You are on page 1of 42

REFERAT

ENDOMETRIOSI
S

Oleh :
Ni Made Rini, S. Ked. (O87OO24)

Pembimbing :
Dr. Djauhar Kumara Dewa,
Sp.OG

Pokok bahasan
Definisi
Epidemiologi
Patofisiologi
Faktor Resiko
Gambaran
klinis
Gambaran
Mikroskopik

Klasifikasi
Diagnosis
Differensial
Diagnosa
Penatalaksana
an
Komplikasi
Pencegahan
Kesimpulan

Definisi

Endometriosis adalah satu keadaan di mana jaringan endometrium yang


masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri.

Jaringan yang terdiri atas kelenjar-kelenjar dan stroma, terdapat di dalam


miometrium atau pun di luar uterus. Bila jaringan endometrium terdapat di
dalam miometrium disebut ademioasis dan bila diluar uterus disebut
endometriosis.

Definisi

Menurut urutan yang tersering endometrium ditemukan di tempat-tempat sebagai


berikut :
Ovarium
Peritoneum dan ligament sakrouterium, cavum douglasi, dinding belakang
uterus, tuba falopii, plika vesikouterina, ligamentum rotundum dan sigmoid
Septum rectovaginal
Appendiks
Umbilicus
Serviks uteri, vagina, vesico urinaria, vulva, perineum
Parut laparotomi
Kelenjar limfe
Walaupun sangat jarang, endometriosis dapat ditemukan di lengan, paha,
pleura, dan pericardium.

Epidemiologi

Endometriosis umumnya muncul pada usia reproduktif. Angka


kejadian endometriosis mencapai 5-10% pada wanita umumnya,
dan lebih dari 50% terjadi pada wanita perimenopause

Epidemiologi

Meskipun endometriosis dikatakan penyakit wanita usia


reproduksi, namun telah ditemukan pula endometriosis pada
usia remaja dan pascamenopause.

Epidemiologi

Endometriosis jarang diddapatkan pada orang negro, dan lebih


sering

didapatkan pada

wanita-wanita dari

golongan

sosioekonomi yang kuat. Yang menarik perhatian adalah bahwa


endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita yang tidak
kawin pada umur muda, dan yang tidak mempunyai banyak
anak.

Patofisiologi

Hingga kini penyebab endometriosis belum diketahui secara pasti.


Banyak teori yang disebut ikut berperan dalam patogenesis
endometriosis, sehingga penyakit ini disebut juga penyakit penuh
teori. Tetapi tidak satupun dari teori-teori tersebut yang benar-benar
dapat menjelaskan kenapa jaringan endometrium sampai berada di
luar kavum uteri.

Patofisiologi

Beberapa teori tentang patofisiologi endometriosis :


1. Teori Regurgitasi dan Implantasi Haid
2. Teori Metaplasia (Meier - 1919)
3. Teori Induksi
4. Teori Aliran Limfe (Halban-1924)
5. Teori Iatrogenik
6. Teori Neurologik
7. Faktor Genetik dan Imunologik

1. Teori Regurgitasi dan Implantasi Haid


(Sampson,1927)
Biasanya darah haid keluar dari kavum uteri melalui vagina, namun
kadang-kadang darah haid mengalir dari kavum uteri melalui tuba
fallopi ke kavum peritoneum, dan berimplantasi pada permukaan
peritoneum.

2. Teori Metaplasia (Meier - 1919)


lesi endometriosis terbentuk akibat metaplasia dari sel-sel epitel
coelom

yang berasal dari saluran Muller. Sel-sel ini

berdiferensiasi menjadi sel-sel peritoneal, pleura dan sel-sel


pada permukaan ovarium.

3. Teori Induksi
darah haid atau rangsangan atau paparan lain memicu sel-sel
peritoneum sehingga terjadi perubahan sel-sel asal yang tidak
berdiferensiasi
menjadi
sel-sel
endometrium
yang
berdiferensiasi dan memiliki kemampuan untuk berimplantasi

4. Teori Aliran Limfe (Halban-1924)


kemungkinan kejadian endometriosis jarak jauh berdasarkan
aliran limfe yang membawa dan akhirnya dapat tumbuh di
tempat yang baru.

5. Teori Iatrogenik
endometriosis pada dinding abdomen
pemindahan desidua saat operasi sesarea

adalah

karena

6. Teori Neurologik

lesi menginfiltrasi dinding usus besar sepanjang nervus, pada jarak yang jauh
dari lesi primer. Juga dipengaruhi oleh faktor imunologi, genetik dan familial,
juga dapat terlibat.

Anaf et al, yang mempertimbangkan endometriosis usus besar sebagai


fenomena invasi atau infiltrasi, menemukan bahwa terdapat kontinuitas
histologis antara lesi superfisial dan dalam dibawahnya pada dinding usus
besar, menunjukkan bahwa lesi berasal dari serosa yang secara progresif
menginvasi muskulus propria. Mukosa jarang terlibat karena innervasi yang
kurang

7. Faktor Genetik dan Imunologik

faktor genetik
endometriosis.

Ditemukan penurunan imunitas seluler pada jaringan endometrium


wanita yang menderita endometriosis.

Pada cairan peritoneum wanita dengan endometriosis ditemukan


aktivitas sel makrofag yang meningkat, penurunan aktivitas natural
killer cells dan penurunan aktivitas sel-sel limfosit.

Makrofag akan mengaktifkan jaringan endometriosis dan penurunan


sistem imunologik tubuh akan menyebabkan jaringan endometriosis
terus tumbuh tanpa hambatan.

Makin banyak regurgitasi darah haid, makin banyak pula sistem


pertahanan tubuh yang terpakai.

dan

imunologik

berperan

terhadap

timbulnya

Faktor Resiko

Wanita yang beresiko terkena penyakit endometriosis,


yaitu :
Wanita yang ibu atau saudara perempuanya menderita
endometriosis
Memiliki siklus menstruasi kurang atau lebih dari 27 hari
Menarke terjadi pada usia relatif muda (< 11thn)
Masa menstruasi berlangsung selama 7 hari atau lebih
Orgasme saat menstruasi
usia,
peningkatan jumlah lemak tubuh perifer,
gangguan haid (polimenore, menoragia, dan berkurangnya
paritas

Gambaran klinis

Gejala-gejala yang sering ditemukan pada penyakit ini


adalah :
Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi
pada dan selam haid (dismenore)
Dispareunia
Nyeri waktu defekasi, khususnya pada waktu haid;
Polimenore dan hipermenore;
Infertilitas

Gambaran
Mikroskopik

ciri-ciri khas bagi endometriosis, yakni kelenjar-kelenjar


dan stroma endometrium, dan perdarahan bekas dan
baru berupa eritrosit, pigmen hemosiderin, dan sel-sel
makrofag berisi hemosiderin. Di sekitarnya tampak selsel radang dan jaringan ikat, sebagai reaksi dari jaringan
normal disekelilingnya.

Berdasarkan visualisasi rongga pelvis dan volume tiga dimensi dar


iendometriosis dilakukan penilaian terhadap ukuran, lokasi dan kedalaman

Klasifikasi

invasi, keterlibatan ovarium dan densitas dari perlekatan.

Dengan perhitungan

ini

didapatkan

nilai-nilai

dari

skoring

yang

kemudian jumlahnya berkaitan dengan derajat klasifikasi endometriosis.

Nilai 1-4 adalah minimal (stadium I), 5-15 adalah ringan (stadium II), 16-40
adalah sedang (stadium III) dan lebih dari 40 adalah berat (stadium IV)

Diagnosis
Anamnesis

Nyeri pelvik siklik atau dismenorea adalah khas untuk


endometriosis. Nyeri haid ini muncul beberapa hari menjelang haid,
dan mencapai puncaknya saat haid, dan menghilang setelah
berhenti haid.
Nyeri pelvik dapat juga terjadi asiklik
Endometriosis di peritoneum biasanya menimbulkan nyeri di perut
bagian bawah. Endometriosis di vagina atau cavum Douglasi
mengakibatkan nyeri saat sanggama atau saat dilakukan
pemeriksaan ginekologi
Endometriosis di vesika urinaria mengakibatkan nyeri suprapubik
dan air seni bercampur darah

Diagnosis

Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan dalam atau colok dubur, kadang
teraba adanya nodul-nodul di daerah kavum Douglasi
dan daerah ligamentum sakrouterina yang sangat nyeri.
Uterus biasanya teraba retrofleksi dan sulit digerakkan.
Di parametrium terba massa kistik yang nyeri pada
penekanan.

Selalu harus dilakukan pemeriksaan kombinasi


retrovaginal.

Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang

Metode definitif untuk mendiagnosis, penilaian stadium


endometriosis dan evaluasi terhadap rekurensi penyakit
setelah pengobatan adalah visualisasi dengan tindakan
bedah.
Saat ini, laparoskopi merupakan gold standar untuk
mendiagnosis endometriosis.

Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang

Pendekatan
diagnostik
non-operatif
seperti
ultrasonografi transvaginal dan Magnetic Resonance
Imaging (MRI) tidak banyak membantu dalam
mendeteksi adanya adesi dan implantasi di peritoneum
dan ovarium. Namun, kedua metode pencitraan tersebut
dapat mendeteksi endometrioma ovarium dengan baik,
dengan kisaran sensitivitas 80 - 90% dan spesifisitas 60
- 98%.

Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang

Dengan USG atau Ctscan terlihat adanya massa kistik di


satu atau dua ovarium yang mengarah ke kista coklat,
atau terlihat adanya bercak-bercak endometriosis dalam
miometrium (adenomiosis). USG
juga dapat
menunjukkan karakteristik aliran darah sedikit ke
endometrioma, aliran normal pada jaringan ovarium
normal, dan aliran yang meningkat pada tumor ovarium.

Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang

Kadar CA-125 mungkin meningkat pada endometriosis,


tetapi tes ini tidak dianjurkan untuk tujuan diagnostik
karena rendahnya sensitivitas dan spesifisitas.
Nyeri yang disertai darah saat berkemih atau saat buang
air besar perlu dilakukan tindakan endoskopi.

Differensial
Diagnosa

Adenomiosis uteri
Radang pelvik dengan tumor adneksa
Endometriosis ovarii sulit dibedakan dengan kista
ovarium
Endometriosis rektosigmoid perlu dibedakan dengan
karsinoma

Penatalaksanaan

Bila diagnosis endometriosis sudah ditegakkan, pilihan terapi


diambil berdasarkan luasnya endometriosis dan kebutuhan
pasien. Regimen pengobatan oral dan pembedahan ditentukan
berdasarkan

usia,

status

fertilitas,

beratnya

penyakit,

pengobatan sebelumnya, biaya, risiko pengobatan, dan lama


pengobatan. Penatalaksanaan untuk endometriosis antara lain
pemberian analgetik, pengobatan hormonal, dan pembedahan.

Penatalaksanaan
Pemberian analgetik

Pengobatan hormonal
Pil Kontrasepsi
Danazol
Progestin

Pembedahan
Pembedahan konservatif
Pembedahan Definitif

Pemberian analgetik
Analgesik merupakan terapi nonspesifik, tetapi
merupakan bagian terapi medis yang penting dan satusatunya modalitas terapi yang tepat untuk wanita yang
menginginkan kehamilan
Anti inflamasi non-steroid (AINS) biasanya efektif,
karena
implan
endometriosis
mengeluarkan
prostaglandin dan sitokin, yangmana produksinya
diturunkan oleh AINS.

Pengobatan hormonal

Sebagai dasar pengobatan hormonal endometriosis ialah bahwa


pertumbuhan dan fungsi jaringan endometriosis, seperti jaringan endomterium
yang normal, dikontrol oleh hormone-hormon steroid. Hal ini didukung oleh
data klinik maupun laboratorium.

Data klinik tersebut adalah :


Endometriosis sangat jarang timbul sebelum menars
Menopause, baik alami maupun karena pembedahan, biasanya
menyebabkan kesembuhan
Sangat jarang kasus endometriosis baru setelah menopause, kecuali
bila ada pemberian estrogen eksogen.

Prinsip pengobatan hormonal :


Menciptakan lingkungan hormone rendah estrogen dan asiklik
Menciptakan lingkungna hormone tinggi androgen atau tinggi
progesterone

Pengobatan hormonal
Pil Kontrasepsi

Menurunkan beratnya menstruasi dan lama menstruasi, sehingga menurunkan


jumlah produk menstruasi yang retrograd.

Memberikan efek desidual pada implan-implan endometriosis yang menghambat


pertumbuhan implan lebih lanjut.

Menurunkan level estrogen sirkulasi, terutama estradiol. Dengan menghambat fungsi


ovarium dan memberikan estrogen tambahan, level estradiol darah umumnya lebih
rendah daripada sebelum mengkonsumsi pil kontrasepsi. Level estrogen yang lebih
rendah akan menurunkan stimulasi hormonal pada implan.

Pengobatan hormonal
Pil Kontrasepsi

Bila dikonsumsi terus, pil kontrasepsi akan menghentikan perdarahan withdrawal


episodik yang terjadi baik pada endometrium normal maupun implan endometrium.

Pil kontrasepsi dapat diberikan 6-9 bulan. Bahkan ada yang menganjurkan minimal 1
tahun dan bila perlu dilanjutkan sampai 2-3 tahun.

Pengobatan hormonal
Danazol

Danazol merupakan turunan isoksazol dari 17 alfa etiniltestosteron. Danazol


menimbulkan keadaan asiklik, androgen tinggi dan estrogen rendah. Kadar androgen
meningkat disebabkan oleh :
Danazol pada dasarnya bersifat androgenik (agonis androgen)
Danazol mendesak testosteron sehingga terlepas dari ikatannya dengan
SHGB, sehingga kadar testosteron bebas meningkat.

Pengobatan hormonal
Danazol

Kadar estrogen rendah disebabkan oleh :


Danazol menekan sekresi GnRH, LH, dan FSH sehingga dapat
menghambat pertumbuhan folikel.
Danazol menghambat kerja enzim-enzim steroidogenesis di folikel ovarium
sehingga produksi estrogen menurun.

Dosis yang dianjurkan untuk endometriosis ringan (stadium II) atau sedang (stadium
III) adalah 400 mg per hari, sedangkan untuk endometriosis berat (stadium IV) dapat
diberikan sampai dengan 800 mg per hari. Lama pemberian minimal 6 bulan, dapat
pula diberikan selama 12 minggu sebelum terapi pembedahan konservatif.

Pengobatan hormonal

Progestin
Progestin menghambat pelepasan gonadotropin hipofisis, memblokade
fungsi

ovarium

endometrium,

dan

yang

mempunyai
menghambat

efek

desidualisasi

pertumbuhannya.

pada

Progestin

implan
sama

efektifnya dengan pil kontrasepsi dalam terapi endometriosis, tetapi lebih


banyak efek samping terutama pertambahan berat badan dan perdarahan
breakthrough.

Pembedahan

Pembedahan konservatif
Pembedahan konservatif berarti mengambil sebanyak
mungkin lesi endometriosis, tetapi dengan batasan untuk
mempertahankan fungsi reproduksi.

Ini berarti mempertahankan uterus, tuba Fallopi dan


ovarium. Pembedahan konservatif adalah pilihan terbaik
untuk pasien infertil karena tidak ada terapi tanpa
pembedahan yang dapat memperbaiki fertilitas pasien.

Sebaliknya, pembedahan konservatif mencapai 40-60%


angka kehamilan post-pembedahan, tergantung dari derajat
endometriosisnya.

Pembedahan

Pembedahan Definitif
Pembedahan definitif melibatkan histerektomi,
dengan atau tanpa mengambil tuba, ovarium dan
tempat lain endometriosis.
Pembedahan definitif memberikan kemungkinan
terbesar untuk secara permanen menghilangkan
nyeri endometriosis, tetapi menghilangkan fungsi
reproduksinya.

Komplikasi

Bila implantasi terjadi di usus atau ureter dapat


mengakibatkan obstruksi dan gangguanfungsi ginjal.
Distorsi pelvis mengakibatkan gangguan fertilitas.
penggunaan kontrasepsi oral berakibat troboembolisme
dan efek hipoetrogen GnRH analog jangka panjang
mengakibatkanosteoporosis

Pencegahan

hendaknya perkawinan jangan ditunda terlalu lama, dan


sesudah perkawinan hendaknya diusahakan supaya
mendapat anak ginkan dalam waktu yang tidak terla
Jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau
melakukan kerokan sewaktu haid

Terimakasih
Rin_024

You might also like