You are on page 1of 16

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Posyandu
2.1.1 Defenisi Posyandu
Pelayanan kesehatan terpadu (yandu) adalah suatu bentuk keterpaduan
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja puskesmas,
Tempat pelaksanaan pelayanan program terpadu di balai dusun, balai
kelurahan, RW dan sebagainya disebut dengan Pos pelayanan terpadu
(Posyandu). Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di posyandu adalah KIA
(Kesehatan Ibu dan Anak), KB (Keluarga Berencana), P2M (Pemberantasan
Penyakit Menular dengan Imunisasi dan penanggulangan diare), Gizi
(penimbangan balita).
Sasaran penduduk yandu adalah ibu hamil, ibu menyusui, pasangan
usia subur (PUS), dan balita (Muninjaya, 2004). Program yandu merupakan
strategi jangka panjang untuk menurunkan angka kematian bayi (Infant
Mortality Rate-IMR), angka kelahiran bayi (Birth Rate-BR), dan angka
kematian ibu (Maternal Mortality Rate-MMR). Turunnya IMR, BR, dan
MMR di suatu wilayah merupakan standar keberhasilan pelaksanaan program
terpadu di wilayah tersebut. Untuk mempercepat penurunan IMR, BR, dan
MMR tersebut, secara nasional diperlukan tumbuhnya peran serta masyarakat
dalam mengelola dan memanfaatkan posyandu karena posyandu adalah milik
masyarakat, dilaksanakan oleh masyarakat dan ditujukan untuk kepentingan

7
Universitas Sumatera Utara

masyarakat. Untuk mengembangkan peran serta masyarakat di


posyandu dapat dilakukan dengan penerapan asas-asas manajemen kesehatan.
Peningkatan peran serta masyarakat diukur dengan menggunakan analisis
cakupan program yandu dibandingkan dengan target kegiatan masingmasing program tersebut (Muninjaya, 2004).
Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam
pelayanan kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat,
oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta
pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana yang
mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak
dini. Penjelasan yang dimaksud dengan nilai strategis untuk pengembangan
sumber daya manusia sejak dini yaitu dalam peningkat mutu manusia masa
yang akan datang dan akibat dari proses pertumbuhan dan perkembangan
manusia ada 3 aspek intervensi yaitu : (Sembiring, 2004). Pertama adalah
pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan untuk
menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan ibu sampai
usia balita Sedangkan, kedua merupakan Pembinaan perkembangan anak
(Child Development) yang ditujukan untuk membina tumbuh/kembang anak
secara sempurna, baik fisik maupun mental sehingga siap menjadi tenaga
kerja

tangguh.

Selanjutnya

ketiga

Pembinaan

kemampuan

kerja

(Employment ) yang dimaksud untuk memberikan kesempatan berkarya dan


berkreasi dalam pembangunan bangsa dan negara.

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi revitalisasi Posyandu


yaitu Pelatihan dan dukungan. Pelatihan adalah suatu upaya kegiatan yang
dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan
teknis dan dedikasi kader posyandu. Memperluas sistem posyandu dengan
meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan di hari buka dan kunjungan
rumah. Serta menciptakan iklim kondusif untuk memberikan pelayanan
kesehatan dengan pemenuhan sarana, prasarana, pelaporan dan pendataan
kerja posyandu (Nilawati, 2008).
Pelatihan kader bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan sekaligus dedikasi kader aga r timbul kepercayaan diri untuk
dapat melaksanakan tugas sebagai kader dalam melayani masyarakat, baik
di Posyandu maupun pada saat melakukan kunjungan rumah.
Materi dalam pelatihan kader dititik beratkan pada keterampilan teknis
menyusun rencana kerja kegiatan di Posyandu, cara menghitung kelompok
sasaran yang menjadi tanggung jawab Posyandu, cara menimbang, menilai
pertumbuhan anak, cara menyiapkan kegiatan pelayanan sesuai kebutuhan
anak dan ibu, menyiapkan peragaan cara pemberian makanan pendamping
ASI dan PMT untuk anak yang pertumbuhannya tidak cukup sebagaimana
pertambahan umurnya dan anak yang berat badannya tidak naik, memantau
perkembangan ibu hamil dan ibu menyusui, dan sebagainya (Depdagri RI,
2001). Agar pelatihan kader dapat berjalan efektif, maka diperlukan unsur
pelatih kader yang mampu dan berdedikasi dalam memberikan materi
pelatihan

secara

efektif

dan

berkesinambungan,

yakni

melalui

pendampingan

dan

bimbingan.

Pelatihan

kader

diberikan

secara

berkelanjutan berupa pelatihan dasar dan berjenjang yang berpedoman pada


modul pelatihan kader (Depdagri RI, 2001).
Dukungan dalam Pemanfaatan pelayanan kesehatan di posyandu oleh
masyarakat sangat ditentukan oleh peran kader sebagai motor penggerak
yang mendapatkan dukungan dari tokoh masyarakat (TOMA) dan petugas
kesehatan. Hal tersebut dikarenakan salah satu tugas utama kader adalah
menggerakkan masyarakat untuk datang ke posyandu. Dukungan tokoh
masyarakat (kepala desa) kepada kader posyandu sangat penting, hal ini
disebabkan karena tokoh masya rakat tersebut merupakan tokoh yang paling
disegani dan yang paling berpengaruh di wilayah tersebut. Dukungan dan
anjuran dari tokoh masyarakat merupakan salah satu bentuk motivasi dan
semangat bagi kader posyandu dalam menjalankan tugasnya dalam kegiatan
posyandu (Sucipto, 2009).
Peran puskesmas atau petugas kesehatan dalam kegiatan posyandu
adalah sebagai fasilitator dan lebih memberdayakan masyarakat dalam
kegiatan posyandu. Kegiatan posyandu dikatakan meningkat jika peran serta
masyarakat semakin tinggi yang terwujud dalam cakupan program
kesehatan seperti penimbangan, pemantauan tumbuh kembang balita,
imunisasi, pemeriksaan ibu hamil dan KB yang meningkat. Menurut
Sucipto, (2009) Bentuk dukungan yang diberikan oleh petugas kesehatan
terhadap kegiatan posyandu adalah 1) Dukungan petugas kesehatan
terhadap pelaksanaan posyandu yaitu a. Memberikan pelayanan kesehatan

dasar kepada masyarakat, b. Memberikan imunisasi pada bayi dan Wanita


Usia

Subur,

c. Menyediakan

mobil

ambulan

untuk

merujuk

pasien, d. Menyediakan leafled atau buku untuk materi penyuluhan


kesehatan, e. Membantu
posyandu.

membuat

rencana

tindak

lanjut

kegiatan

2) Dukungan petugas kesehatan terhadap individu kader

posyandu yaitu

a. Selalu datang tepat waktu, b. Pemberian pelatihan

kepada kader posyandu, c. Pemberian pengobatan rawat jalan gratis di


posyandu kepada kader posyandu dan keluarganya, d. Pemberian seragam.
Sebagai unit pelayanan yang berbasis masyarakat, Posyandu perlu
mendapat dukungan luas dari masyarakat melalui peran sertanya agar
kegiatan Posyandu dapat berkelanjutan dan jangkauannya meluas sesuai
kebutuhan kelompok sasaran yang dilayaninya (Depdagri RI, 2001).
Peningkatan peran serta masyarakat untuk mendukung kegiatan Posyandu
dapat dilakukan melalui 1). Pembentukan suatu lembaga atau unit pengelola
Posyandu didesa yang anggotanya dipilih dari masyarakat, dengan tugas
untuk mengelola secara professional penyelenggaraan Posyandu, termasuk
memperhatikan

masalah

ketenagaan,

sarana

dan

pembiayaan

bagi

kelangsungan Posyandu yang bersumber dari masyarakat. 2). Pemberian


penghargaan kepada kader berupa dana hibah atau pinjaman modal usaha
bagi kader yang kinerjanya baik sebagai suatu perangsang agar terus tekun
dalam menjalankan tugasnya. Hal ini dimasukan pula sebagai upaya
pemberdayaan ekonomi kader. 3). Pemberian bantuan pembiayaan untuk
penyelenggaraan Posyandu yang bersumber dari dana masyarakat, seperti

zakat dan sumbangan keagamaan yang sejenis, maupun pemberian bantuan


sarana dasar untuk pelaksanaan fungsi pokok Posyandu. 4).

Pemberian

bimbingan dalam rangka pengelolaan Posyandu maupun kegiatan langsung


berupa pelayanan seperti konseling dan rujukan yang dapat meningkatkan
mutu Posyandu secara menyeluruh. 5). Kemitraan yang dapat diwujudkan
dengan cara membentuk dan memperkua t jejaring antar dan atau beberapa
Posyandu yang diselenggarakan oleh berbagai organisasi kemasyarakatan,
baik yang berada dalam satu desa atau sebutan lain, ataupun pada wilayah
yang lebih luas.
Dalam kemitraan, inti kegiatannya dapat berupa pelayanan la ngsung
maupun bentuk lainnya yang berkaitan dengan peningkatan fungsi Posyandu,
seperti pelatihan, orientasi, temu kerja, temu konsultasi, sarasehan, supervisi,
dan evaluasi serta penggerakan peran serta masyarakat agar memperhatikan
Posyandu sebagai unit pelayanan yang membantu keluarga dalam
pengembangan kualitas generasi masa depan.
2.1.2

Pengorganisasian Posyandu

Sebagai unit yang memberi pelayanan langsung kepada masyarakat dan


bersifat sebagai unit pelayanan kesehatan dasar masyarakat terutama ibu dan
anak, maka organisasi Posyandu sesungguhnya bersifat organisasi
fungsional yang dipimpin oleh seorang Pimpinan/Penanggungjawab dan
dibantu oleh para pelaksana pelayanan yang terdiri dari kader Posyandu
sebanyak 4-5 orang. Agar Posyandu dapat dikelola secara baik, perlu
dukungan tenaga administrasi yang bertugas mengadministrasikan kegiatan

Posyandu. kemudian dari beberapa Posyandu yang ada di suatu wilayah


(Kelurahan/Desa atau dengan sebutan lain) selayaknya dikelola oleh suatu
unit/kelompok (nama lain) Pengelola Posyandu yang keanggotaannya
dipilih dari kalangan masyarakat setempat. Unit Pengelola Posyandu ini
dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih dari para anggota (Depdagri RI,
2001).
Bentuk susunan organisasi Unit Pengelola Posyandu di Desa,
ditetapkan melalui kesepakatan dari para anggota Pengelola Posyandu.
Tugas dan tanggung jawab masing- masing unsur pada setiap kepengurusan
juga disepakati dalam unit/kelompok Pengelola Posyandu bersama
masyarakat setempat. Namun pada hakekatnya susunan kepengurusan itu
sifatnya fleksibel, tergantung pada kondisi setempat.
Dalam tatanan kehidupan bermasyarakat di desa, unit Pengelola
Posyandu mempunyai kewajiban melaporkan keberadaannya kepada Kepala
Desa/Lurah. Oleh karena itu Kepala Desa/Lurah berkewajiban pula untuk
membina keberadaan unit Pengelola Posyandu, karena kegiatan Posyandu
yang dikelola oleh masyarakat itu pada dasarnya adalah untuk kepentingan
kemajuan pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) dini di
daerahnya, yang berarti sebagai suatu aset di desa (Depdagri RI, 2001).
2.1.3 Tujuan Penyelenggaraan Posyandu
Penyelenggaraa Posyandu bertujuan untuk : Menurunkan Angka
Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu yaitu ibu Hamil, ibu
melahirkan dan ibu nifas. Selain itu adalah untuk membudayakan
NKKBS

yang dikenal dengan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera.


Meningkatkan

peran

serta

dan

kemampuan

masyarakat

untuk

mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB, serta kegiatan lainnya yang


menunjang untuk. Selanjutnya Berfungsi sebagai Wahana Gerakan
Reproduksi Keluarga Sejahtera, dan Gerakan Ketahanan Keluarga dan
Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera (Sembiring, 2004).
2.1.4 Pelaksanaan Kegiatan Posyandu
Pelaksanaan kegiatan Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang
ditentukan oleh LKMD, Kader, Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan serta
petugas kesehatan dari KB. Pada hari buka Posyandu dilakukan pelayanan
masyarakat dengan sistem 5 (lima) meja yaitu : Meja I : Pendaftaran, Meja
II : Penimbangan, Meja III : Pengisian KMS, Meja IV : Penyuluhan
perorangan berdasarkan KMS, dan Meja V : Pelayanan KB Kesehatan
(Imunisasi, Pemberian vitamin A Dosis Tinggi berupa obat, tetes ke mulut
tiap Februari dan Agustus, Pembagian pil atau kondom, Pengobatan ringan
dan

Kosultasi

KB-Kesehatan).

Petugas

pada

Meja

s/d

IV

dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan Meja V merupakan meja


pelayanan paramedis (Jurim, Bindes, perawat dan petugas KB).
Sasaran Posyandu adalah Ibu dengan Bayi/Balita, Ibu hamil/ibu
menyusui, dan WUS dan PUS. Peserta Posyandu mendapat pelayanan
meliputi : 1)

Kesehatan ibu dan anak : Pemberian pil tambah darah (ibu

hamil), Pemberian vitamin A dosis tinggi ( bulan vitamin A pada bulan


Februari dan Agustus), PMT, Imunisasi, dan Penimbangan balita rutin

perbulan sebagai pemantau kesehatan balita melalui pertambahan berat


badan setiap bulan. Keberhasilan program terlihat melalui grafik pada kartu
KMS setiap bulan. 2) Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom
3) Pemberian Oralit dan pengobatan. 4) Penyuluhan kesehatan lingkungan
dan penyuluhan pribadi sesuai permasalahan dilaksanakan oleh kader PKK
melalui meja IV dengan materi dasar dari KMS balita dan ibu hamil.
Keberhasilan Posyandu tergambar melalui cakupan SKDN yaitu S
adalah Semua balita diwilayah kerja Posyandu. Sedangkan K adalah Semua
balita yang memiliki KMS selanjutnya D adalah Balita yang ditimbang dan
N adalah Balita yang naik berat badannya. Keberhasilan Posyandu
berdasarkan dari Baik/kurangnya peran serta masyarakat, Berhasil tidaknya
Program posyandu.
Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh Kader PKK sedangkan
meja V merupakan meja pelayanan para medis (Jurim, Bindes, Perawat dan
Petugas KB) Pendanaan kegiatan Posyandu berasal dari swadaya
masyarakat melalui gotong royong dengan kegiatan jimpitan beras dan hasil
potensi desa lainnya serta sumbangan dari donatur yang tidak mengikat
yang dihimpunan melalui kegiatan Dana Sehat (Sembiring, 2004).
2.1.5 Jenis posyandu
Untuk meningkatkan kualitas dan kemandirian posyandu diperlukan
intervensi terhadap Posyandu Pratama, Posyandu Madya, Posyandu
Purnama dan Posyandu Biru.

Posyandu Pratama merupakan Posyandu tingkat pratama adalah


posyandu yang masih belum mantap, kegiatannya belum bisa rutin tiap
bulan dan kader aktifnya terbatas. Keadaan ini dinilai gawat sehingga
intervensinya adalah pelatihan kader ulang. Artinya kader yang ada perlu
ditambah dan dilakukan pelatihan dasar lagi. Posyandu madya (warna
kuning)

merupakan

Posyandu

pada

tingkat

madya

sudah

dapat

melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah
kader tugas 5 orang atau lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya
(KB, KIA, Gizi, dan Imunisasi) masih rendah yaitu kurang dari 50%. Ini
berarti, kelestarian posyandu sudah baik tetapi masih rendah cakupannya.
Intervensi untuk posyandu madya terdiri dari Pelatihan Toma dengan modul
eskalasi posyandu yang sekarang sudah dilengkapi dengan metoda simulasi
dan Penggarapan dengan pendekatan PKMD (SMD dan MMD) untuk
menentukan masalah dan mencari penyelesaiannya, termasuk menentukan
program tambahan yang sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
Posyandu purnama (warna hijau) merupakan Posyandu pada tingkat
purnama adalah posyandu yang frekuensinya lebih dari 8 kali per tahun,
rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan cakupan 5 program
utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih dari 50%. Sudah ada
program tambahan, bahkan mungkin sudah ada Dana Sehat yang masih
sederhana. Intervensi pada posyandu di tingkat ini adalah Penggarapan
dengan pendekatan PKMD untuk mengarahkan masyarakat menetukan
sendiri pengembangan program di posyandu dan Pelatihan Dana Sehat, agar

di desa tersebut dapat tumbuh Dana Sehat yang kuat dengan cakupan
anggota minimal 50% KK atau lebih.
Selanjutnya Posyandu mandiri (warna biru) merupakan Posyandu
yang sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur dengan cakupan 5
program utama yang sudah bagus, ada program tambahan dan Dana Sehat
telah menjangkau lebih dari 50% kepala keluarga. Intervensinya adalah
pembinaan Dana Sehat, yaitu diarahkan agar Dana Sehat tersebut
menggunakan prinsip JPKM
2.1.6 Struktur
Struktur adalah merupakan suatu titik organisasi posyandu untuk
mengendalikan atau membedakan bagian yang satu dengan bagian yang
lain, kegiatan yang satu dengan kegiatan yang lain yang akan
memudahkan

organisasi

dalam

mengendalikan

perilaku

para

karyawan/petani. Artinya para pegawai tidak mampu membuat pilihan


yang mutlak dan bebas dalam melakukan sesuatu pekerjaan dan cara
mengerjakannya. Struktur juga sangat mempengaruhi perilaku dan fungsi
kegiatan di dalam organisasi. Untuk dapat menciptakan efektivitas dan
efisiensi organisasi diperlukan keputusan yang sarat dengan mendesain
struktur organisasi, isi dari keputusan sangat penting dipusatkan kepada
pekerjaan individu bagaimana membagi tugas secara menyeluruh menjadi
tugas yang lebih kecil secara berurutan, dan bagaimana membagi
wewenang kepada pekerjaan (Nilawati, 2008).

Untuk mendukung kegiatan Posyand u sebagai wahana yang


memberi pelayanan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pengembangan
kualitas manusia dini, perlu dibentuk institusi Pembina Posyandu yang
berfungsi memfasilitasi, membina, memantau dan mengevaluasi kegiatan
Posyandu sesuai kebutuhan. Institusi tersebut mempunyai struktur seperti
Pokjanal Posyandu yang berada di Kecamatan, Kabupaten/Kota, Propinsi
dan Pusat. Bila Pokjanal Posyandu di daerah masih berfungsi, maka
diharapkan dapat memanfaatkan keberadaan organisasi tersebut sebagai
institusi Pembina Posyandu yang keanggotaannya terdiri dari wakil-wakil
dinas/instansi/lembaga terkait dan organisasi kemasyarakatan yang
memiliki kepedulian terhadap kegiatan pelayanan masyarakat di Posyandu
(Depdagri RI, 2001).
Dalam melaksanakan tugasnya, institus i Pembina Posyandu
tersebut dipimpin oleh seorang Ketua, yang dibantu oleh beberapa anggota
yang mewakili instansi- instansi dan unsur yang terlibat dalam Posyandu.
Susunan organisasi institusi Pembina Posyandu ditetapkan sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi daerah masing- masing. Namun dengan tidak
bermaksud untuk menyeragamkan bentuk susunan organisasi dan tata
kerja institusi Pembina Posyandu seyogyanya untuk mencegah kerancuan
perlu ada uraian peran masing- masing unsur dinas/instansi/lembaga yang
terkait dalam pembinaan

Posyandu,

misalnya Dinas/Badan/Kantor

PMD/Bina Pemberdayaan Masyarakat : berperan dalam fungsi koordinasi


penyelenggaraan pembinaan, penggerakan dan pengembangan masyarakat,

pengembangan metode pendampingan masyarakat, teknis advokasi, dan


sebagainya, Dinas Kesehatan berperan dalam membantu pemenuhan
pelayanan sarana dan prasarana kesehatan seperti pengadaan alat
timbangan, distribusi KMS, dis tribusi obat-obatan dan vitamin serta
dukungan bimbingan tenaga teknis kesehatan, BKKBN/PLKB : berperan
dalam pelayanan kontrasepsi, penyuluhan, penggerakan peran serta
masyarakat dan sebagainya, BAPPEDA : berperan dalam perencanaan
umum dan evaluasi, TP-PKK : berperan dalam pendayagunaan Kader,
motivasi masyarakat, penyuluhan dan bimbingan teknis, dan sebagainya,
Dinas Pendidikan, LSM dan sebagainya : berperan dalam mendukung
teknis operasional Posyandu (Depdagri RI, 2001).
Tugas dan fungsi institusi Pembina Posyandu secara keseluruhan
ialah mendukung kelangsungan Posyandu sebagai unit pelayanan
kesehatan dasar masyarakat khususnya dari kelmpok paling rentan Ibu dan
Anak. Secara Nasional, kelembagaan sejenis yang berperan dalam
mengkoordinasikan kegia tan lintas sektoral dan lintas program yang
mendukung kegiatan Posyandu tetap diperlukan. Fungsi tersebut pada
hakekatnya dapat dilakukan oleh Pokjanal Posyandu yang selama ini
melaksanakan fasilitasi, pembinaan dan pemantauan serta evaluasi
kegiatan Revitalisasi Posyandu dan jika masih dianggap relevan
keberadaannya dapat dimanfaatkan atau membuat Kelompok Kerja baru
sesuai dengan kondisi daerah (Depdagri RI, 2001).

2.2

Konsep Kader Kesehatan


2.2.1 Pengertian Kader
Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa kegiatan di Posyandu, dimana
anggotanya berasal dari masyarakat, dipilih oleh masyarakat itu sendiri dan
bekerjasama secara sukarela. Secara umum istilah kader kesehatan yaitu
kader yang dipilih oleh masyarakat tadi menjadi penyelenggara Posyandu.
Banyak para ahli mengemukakan mengenai pengertian tentang kader
kesehatan antara lain: L. A. Gunawan memberikan batasan tentang kader
kesehatan kader kesehatan dinamakan juga promotor kesehtan desa
(prokes) adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dari masyarakat dan
bertugas mengembangkan masyarakat.

Direktorat bina peran serta

masyarakat Depkes RI me mberikan batasan kader Kader adalah warga


masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat
bekerja secara sukarela (Zulkifli, 2003).
2.2.2 Persyaratan Menjadi Kader
Proses pemilihan kader hendaknya melalui musyawarah melalui
masyarakat dan para pamong desa harus juga mendukung, Persyaratan
Umum yang harus di pertimbangkan untuk pemilihan kader antara lain
Dapat baca, tulis dengan bahasa indonesia, Secara fisik dapat melaksanakan
tugas sebagai kader, Mempunyai penghasilan sendiri, Aktif dalam kegiatan
sosial maupun pembangunan desanya, Di kenal masyarakat dan dapat
bekerja sama dengan masyarakat, Berwibawa, Sanggup membina paling

sedikit 10 Kepala Keluarga untuk meningkatkan keadaan kesehatan


keluarga.
Pendapat lain yang di kemukakan oleh Dr. Ida Bagus, mengenai
persyaratan menjadi seorang kader antara lain Berdasar dari keluarga
setempat, Tinggal di desa tersebut, Tidak sering meninggalkan tempat untuk
waktu yang lama, diterima oleh masyarakat setempat, Masih cukup waktu
bekerja untuk masyarakat di samping mencari nafkah, Dari persyaratan
diatas dapat disimpulkan bahwa kriteria pemiilihan kader kesehtan antara
lain adalah sanggup bekerja secara sukarela, mendapat kepercayaan dari
masyarakat, mempunya kredibilitas yang baik dimana prilakunya menjadi
panutan masyarakat, memiliki jiwa pengabdian yang tinggi, mempunyai
penghasilan yang tetap, pandai baca tulis, dan sanggup membina
masyarakat.
2.2.3 Peran Kader
Kader

kesehatan

mempunyai

peran

besar

dalam

upaya

meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai


derajat kesehatan yang optimal, kader juga berperan dalam pembinaan
masyarakat di bidang kesehatan melalui kegiatan yang dilakukuan,
Merencanakan kegiatan, antara lain menyiapkan dan melaksanakan sur
vei mawas diri, membahas hasil survei, menyajikan dalam MMD,
menentukan masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat desa, menentukan
kegiatan
membahas

penanggulangan
pembagian

komunikasi, informasi

masalah

tugas

kesehatan

menurut

jadwal

bersama

masyarakat,

kerja,

Melakukan

dan motivasi wawan muka (kunjungan), alat peraga dan percontohan,


Menggerakkan masyarakat dan mendorong masyarakat untuk gotong
ronyong, memberikan informasi dan mengadakan kesepakatan kegiatan apa
yang akan dilaksanakan dan lain- lain, Memberikan pelayanan
yaitu Membagi obat, membantu mengumpulkan bahan pemeriksaan,
mengawasi pendatang didesanya dan melapor, memberikan pertolongan
pemantauan penyakit, memberikan pertolongan pada kecelakaan dan
lainnya, Melakukan pencatatan yaitu: Keluarga Berencana atau jumlah
Pasangan Usia Subur, jumlah peserta aktif dsb, KIA : jumlah ibu hamil,
vitamin A yang dibagikan dan sebagainya, Imunisasi : jumlah imunisasi TT
bagi ibu hamil dan jumlah bayi dan balita yang diimunisasikan, Gizi:
jumlah bayi yang ada, mempunyai KMS, balita yang ditimbang dan
yang naik timbangan, Diare : jumlah oralit yang dibagikan, penderita
yang ditemukan dan dirujuk melakukan pembinaan mengenai lima
program keterpaduan KB-kesehatan dan upanya kesehatan lainnya,
Keluarga binaan yang masing- masing untuk berjumlah 10-20 Kepala
Keluarga atau diserahkan dengan kader setempat, hal ini dilakukan
dengan memberikan informasi tentang upanya kesehatan dilaksanakan,
Melakukan kunjungan rumah kepada masyarakat terutama keluarga
binaan, Melakukan pertemuan kelompok.

You might also like