You are on page 1of 83

66

BAB II

G R U P

OPERASI BINER
Misalkan Q adalah himpunan bilangan rasional. Untuk
setiap a, b Q maka ( a b) Q , (b a) Q , ( axb) Q ,
(bxa) Q ,
( a b) Q
(b a ) Q .
dan
Penjumlahan,
pengurangan dan perkalian tersebut merupakan contoh-contoh
operasi biner pada Q. Pada contoh tersebut penjumlahan
mengawankan setiap pasangan bilangan rasional a dan b dengan
tepat satu bilangan rasional (a b) , dapat ditulis
( a , b ) ( a b)

atau (5,6) 11
atau ( 12 , 14 ) 34 , dan sebagainya
Begitu pula untuk pengurangan dan perkalian pada
himpunan bilangan rasional. Setiap pasangan bilangan rasional
mengawankan tepat satu bilangan rasional, dengan kata lain,
operasi-operasi penjumlahan, pengurangan, dan perkalian dapat
dipandang sebagai suatu fungsi atau pemetaan. Mengapa operasi

67
pembagian pada himpunan bilangan rasional bukan merupakan
pemetaan? Ingat pembagian dengan nol tidak didefinisikan.
DEFINISI 2.1 Operasi Biner
Misal S suatu himpunan, S , operasi biner o
(dibaca: bundaran) pada S adalah suatu pemetaan
yang mengawankan (a, b) S x S dengan tepat satu
elemen a o b S atau dapat ditulis: o: S x S S
Operasi biner dalam himpunan S sering disebut operasi yang
tertutup dalam himpunan S, atau a, b S a o b S.
Contoh 1 . A {2,4,6,8,...} yaitu himpunan bilangan asli genap dan
oprasi +, yaitu operasi penjumlahan seperti yang telah kita kenal.
Maka operasi + merupakan operasi biner pada A, sebab jumlah
setiap dua bilangan asli genap selalu merupakan bilangan asli
genap.
Contoh 2. B {1,3,5,7,...} yaitu himpunan bilangan asli ganjil dan
oprasi , yaitu operasi pengurangan seperti yang telah kita kenal.
Perhatikan bahwa 1 7 6 dan 6 B . Maka bukan
merupakan ooperasi biner pada B sebab ada hasil pengurangan dua
anggota B yasng bukan merupakan anggota B.
DEFINISI 2.2 Jenis-jenis Operasi Biner
1. Suatu operasi biner o dalam himpunan S
dikatakan komutatif bila dan hanya bila a,b
S berlaku a o b = b o a
2. Suatu operasi biner o dalam himpunan S
dikatakan asosiatif bila dan hanya bila
a, b, c S berlaku (a o b) o c = a o (b o c)
3. Suatu operasi biner o dalam himpunan S
dikatakan memiliki identitas bila dan hanya bila
a S, u S berlaku a o u = u o a = a dan u
disebut elemen identitas.
4. Misal himpunan S dengan operasi biner o
memiliki identitas u, maka elemmen a memiliki

68
invers bila dan hanya bila ada elemen b S
berlaku a o b = b o a = u, dan elemen b disebut
invers dari a dan sebaliknya yang dinotasikan b
= a1 atau a = b1
5. Misalkan operasi biner * dan oprasi biner o
terdefinisi dalam himpunan S,
a. Bila a, b, c S a *(b o c) = (a * b) o
(a * c) maka pada S berlaku distributife kiri
operasi * terhadap operasi o.
b. Bila a, b, c S (b o c)* a = ( b * a) o
(c * a) maka pada S berlaku distributife
kanan operasi * terhadap operasi o.
Soal:
1.

Bila B adalah himpunan bilangan bulat apakah operasi +, . ,


- , dan : merupakan operasi biner (tertutup) dalam B?

2.

Bila R adalah himpunan bilangan real apakah operasi +, . ,


- , dan : merupakan operasi biner (tertutup) dalam R?

3.

Bila A adalah himpunan bilangan asli apakah operasi +, . , - ,


dan : merupakan operasi biner (tertutup) dalam A?

4.

Bila M adalah himpunan matrik berordo 2 x 2 dengan


elemen-elemennya bilangan real, apakah operasi +, . , dan - ,
merupakan operasi biner (tertutup) dalam M?

5.

Bila F adalah himpunan dari himpunan apakah operasi , ,


+, dan - , merupakan operasi biner (tertutup) dalam F?

6.

Apakah operasi biner * berikut merupakan operasi biner


dalam himpunan yang diberikan ?
a * b = (a + b)/ab, a, b Z = himpunan bilangan

(a)
bulat
(b)

a * b = ab , a. b Q = himpunan bilangan
rasional

69

(c)
7.

a * b adalah akar-akar persamaan kuadrat x2 a2b2 =


0, pada R = himpunan bilangan real.

Periksa apakah operasi * dalam R = himpunan bilangan real,


apakah merupakan operasi yang tertutup, komutatif, asosiatif,
memiliki identitas, atau memiliki invers, apabila x, y, z R,
berlaku:
i.
x*y=x+y+1
ii.

x y

x2 y2

iii.

x * y = x + y

iv.

x * y = xy

v.

x*y=xy

vi.

x * y = xy + 1

vii.

x * y = max {x, y} = yang terbesar dari


bilangan real x dan y

viii.

x * y = xy/(x + y + 1)

GRUP
Salah satu bentuk struktur aljabar yang paling sederhana
adalah grup. Suatu grup didefinisikan dengan suatu himpunan dasar
dengan satu operasi biner dasar yang berlaku pada himpunan
tersebut yang mempunyai sifat asosiatif, mempunyai elemen
identitas (elemen netral), dan setiap elemennya mempunyai invers.
Atau secara formal didefinisikan seperti berikut.
DEFINISI 2.3 Grup
Misalkan G suatu himpunan, G dan operasi o
terdefinisi dalam G. Himpunan G dikatakan grup
bila dan hanya bila berlaku:
(1) x, y G x o y G [operasi o tertutup dalam
G]

70
(2) x, y, z G (x o y) o z = x o (y o z) [operasi o
asosiatif dalam G]
(3) x G, u G x o u = u o x = x [memiliki
identitas u]
(4) x G, x1 G x o x1 = x1 o x = u [x1
invers dari x]
Aksioma ketertutupan adalah sebagai akibat dari definisi
operasi biner, sehingga aksioma tersebut sudah tercakup kedalam
sifat dari operasi biner.
Bila operasinya bersifat komutatif, grup tersebut dinamakan
grup komutatif atau grup abelian, sebagai penghargaan untuk
matematikawan Niels Abel.
DEFINISI 2.4 Grup Abelian
Suatu grup G dengan operasi o dikatakan grup
abelian (grup komutatif) bila dan hanya bila
x, y G a o b = b o a (komutatif).
Bila hanya tiga aksioma pertama dari keempat aksioma grup
tersebut yang berlaku maka struktur aljabar tersebut dinamakan
monoid, bila hanya dua aksioma yang pertama yang berlaku stukttur
aljabar tersebut dinamakan semigrup, dan bila hanya berlaku
operasi biner saja, maka struktur aljabar tersebut dinamakan
grupoid.
Contoh 3. Himpunan bilangan bulat dengan operasi penjumlahan
adalah contoh grup, karena operasi penjumlahan dalam bilangan
bulat berlaku tertutup, asosiatif, mempunyai elemen identitas adalah
0, dan setiap eemennya memiliki invers operasi penjumlahan, invers
penjumlahan dari bilangan bulat positif adalah bilangan negatifnya,
dan sebaliknya, sedangkan invers operasi penjumlahan dari 0 adalah
0.

71
Contoh 4. Himpunan bilangan bilangan real dengan operasi
perkalian bukan merupakan grup sebab tidak ada invers operasi
perkalian dari 0,
Contoh 5. Himpunan bilangan asli dengan operasi penjumlahan
bukan merupakan grup, sebab tidak memiliki identitas operasi
penjumlahan yang merupakan bilangan asli, dan setiap elemennya
tidak memiliki invers operasi penjumlahan.
Contoh 6. Himpunan bilangan bulat dengan operasi pengurangan
bukan merupakan grup, karena tidak berlaku asosiatif, tidak
memiliki identitas.
Contoh 7. Himpunan bagian {1,1.i,i} dari bilangan kompleks
merupakan grup dengan operasi perkalian pada bilangan kompleks.
Catatan bahwa invers dari 1 adalah dirinya sendiri, dan invers
dari i adalah i
Contoh 8. Semua matriks berordo 2 2 yang elemen-elemennya
bilangan real dengan operasi p-enjumlahan pada matriks adalah
suatu grup
Soal:
Untuk nomor 1 sampai dengan 9, periksa apakah system berikut:
grup, grup abelian, monoid, semigrup atau grupoid ?
1.

Himpunan bilangan bulat Z (Zahlen) dengan operasi


perkalian biasa.

2.

A himpunan bilangan asli N (Natural) dengan operasi


perkalian biasa

3.
4.

Himpunan bilangan bulat Z dengan operasi perkalian biasa


M himpunan matrik berordo 2 x 2 dengan elemenelemennya bilangan real dengan operasi perkalian pada matriks

5.

C = {0, 1, 2, 3, 4, 5} dengan operasi penjumlahan modulo 6

6.

C = {0, 1, 2, 3, 4, 5} dengan operasi perkalian modulo 6

7.

F himpunan dari himpunan dengan operasi

8.

F himpunan dari himpunan dengan operasi

72

9.

B himpunan bilangan bulat dengan operasi yang


didefinisikan dengan
a b = a + b + 1, a, b B

10.

Selidiki apakah system bilangan real dengan operasi bintang


pada soal-soal berikut ini merupakan suatu grup abelian?
Jelaskan!.
x y x y k,

a.

dengan k

konstanta.
xy
dengan x 0
2

b.

x y

c.

x y x y xy,
x 1
x y

d.

dengan

x y
dengan
xy 1

1 x 1

11.

Apakah berikut ini merupakan grup dalam R R dengan R


himpunan bilangan real? Jelaskan!.
(a, b) (c, d ) (ad bc, bd ),

a.

dengan ( x, y ) R R dan y 0
(a, b) (c, d ) (ac, bc d ),
(
x
,
y
)

R
dengan
dan x 0

b.
c.

(a, b) (c, d ) ( ac bd , ad bc ),
( x, y ) R R {(0,0)}

dengan

12.

Berikan dua alasan mengapa himpunan bilangan bulat ganjil


dengan operasi penjumlahan bukan merupakan suatu grup.

13.

Tunjukkan bahwa {1, 2, 3} dengan operasi perkalian


modulo 4 bukan merupakan grup, tetapi {1, 2, 3, 4} dengan
operasi perkalian modulo 5 erupakan grup.
Berikan contoh suatu grup G, dimana a, b G berlaku

14.
1

a ba b

15.

Untuk setiap elemen a dan b dari suatu grup G dan


sembarang bilangan bulat n, berlaku (a-1ba)n = a-1bna. Buktikan!

73
16.

Buktikan bahwa himpunan semua matriks berordo 2 x2 yang


elemen-elemennya bilangan real dan determinannya 1
merupakan grup terhadap operasi perkalian pada matriks.

17.

Buktikan himpunan semua bilangan rasional berbenyuk 3m6n


dengan m dan n bilangan bulat merupakan grup terhadap operasi
perkalian.

SIFAT-SIFAT SEDERHANA DARI GRUP


Setelah perhatikan definisi dan contoh-contoh dari grup,
maka muncul beberapa pernyataan. Seperti kita etahui bahwa setiap
grup mempunyai identitas. Apakah identitas itu hanya ada satu atau
dapat lebih dari satu elemen?. Setiap elemen pada grup mempunyai
invers, apakah invers dari suatu elemen hanya ada satu atau bisa
lebih dari satu?. Pada contoh dapat dilihat bahwa identitas dari
setiap grup hanya ada satu atau tunggal, tetapi contoh-contoh
tersebut tidak dapat membuktikan bahwa setiap identitas dari suatu
grup hanya ada satu atau tunggal. Berikut ini beberapa sifat
sederhana dari grup.
TEOREMA 2.1: Identititas , tunggal
Jika G suatu grup, maka elemen identitas pada
grup G adalah unik atau tunggal.
Bukti:
Andaikan identitas dari grup G lebih dari satu (tidak tunggal) yaitu
u1 dan u 2 dimana u1 u 2 , maka
u1 u1 u 2
u2

(karena u 2 merupakan identitas operasi


(karena u1 juga identitas operasi

dalam G)

dalam G)

Dengan demikian u1 u 2 , hal ini kontradiktif karena u1 u 2

74
Karena itu identitas suatu grup G tidak mungkin lebih dari satu atau
identitas tersebut tunggal.
Begitu pula untuk invers dari setiap elemen, dari contoh
belum dapat membuktikan bahwa invers dari suatu elemen dari
grup hanyha ada satu atau tunggal.

TEOREMA 2.2: Invers suatu elemen, tunggal


Jika G suatu grup, maka invers dari elemen a
G adalah unik/tunggal
Bukti:
Andaikan G suatu grup dan invers dari elemen a G lebih dari
satu (tidak tunggal) yaitu b dan c dimana b c sedangkan
identitas operasi dalam G adalah u , maka

(c a ) b

u merupakan identitas operasi


(karena c invers dari a G )

c ( a b)

(karena operasi

c u
c

(karena b juga invers dari a G )

b u b

(karena

(karena

dalam G)

dalam G berlaku asosiatif)

u merupakan identitas operasi

G)

dalam

Dengan demikian b c , hal ini kontradiktif karena b c


Karena itu invers dari elemen a G tidak mungkin lebih dari satu
atau invers dari elemen a G adalah unik/tunggal.
Selain sifat identitas dan invers seatu elemen masing-masing
tunggal, dalam sistem yang namanya grup juga berlaku hukum

75
kansel atau hukum pencoretas. Pebuktuian hukum kansel seperti
berikut.
TEOREMA 2.3: Hukum Kansel
Misal G suatu grup, dan a, b, c G maka:
(i)

Jika a o b = a o c maka b = c; dan

(ii)

Jika b o a = c o a maka b = c

Akan dibuktikan untuk no. (i) sedangkan untuk no. (ii) anda
buktikan sendiri.
Bukti:
Karena a G dan G suatu grup, maka a 1 G , sehingga:
a b a c

(diketahui)

a 1 (a b) a 1 (a c)

(operasikan a 1 G masing-masing
dari sebelah kiri)

( a 1 a ) b ( a 1 a ) c

(karena operasi

dalam G berlaku

asosiatif)

ua u c

(karena a 1 invers dari a G )

bc

(karena

u merupakan identitas

operasi

dalam G)

Jadi terbukti : Jika a o b = a o c maka b = c.


TEOREMA 2.4:
Jika G suatu grup dengan operasi o dan a, b G,
maka Jika a o b = u maka a = b1 dan b = a1
Akan dibuktikan Jika a o b = u maka a = b1, sedangkan
pernyataan Jika a o b = u maka b = a1 anda buktikan sendiri.

76

Bukti:
Karena b G dan G suatu grup, maka b 1 G , sehingga
a b u

(diketahui)

( a b) b 1 u b 1

(operasikan b 1 G masing-masing
dari sebelah kanan)

a (b b 1 ) u b 1

(karena operasi

dalam G berlaku

asosiatif)
(karena b 1 invers dari b G dan

a u b 1

identitas)
a u b 1

(karena

u merupakan identitas

operasi

dalam G)

Jadi terbukti bahwa Jika a o b = u maka a = b1.


Secara umum suatu sistem persamaan aljabar memiliki
penyelesaian tunggal (consistent) dan penyelesaian tidak tunggal
(inconsistent) yaitu tidak memiliki penyelesaian atau memiliki
penyelesaian banyak. Apabila sistem tersebut memenuhi aksioma
grup, maka sistem tersebut hanya mempunyai penyelesaian tunggal.
TEOREMA 2.5:
Misal G suatu grup, dan a, b G maka
persamaan-persamaan a o x = b dan y o a = b
mempunyai penyelesaian tunggal.
Akan dibuktikan pernyataan bahwa a x b mempunyai
penyelesaian tunggal, sedangkan pernyataan y a b mempunyai
penyelesaian tunggal, anda buktikan sendiri.

77
Bukti:
Karena a G dan G suatu grup, maka a 1 G , sehingga:
ax b

(diketahui)

a 1 (a x ) a 1 b

(operasikan a 1 G masing-masing
dari sebelah kiri)

(a 1 a ) x a 1 b

(karena operasi

dalam G berlaku

asosiatif)
u x a 1 b

(karena a 1 invers dari a G )

x a 1 b

(karena

u merupakan identitas

operasi

dalam G)

Jadi terbukti bahwa pernyataan a x b mempunyai penyelesaian


tunggal, yaitu x a 1 b .
Berikut ini sifat grup, yaitu sifat invers dari hasil suatu
operasi biner dari elemen-elemen pada grup dan invers dari invers
suatu elemen.
TEOREMA 2.6:
Misal G suatu grup, dan a, b G maka:
(i)

(a o b)1 = b1 o a1 dan

(ii)

(a1 )1 = a

Bukti:
(i)

Karena a, b G dan G suatu grup, maka


a b G , dan karena a b G maka ( a b) 1 G , sehingga
( a b) ( a b) 1 u .

Kemudian kita operasikan a b dengan b 1 a 1 , seperti


berikut:
(a b) (b 1 a 1 ) a [b (b 1 a 1 )]

(operasi

dalam G

berlaku asosiatif)

78
a [(b b 1 ) a 1 ]

(operasi

dalam G

berlaku asosiatif)
a [u a 1 ]

( b 1 invers dari
b G dan

identitas)
( u merupakan identi-

a a 1

tas operasi
G)

dalam

(karena a 1 invers
dari a G )

Dengan demikian (a b) (b 1 a 1 ) u .
Karena (a b) (a b) 1 u dan (a b) (b 1 a 1 ) u , maka :
( a b) (a b) 1 (a b) (b 1 a 1 )

(karena = relasi ekuivalen


berlaku transitif)

(a b) 1 (b 1 a 1 )

(hukum kansel dalam grup)

Jadi terbukti bahwa (a b) 1 (b 1 a 1 ) .


(ii) Karena a G dan G suatu grup, maka a 1 G , maka
(definisi invers). Karena a 1 G dan G suatu grup,
a a 1 u
maka ( a 1 ) 1 G , maka (a 1 ) 1 a 1 u (definisi invers)
Karena (a 1 ) 1 a 1 u dan a a 1 u , maka ( a 1 ) 1 a (hukum
kansel)
Jadi terbukti bahwa ( a 1 ) 1 a .
Dalam sistem bilangan kita telah mengetahui bahwa operasi
perkalian merupakan operasi penjumlahan berulang dan operasi
perpangkatan merupakan operasi perkalian berulang, seperti 4 x 3 =
3 + 3 + 3 + 3 dan 4 3 4 4 4 . Selain itu kita tahu bahwa 4 0 1
1
3
dan 2 3 . Sifat-sifat tersebut dalam sistem aljabar
2
didefinisikan seperti berikut.

79

DEFINISI 2.4: Operasi Biner Berulang


Jika G suatu grup dengan operasi o , a G, dan
m bilangan bulat positif, maka:
am = a o a o a o o a sebanyak m faktor
a0 = u, yaitu elemen identitas
am = (a1 )m = a1 o a1 o a1 o o a1 sebanyak
m faktor
Catatan: Jika G suatu grup aditif dengan operasi penjumlahan, a
G, dan m bilangan bulat positif, maka:
ma = a + a + a + + a sebanyak m faktor
0a = 0, yaitu elemen identitas
-ma = m(-a) = (-a) + (-a) + (-a) + + (-a) sebanyak m factor
TEOREMA 2.7:
Jika G suatu grup dengan operasi o, a G dan m,
n bilangan-bilangan bulat positif, maka:
(1)

am o an = am+n

(2)

(am )n = amn

Bukti:
(1)

a m a n (a aa ... a) (a aa ... a)
m. faktor

(a
aa ... a )
m n. faktor

a mn

(2)

(a m ) n a m a ma m ... a m
n . faktor

n . faktor

80

a m m m ... m
m. suku

a nm
a mn

Contoh 9.
(G ,) suatu grup, a G , dan m bilangan bulat positif sert n
adalah bilangan bulat negatif dengan | m || n | maka buktikan

bahwa a m a n a m n
Penyelesaian:
Misalkan n r dengan r bilangan bulat positif, karena | m || n | ,
maka m r
a m a n a m a r
a m ( a 1 ) r
1

(a aa ... a) (a 1 a 1 a1 ... a )
m. faktor

r . faktor
1

(a aa ... a) (a a 1 ) (a 1 a 1 a1 ... a )
m 1. faktor

r 1. faktor

dan seterusnya , sehingga diperoleh


a m a n (a aa ... a)
m r . faktor

a m r
a m n karena

r n

Contoh 10.
(G ,) suatu grup dan untuk a, b G berlaku ( a b) 2 a 2 b 2
Buktikan bahwa (G ,) merupakan grup abelian.

81
Penyelesaian:
( a b) 2 a 2 b 2

(diketahui)

(a b) (a b) (a a ) (b b)

(definisi 2.7)

(( a b) a ) b ((a a) b) b

(sifat asosiatif)

((a b) a ) ((a a ) b)

(sifat kanselasi)

a (b a ) a ( a b)

(sifat asosiatif)

ba a b

(sifat kanselasi)

Karena a, b G , berlaku b a a b (sifat komutatif), maka


grup (G ,) merupakan grup abelian.
SOAL:
A. Jika G suatu grup dengan operasi o, dan u elemen identitas pada
grup G, buktikanlah pernyataan-pernyataan berikut:
1.

Jika a, b G dan a1 = b1 maka a = b (Petunjuk: a = a o u,


dengan u identitas)

2.

Jika a G dan a o a = a, maka a = u (Petunjuk: kalikan


dengan invers a)

3.

Jika a G berlaku a2 = u maka G suatu grup abelian


(Petunjuk: ab G. (ab)2 = u)

4.

Jika a, b G berlaku (a o b)2 = a2 o b2 maka G suatu grup


abelian

5.

Jika n(G) = 3, maka G suatu grup abelian. Buktikan.


(Petunjuk: Gunakan sifat identitas dan invers, dengan
memisalkan G = {u, a, b})

6.

(G ,) suatu grup, a G , dan m dan n bilangan-bilangan

bulat .Buktikan bahwa a m a n a m n


7.

G merupakan grup abelian bila dan hanya bila a, b G,


(ab)-1 = a-1b-1

8.

Misalkan table dibawah ini adalah table dari suatu grup G =


{u, a, b, c, d}. Lengkapi yang masih kosong.

82

B.

C.

u
u

a
...

b
...

c
...

d
...

...

...

...

b
c

...
...

c
d

d
...

u
a

...
b

...

...

...

...

...

Misal a, b, c, x G dan G suatu grup. Berikut ini


tentukan penyelesaian untuk x yang dinyakan dalam a, b, dan
atau c (Petunjuk: untuk soal nomor 6 s.d. 18, gunakan sifat-sifat
grup dan sifat perpangkatan)
9.

x2 = b dan x5 = u

10.

axb = c

11.

x2 b = xa1c

12.

x2 a = bxc1 dan acx = xac

13.

ax2 = b dan x5 = u

14.

x2 = a2 dan x5 = u

15.

(xax)3 = bx dan x2 a = (xa)1

Misal G suatu grup, a, b, c G dan u elemen


identitas dalam G. Buktikan:
16.

Jika ab = u , maka ba = u

17.

Jika abc = u, maka cab = u dan bca = u

18.

Jika xay = = a1 maka yax = a1

19.

a = a1 bila dan hanya bila aa = u

20.

Jika c = c1 . Maka ab = c bila dan hanya bila abc = u

21.

Misal a, b dan c masing-masing adalah elemen yang


invernya dirinya sendiri.
Jika ab = c, maka bc = a dan ca = b

83
SUBGRUP
Himpunan bilangan real terhadap operasi penjumlahan
merupakan suatu grup. Himpunan bilangan bulat merupakan
himpunan bagian dari himpunan bilangan real, dan himpunan
bilangan bulat merupakan grup terhadapan operasi penjumlahan.
Himpunan bilangan asli juga merupakan himpunan bagian dari
hipunan bilangan real, tetapi himpunan bilangan asli terhadap
operasi penjumlahan bukan merupakan grup.
Seringkali kita jumpai bahwa himpunan bagian dari suatu
grup merupakan grup pula terhadap operasi yang berlaku pada
grupnya.
DEFINISI 2.5: Subgrup
Misal G suatu grup dengan operasi o, H G,
dan H .
H dikatakan subgrup dari G bila
dan hanya bila H merupakan suatu grup dengan
operasi yang berlaku dalam G.
TEOREMA 2.8:
Jika G suatu grup dengan operasi o, H G, dan
H . H dikatakan subgrup dari G bila dan
hanya bila:
(i)

a, b H a o b H ( tertutup)

(ii)

a H, maka a1 H (invers)

Dari teorema di atas akan dibuktikan:


Jika H subgroup dari G, maka a, b H a b H dan

(i)

a H a 1 H

(ii)

Jika a, b H a b H
maka H subgroup dari G

Bukti:

dan

a H a 1 H ,

84
(i)

Karena H subgroup dari G, menurut definisi 2.8 maka H


adalah grup.
Karena H suatu grup, maka berlaku aksioma tertutup dan setiap
elemennya mempunyai invers, atau a, b H a b H dan
a H a 1 H

Jadi jika H subgroup dari G, maka a, b H a b H dan


a H a 1 H

(ii)

Diketahui a, b H a b H dan a H a 1 H ,
berarti dalam H sudah ada dua aksioma grup, yaitu aksioma
tertutup dan setiap elemennya mempunyai invers., jadi tinggal
menunjukkan dua aksioma lagi yaitu aksioma asosiatif dan
aksioma H memiliki identitas.
Karena H G dan G suatu grup yang berlaku aksioma
asosiatif, maka dalam H berlaku aksioma asosiatif.
Diketahui a H a 1 H , maka a a 1 u H (karena
dalam H berlaku aksioma tertutup) dengan demikian H memiliki
identitas u.
Karena dalam H berlaku keempat aksioma grup dan H G ,
maka H subgroup dari G.
Jadi jika a, b H a b H dan a H a 1 H , maka H
subgroup dari G
Karena jika H subgroup dari G, maka a, b H a b H
dan a H a 1 H , dan Jika a, b H a b H dan
a H a 1 H , maka H subgroup dari G, terbukti bahwa
H subgroup dari G bila dan hanya bila a, b H a b H
dan a H a 1 H .

Untuk lebih memahami tentang subgrup, perhatikan contoh


soal berikut.
Contoh 11:

85
G adalah suatu grup bilangan real dengan operasi penjumlahan.

H {log n | n himpunan bilangan rasional positif}. Tunjukkan bahwa

H adalah subgroup dari G.

Penyelesaian:
Menurut teorema 2.8, agar H subgroup dari G harus ditunjukkan
bahwa x, y H x y H dan x H x H
Ambil x, y H , maka x log m dan y log n , dengan m, n
bilangan-bilangan rasional positif.
x y log m log n log mn H

(karena mn bilangan rasional

positif)
x log m log m 1 log

1
1
H (karena
m
m

bilangan rasional

positif)
Karena x, y H x y H dan
terbukti bahwa H subgroup dari G.

x H x H

maka

Contoh 12:
G adalah grup himpunan bilangan real dengan operasi penjumlahan
biasa,

H {a G | tan a

bilangan rasional}. Apakah H merupakan

subgroup dari G.
Penyelesaian:
Menurut teorema 2.8, agar H subgroup dari G harus ditunjukkan
bahwa x, y H x y H dan x H x H
Ambil x, y H , maka x tan a dan y tan b

86

tan( x y )

tan x tan y
,
1 tan x. tan y

Untuk x y 45 0 diperoleh tan x. tan y tan 45 0. tan 45 0 1 yang


menyebabkan tan( x y ) tak terdefinisi sehingga x y H
Jadi H bukan subgroup dari G.

TEOREMA 2.9:
Jika G suatu grup dengan operasi o, H G, dan
H . H dikatakan subgrup dari G bila dan
hanya bila:a, b H a o b-1 H
Dari teorema di atas akan dibuktikan:
(i)

Jika H subgroup dari G, maka a, b H a b 1 H

(ii)

Jika a, b H a b 1 H , maka H subgroup dari G

Bukti:
(i)

Jika H subgroup dari G , maka H adalah grup (menurut


definisi subgroup).
Ambil b H , maka b 1 H (karena H suatu grup/aksioma
invers)
Ambil a, b H dan
tertutup)

b 1 H , maka

a b 1 H (aksioma

Jadi terbukti bahwa jika subgroup dari G , maka a, b H


berlaku a b 1 H
(ii)

Untuk menyatakan bahwa H subgroup dari G maka


harus ditunjukkan bahwa H suatu grup dengan operasi yang
berlaku dalam G.

87
Karena H G dan G suatu grup yang berlaku aksioma
asosiatif, maka dalam H berlaku aksioma asosiatif, jadi dalam H
berlaku asosiatif.
Ambil c H , maka c c 1 u H , jadi H memiliki identitas.
u H dan
d H d 1 H

Ambil

dH ,

maka

u d 1 d 1 H ,

jadi

Ambil a, b H dan b 1 H , maka a (b 1 ) 1 a b H


(aksioma tertutup)
Karena dalam H berlaku keempat aksioma grup dan H G ,
maka H subgroup dari G.
Jadi terbukti bahwa jika a, b H a b 1 H , maka H
subgroup dari G
Dari (i) dan (ii) diperoleh Jika H subgroup dari G, maka
a, b H a b 1 H dan Jika a, b H a b 1 H , maka
H subgroup dari G, terbukti bahwa H subgroup dari G, bila dan
hanya bila a, b H a b 1 H .
TEOREMA 2.10:
Jika G suatu grup terhingga dengan operasi o, H
G, dan H . H dikatakan subgrup dari G
bila dan hanya bila:a, b H a o b H
Dari teorema di atas akan dibuktikan:
(i)
(ii)

Jika H subgroup dari G dan G grup terhingga, maka

a, b H a b H

Jika G grup terhingga, H G dan a, b H a b H ,


maka H subgroup dari G

Bukti:
(i)

Jika H subgroup dari G maka H adalah grup (menurut


definisi subgroup)
Jika H suatu grup maka berlaku aksioma tertutup atau
a, b H a b H

88
Jadi Jika H subgroup dari G dan G grup terhingga, maka
a, b H a b H .
(ii)

Diketahui bahwa dalam H berlaku aksioma tertutup, jadi


harus ditunjukkan aksioma asosiatif, identitas, dan invers.
Karena H G dan G suatu grup yang berlaku aksioma
asosiatif, maka dalam H berlaku aksioma asosiatif, jadi dalam H
berlaku asosiatif.

Ambil a H , karena dalam H operasi


berlaku tertutup maka
2
3
4
a , a , a , adalah elemen-elemen dari H atau
H {a, a 2 , a 3 , a 4 ,...} . Karena H G dan G grup terhingga,
maka haruslah H juga grup terhingga.
H {a, a 2 , a 3 , a 4 ,...} akan menjadi grup terhingga apabila

terjadi pengulangan.
Misalkan ada bilangan-bilangan bulat r dan s dengan 0 s r ,
yang memenuhi a r a s H , sehingga a r s a s s a 0 u H ,
jadi H memiliki identitas.
Karena 0 s r , r dan s bilangan-bilangan bulat maka
r s 1 0 dan
Hal
ini
berarti
a r s 1 H .
rs
1
1
1
1
a a u a a H . Jadi a H a H .
Karena dalam H berlaku keempat aksioma grup dan H G ,
maka H subgroup dari G.
Contoh 13:
B {0,1,2,3,4,5} adalah suatu grup dengan operasi penjumlahan

bilangan modulo 6. Maka subgroup-subgrup dari B adalah {0}, {0,


3}, {0, 2, 4}, dan {0, 1, 2, 3, 4, 5} sebab himpunan himpunan
tersebut tertutup terhadap operasi penjumlahan modulo 6, seperti
terlihat pada tabel berikut:

0
2
4

0
0
2
4

2
2
4
0

4
4
0
2

89

0
1
2

0
1
2

1
2
3

2
3
4

3
4
5

4
5
0

5
0
1

3
4
5

3
4
5

4
5
0

5
0
1

0
1
2

1
2
3

2
3
4

TEOREMA 2.11:
Jika G suatu grup H dan K masing-masing
subgrup dari G, buktikan bahwa H K subgrup
dari G pula
Untuk menunjukkan bahwa H K subgroup dari G, harus
a, b H K a b H K
ditunjukkan
bahwa
dan
1
a H K a H K (menurut teorema 2.8)
Bukti:
Ambil sebarang a, b H K , hal ini berarti a, b H
a, b K

dan

Karena a, b H dan H subgroup dari G maka a b H dan


a 1 H (menurut teorema 2.8) .(i)
Karena a, b K dan K subgroup dari G maka a b K dan
a 1 K (menurut teorema 2.8) ..(ii)
Dari (i) dan (ii) diperoleh :

90
a b H dan a b K , yang berarti a b H K
a 1 H dan a 1 K , yang berarti a 1 H K

Dengan

demikian

a, b H K a b H K

dan

aH K a H K

Jadi terbukti bahwa H K subgrup dari G pula.


Selanjutnya kita definisikan perkalian dua himpunan bagian
dari suatu grup dan invers dari himpunan bagian suatu grup seperti
berikut.
DEFINISI 2.6:
Misal G suatu grup dengan operasi o, K G dan
H G, maka KH = { a o b a K dan b H}
DEFINISI 2.7:
Misal G suatu grup dengan operasi o, H G,
maka H1 = { a1 a H}
Berikut ini beberaoa teorema yang bisa diturunkan dari
definisi 2.9 dan definisi 2.10.
TEOREMA 2.12:
Misal G suatu grup dengan operasi o, Jika H
subgrup dari G, maka
(i)

HH = H ; dan

(ii)

H1 = H

91
Untuk membuktikan HH = H harus ditunjukkan bahwa HH H
dan H HH , begitu pula untuk membuktikan H 1 H harus
ditunjukkan H 1 H dan H H 1 .
Bukti:
(i)

Ambil sebarang x HH , maka


(menurut definisi 2.9)

a, b H

x a b , dengan

Karena a, b H dan H subgroup dari G, maka a b x H


Jadi jika x HH , maka x H , hal ini berarti HH H
.............(1)
Kemudian ambil sebarang y H dan u H (u identitas), maka
y u y HH (menurut definisi 2.9).
Jadi jika y H , maka y HH , hal ini berarti H HH
.............(2)
Dari (1) dan (2) diperoleh HH H dan H HH . Jadi terbukti
bahwa HH = H.
(ii)

Ambil sebarang x H 1 , maka x a 1 , dengan a H


(menurut definisi 2.10)
Karena a H dan H subgroup dari G, maka a 1 x H
Jadi jika x H 1 , maka x H , hal ini berarti H 1 H
.............(3)
Kemudian ambil sebarang y H , karena H subgroup dari G
maka y 1 H .
Karena y 1 H , maka ( y 1 ) 1 y H 1 (menurut definisi
2.10).
Jadi jika y H , maka y H 1 , hal ini berarti H H 1
.............(4)

92
Dari (3) dan (4) diperoleh H 1 H dan H H 1 . Jadi terbukti
bahwa H 1 H
TEOREMA 2.13:
Jika G suatu grup H dan K masing-masing
subgrup dari G, maka HK subgrup dari G bila
dan hanya bila HK = KH
Dari teorema di atas akan dibuktikan:
(i)

Jika HK subgrup dari G, maka HK = KH

(ii)

Jika HK = KH, maka HK subgrup dari G

Bukti:
(i)

Untuk membuktikan HK = KH harus ditunjukkan


bahwa HK KH dan KH HK
Ambil x HK , maka x a b dengan a H dan b K
(menurut definisi 2.9)
Sehingga a 1 H 1 dan b 1 K 1 (menurut definisi 2.10)
Jika x HK dan HK subgroup dari G, maka x 1 HK
Jika x 1 ( a b) 1 b 1 a 1 K 1 H 1 (menurut definisi 2.10)
Jika x 1 K 1 H 1 , maka x 1 KH (menurut teorema 2.12
(ii) yang menyatakan H 1 H dan K 1 K )
Jadi jika x 1 HK , maka x 1 KH , hal ini berarti HK KH
..(1)
Ambil y KH maka y c d dengan c K dan d H
(menurut definisi 2.8)
Sehingga c 1 K 1 dan d 1 H 1 (menurut definisi 2.10)

93
y 1 (c d ) 1 d 1 c 1 H 1 K 1 (menurut

Maka
2.9)

definisi

Jika y 1 H 1 K 1 , maka y 1 HK (menurut teorema 2.12


(ii) yang menyatakan H 1 H dan K 1 K )
Karena

y 1 HK

dan

HK

subgroup

dari

G,

maka

( y 1 ) 1 y HK

Jadi jika y KH , maka y HK , hal ini berarti KH HK


(2)
Dari (1) dan (2) diperoleh HK KH dan KH HK , maka
HK KH
Jadi terbukti bahwa jika HK subgrup dari G, maka HK = KH.
(ii)

Untuk membuktikan HK subgroup dari G, harus


x, y HK x y HK
ditunjukkan
dan
1
x HK x HK (teorema 2.8)
Ambil sebarang x, y HK , maka x a b dan y c d ,
dengan a, c H dan b, d K .
Karena a, c H dan H subgroup dari G, maka a c H
Karena b, d K dan K subgroup dari G, maka b d K
Perhatikan kembali x, y HK , maka:
x y ( a b ) (c d )

(diketahui)

dalam G berlaku asosiatif)


(operasi dalam G berlaku asosiatif)

[a {b (c d )}] (operasi

[a {(b c) d }]

[a {(c b) d }] (karena HK = KH)

dalam G berlaku asosiatif)


(operasi dalam G berlaku asosiatif)

[a {c (b d )}] (operasi
(a c ) (b d )

( a c ) (b d ) HK

(menurut definisi 2.9)

Jadi x, y HK x y HK (3)

94
Ambil sebarang x HK maka
bK

x a b dengan a H dan

Jika a H dan H subgroup dari G maka a 1 H


Jika b K dan K subgroup dari G maka b 1 K
Perhatikan kembali x HK , maka:
x 1 ( a b) 1
(b a ) 1

(karena HK = KH)

a 1 b 1

(teorema 2.6 (i))

a 1 b 1 HK

(menurut definisi 2.9)

Jadi x HK x 1 HK .(4)
x, y HK x y HK
(4)
x HK x HK , sehingga HK subgroup dari G.

Dari

(3)

dan

dan

Jadi terbukti bahwa, jika HK = KH, maka HK subgrup dari G


Dari (i) dan (ii) jika HK subgrup dari G, maka HK = KH dan
jika HK = KH, maka HK subgrup dari G, dengan demikian
terbukti HK subgrup dari G bila dan hanya bila HK = KH.
SOAL:
1.

Jika T subgrup dari S dan S subgrup dari G, buktikan bahwa


T subgrup dari G.

2.

Jika G suatu grup dengan operasi o dan a G, buktikan


bahwa H = { y y G dan y o a = a o y} adalah suatu subgrup
dari G.

3.

Jika G suatu grup. Tunjukkan bahwa {u} (u identitas dalam


G) dan G masing-masing merupakan subgrup dari G. [{u} dan
G merupakan subgrup tak sejati (trivial) dari G dan sungrup
lainnya (bila ada) merupakan subgrup sejati (nontrivial]

95
4.

Dalam setiap soal berikut, periksa H subgrup atau H bukan


subgrup dari G (operasi yang berlaku pada H sama dengan
operasi yang berlaku pada G)
a.

G adalah grup himpunan bilangan real dengan


operasi perkalian biasa, H = { 2n n bilangan bulat}

b.

G adalah grup himpunan bilangan real dengan


operasi penjumlahan biasa, H = { log n n bilangan bulat
positif}
Misalkan G adalah grup abelian dan H G,:

5.
a.

Jika H = { x G x = x1 },
buktikan bahwa H subgrup dari G

b.

Misal n bilangan bulat dan H


={ x G x = u, u elemen identitas}, buktikan bahwa H
subgrup dari G
5

c.

Jika H = { x G
untuk y G}, buktikan bahwa H subgrup dari G

x = y2 ,

6.

Carilah semua subgrup dari grup bilangan bulat modulo 6


dengan operasi penjumlahan modulo 6.

7.

Carilah semua subgrup dari grup bilangan bulat modulo 7


dengan operasi penjumlahan modulo 7.

GRUP SIKLIK
DEFINISI 2.8:
Grup G disebut grup siklik bila dan hanya bila
a G y G, y = am dengan m bilangan
bulat, dan a G disebut penghasil (generator)
dari G.
DEFINISI 2.9:

96
Jika G suatu grup dan a G, periode/order dari
a adalah bilangan bulat positif terkecil m
sedemikian hingga am = u (elemen identitas). Jika
tak ada bilangan bulat positif demikian, maka
dikatakan bahwa a berperiode tak berhingga.
Periode dari a ditulis p(a).
Contoh 14:
1.

A {1,1, i ,i} dengan i 2 1 merupakan grup terhadap

operasi perkalian dalam bilangan kompleks. A merupakan


contoh dari grup siklik dengan generator atau penghasil i dan
i sebab setiap elemen pada A dapat dinyatakan sebagai
i
perpangkatan
bilangan
bulat
dari
(karena
1 i 4 , (1) i 2 , i i 1 , ( i ) i 3 ) dan
i
(karena
1 ( i ) 4 , ( 1) ( i ) 2 , i ( i ) 3 , ( i ) ( i )1 )

Sedangkan periode atau order dari masing-masing elemen


adalah seperti berikut:
p(1) = 1 sebab 11 1 dengan 1 identitas dan pangkat 1
merupakan bilangan bulat positif terkecil;
p(-1) = 2 sebab ( 1) 2 1 dengan 1 identitas dan pangkat 2
merupakan bilangan bulat positif terkecil;
p(i) = 4 sebab i 4 1 dengan 1 identitas dan pangkat 4
merupakan bilangan bulat positif terkecil;
p(-i) = 4 sebab ( i ) 4 1 dengan 1 identitas dan pangkat 4
merupakan bilangan bulat positif terkecil;
2.

B {0,1,2,3,4,5} merupakan

grup
terhadap
operasi
penjumlahan modulo 6. B merupakan contoh dari grup siklik
dengan generator atau penghasil 1 dan 5 sebab setiap elemen
pada B dapat dinyatakan sebagai perpangkatan bilangan bulat
dari 1 dan 5, hal ini dapat ditunjukkan seperti berikut:
11 1; 12 1 1 2;
dan 16 0;

13 1 1 1 3;

14 4;

15 5;

51 5; 5 2 5 5 4;
dan 5 6 0;

5 3 5 5 5 3;

5 4 2;

5 5 1;

97
Sedangkan periode atau order dari masing-masing elemen
adalah seperti berikut:
p(0) = 1 sebab 01 0 dengan 0 identitas dan pangkat 1
merupakan bilangan bulat positif terkecil;
p(1) = 6 sebab 16 0 dengan 0 identitas dan pangkat 6
merupakan bilangan bulat positif terkecil;
p(2) = 3 sebab 2 3 0 dengan 0 identitas dan pangkat 3
merupakan bilangan bulat positif terkecil;
p(3) = 2 sebab 3 2 0 dengan 0 identitas dan pangkat 2
merupakan bilangan bulat positif terkecil;
p(4) = 3 sebab 4 3 0 dengan 0 identitas dan pangkat 3
merupakan bilangan bulat positif terkecil;
p(5) = 6 sebab 5 6 0 dengan 0 identitas dan pangkat 6
merupakan bilangan bulat positif terkecil;
TEOREMA 2.14:
Jika G suatu grup siklik dengan order k. Suatu
elemen at G dengan 0 t k, maka
at merupakan generator dari G bila dan hanya
bila FPB(k, t) = 1
Dari teorema di atas akan dibuktikan:
(i)

Jika at merupakan generator dari G, maka FPB(k, t) = 1

(ii)

Jika FPB(k, t) = 1, maka at merupakan generator dari G

Bukti:
(i)

Untuk membuktikan bahwa FPB (k , t ) 1 , harus


ditunjukkan bahwa ada bilangan bulat x dan y sedemikian
hingga kx ty 1

98
Misalkan a G merupakan salah satu generator grup siklik G,
karena order dari G adalah k, maka a k u sehingga
G {a, a 2 , a 3 ,..., a t ,..., a k u}

Karena setiap elemen dalam G dapat dinyatakan dengan


perpangkatan bilangan bulat dari a G , dan a t adalah
generator dari grup siklik G, maka :
a (a t ) y , dengan y bilangan bulat

a a 1 ( a t ) y a 1

(dioperasikan

dari

sebelah

kanan dengan a G )
u a ty 1

(sifat invers)

u x a ty 1

(sifat

(a k ) x a ty 1

(karena order G adalah k atau

identitas

dengan

bilangan bulat)
a u)
k

a kx a ty 1

(sifat

perpangkatan

bilangan bulat)
Dengan

demikian

kx ty 1

FPB( k , t ) 1

Jadi terbukti bahwa jika


FPB ( k , t ) 1
(ii)

at

atau

kx ty 1

atau

generator dari G maka

Karena FPB ( k , t ) 1 , maka untuk x dan y bilanganbilangan bulat berlaku kx ty 1


Sehingga untuk a G berlaku:
a kx ty a 1

(sifat perpangkatan bilangan

a kx a ty a

(sifat perpangkatan bilangan

(a k ) x a ty a

(sifat perpangkatan bilangan

bulat)
bulat)
bulat)

99

(u ) x a ty a

(karena order G adalah k atau

a u)
k

u a ty a

(sifat

a ty a

(sifat identitas)

(a t ) y a

(sifat perpangkatan bilangan

identitas

dengan

bilangan bulat)

bulat)
Karena setiap elemen dalam G merupakan perpangkatan
bilangan bulat dari a G , maka setiap elemen dalam G
merupakan perpangkatan bilangan bulat dari a t G , hal ini
berarti a t G merupakan generator grup siklik G.
Jadi terbukti bahwa jika FPB(k, t) = 1, maka a t merupakan
generator dari G
Dari (i) dan (ii) diperoleh jika a t generator dari G maka
FPB ( k , t ) 1 dan jika FPB(k, t) = 1, maka a t merupakan
generator dari G, jadi terbukti bahwa a t generator dari G bila
dan hanya bika FPB (k , t ) 1 .
Contoh 15:
B {0,1,2,3,4,5,6,7} adalah grup dengan operasi penjumlahan

modulo 8, dan 1 adalah salah satu generator atau penghasil dari


grup siklik B. Carilah generator yang lainnya.
Penyelesaian:
Karena 1 merupakan salah satu generator dari grup sikilik B, maka
dapat dinyatakan B {0,1,2,3,4,5,6,7} {18 ,11 ,12 ,13 ,14 ,15 ,16 ,17 }
sehingga t 1,2,3,4,5,6,7,8
Karena banyaknya elemen dari B adalah 8, maka order dari B = 8,
atau k = 8.
FPB(8,1) 1;
FPB (8,3) 1;
FPB(8,5) 1;
FPB (8,7) 1; maka generator-generator dari grup siklik B adalah

Karena

11 1; 13 3; 15 5; dan 17 7.

100

TEOREMA 2.15:
Setiap subgrup dari grup siklik adalah grup siklik
pula
Bukti:
Misalkan G adalah grup siklik dengan generator a sehingga
G {a, a 2 ,..., a m ,..., a n u} .
Ambil H subgroup dari G yang tidak hanya memuat identitas saja,
dan elemen terkecil dari H adalah a m H .
Ambil sebarang elemen a k H

k, m

Karena

Himpunan bilangan bulat, maka

q, r

Himpunan bilangan bulat sedemikian hingga k qm r dengan


0 r m . Maka:
a k a qm r a qm a r

(sifat perpangkatan bilangan

a qm a k a qm a qm a r
a qm )

(operasikan dari kiri dengan

(a m ) q a k u a r

(sifat perpangkatan bil.bulat

bulat)

dan sifat invers)


(a m ) q a k a r

a m H dan

Karena

(sifat identitas u)
H

subgroup

(aksioma invers)

dari,

maka

a m H

Karena a m H dan H subgroup dari G, maka (a m ) q a qm H


(aksioma tertutup dengan q bilangan bulat)
a qm H ,
a ar H

Karena
a

qm

a k H dan H subgroup dari G, maka

Karena 0 r m berarti a r a m

101

a m H , a r H dan a r a m hal ini tidak mungkin, karena


adalah elemen terkecil dalam H. Karena ini
am H
kemungkinannya adalah r 0 , yang berarti bahwa:
a k a qm a r a qm a 0 a qm u a qm ( a m ) q .

Jadi a k H dapat
dinyatakan dengan perpangkatan bilangan bulat dari a m H , hal
ini berarti a m H adalah generator grup siklik H.
Jadi terbukti bahwa setiap subgroup dari grup siklik adalah grup
siklik pula.
SOAL:
1.

D = {I, S, S2, Rm, Rn, Rk} merupakan himpunan


transformasi pada segitiga sama sisi.
I = transformasi
indentitas; S = adalah rotasi terhadap pusat segitiga sama sisi
sejauh 1200; Rm = refleksi terhadap garis berat m, R n = refleksi
terhadap garis berat n, dan Rk = refleksi terhadap garis berak K.
Operasi yang berlaku pada G adalah operasi komposisi
transformasi.
a.

Tunjukkan bahwa (D, o) merupakan suatu grup !

b.

Tunjukkan bahwa T = { I, S, S 2 } merupakan subrup


dari D

c.

Tunjukkan bahwa T merupakan grup siklik dan


sebutkan semua generator dalam T.

2.

C = { (1), (1 2 3 4), (1 4)(2 3), (1 3 4 2),} dengan operasi


komposisi permutasi merupakan suatu grup, tunjukkan bahwa C
merupakan grup siklik dan sebutkan semua generatornya.

3.

B = himpunan bilangan bulat dengan operasi penjumlahan


merupakan suatu grup. Tunjukkan bahwa B suatu grup siklik
dan sebutkan semua generatornya.

4.

G = {0, 1, 2, 3, 4, 5} terhadap operasi penjumlahan modulo


6 merupakan suatu grup. Tunjukkan bahwa G merupakan suatu
grup siklik dan sebutkan semua generatornya.. Sebutkan pula
periode dari setiap elemennya

102
5.

G suatu grup dan H subgrup siklik dari G dengan generator


a, buktikan bahwa p(a) = n(H)

6.

Apakah {1, 2, 3, 4, 5, 6} terhadap perkalian modulo 7


maru[pakan grup siklik?

7.

G = {0, 1, 2, 3} terhadap operasi penjumlahan modulo 4


merupakan grup siklik, Buktikan !. Tunjukkan periode setiap
elemen G.

8.

G adalah grup siklik dengan generator a. Buktikan bahwa G


suatu grup tak berhingga bila dan hanya bila ak = ar k = r

9.

Berapakah banyaknya elemen yang dapat menjadi generator


grup siklik berorder 8 ?

10.
11.

Setiap grup siklik adalah grup abelian. Buktikan!


Misalkan G suatu grup dan p(a) adalah order dari a G .
Buktikan bahwa a, b G p (a b) p (b a )

GRUP PERMUTASI
Dalam bagian ini kita akan membahas hal penting dari grup
suatu fungsi, yang disebut grup permutasi. Dari himpunan A pada
dirinya sendiri. Konsep grup permutasi ini untuk pertama kali oleh
para ahli matematika pada tertengahan abad ke-19.
DEFINISI 2.10: Permutasi dari A dan Grup permutasi dari A.
Suatu permutasi dari himpunan A adalah fungsi
satu ke satu dan onto (bijektif) dari A ke A Suatu
grup permutasi dari himpunan A adalah suatu
himpunan permutasi dari A yang berbetuk grup
tehadap fungsi komposisi.
Sebagai contoh kita definisikan permutasi dari himpunan {1, 2, 3,
4} seperti berikut:
(1) = 2,

(2) = 3,

(3) = 1,

(4) = 4

Pemetaan tersebut kita nyatakan dalam bentuk susunan seperti


berikut
1 2 3 4

103
=
2 3 1 4
Dengan cara yang sama permutasi dari himpunan {1, 2, 3, 4, 5, 6}
dedefinisikan
(1) = 5,

(2) = 3,

(3) = 1,
(6) = 4

(4) = 6 ,

(5) = 2 ,

yang dinyatakan dalam bentuk susunan


1 2 3 4 5 6
=
5 3 1 6 2 4
Komposisi dari permutasi dinyatakan dalam bentuk notasi susunan
dimulai dari kanan ke sebelah kiri dan dari atas ke bawah
Contoh 16:
=

1 2 3 4 5
2 4 3 5 1

dan
1 2 3 4 5
=
5 4 1 2 3
maka
=

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5

5 4 1 2 3

2 4 3

1 2 3 4 5
=

5 1

4 2 1 3 5

Pada sebelah kanan kita dapatkan 4 dibawah 1, ini deperoleh


seperti berikut
(1) = ( (1)) = (2) = 4
Demikian pula pada sebelah kanan 2 di bawah 2, diperoleh dengan
cara seperti berikut

104
(2) = ((2)) = (4) = 2
Contoh 17. : Grup simetri S3
Misalkan S3 menyatakan himpunan semua fungsi satu ke satu dan
onto dari {1, 2, 3} pada himpunan itu sendiri. Maka S 3 , di bawah
fungsi komposisi, adala grup denga 6(enam) elemen. Keenam
elemen tersebut adalah sebagai berikut:
1

1
1

3
1

3

1

2

1

2

2
3

1 2

1 2

1 2 3
Catatan bahwa =
sehingga grup S3 bukan grup
abelian.
3 2 1
Contoh 17. dapat diperumum seperti berikut.
Contoh 18. Grup simetri Sn.
Misalkan A = {1, 2, 3, 4, , n}. Himpunan semua permutasi dari A
disebut grup simetri berderajat n dan dinyatakan dengan Sn. Elemen
dari Sn berbentuk
1
=

(1) (2) (3) (n)

Dengan mudah untuk menghitung order dari S n. Ada n pilihan untuk


(1). Setelah (1) ditentukan maka adala n 1 pilihan untuk (2)
[karena adalah fungsi satu-kesatu maka (1) (2)] Setelah
memilih untuk (2), ada n 2 kemungkinan untuk (3) .
Seterusnya dapat diperlihatkan sehingga untu Sn haruslah

105
mempunyai n(n 1)(n 2)
(n 3) ..3.2.1 = n! elemen. Kami
tinggalkan untuk pembaca bukti bahwa untuk n 3, Sn. tidak
komutatif.
TEOREMA 2.16:
Banyaknya permutasi dari k elemen adalah k!
Bukti:
Banyaknya elemen dari permutasi k elemen atau n( S k ) adalah
banyaknya fungsi bijektif dari {1,2,3,..., k } pada dirinya sendiri.
Jadi ada k buah elemen yang dapat dipilih untuk peta dari 1 dibawah
suatu pemetaan bijektif. Bila peta dari 1 sudah kita pilih, maka ada
(k 1) elemen yang dapat dipilih untuk peta dari 2, dan dapat
dipilih (k 2) elemen untuk peta dari 3, dan seterusnya. Sehingga
dapat diperoleh bahwa:
n( S k ) k (k 1)(k 2)...3.2.1 k!

Notasi Sikel
Ada notasi lain yang digunakan untuk menyatakan permutasi
tertentu, yaitu yang disebut notasi sikel (cycle notation) dan pertama
kali diperkenalkan oleh ahli matematika terkenal dari Perancis
Augustin Cauchy pada tahun 1815.
Sebagai ilustrasi dari notasi sikel, misalkan terdapat permutasi
1 2 3 4 5 6
=
2 1 4 6 5 3

Permutasi di atas dapat dinyatakan dalam gambar seperti berikut


1

5
4

106

Secara simple dari gamber tersebut dapat dinyatakan bahwa = (1,


2)(3, 4, 6)(5).
Demikian pula misalkan
=

1 2 3 4 5 6
5 3 1 6 2 4

dengan demikian dapat dinyatakan = (2, 3, 1, 5)(6, 4) atau =


(4, 6)(3, 1, 5, 2)
Pernyataan yang ditunjukaan dengan bentuk (a 1, a2, a3, , am)
disebut sikel dengan panjang m atau m-sikel.
Perkalian dari sikel-sikel dapat didahului dengan berpikir bahwa
ada symbol-symbol yang tidak tampak dalam sikel. Jadi, sikel (4, 6)
merupakan representasi bentuk susunan dari
1 2 3 4 5 6
1 2 3 6 5 4
Dengan cara ini kita dapat mengaklikan sikel dengan berpikir
bahwa semua sikel menyatakan bentuk susunan bilangan.
Sebagai contoh dari S8. Misalkan = (13)(27)(456)(8) dan =
(1237)(648)(5). Bagaimana bentuk sikel dari ?
Tentu saja perkalian = (13)(27)(456)(8) (1237)(648)(5). Bentuk
ini sering disebut dalam bentuk sikel yang saling lepas (disjoint
cycle)
Kita mulai dengan meposisikan 1 mulai dari kanan ke kiri.
1 oleh (5) tetap saja 1; 1 oleh (648) tetap 1; 1 oleh (1237) menjadi
2; 2 oleh (8) tetap 2; 2 oleh (456) tetap 2; 2 oleh (27) menjadi 7; 7
oleh (13) tetap 7. Jadi akhirnya 1 ke 7. dengan demikian =
(17).

107
Kemudian mulai dari 7 oleh (5) tetap 7; 7 oleh (648) tetap 7; 7 oleh
(1237) menjadi 1; 1 oleh (8) tetap 1; 1 oleh (456) tetap 1; 1 oleh
(27) tetap 1; 1 oleh (13) menjadi 3. Akhirnya 7 ke 3, dengan
demikian = (173).
Kemudian mulai lagi dari 3 oleh (5) tetap 3; 3 oleh (648) tetap 3; 3
oleh (1237) menjadi 7; 7 oleh (8) tetap 7; 7 oleh (456) tetap 7; 7
oleh (27) menjadi 2; 2 oleh (13) tetap 2. Akhirnya 3 ke 2, dengan
demikian = (1732).
Kemudian mulai lagi dari 2 oleh (5) tetap 2; 2 oleh (648) tetap 2; 2
oleh (1237) menjadi 3; 3 oleh (8) tetap 3; 3 oleh (456) tetap 3; 3
oleh (27) tetap 3; 3 oleh (13) menjadi 1. Akhirnya 2 ke 1, dengan
demikian = (1732)().
Selanjutnya kita mulai dari 4, karena 4 bilangan terkecil pada
susunan yang tidak terdapat pada = (1732)().
Mulai dari 4 oleh (5) tetap 4; 4 oleh (648) menjadi 8; 8 oleh (1237)
tetap 8; 8 oleh (8) tetap 8; 8 oleh (456) tetap 8; 8 oleh (27) tetap 8; 8
oleh (13) menjadi 8. Akhirnya 4 ke 8, dengan demikian = (1732)
(48)
Kemudian mulai lagi dari 8 oleh (5) tetap 8; 8 oleh (648) menjadi 6;
6 oleh (1237) tetap 6; 5 oleh (8) tetap 6; 6 oleh (456) menjadi 4; 4
oleh (27) tetap 4; 4 oleh (13) tetap 4. Akhirnya 8 ke 4, dengan
demikian = (1732)(48)().
Selanjutnya kita mulai dari 5, karena 5 bilangan terkecil pada
susunan yang tidak terdapat pada = (1732)(48).
Mulai dari 5 oleh (5) tetap 5; 5 oleh (648) tetap 5; 5 oleh (1237)
tetap 5; 5 oleh (8) tetap 5; 5 oleh (456) menjadi 6; 6 oleh (27) tetap
6; 6 oleh (13) tetap6. Akhirnya 5 ke 6, dengan demikian =
(1732)(48)(56). Karena semua bilangan pada S8 sudah termuat,
maka = (1732)(48)(56).

SIFAT-SIFAT DARI PERMUTASI


Berikut ini kita bahas beberapa teorema dari permutasi dan sikel.

108
TEOREMA 2.17: Perkalian dari Sikel yang saling lepas
Setiap permutasi dari suatu himpunan terhingga
dapat ditulis sebagai suatu sikel atau suatu
perkalian dari sikel yang saling lepas.
Bukti:
Misalkan adalah permutasi pada himpunan A = {1, 2, , n}.
Untuk menuliskan dalam bentuk sikel yang saling lepas, kita
muali dengan memilih sembarang anggota dari A, katakan saja a1,
dan misalkan
a2 = (a1),

a3 = ((a1)) = 2(a1)

dan seterusnya, sampai dengan diperoleh a1 = m(a1) untuk m


tertentu. Kita tahu bahwa m ada karena barisan a1, (a1), 2(a1),
harus terhingga, karena terjadi pengulangan, katakan saja i(a1) =
j(a1) untuk setiap i dan j dengan i < j. Maka
a1 = m(a1)
dimana m = j i . Kita dapat menyatakan hubungan a1, a2 , ., am
sebagai
= (a1, a2 , ., am)
Tiga buah titik terakhir mengindikasikan kemungkinan kita belum
menyelesaikan untuk himpunan A dalam proses ini. Kemudian kia
pilih suatu elemen lain yang tidak terdapat dalam sikel yang
pertama dan proses kembali seperti memperoses sikel yang
pertama. Yaitu, misalkan b2 = (b1), b3 = ((b1)) = 2(b1), dan
seterusnya, sampai dengan diperoleh b1 = k(b1) untu k tertentu. Ini
menjadikan sikel baru dengan elemen yang tidak tidak terdapat
dalam sikel sebelumnya. Proses ini dilanjutkan sampai dengan
semua elemen dari A habis, maka permutasi tersebut dapat
dinyatakan dengan
= (a1, a2 , ., am)(b1, b2 , ., bk) (c1, c2 , ., cs)
Dengan cara ini terlihat bahwa setiap permutasi dapat ditulis
sebagai perkalian sikel-sikel yang saling lepas.
TEOREMA 2.18: Sikel-sikel yang saling lepas, komutatif

109
Jika pasangan dari sikel-sikel ={a1, a2, , am}
dan = {b1, b2, , bn} yang unsur-unsurnya
tidak sama, maka =
Bukti:
Misal kita katakan dan adalah permutasi-permutasi pada
himpunan
S = {a1, a2 , ., am, b1, b2 , ., bk, c1, c2 , ., cs}
dengan elemen c tidak diatur oleh permutasi dan . Untuk
membuktikan = kita harus memperlihatkan bahwa
(x)=(x), x S.
Jika x adalah salah satu elemen a, katakana saja ai, maka
()(ai) = (( ai)) = ( ai) = ai+1
karena peermutasi tidak mengatur elemen a (kita interpretasikan
bahwa ai+1 sebagai ai dengan
i = m)
Dengan cara yang sama
()(ai ) = (( ai )) = ( ai+1 ) = ai+1
Dengan demikian = untuk elemen a. Kemudian dengan cara
yang sama perlihatkan bahwa = untuk elemen b. Akhirnya,
misalkan x adalah salah satu elemen c dimana elemen c tidak diatur
oleh permutasi dan , kita peroleh
()(ci) = (( ci)) = ( ci) = ci
()(ci ) = (( ci )) = ( ci) = ci
Dengan demikian pembuktgian kita telah lengkap.
TEOREMA 2.19: Order Permutasi
Order permutasi dari suatu himpunan terhingga
ditulis dalam bentuk sikel yang saling lepas.
adalah kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari
panjang sikel-sikelnya.

110
Bukti:
Pertama, perhatikan bahwa suatu sikel yang panjangnya n
mempunyai order n . Kemudian misalkan dan adalah sikel-sikel
yang saling lepas (disjoint) dengan panjang masing-masing m dan n
sehingga m adalah order dari atau m = , n adalah order dari
atau n = ( permutasi identitas), dan misalkan k adalah
kelipatan persekutuan terkecil dari m dan n. Selanjutnya karena
permutasi itu komutatif, maka ()k = k k = (karena k = dan
k = )
Andaikan order dari adalah t, maka ()t = tt = karena tt
= maka t = -t .
Hal ini tidak mungkin karena dan adalah sikel-sikel yang saling
lepas (disjoint), kecuali t = dan t = = t . Karena m adalah
order dari dan, n adalah order dari , maka t habis dibagi oleh m
dan t habis dibagi oleh n, karena ini t kelipatan persekutuan terkecil
dari m dan n.
Jadi jelas bahwa order dari permutasi adalah kelipatan persekutuan
terkecil dari sikel-sikel disjoint-nya. Dengan demikian pembuktian
telah lengkap
PERMUTASI GENAP DAN PERMUTASI GANJIL
Sekarang kita tunjukkan bahwa setiap permutasi mempunyai
jenis tertentu yaitu genap atau ganjil.
1

S 5 . Baris kedua dari


Perhatikan permutasi
3 1 5 4 2
adalah penyusunan kembali atau permutasi dari baris pertama.
Kita hitung banyaknya pasangan dalam baris kedua yang tidak
mengikuti urutan yang biasanya, pasangan pada baris kedua yang
tidak mengikuti urutan tersebut disebut inversi. Misalnya, 1
mendahuhlui 3 dalam urutan biasa, tetapi dalam permutasi ,
terjadi 3 mendahului 1; jadi 1 dan 3 saling invers. Sedangkan 1 dan
4 tidak saling invers, karena dalam urutan biasa 1 mendahului 4.

111
Banyaknya pasangan inversi dari suatu permutasi ekan menentukan
jenis dari permutasi itu.
Perhatikan permutasi

pada gambar berikut:


1

Dalam gambar di atas, suatu garis menggambarkan hubungan


bilangan i dalam baris pertama dengan (i ) dalam baris kedua.
Bila dua garis berpotongan, maka inversi itu bersesuaian dengan
pasangan bilangan pada baris kedua. Banyaknya inversi pada
permutasi ditulis I ( ) , dalam gambar di atas dapat kita lihat
bahwa I ( ) 5 , dengan pasangan-pasangan inversinya adalah
{1, 3}, {2, 3}, {2, 4}, {2, 5}, {4, 5}.
Cara lain untuk menhitung banyaknya inversi dari permutasi
adalah dengan melihat baris kedua dari permutasi itu. Dibawah
bilangan-ilangan k pada baris kedua berilah tanda cek () untuk
setiap bilangan k yang mendahului bilangan yang kurang dari k
pada baris kedua permutasi tersebut, sepoerti ditunmjukkan berikut
ini.

1 2 3 4 5


3
1
5
4
2

Dalam contoh ini kita berikan dua tanda cek () dibawah bilangan
3, karena 1 dan 2 didahului oleh 3; kita berikan dua tanda cek () di
bawah 5, karena 2 dan 4 didahului oleh 5, dan kita berikan satu
tanda cek() di bawah bilangan 4, karena 2 didahului oleh 4.
Jumlah semua tanda cek tersebut adalah banyaknya inversi yang
dimaksud, yaitu I ( ) 5
DEFINISI 2.11: Permutasi genap dan permutasi ganjil
Misalkan S n dan 1 i j n . Didefinisikan
0, bila
1 bila

(i, j )

(i ) ( j )
(i ) ( j )

112
(i, j ) disebut banyaknya
Maka I ( ) 1
i j n

inversi dari permutasi

Permutasi disebut genap bila I ( ) genap


dan Permutasi disebut ganjil bila I ( )
ganjil.
Misalnya, banyaknya inversi dari siklus-n (1 2 3 ... n) adalah
(n - 1) . Hal itu dapat ditunjukkan banyaknya dua garis yang
berpotongan atau banyaknya tanda cek () pada gambar berikut ini.
1

...

n1

...

n1

Atau pada gambar berikut.


1

...

n 1

...

TEOREMA 2.20:
, Sn ,

Bila
( 1)

I ( B )

( 1)

I ( )

.( 1)

maka

I ( )

Dengan kata lain:


(permutasi genap).o (permutasi genap) = (permutasi genap)
(permutasi genap).o (permutasi ganjil) = (permutasi ganjil)
(permutasi ganjil).o (permutasi genap) = (permutasi ganjil)
(permutasi ganjil).o (permutasi ganjil) = (permutasi genap)

113

Bukti:
Misalkan 1 i j n dan perhatikan pengaruh dari pada I
dan j. Untuk tiap pasang bilangan i dan j kita peroleh satu dari
empat kasus seperti digambarkan berikut ini
1.....i...j.......n

1...i...j.. .n

1...i. ..j.. .n

1i.....j.n

1.................n

1........ ...n

1..............n

1................n

1.................n

1...... .....n

Kasus 1

Kasus 2

1..............n
Kasus 3

1................n
Kasus 4

Misalkan mq menyatakan banyaknya perpotongan pada kasus ke q


yang bersesuaian dengan i dan j, dengan 1 i j n . Dari gambar
di atas I ( ) m3 m4 , karena (i ) dan ( j ) berpotongan
terhadap hanya pada kasus 3 dan kasus 4. Sedangkan
I ( ) m2 m4 karena (i ) dan ( j ) berpotongan terhadap
hanya pada kasus 2 dan kasus 4. Sedangkan I ( ) m2 m3
karena ( (i )) dan ( ( j )) berpotongan terhadap hanya
pada kasus 2 dan kasus 3. Dengan demikian
I ( ) m2 m3
( m 2 m 4 ) ( m3 m 4 ) 2m 4

I ( ) I ( ) 2m 4

Sehingga (1) I ( ) (1) I ( ) I ( ) 2 m4 (1) I ( ) .( 1) I ( )


TEOREMA 2.21: Perkalian Sikel-2
Setiap permutasi dalam Sn, n>1, adalah suatu
perkalian dari sikel-2.

114

Bukti:
Pertama, suatu identitas dapat dinyatakan dengan (12)(21) hal ini
menyatakanbahwa identitas dapat dinyatakan menjadi perkalian
sikel-2.
Kemudian menurut teorema 2.17. kita mengetahui bahwa setiap
permutasi dapat ditulis dalam bentuk (a1, a2 , ., am)(b1, b2 , ., bk)
(c1, c2 , ., cs).
Dengan perhitungan yang terarah memperlihatkan bahwa hal ini
sama seperti
(a1, am)( a1, am-1)( a1, a2)(b1, bi)( b1, bi-1)( b1,
b2)(c1, cs)( c1, cs-1)( c1, c2)
Dengan demikian pembuktian telah lengkap
Berikut ini contoh yang sesuai dengan teorema di atas, dan ternyata
perkalian sikel-2 yang diperoleh tidak tunggal.
Contoh 19:
(12345)

= (15)(14)(13)(12)
= (45)(53)(25)(15)
= (21)(25)(24)(23)
= (54)(52)(21)(25)(23)(13)

Dari contoh di atas bilangan-bilangan pada sikel-2 dapat bervariasi


Suatu siklus-2 seringkali disebut suatu transposisi, karena
siklus-2 mentransposkan dua elemen. Siklus-2 selalu ganjil, karena
bila i j maka menurut gambar di bawah ini I (ij ) 2( j i ) 1
1 ... i ...... j ... n
1 ... i ...... j ... n
Jadi menurut teorema 2.20 suatu permutasi adalah genap bila
permutasi itu dapat ditulis sebagai produk yang banyaknya genap
dari transposisi-transposisi, demikian pula sebaliknya.
Corolary.

115
Suatu siklus-n adalah permutasi genap bila n
ganjil dan permutasinya ganjil bila n genap.
Bukti dari corolary di atas di tinggalkan untuk pembaca..
Untuk menentukan jenis suatu permutasi dengan jalan
menhitung banyaknya inversi agak membosankan. Akan tetapi
teorema 2.21 dan corolary di atas memberikan suatu metoda yang
sederhana untuk mencari jenis permutasi dengan melihat
dekomposisi dari siklus-siklusnya.
Contoh 20.
Tulislah permutasi
1

4

sebagai produk dari siklus-siklus yang lepas dan tentukan orde serta
jenisnya.
Penyelesaian
Permutasi

ditulis sebagai siklus-siklus lepasnya adalah


(1 4

Jadi orde dari

2) (3 8

6)

adalah KPK (3, 5)= 15

Jenis dari siklus-3 yaitu (1 4 2) adalah genap dan jenis dari


siklus-5 yaitu (3 8 5 7 6) adalah genap. Oleh karena itu
jenis permutasi adalah (genap) (genap) = genap..

SOAL:
1.

Tunjukkan bahwa himpunan semua permutasi 3 unsur


dengan operasi komposisi pada permutasi merupakan suatu
grup! Apakah grup permutasi merupakan grup abelian?
(Petunjuk: Misalkan elemen permutasi tersebut adalah 1 2 3,
ada 6 permutasi termasuk permutasi identitas, kemudian Chek
dengan keempat aksioma dari grup dan aksioma komutatif)

2.

Tentukanlah hasil kali dari permutasi-permutasi berikut

116

(a)

1

1 4

(b)

(c)

(2

5 1) o (3 5 4 6)

(d)

(2

5)o(4

3.

7) o (2

3)(1

7)

Tentukan order dari setiap permutasi berikut:


a.

(14)

b.

(147
)

c.

(147
62)

4.

Apakah order dari sikel-k (a1a2ak)?

5.

Apakah order dari setiap permutasi berikut?

6.

a.

(124)(357)

b.

(124)(356)

c.

(124)(35)(124)(3578)

Tulislah permutasi-permutasi berikut sebagai produk dari


siklus-siklus yang lepas. Carilah orde dari setiap permutasi itu
dan sebutkan apakah permutasi itu genap atau ganjil?
a.
1

b.

c.
1

117
d.
1

7.

Carilah permutasi-permutasi berikut


a.
1

b.
1

c.

d.

8.

Perlihatkan bahwa suatu fungsi dari himpunan terhingga S


pada himpunan S sendiri adalah fungsi bijektif bila dan hanya
bila fungsi surjektif.

9.

Jika jenis permutasi adalah genap, buktikan bahwa jenis


permutasi 1 juga genap. Demikian pula, jika jenis permutasi
adalah ganjil, buktikan bahwa jenis permutasi 1 juga
ganjil.

10.

Misalkan permutasi-permutasi

1

2
1

2

Tulislah

dan

sebagai

a.

produk
dari sikulus-siklus yang saling lepas.

b.

Produk
dari siklus-2

118

KOSET DAN TEOREMA LAGRANGE


Untuk memahami pengertian koset, Anda harus sudah
menguasai pengertian subgrup dari suatu grup. Apabila elemen
suatu subgrup dioperasikan dari kiri terhadap elemen tertentu dari
grupnya maka himpunan semua hasil operasi tersebut dinamakan
koset kanan dari sungrup dalam grup tersebut. Demikian pula
dengan cara yang sama, Anda akan mengenal koset kirinya.
Selanjutnya dengan menghubungkan oset-koset tersebut dengan
order-order (banyaknya elemen) dari subgrup dan grupnya, Anda
akan mengetahui Teorema Lagrange dan dapat menentukan
banyaknya koset yang berbeda dari suatu subgrup. Dengan
mengingat periode suatu elemen dari suatu grup, Anda dapat
menurunkan hubungan keterbagian order sutu grup berhingga
dengan periode elemen-elemennya. Selanjutnyanya anda akan
mengetahui bagaimana grup yang ordernya bilangan prima.
DEFINISI 2.12:
Jika H subgroup dari grup (G; o) dan aG maka
Ha = {h o a h H } disebut koset kanan dari H
dalam G, sedangkan aH = {a o h h H} disebut
koset kiri dari H dalam G.
Contoh 21:
B adalah himpunan bilangan bulat dan terhadap ooperasi
penjumlahan merupakan suatu grup. H5 adalah bilangan bulat
kelipatan 5, terhadap operasi penjumlahan juga merupakan suatu
grup. Karena H5 B, maka H5 merupakan subgroup dari B.
Koset kanan H5 dalam B untuk 4 B adalah H54 = {h + 4 | h H5 }
atau H5 = {, -10, -5, 0, 5, 10, }, maka H 54 = { , -6, -1, 4, 9,
10, }
TEOREMA 2.22:

119
Jika H subgroup dari grup G, maka a H bila dan
hanya bila Ha = H
Dari teorema di atas akan dibuktikan:
(1)
jika a H , maka Ha H
(2)
jika Ha H , maka a H
Bukti:
(1)

Ambil x Ha , maka x h a dengan h H


h H , a H dan H subgroup dari G, maka h a x H
Jadi jika x Ha , maka x H , hal ini berarti Ha H
Karena a H dan H G , maka a G
Karena H subgroup dari G, ambil u H dan a G , maka
u a a Ha (definisi 2.12)
Jadi jika a H , maka a Ha , hal ini berarti H Ha
Karena Ha H dan H Ha , maka Ha H
Jadi terbukti bahwa jika a H , maka Ha H

(2)

Karena H subgroup dari G, ambil u H dan a G , maka


u a a Ha (definisi 2.12)
a Ha dan Ha H , maka a H
Jadi terbukti bahwa jika Ha H , maka a H

Dari (1) dan (2) diperoleh jika a H , maka Ha H dan jika


Ha H , maka a H , jadi terbukti bahwa aH bila dan hanya
bila Ha = H.
TEOREMA 2.23:
Jika G adalah grup dan H adalah subgroup dari
G, maka Ha = Hb jika dan hanya jika
ao
b1 H
Dari teorema di atas akan dibuktikan:
(1)
Jika Ha Hb , maka a b 1 H

120
jika a b 1 H , maka Ha Hb

(2)
Bukti:
(1)

Karena H subgroup dari G, ambil u H


dan a G , maka u a a Ha (definisi 2.12)
a Ha dan Ha Hb , maka a Hb (substitusi)
a Hb maka a h b dengan h H (menurut definisi 2.12)
Dari a h b kita peroleh :
a b 1 (h b) b 1
(operasikan dengan b 1 di kanan)
a b 1 h (b b 1 )
(operasi dalam G berlaku asosiatif)
1
(sifat invers)
a b h u
1
(sifat identitas u)
a b h H
Ha
Hb , maka a b 1 H
Jadi terbukti bahwa jika

Misalkan h a b 1 H , maka a h b

(2)
1

dan b h a
Ambil x Ha , maka:
x h1 a
(dengan h1 H , menurut definisi 2.12)
h1 (h b)
(substitusi a h b )
(h1 h) b
(operasi dalam G berlaku asosiatif)
h2 b
(h1 h h2 H , untuk h1 , h H )
h2 b Hb
(menurut definisi 2.12)
Jadi jika x Ha , maka x Hb , hal ini berarti Ha Hb
.(i)

Ambil y Hb , maka:
y h3 b
(dengan h3 H menurut definisi 2.12)
h3 (h 1 a ) (substitusi b h 1 a )
(h3 h 1 ) a (operasi
dalam G berlaku asosiatif)
1
h4 a
(h3 h h4 H , untuk h3 , h 1 H )
h4 a Ha
(menurut definisi 2.12)
y

Hb
Jadi jika
, maka y Ha , hal ini berarti Hb Ha
.(ii)

Karena Ha Hb dan Hb Ha , maka Ha Hb

121
Jadi terbukti bahwa jika a b 1 H , maka Ha Hb
Dari (1) dan (2) diperoleh jika Ha Hb , maka a b 1 H dan
jika a b 1 H , maka Ha Hb , jadi terbukti bahwa
Ha Hb bila dan hanya bila a b 1 H .
TEOREMA 2.24:
Jika H adalah subgroup dari grup G, maka b
Ha bila dan hanya bila Ha = Hb
Dari teorema di atas akan dibuktikan:
(1)
Jika b Ha , maka Ha Hb
(2)
jika Ha Hb , maka b Ha
Bukti:
(1)

Jika b Ha , maka b h a dengan h H


(menurut definisi 2.12)
Dari b h a , maka a h 1 b
Ambil x Ha , maka:
x h1 a
(dengan h1 H , menurut definisi 2.12)
1
h1 (h b) (substitusi a h 1 b )
(h1 h 1 ) b (operasi dalam G berlaku asosiatif)
h2 b
(h1 h 1 h2 H , untuk h1 , h 1 H )
h2 b Hb
(menurut definisi 2.12)
x

Ha
Jadi jika
, maka x Hb , hal ini berarti Ha Hb
.(i)

Ambil y Hb , maka:
y h3 b
(dengan h3 H menurut definisi 2.12)
h3 (h a)
(substitusi b h a )
( h3 h) a
(operasi dalam G berlaku asosiatif)
(h3 h h4 H , untuk h3 , h H )
h4 a
h4 a Ha
(menurut definisi 2.12)
y

Hb
Jadi jika
, maka y Ha , hal ini berarti Hb Ha
.(ii)

122

Karena Ha Hb dan Hb Ha , maka Ha Hb


Jadi terbukti bahwa jika b Ha , maka Ha Hb
(3)

Karena H subgroup dari G, ambil u H dan b G ,


maka u b b Hb (definisi 2.12)
b Hb dan Ha Hb , maka b Ha
(substitusi)
Jadi terbukti bahwa jika Ha Hb , maka b Ha
Dari (1) dan (2) diperoleh jika b Ha , maka Ha Hb dan
jika Ha Hb , maka b Ha , jadi terbukti bahwa b Ha
bila dan hanya bila Ha Hb .

TEOREMA 2.25:
Misal H subgroup dari G, dan a, b G berlaku
Jika Ha Hb, maka Ha Hb =
Bukti:
Untuk membuktikan teorema di atas, dilakukan dengan bukti tidak
langsung, dengan membuktikan kontra positifnya, yaitu Jika
Ha Hb , maka Ha Hb
Karena Ha Hb , maka x Ha Hb yang berarti x Ha dan
x Hb

Menurut teorema 2.18 jika x Ha , maka Hx Ha , begitu pula


jika x Hb , maka Hx Hb
Dari Hx Ha dan Hx Hb , maka Ha Hb
relasi =)

(sifat

transitif

Terbukti bahwa Jika Ha Hb , maka Ha Hb . Hal ini berarti


membuktikan bahwa Jika Ha Hb , maka Ha Hb .
TEOREMA 2.26:

123
Misalkan (G; o) adalah grup dan H merupakan
subgroup dari G. Jika u adalah elemen identitas
dari G, a G, dan Ha Hu, maka Ha bukan
subgrup dari G.
Bukti:
Menurut teorema 2.19 menyatakan bahwa jika Ha Hu maka
Ha Hu sedangkan u Hu , dengan demikian u Ha atau
dengan kata lain Ha tidak memiliki identitas.
Jadi terbukti bahwa Ha bukan subgroup dari G.
TEOREMA 2.27:
Jika (g; o) adalah grup dan H merupakan
subgroup dari G, maka a G berlaku H Ha
Bukti:
Antara H dan Ha terjadi perkawanan missal saja f : H Ha dengan
definisi h H f (h) h a
Untuk membuktikan bahwa H ~ Ha atau n( H ) n( Ha) , harus
ditunjukkan bahwa f adalah fungsi bijektif (korespondensi satusatu)
Ambil h1 , h2 H dan f (h1 ) f (h2 ) sehingga h1 a h2 a ,
dengan hukum kansel diperoleh h1 h2 . Jadi jika h1 , h2 H dan
f (h1 ) f (h2 ) , maka h1 h2 hal ini berarti f fungsi injektif.
Ambil h a Ha , maka selalu h H f (h) h a . Jadi f fungsi
surjektif.
Karena f fungsi injektif dan f fungsi surjektif, maka f fungsi bijektif.
Jadi terbukti bahwa n( H ) n( Ha ) atau H ~ Ha
TEOREMA 2.28:

124
Jika (G; o) adalah grup, dan H merupakan
subgroup dari G, maka a, b G berlaku
Ha Hb
Bukti:
Menurut

teorema

2.21

menyatakan

bahwa

H ~ Ha

n( H ) n( Ha ) , begitu pula H ~ Hb atau n( H ) n( Hb)


n( H ) n( Ha )
dan
n( Ha ) n( Hb)
(hukum transitif)

Karena

n( H ) n( Hb) ,

atau
maka

Jadi terbukti bahwa Ha ~ Hb .


TEOREMA 2.29: (Teorema Lagrange)
Jika G suatu grup berhingga dan H adalah
subgroup dari G, maka order dari H membagi
habis order dari G ( ditulis n( H ) | n(G ) ).
Bukti:
Menurut teorema 2.22 menyatakan bahwa banyaknya elemen setiap
koset kanan sama dengan banyaknya elemen himpunan
bagian yang berkaitan dengan koset kanan tersebut
( n( Ha ) n( Hb) ... n( H )) dan setiap koset kanan yang
berbeda saling lepas (Jika Ha Hb , maka Ha Hb ).
Jadi jika n(G ) k dan n( H ) t , maka ada bilangan bulat positif
sehingga k = rt, artinya t | k .
Jadi terbukti bahwa n( H ) | n(G ) .
Contoh 22:
Carilah semua subgroup dari grup B {0,1,2,3,4,5,6,7,8} terhadap
operasi penjumlahan modulo 8.
Penyelesaian:
Banyaknya elemen dari grup B adalah 8, maka banyaknya elemen
dari subgroup-subgrupnya adalah 1 elemen, 2 elemen, 4 elemen,
dan 8 elemen yang merupakan factor-faktor dari 8.

125
Karrena B grup terhingga, maka untuk mencari subgrupnya cukup
dengan menunjukkan aksioma tertutup saja.
Jadi subgroup dari B adalah {0}, {0, 4}, {0, 2, 4, 6} dan
B {0,1,2,3,4,5,6,7,8} .
DEFINISI 2.13:
Jika G suatu grup dan H adalah subgroup dari G,
maka yang disebut indeks dari H dalam G adalah
banyaknya koset kanan yang berbeda dari H
dalam G, dan ditulis iG(H). Jika G suatu grup
berhingga, maka iG(H).=

n(G )
n( H )

TEOREMA 2.30:
Jika G suatu grup berhingga dan a G, maka
p(a) n(G), yaitu periode a membagi habis order
dari G.
Bukti:
Misalkan periode dari elemen a adalah k yaitu bilangan bulat
positif terkecil sehingga a k u . Sedangkan order dari G adalah
banyaknya elemen dari G atau n(G ) m sehingga a m u .
Karena a k u dan a m u dengan k bilangan terkecil maka m
adalah kelipatan k atau m = kr dengan r bilangan bulat. Hal ini
berarti k | m .
Jadi terbukti bahwa p ( a ) | n(G ) .
TEOREMA 2.31:
Jika G suatu grup berhingga yang berorder
bilangan prima maka G merupakan grup siklik.
Bukti:
Misalkan a u G dan order dari G yaitu n(G ) m sehingga
2
3
m
a m u , maka H {a, a , a ,..., a u} G

126
Karena n(G ) m dan m bilangan prima, maka G tidak memiliki
subgroup sejati dan a u , maka H G . Karena H grup siklik,
maka G grup siklik pula.
Jadi terbukti bahwa jika G suatu grup berhingga yang berorder
bilangan prima maka G merupakan grup siklik.

DEFINISI 2.14:
Misalkan G suatu grup, dan H merupakan
subgroup dari G. Maka a kongruen dengan b
modulo H, ditulis a b (mod H) bila dan hanya
bila a o b1 H
TEOREMA 2.32:
Jika (G; o) adalah grup dan H merupakan
subgroup dari G, maka a, b G, relasi a b
(mod H) adalah relasi ekuivalensi.
Bukti:
Menurut definisi 2,26 H subgroup dari G maka a b (mod H) bila
dan hanya bila a o b1 H.
Suatu relasi disebut relasi ekuivalen bila memenuhi sifat refleksif,
simetrik, dan transitif.
Sifat refleksif a a(mod H ) berlaku sebab a a 1 u H
Sifaf simetrik jika a b(mod H ) maka b a (mod H ) berlaku
sebab jika a b(mod H ) atau a, b H , a b 1 H hal ini
sama saja dengan a, b H , b a 1 H atau b a (mod H ) /
Sifat transitif jika a b(mod H ) dan b c(mod H ) maka
a c(mod H )
a b(mod H )
berlaku
sebab
berarti
a, b H , a b 1 H

b c(mod H ) berarti b, c H , b c 1 H

127
Karena a b 1 H dan b c 1 H sedangkan H subgroup dari G,
maka :
( a b 1 ) (b c 1 ) H yang
a c(mod H )

a c 1 H

menghasilkan

atau

Jadi terbukti bahwa jika H merupakan subgroup dari G, maka a, b


G, relasi a b (mod H) adalah relasi ekuivalen.
SOAL:
1.

Misal G = { , -2, -1, 0, 1, 2, } sedangkan (G; +)


merupakan grup dan H = { , -6, -3, 0. 3. 6, } merupakan
subgroup dari G. Tentukanlah S2, S3, dan 1S !

2.

Misalkan B adalah himpunan semua bilangan bulat. Maka B


dengan operasi penjumlahan merupakan suatu grup. H5 adalah
himpunan semua bilangan bulat kelipatan 5, dengan operasi
penjumlahan merupakan grup pula, jadi H5 merupakan subgroup
dari B.
Tentukanlah H54, H56, dan 3H5

3.

Misalnya G = {u, a, b, c, d, e} sedangkan (G; o) adalah grup


dengan o operasi perkalian permutasi dan u = (1) (2) (3) ; a =
(1 2 3) ; b = (1 3 2); c = (2 3); d = (1 3), dan e =(1 2)
Hasil kali anggota G disajikan dalam table berikut ini.

128
Subgrup dari G adalah A = {u, a, b}, B = {u, c}, C = {u, d} dan
D ={u, e}
Tentukanlah semua koset kanan dari A dan B, dan semua koset
kiri C dan D.
4.

Misalnya G = {1, -1, i, -i } dengan i = 1 dan i2 = -1.


Maka (G; x) merupakan grup. H = {1, -1} merupakan subgroup
dari G.
Tentukan semua koset kanan dan semua koset kiri dari H dalam
G.

5.

Misalkan G = {I, R, R2, A, B, C} menyatakan grup


transformasi dari segitiga samasisi ABC. Subgrup dari G adalah
{I, R, R2}, {I, A}, {I, B}, {I, C}. Tentukanlah semua koset
kanan dan semua koset kiri dari subgroup-subgrup tersebut
dalam G.

6.

T = {1, 2, 3, 4, 5, 6} dengan operasi perkalian modulo 7


membentuk suatu grup. S = {1, 2, 4} terhadap operasi
perkalianmodulo 7 merupakan subgroup dari T. Tentukanlah
semua koset kanan dari S dan D dalam T! Tentukanlah i G(S) dan
iG(D).

7.

Diketahui bahwa H adalah subgroup dari (G; o) dan untuk a


G, berlaku hubungan aHa1 = {a o h a1 h H }. Tunjukkan
bahwa aHa1 merupakan subgroup dari G.

8.

Tuliskan semua koset kanan dari H dalam G, jika G suatu


grup siklik dengan generator a dan n (G) = 10, sedangkan H
adalah subgroup dengan generator a2.

SUBGRUP NORMAL DAN GRUP FAKTOR


Pengertian subgrup yang telah Anda ketahui dengan
tambahan satu syarat lagi, Anda akan mengenal subgrup normal.
Subgrup normal ini mempunyai peranan penting dalam Aljabar
Abstrak, sebab banyak teorema yang berhubungan dengan subgrup
normal ini. Selain itu pengertian-pengertian yang mirip dengan
subgrup normal ini akan dipelajari dan dikembangkan dalam
struktur aljabar lainnya.

129
DEFINISI 2.15:
Jika N subgrup dari G, maka N disebut subgroup
normal dari G gN = Ng , gG
DEFINISI 2.16:
Jika N adalah subgroup dari grup (G, o), maka N
disebut subgrp normal dari G
gG
1
dan n N g o n o g N
Contoh 23:
Misalkan P adalah grup permutasi dari tiga elemen 1, 2, dan 3,
maka P {(1) u , (12), (13), ( 23), (123), (132)} dan perhatikan
pula S {(1), (123), (132)} adalah subgroup dari P. Apakah S
subgroup normal dari P?
Penyelesaian:
Invers dari setiap elemen pada P seperti berikut:
(1) 1 (1) ,

(12) 1 (12) , (13) 1 (13) , ( 23) 1 (23) ,

(123) 1 (132) , (132) 1 (123)

Sehingga untuk (1) S


(1) (1) (1) 1 (1) (1) (1) (1) S
(12) (1) (12) 1 (12) (1) (12) (12) (12) (1) S

(13) (1) (13) 1 (13) (1) (13) (13) (13) (1) S


(23) (1) ( 23) 1 ( 23) (1) ( 23) ( 23) ( 23) (1) S

(123) (1) (123) 1 (123) (1) (132) (123) (132) (1) S


(132) (1) (132) 1 (132) (1) (123) (132) (123) (1) S

Untuk (123) S
(1) (123) (1) 1 (1) (123) (1) (123) S

130
(12) (123) (12) 1 (12) (123) (12) (23) (12) (132) S
(13) (123) (13) 1 (13) (123) (13) (12) (13) (132) S

( 23) (123) ( 23) 1 (23) (123) ( 23) (13) ( 23) (132) S


(123) (123) (123) 1 (123) (123) (132) (132) (132) (123) S

(132) (123) (132) 1 (132) (123) (123) (1) (123) (123) S

Untuk (132) S
(1) (132) (1) 1 (1) (132) (1) (132) S
(12) (132) (12) 1 (12) (132) (12) (13) (12) (123) S

(13) (132) (13) 1 (13) (132) (13) (23) (13) (123) S


( 23) (132) (23) 1 (23) (132) ( 23) (12) ( 23) (123) S

(123) (132) (123) 1 (123) (132) (132) (1)(132) (132) S


(132) (132) (132) 1 (132) (132) (123) (123)(123) (132) S

Dengan demikian g P dan n S berlaku g n g 1 S .


Jadi S adalah subgroup normal dari P.
Contoh 24:
M adalah grup matrik berordo 2x2 yang elemen-elemennya
bilangan real dan determinannya tidak sama dengan nol, terhadap
operasi perkalian pada matriks.
a
N
0

b
a, b, c R, ac 0 dengan R himpunan bilangan real
c

adalah subgroup dari M. Apakah N merupakan subgroup normal


dari M?

Penyelesaian:

131

Misalkan

X M

YN,

dan
e

a
X
c

f
dengan eg 0 .
g

ad bc 0 , dan Y
0

X 1

maka

1 d b


ad bc c a

d
ad bc
c
ad bc

ad bc
a

ad bc

Dengan demikian:

XYX 1

a b e f ad bc



c
d
0
g

c
ad bc
ae af bg


ce cf dg

aed afc bgc

ad bc

ced c 2 f cdg

ad bc

d
ad bc
c
ad bc

ad bc
a

ad bc
b

ad bc
a

ad bc

aeb a 2 f abg

ad bc
N
bce acf adg

ad bc

Jadi N bukan subgroup normal dari M.


SIFAT-SIFAT SUBGRUP NORMAL
TEOREMA 2.33:
N adalah subgroup normal dari G g G
gNg1 = N

dengan

132
Dari teorema di atas harus dibuktikan:
N adalah subgroup normal dari G g G gNg1

(1)
=N

g G gNg1 = N N adalah subgroup normal

(2)
dari G
Bukti:
(1)

Menurut definisi 2.15 jika N subgroup normal dari G, maka


gN = Ng , gG
gNg 1 N ( g g 1 )

(operasikan dengan g 1 dari kanan)

gNg 1 Nu

(sifat invers)

gNg 1 N

(sifat operasi himp. dengan identitas)

Jadi terbukti bahwa Jika N subgroup normal dari G maka


g G gNg 1 N .
(2)

g G gNg 1 N

gN ( g 1 g ) Ng (operasikan dengan g dari kanan)


gNu Ng

(sifat invers)

gN Ng

(sifat operasi himp. dengan identitas)

Jadi terbukti bahwa jika g G gNg 1 N , maka N


subgroup normal dari G (menurut definisi 2.15)
Dari (1) dan (2) diperoleh bahwa jika N subgroup normal dari G
maka g G gNg 1 N dan jika g G gNg 1 N , maka
N subgroup normal dari G. Jadi terbukti bahwa N subgroup
normal dari G bila dan hanya bila g G gNg 1 N .
TEOREMA 2.34:
Setiap subgroup S dari grup G yang komutatif
adalah subgroup Normal

133
Bukti:
Misalkan S adalah subgroup dari G. Karena G adalah grup
komutatif, maka operasi dalam H juga komutatif.

Ambil g G dan n S , maka


g n g 1 g g 1 n (karena G dan S komutatif)

un

(sifat invers)

nS

(sifat identitas)

Karena g G n S g n g 1 S . Terbukti bahwa S subgroup


normal dari G.
TEOREMA 2.35:
Misalkan G adalah grup. Jika N dan H masingmasing adalah subgroup normal dari G, maka N
H merupakan subgroup Normal dari G
Bukti:
Untuk membuktikan bahwa N H subgroup normal dari G maka
harus ditunjukkan bahwa
g G x N H g x g 1 N H

Ambil x N H hal ini berarti x N dan x H


x N dan N subgroup normal dari G, maka
g G x N g x g 1 N

x H dan H subgroup normal dari G, maka


g G x H g x g 1 H

Karena g x g 1 N dan g x g 1 H , maka g x g 1 N H


Karena g G x N H g x g 1 N H , jadi
subgroup normal dari G.
TEOREMA 2.36:

N H

134
Dalam setiap grup G dengan elemen identitas u,
maka subgrup {u} dan G sendiri merupakan
subgroup Normal
Bukti:
Ambil g G dan u {u} , maka g u g 1 g g 1 u {u} , jadi
{u} subgroup normal dari G.
Ambil g , a G , maka g a g 1 G (tertutup), jadi G subgroup
normal dari G.
Jadi terbukti bahwa dan G adalah subgroup normal dari G.
TEOREMA 2.37
Misalkan G merupakan grup dan H adalah
subgroup dari G
Jika iG (H) = 2 maka H adalah subgroup normal
dari G
Bukti:
H adalah subgroup dari G dan iG (H) = 2, ini berarti hanya
mempunya dua koset kanan yaitu Hu = H dan Ha yang masingmasing saling lepas, dan hanya mempunyai dua koset kiri yaitu uH
= H dengan bH. Hal ini menunjukkan bahwa Ha = bH.
a Ha dan Ha bH , maka a bH sehingga a aH

Jadi jika a Ha dan


(i)

a aH , hal ini berarti

Ha aH

b bH dan Ha bH , maka b Ha sehingga b Hb

Jadi jika b bH dan b Hb , hal ini berarti bH Hb atau


aH Ha (ii)
Dari (i) dan (ii) diperoleh Ha aH dan aH Ha hal ini berarti
Ha aH

Karena Ha aH hal ini berarti H adalah subgroup yang komutatif.

135
Menurut teorema 2.28 bila H subgroup dari grup G yang komutatif,
maka H subgroup normal dari G.
Jadi terbukti bahwa Jika iG (H) = 2 maka H adalah subgroup normal
dari G.
TEOREMA 2.38
Jika N adalah subgroup dari G,maka N adalah
subgroup normal dari G hasilkali dua koset
kanan dari N dalam G adalah koset kanan dari N
dalam G pula (Na Nb = Nc )
Dari teorema di atas akan dibuktikan:
(1)

Jika N adalah subgroup normal dari G, maka Na Nb=


Nc

(2)

Jika Na Nb= Nc, maka N adalah subgroup normal


dari G

Bukti:
(1)

Karena N subgroup normal dari G maka a G berlaku

Na aN sehingga a, b G
NaNb N (aN )b

(asosiatif karena N G dan

a, b G )

N ( Na )b

(karena Na aN )

NN ( a b)
N ( a b)

Nc

(karena N sebgrup maka NN = N)


(dengan c a b)

Jadi terbukti bahwa Jika N adalah subgroup normal dari G,


maka Na Nb= Nc
(2)

Ambil u N , karena NaNb Nc , maka

(u a ) (u c ) u c sehingga a b c

136
Sehingga dari NaNb Nc diperoleh NaNb N (a b)
a, b G

ambil b a 1 sehingga

NaNb N (a b)

NaNa 1 N (a a 1 )

(karena b a 1 )

NaNa 1 Nu

(sifat invers)

NaNa 1 N

(sifat identitas u)

NaNa 1 NN

(karena N = NN)

aNa 1 N , a G

(hukum kansel )

Karena aNa 1 N , a G , maka N subgroup normal dari

Jadi terbukti bahwa Jika Na Nb= Nc, maka N adalah subgroup


normal dari G
Dari (1) dan (2) terbukti bahwa N adalah subgroup normal dari G
bila dan hanya bila Na Nb= Nc
Apabila kita membuat suatu sistem aljabar dengan
himpunan semua koset-koset kanan dan operasi seperti pada
teorema 2.38, ternyata memnuhi aksioma-aksioma dari suatu grup.
TEOREMA 2.39
Jika G adalah group dan N adalah subgrup
normal dari G, maka G/N(dibaca N factor dari
G) terhadap operasi perkalian himpunan
merupakan grup.
Catatan: G/N adalah himpunan semua koset kanan dari subgroup
G / N {Na | a G} . Sedangkan
normal N dalam G atau
G/N disebut pula grup factor.
Untuk membuktikan bahwa G/N merupakan grup, harus diuji
masing-masing aksioma grup dalam G/N.

137

Bukti:
Ambil X , Y G / N , maka X Na dan Y Nb

(i)
dengan

a, b G

XY NaNb
N ( aN )b

(asosiatif karena N G dan a, b G )

N ( Na )b

(karena N subgroup normal dari G)

NN ( a b)
N ( a b)

(karena N subgroup maka NN = N)

N ( a b) merupakan koset kanan dari N dalam G

Hal ini berarti XY G / N atau perkalian himpunan tertutup


dalam G/N.
(ii)

Ambil X , Y , Z G / N , maka X Na , Y Nb
, dan Z Nc dengan a, b, c G
( XY ) Z ( NaNb) Nc

N ( a b) Nc

(operasi perkalia. himpunan tertutup


dalam G/N)

N [(a b) c ] (operasi perkaliah himpunan tertutup

dalam G/N)
N [a (b c)] (operasi
NaN (b c )]
Na (NbNc )]

dalam G berlaku asosiatif)

X (YZ )

Hal ini berarti perkalian himpunan berlaku asosiatif dalam


G/N.
(iii)

Operasi perkalian himpinan dalam G/N memiliki


identitas yaitu Nu N sebab untuk X G / N dengan X Na
dan a G

138
XN NaNu N (a u ) Na X dan
NX NuNa N (u a ) Na X

Sehingga XN NX X hal ini berarti N identitas operasi


parkalian himpunan dalam G/N.
Na G / N

(iv)
Na

memiliki

inverse

yaitu

G / N , sebab :

NaNa 1 N (a a 1 ) Nu N dan
Na 1 Na N ( a 1 a ) Nu N sehingga
NaNa 1 Na 1 Na ) N

Jadi terbukti bahwa G/N adalah suatu grup yang disebut grup factor.

SOAL
1.

Diketahui H {(1), (12)} . Apakah H


subgrup normal dalam S 3 ?

a b

G
0
d

2.

bilangan real, ad 0

a, b dan d bilangan

terhadap operasi perkalian matriks merupakan suatau grup.

1 b

N
0 1

b bilangan real

Buktikan bahwa
(i)

N subgrup normal dari G, dan

(ii)

G/N adalah suatu grup abelian

139
3.

Jika G suatu grup siklik dengan


n(G ) 21 .
dan
Tunjukkan
bahwa
3
6
9
21
{q , q , q ,..., q } merupakan subgrup normal dari G.

generator

4.

Jika N an M masing-masing adalah


subgrup normal dari grup G dan MN {mn | m M , n N } .
Buktikan bahwa MN adalah subgrup dari G dan MN subgrup
normal dari G.

5.

Jika M adalah subgrup normal dari G,


N subgrup normal dari G, dan M N {u} , tunjukkan bahwa
untuk m M dan n N berlaku mn nm

HOMOMORFISME DAN ISOMORFISME


Anda telah mengetahui pengertian pemetaan (fungsi) dari
himpunan ke himpunan. Begitu juga komposisi fungsi, fungsi satusatu (injektif) dan fungsi onto (surjektif). Pada bagian ini Anda akan
menjumpai pemetaan dari grup ke grup lain. Jika pemetaan itu
memenuhi suatu syarat tertentu, Anda akan mengenal apa yang
disebut homomorfisma. Jika pemetaan tersebut suatu pemetaan
yang satu-stu dan onto (bijektif maka homomorfisma iti disebut
isomorfisma. Penggunaan homomorfisma dari grup ini merupakan
syarat untuk mempelajari homomorfisma dari ring yang akan
dipelajari dalam bab berikutnya.
DEFINISI 2.17:
Misalkan (G; o dan (G; *) masin g-masing
adalah grup. Pemetaan : G G disebut
homomorfisme dari G ke G bila dan hanya bila
a, b G (a o b) = (a) * (b)
DEFINISI 2.18:
1)

Suatu homomorfisme dari grup G G yang


injektif disebut monomorfisme

140

2)

Suatu homomorfisme dari grup G G yang


surjektif disebut epimorfisme

3)

Suatu homomorfisme dari grup G G yang


bijektif disebut isomorfisme

DEFINISI 2.19:
1) Suatu homomorfisme dari suatu grup ke dalam
grup itu sendiri disebut endomorfisme
2) Suatu endomorfisme yang
automorfisme

bijektif disebut

Contoh 25:
Misal G grup bilangan real positif dengan operasi perkalian dan G'
suatu grup bilangan real dengan operasi penjumlahan. Dengan
menentukan suatu pemetaan f: G G' tertentu, tunjukkan bahwa G
dan G' isomorfik.
Penyelesaian:
Agar G dan G isomorfik, harus ditunjukkan bahwa f suatu
isomorfisma atau homomorfisma yang bijektif.
Misal

ada

fungsi

f : G G '.

f ( x ) log x, x G , maka

yang

didefinisikan

dengan

Ambil x, y G , maka f ( x) log x dan f ( y ) log y , maka


f ( x. y ) log xy log x log y f ( x) f ( y )

suatu

homomorfisma.
y G'

Ambil

dan

dengan demikian f
(i)

f ( x) y

maka

log x y

sehingga

x 10 G .
y

Jadi y G ' , x 10 y G f ( x ) y . Hal ini berarti f fungsi


surjektif. ..(ii)
x, y G
dan
log x log y sehingga

Ambil

x y . Andaikan
f ( x) f ( y ) maka
log x
log y
x
y.
atau
Hal ini
10
10

kontradiktif karena x y . Untuk itu haruslah f ( x) f ( y )

141
Jadi x, y G dan x y f ( x ) f ( y ) . Hal ini berarti f fungsi
injektif ..(iii)
Dari (i), (ii) dan (iii) diperoleh f adalah suatu homomorfisma yang
bijektif. Jadi terbukti bahwa G dan G isomorfik.
SIFAT-SIFAT HOMOMORFISME
TEOREMA 2.40:
Misalkan (G; o dan (G; *) masin g-masing
adalah grup, sedangkan pemetaan : G G
merupakan homomorfisme dari G ke G, maka
(i) Bila u elemen identitas dalam G dan (u) =
u, maka u adalah elemen identitas dalam G
(ii) (x1) = [(x)] 1 , x G [(x)] 1 adalah
invers dari (x) G
Bukti:
(i)

Untuk membuktikan bahwa u merupakan identitas


dalam
G,
harus
ditunjukkan
bahwa
a ' G ' a 'u ' u 'a ' a '
Misalkan

a, u G

dan

a u u a a sedangkan

identitas

dalam

G,

( a ) a ' dan (u ) u '

maka

( a ) a ' sedangkan

(a) (a u )
( a ) (u )

(karena

a u a)

(karena homomorfisma)

a 'u '

Karena ( a ) a ' dan ( a ) a 'u ' , maka


(1)

a 'u ' a '

( a ) a ' sedangkan

( a) (u a)
(u ) (a )

(karena

ua a)

(karena homomorfisma)

142
u 'a '

Karena ( a ) a ' dan ( a ) u 'a ' , maka u 'a ' a '


(2)
Dari (1) dan (2) diperoleh a ' G ' a 'u ' u 'a ' a ' . Jadi
terbukti bahwa u merupakan identitas dalam G.
(ii)

Karena G adalah suatu grup dam u elemen identitas


dalam G, maka ( x) [ ( x)]1 u '
(aksioma
invers)
Karena x G x x 1 u , maka:
u ' (u ) ( x x 1 )

( x ) ( x 1 )

(sifat invers)
(karena

homomorfisma)
Sehingga ( x) ( x 1 ) u '
Dengan demikian ( x) [ ( x)] 1 u ' dan ( x) ( x 1 ) u '
( x) ( x 1 ) ( x) [ ( x)] 1
sehingga
dengan
1

(
x
)

( x )] 1
menggunakan hokum kansel terbukti bahwa
.
TEOREMA 2.41:
Jika pemetaan : G G merupakan isomorfisme dari G ke G,
maka G suatu grup komutatif bila dan hanya bila G suatu grup
komutatif
Dari teorema di atas akan dibuktikan:
a, b G a b b a a 'b' b'a '
(1)
a ' , b' G ' a 'b' b'a ' a b b a
(2)
Bukti:
Ambil sebarang a, b G dan ( a ) a ' , (b) b'

(1)
maka:

143
( a b) ( a ) (b)

(karena homomorfisma)

a 'b'
(a b) (b a )

(karena

a, b G a b b a )

(b) ( a )

(karena homomorfisma)

b'a '

Dengan demikian (a b) a 'b' dan (a b) b'a '


sehingga a 'b' b'a '
Jadi

terbukti

a, b G a b b a a 'b' b'a '

bahwa
atau G komutatif

Ambil sebarang a, b G dan ( a ) a ' , (b) b'

(2)
maka:

( a b) ( a ) (b)

(karena homomorfisma)

a 'b'

b'a '

(karena

a ' , b' G ' a 'b' b'a ' )

(b) ( a )
(b a )

(karena homomorfisma)

Dengan demikian (a b) (b a ) karena suatu


isomorfisma dimana berlaku fungsi injektif, maka a b b a
Jadi terbukti bahwa a' , b' G ' a 'b' b'a ' a b b a
atau G komutatif.
Dari (1) dan (2) terbukti bahwa G suatu grup komutatif bila dan
hanya bila G suatu grup komutatif
TEOREMA 2.42:
Misalkan (G; o dan (G; *) masin g-masing
adalah grup. Pemetaan : G G merupakan
suatu homomorfisme dari G ke G yang surjektif,

144
maka N G dengan N ={x G (x) = u, u
elemen identitas dalam G}adalah subgroup
normal dari G
N ={x G (x) = u, u elemen identitas dalam G disebut inti
(kernel) dari pemetaan tsb.
Untuk membuktikan bahwa N subgroup normal dari G, harus
ditunjukkan bahwa g G n N , g n g 1 N , dan untuk
menunjukkan g n g 1 N harus dapat dinyatakan bahwa
( g n g 1 ) u '

Bukti:
Ambil sebarang n N (n) u ' dan g G , maka:
( g n g 1 ) ( g ) (n) ( g 1 ) (karena homomorfisma)
( g ) u '[ ( g )] 1

(menurut teorema 2.34

(ii))
( g ) [ ( g )] 1

(sifat identitas u )

u'

(sifat invers)

Karena g G n N , ( g n g 1 ) u ' maka g n g 1 N .


Jadi terbukti bahwa N subgroup normal.
TEOREMA 2.43:
Misalkan (G; o dan (G; *) masin g-masing
adalah grup. Pemetaan : G G merupakan
suatu homomorfisme dari G ke G.Himpunan
semua peta (bayangan) anggota G dalam G oleh
homomorfisme merupakan subgroup dari G
Bukti:
Misalkan himpunan semua peta (bayangan) anggota G adalah
(G ) , maka (G ) G '

145
Untuk membuktikan (G ) subgroup dari G akan ditunjukan
( x ), ( y ) (G ) ( x ) ( y ) (G ) dan
( x) [ ( x)] 1 (G )

Ambil x, y G maka ( x) (G ) dan ( y ) (G )


x, y G

dan G suatu grup, maka x y G (tertutup) yang

berarti ( x y ) (G )
Sekarang perhatikan

( x y ) ( x ) ( y ) (G )

(karena

homomorfisma)
Dengan
....(i)
Kemudian
x

demikian

( x ), ( y ) (G ) ( x ) ( y ) (G )

perhatikan

x G ( x ) (G )

G ( x ) (G ) sedangkan
1

dan

( x 1 ) [ ( x )] 1 (G )

.....(ii)
Dari (i) dan (ii) diperoleh bahwa (G ) G ' , (G ) (himpunan
( x ), ( y ) (G ) ( x) ( y ) (G )
kosong),
dan
1

(G
)
( x) [ ( x)] (G ) . Jadi terbukti bahwa
subgroup
dari G.
SOAL:
1.

Bila G suatu grup dan N subgrup normal dalam G. G/N (N


"faktor" dari G) adalah himpunan semua koset kanan dari N
dalam G. Buktikan bahwa G/N merupakan grup (grup faktor)
terhadap operasi perkalian himpunan.

2.

Bila G suatu grup Buktikan bahwa N subgrup normal dalam


G. bila dan hanya bila a G, Na = aN.

3.

Misal (G, o) dan (G,*) masing-masing merupakan grup,


pemetaan f: G G merupakan suatu homomorfisma. Buktikan

146
bahwa jika u elemen identitas dalam G dan f(u) = u, maka u
merupakan elemen identitas dalam G.
4.

Misal (G, o) dan (G,*) masing-masing merupakan grup,


pemetaan f: G G merupakan suatu isomorfisma. Buktikan
bahwa G suatu grup komutatif bila dan hanya bila G grup
komutatif

5.

Buktikan: Jika f : G H dan g : H K masing-masing


adalah homomorfisma grup, maka komposisi g o f : G K
adalah suatu homomorfisma grup

6.

Untuk sebarang grup G, fungsi f : G G didefinisikan


dengan f(x) = u adalah homomorfisma (u elemen identitas).
Buktikan !

7.

Suatu fungsi f : G G didefinisikan dengan f(x) = x2


adalah suatu homomorfisma grup bila dan hanya bila G grup
abelian.

8.

Misal G grup bilangan real terhadap operasi penjumlahan


dan G' suatu grup bilangan real positif dengan operasi perkalian.
Dengan menentukan suatu pemetaan f: G G' tertentu,
tunjukkan bahwa G dan G' isomorfik.

9.

Buktian bahwa jika : G G ' adalah suatu homomorfisma,


maka (G ) (bayangan/range dari G) adalah subgrup dari G '

10.

Jika G auatu grup, N subgrup normal dalam G, dan


suatu homomorfisma dari G ke G, buktikan bahwa
bayangan (image) dari N, yaitu f (N ) adalah subgrup normal
dari G.,
f : G G'

147

DAFTAR RUJUKAN
Galian, J.A. (1998). Contemporary Abstract Algebra. Fourth
Edition. Boston : HoughtonMifflin Company.
Herstein, I. N. (1986). Abstract Algebra. New York : Macmillan
Publishing Company.
Herstein. I. N. (1975). Topics in Algebra. Second Edition. New
York : John Wiley & Son.
McCoy, N.H. (1960). Introduction to Modern Algebra. Boston:
Allyn and Bacon, Inc.
Pinter, C.C. (1982). A Book of Abstract Algebra. New York:
McGraw- Hill Book Company.
Sukirman (1986). Materi Pokok Aljabar Abstrak. Jakarta:
Karunika Universitas Terbuka
Wahyudin, (1988). Aljabar Modern (Struktur Aljabar).
Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA
IKIP Bandung.

148

You might also like