema dengan proliferasi selsel trofoblas ke miometrium. Jarang sekali bermetastasis. Terapi dengan histerektomi atau
kemoterapi.
Koriokarsinoma gestasional
Mempunyai gambaran sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas ganas (proliferasi - hiperkromasi hipermitosis - diferensiasi buruk) disertai nekrosis dan perdarahan. Tidak dijumpai adanya
villi chorialis. Penyebaran terjadi secara hematogen dan kemoterapi menjadi pilihan utama
terapi.
Tumor trofoblastik pada tempat plasenta
Jarang, terdapat proliferasi sel sitotrofoblas intermediate.
Epidemiologi
Angka kejadian PTG tinggi di negara berkembang faktor gizi, sosioekonomi.
Di negara barat 1/1000 sampai 1/2000 kehamilan.
20% degenerasi ganas menjadi mola invasif atau koriokarsinoma.
Koriokarsinoma : 50% dari kehamilan aterm, 25% dari mola, 25% dari kehamilan ektopik
atau abortus.
MOLA HIDATIDOSA
Mola hidatidosa adalah kehamilan yang abnormal di mana hampir seluruh villi chorialis
mengalami degenerasi hidropik.
Istilah awam : "hamil anggur".
Terjadi degenerasi hidropik dari jaringan trofoblas pada usia kehamilan muda.
Kadar B-hCG meningkat sangat tinggi, menyebabkan timbul gejala-gejala kehamilan muda
yang berlebihan.

Pembagian
- mola hidatidosa klasik / komplet : tidak terdapat janin atau bagian tubuh janin. Ciri
histologik, ada gambaran proliferasi trofoblas, degenerasi hidropik villi chorialis dan
berkurangnya vaskularisasi / kapiler dalam stroma. Sering disertai pembentukan kista lutein
(25-30%).
- mola hidatidosa parsial / inkomplet : terdapat janin atau bagian tubuh janin. Ciri histologik,
terdapat jaringan plasenta yang sehat dan fetus. Gambaran edema villi hanya fokal dan
proliferasi trofoblas hanya ringan dan terbatas pada lapisan sinsitiotrofoblas. Perkembangan
janin terhambat akibat kelainan kromosom dan umumnya mati pada trimester pertama.

Gejala
- perdarahan : karena tekanan mola kepada dinding uteri
- gejala kehamilan muda berlebih : hiperemesis, hipertiroid, preeklampsia, anemia
Patogenesis
B-hCG meningkat - aktifitas ovarium meningkat (ovarium kistik) - estrogen tinggi
menimbulkan efek hipertiroidisme dari aktifitas B-hCG yang tinggi.
Teori Acosta-Sison : defisiensi protein.
Sitogenetika : mola hidatidosa komplet berasal dari genom paternal (genotipe 46xx sering, 46
xy jarang, tapi 46xx nya berasal dari reduplikasi haploid SPERMA dan tanpa kromosom dari
ovum). Mola parsial mempunyai 69 kromosom terdiri dari kromosom 2 haploid paternal dan
1 haploid maternal (triploid, 69xxx atau 69xxy dari 1 haploid ovum dan lainnya reduplikasi
haploid paternal dari satu sperma atau fertilisasi dispermia).
Kelompok risiko tinggi
- usia kurang dari 20 tahun
- sosioekonomi kurang
- jumlah paritas tinggi
- riwayat kehamilan mola sebelumnya
Diagnostik mola hidatidosa
- anamnesis : ada kehamilan disertai gejala dan tanda kehamilan muda yang berlebihan,
perdarahan pervaginam berulang cenderung berwarna coklat dan kadang bergelembung
seperti busa.
- pemeriksaan fisik : pada mola klasik, uterus membesar melebihi ukuran usia kehamilan yang
sesuai, tidak teraba bagian janin, tidak ada bunyi jantung janin. Uji batang sonde (AcostaSison / Hanifa) tidak ada tahanan massa konsepsi. Pada mola parsial, gejala seperti missed
abortion, uterus lebih kecil dari kehamilan.
- pemeriksaan penunjang : jika memungkinkan, periksa B-hCG kuantitatif dan USG.
USG gambaran seperti badai salju (snowflake / snowstorm-like appearance). Foto toraks dan

5
kadar T3 T4 dianjurkan.
Pemeriksaan B-hCG :
- biologis : Gaili Mainnini, Friedman
- tes imunologik : tidak kuantitatif
- radioimunoassay : kuantitatif
Hipertiroidisme :
B-hCG > 300.000 mIU/ml - mempengaruhi reseptor thyrotropin - aktifitas hormon-hormon
tiroid (T3/T4) meningkat. Terjadi gejala-gejala hipertiroidisme berupa hipertensi, takikardia,
tremor, hiperhidrosis, gelisah, emosi labil, diare, muntah, napsu makan meningkat tetapi berat
badan menurun dan sebagainya.
Gejala ini diobati dengan propiltiourasil 3 x 100 mg oral dan propanolol 40-80 mg.
Krisis tiroid :
hipertiroid tidak terkontrol, disertai hipertermia, kejang, kolaps kardiovaskular, toksemia,
penurunan kesadaran sampai delirium-koma.
Prinsip penanganan
- perhatikan sindroma yang mengancam fungsi vital (depresi napas, hipertiroid /
tirotoksikosis, dsb), siap resusitasi bila keadaan umum pasien buruk.
- Evakuasi jaringan mola : dilatasi-kuretase dengan hisap (suction) dan kuret tajam.
Suction dapat mengeluarkan sebagian besar massa mola, sisanya dibersihkan
dengan kuret. Dapat juga dilakukan induksi. Pada waktu evakuasi, diberikan oksitosin
untuk merangsang kontraksi uterus dan mencegah refluks cairan mola ke arah tuba.
- Pada wanita yang tidak mengharapkan anak lagi dapat dianjurkan histerektomi.
Follow up / pengamatan lanjut pasca evakuasi mola
Kontrol terhadap progresifitas menjadi penyakit trofoblas ganas (koriokarsinoma)
- Profilaksis terhadap keganasan dengan sitostatika, terutama pada kelompok risiko keganasan
tinggi.
- pemeriksaan ginekologik dan B-hCG kuantitatif rutin tiap 2 minggu pasca evakuasi sampai
remisi, sesudah remisi, tetap teratur tiap 3 bulan sampai selama 1 tahun.
- foto toraks pada awal terapi, diulang bila kadar B-hCG menetap atau meningkat.
- kontrasepsi hormonal aman selama 1 tahun pasca remisi. Sebaiknya menggunakan preparat
progesteron oral selama 2 tahun.
- penyuluhan pada pasien akan kemungkinan keganasan
Faktor risiko tinggi / prognostik buruk
- B-hCG > 100.000 mIU/ml
- kista lutein bilateral
- mola berulang

6
PENYAKIT TROFOBLAS GESTASIONAL NON METASTATIK

Yang termasuk PTG nonmetastatik adalah :


- mola persisten, mola invasif
- tumor trofoblas pada tempat plasenta
- koriokarsinoma yang terlokalisasi pada uterus
Diagnosis mola invasif ditegakkan berdasarkan dijumpainya infiltrasi elemen trofoblas dan
villi chorialis pada miometrium pada sediaan histerektomi.
SEJAK diagnosis awal PTG, pemeriksaan B-hCG, ada metastasis atau tidak, dan pengobatan
kemoterapi dijalankan, maka diagnosis histopatologik TIDAK menjadi penting.
Histerektomi dapat mempersingkat periode kemoterapi, dilakukan bila pasien tidak
menginginkan anak lagi, tetapi kemoterapi pascaoperasi masih diberikan untuk mencapai
remisi komplit.
Beberapa jenis regimen pengobatan PTG nonmetastatik
Methotrexate
- 30 mg/m2 intramuskular, tiap minggu
- atau tiap 2 minggu, 0.4 mg/kgbb intramuskular (maksimum 25 mg) 5 hari berturut-turut.
- atau 1 mg/kgbb intramuskular, hari ke- 1, 3, 5 dan 7, bersama folinic acid 0.1 mg/kg pada
hari ke 2, 4, 6 dan 8.
- atau 100 mg/m2 intravena bolus dan 200 mg/m2 intravena infus selama 12 jam, dilanjutkan
asam folinik, 15 mg peroral setiap 6 jam untuk 4 dosis (dimulai sesudah infus akhir
diberikan).
Actinomycin D
- 9-13 ug/kgbb intravena, 5 hari berturut-turut, setiap 2 minggu (maksimum 500 ug/hari).
- atau bolus 1.25 mg/m2 intravena setiap 2 minggu.
Etoposide
- 200 mg/m2 per oral, selama 5 hari berturut-turut, setiap 12 - 14 hari.
Hasil pengobatan PTG nonmetastatik dengan kemoterapi dapat sembuh sampai 100%.
Beberapa hal pertimbangan dalam pengobatan kemoterapi :
- methotrexate (MTX) yang diberikan tiap minggu sangat efektif, toksisitas rendah, biaya
murah.

7
- kemoterapi dilanjutkan hingga kadar B-hCG mencapai kadar normal dan pengobatan
dilanjutkan selama dua minggu, setelah kadar B-hCG pertama kali tercatat normal.
- karena ekskresi MTX seluruhnya melalui ginjal, maka sebelum pengobatan pemeriksaan
fungsi ginjal harus menunjukkan nilai ureum dan kreatinin dalam batas normal.
- bila dalam pengobatan kadar B-hCG menetap atau bahkan meningkat, harus diganti dengan
kemoterapi tunggal lainnya sebagai alternatif.
- bila pengobatan dengan kemoterapi tunggal alternatif timbul metastasis baru atau dinyatakan
gagal, maka pilihan berikut adalah kemoterapi kombinasi.
- bila proses didapatkan terlokalisasi di uterus dan pengobatan kemoterapi refrakter,
pertimbangkan untuk histerektomi.
PENYAKIT TROFOBLAS GESTASIONAL GANAS METASTATIK
Pasien penyakit trofoblas ganas dengan metastasis dibagi atas kelompok risiko tinggi dan
risiko rendah.
Yang termasuk risiko tinggi :
- kadar B-hCG urine lebih dari 100.000 IU / 24 jam
- simptom timbul lebih dari 4 bulan
- terdapat metastasis jauh : otak, hati, paru
- pernah mendapat kemoterapi dan gagal atau residif
- antecedent kehamilan aterm
Diluar kriteria tersebut digolongkan dalam risiko rendah atau biasa.
Pada pasien PTG metastatik kelompok risiko rendah, dimulai dengan kemoterapi
tunggal, dengan tingkat kesembuhan sampai 100%.
Meskipun demikian, 40% dari kelompok risiko rendah ini perlu mendapat kemoterapi
alternatif atau terapi kombinasi.
Pada pasien PTG metastatik kelompok risiko tinggi, diberikan kemoterapi kombinasi
- MAC : methotrexate, actinomycin-D, chlorambucil
- CHAMOCA : cytoxan, hydroxyurea, actinomycin-D, oncovin, melphalan, adriamycin
- EMACO : etoposide, methotrexate, actinomycin-D, cyclophosphamid, oncovin (vincristine)
Selama pengobatan perlu diperhatikan hal-hal seperti follow up mola, dengan tambahan
pemeriksaan darah tepi, trombosit, faktor-faktor pembekuan darah, fungsi hati dan fungsi
ginjal. Bila perlu lakukan USG abdomen-pelvis dan CT-scan kepala / abdomen / pelvis untuk
survey metastasis.
KORIOKARSINOMA
Degenerasi sisa epitel korion menjadi keganasan / karsinoma.
Angka kejadian 20% pasca kehamilan mola hidatidosa.
(Hati-hati, pemakaian istilah PTG sering kacau penggunaannya untuk penyakit trofoblastik
GANAS / koriokarsinoma dan untuk penyakit trofoblas GESTASIONAL.)
Perjalanan penyakit koriokarsinoma : infiltratif ke dinding uterus dan sekitarnya dan
metastatik ke organ-organ lain, sesuai karakteristik penyakit keganasan.
Pengobatan dengan kemoterapi sitostatika.

Perdarahan saat hamil


pdpersi, Jakarta - Tidak sedikit wanita hamil mengalami perdarahan. Kondisi ini terjadi di awal
masa kehamilan (trisemester pertama), tengah semester (trisemester kedua) atau bahkan pada masa
kehamilan tua (trisemester ketiga). Perdarahan pada kehamilan merupakan keadaan yang tidak
normal sehingga harus diwaspadai.
Ada beberapa penyebab perdarahan yang mengintai wanita hamil. Setiap kasus muncul dalam fase
tertentu. Ibu hamil yang mengalami perdarahan perlu segera diperiksa untuk mengetahui
penyebabnya agar bisa dilakukan solusi medis yang tepat untuk menyelamatkan kehamilan.
Adakalanya kehamilan bisa diselamatkan, namum tidak jarang gagal.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan kandungan disertai dengan pengajuan beberapa
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan terjadinya perdarahan. Bila perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang seperti ultrasonographi (USG) dan pemeriksaan laboratorium.
Perdarahan pada kehamilan muda (trisemester pertama)
Beberapa penyebab perdarahan yang terjadi pada usia kehamilan tiga bulan pertama :
Abortus (keguguran), beberapa tahapan keguguran :
1. Abortus iminens
Adalah terjadinya perdarahan dari rahim pada tahap awal dimana mudigah (embrio)
masih utuh dalam rahim. Pada tahap ini umumnya perdarahan hanya sedikit atau
agak banyak namun tidak disertai mules. Pada abortus iminens ini harus dipastikan
apakah janin masih dapat berkembang atau tidak. Caranya dengan melakukan
pemeriksaan USG berulang kali. Sebagian kasus abortus iminens ini masih dapat
dipertahankan kehamilannya
2. Abortus insipiens
Pada tahap ini mudigah masih utuh dalam rahim, namun sudah terjadi pembukaan
dalam rahim. Biasanya muncul perdarahan lebih banyak dan timbul rasa mules
3. Abortus inkomplit
Pada tahap ini sudah terjadi pengeluaran hasil konsepsi, namun masih ada sisa yang
tertinggal di dalam rahim. Umumnya perdarahan yang terjadi sangat banyak sampai
bisa menimbulkan syok
4. Abortus komplitus
Pada tahap ini semua hasil konsepsi sudah keluar dari rahim. Perdarahan berkurang
menjadi lebih sedikit dan mulut rahim sudah menutup kembali. wanita yang
mengalami abortus harus menjalani kuretase untuk membersihkan sisa-sisa
perdarahan di dalam rahim
Blighted ovum
Adalah kehamilan yang tidak berkembang. Di dalam rahim hanya terdapat kantong
kehamilan tanpa adanya mudigah yang pada akhirnya akan berujung dengan keguguran.
Kasus blighted ovum harus diselesaikan dengan tindakan dikuret
Hamil anggur (mola hidatidosa)
Adalah kehamilan yang tidak normal dimana pada perkembangannya bagian janin atau
plasenta berubah sifat menjadi tumor yang berbentuk keguguran. Dan wanita yang
mengalaminya hrus dikuret
Kehamilan diluar kandungan
Adalah kehamilan yang< hasil konsepsi atau pembuahannya terletak diluar rongga rahim,
misalnya terjadi di saluran telur (tuba), ovarium atau rongga perut. hal ini menimbulkan
perdarahan dalam perut dan dapat menimbulkan syok/li>

9
Perdarahan pada tengah kehamilan kedua (trisemester kedua)
Plasenta previa
Kehamilan dimana letak palsenta berada di bawah menutupi jalan lahir, sehingga bila
terjadi kontraksi akan menimbulkan perdarahan. Bila pada kasus plasenta previa perdarahan
yang terjadi tidak terlalu banyak, ibu hamil dapat dirawat. peluang kehamilan berlanjut
samapai usia kehamilan cukup bulan masih terbuka. Tetapi bila perdarahan banyak sekali,
terpaksa harus dilakukan operasi caesar dengan konsekuensi bayi lahir prematur
Penyakit atau kelainan mulut rahim
Misalnya pada polip serviks, atau mungkin menderita kanker serviks, padahal
kehamilannya sendiri dalam kondisi normal
Perdarahan pada kehamilan tua (trisemester ketiga)
Plasenta previa
Plasenta letaknya rendah dan dapat berlanjut sampai di trisemester ketiga
Solusi plasenta
Adlaah terlepasnya sebagian plasenta sebelum bayi lahir, penyebabnya terutama bila pasien
menderita hipertensi, preeklamsia, kekurangan asam folat atau terjaid trauma (benturan).
Bila kasus perdarahan solusi plasenta bayi masih hidup, harus segera dilakukan operasi
caesar. Tapi bila bayi telah meninggal maka akan dicoba lahir dengan persalinan normal
dengan pengawasan medis yang ketat
Sumber : Majalah Human Health/Nty

You might also like