Professional Documents
Culture Documents
(SISTEM RESPIRASI 2)
Jerry Berlianto Binti
102009100 (F3)
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Email : jerrybinti@gmail.com
Pendahuluan
Infeksi akut saluran nafas bagian bawah, yang meliputi bronchitis akut dan
eksaserbasi akut bronchitis kronik sampai pneumonia, adalah penyakit yang paling sering
ditemukan pada pasien rawat jalan. Sekitar lima juta orang meninggal akibat infeksi saluran
nafas akut, setiap tahunnya. Pneumonia merupakan penyebab utama kematian, alasan pasien
menjalani rawat inap dan konsultasi ke dokter paru.
Pneumonia merupakan infeksi akut pada jaringan paru( alveolus), yang biasanya
disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur. Pada anak, biasanya pneumonia terjadi bersamaan
dengan proses infeksi akut pada bronkus( biasa disebut bronchopneumonia). Sebelum
ditemukannya antibiotic, satu dari 3 orang penderita pneumonia akan meninggal dunia.
Saat ini, lebih dari 3 juta orang menderita pneumonia setiap tahun di Amerika
Syarikat. Lebih dari setengah juta penderita menjalani perawatan di rumah sakit. Meski
sebagian besar penderita pneumonia dapat disembuhkan, sekitar 5 % akan meninggal akibat
penyakit ini. Pneumonia adalah penyebab kematian nomor enam terbanyak di Amerika.
Skenario
Seorang anak perempuan berusia 2 tahun dibawa kepuskesmas dengan keluhan sesak
nafas sejak 2 hari yang lalu. Keluhan didahului oleh demam naik turun dan batuk pilek sejak
1 minggu yang llau. Batuk disertai dahak berwana kuning. Nafsu makan pasien juga
menurun. Pada PF didapati kesadaran compos mentis, tampak sesak dan rewel, sianosis (-).
BB 12 Kg, frekuensi nafas 55x/menit, denyut nadi 110x/menit, suhu 38,5C, pernafasan
cuping hidung (+), retraksi intercostal (+), faring hiperemis, dan (+) ronkhi basah halus dan
wheezing pada kedua lapang paru.
1
Anamnesis
Karena pasien masih anak-anak maka anamesis akan dilakukan antara dokter dan ibu
atau orang terdekat pasien. Pada pasien yamg dicurigai menderita pneumonia yang akan kita
tanyakan adalah sebagai berikut: 1,2
Pasien Lesu?
Apakah ada riwayat alergi atau penyakit serupa pada anggota keluarga yg lain?
Status Sosial?
Lingkungan. ?
Pemeriksaan fisik
a. Tanda-Tanda Vital
2
Nadi :
Bayi
: 120-130 x/mnt
Anak
: 80-90 x/mnt.
Pada kasus didapatkan tekanan nadi anak 110x/menit, berarti anak tersebut
mengalami Takikardia.2
Tekanan Darah :
Bayi
: 70-90/50 mmHg
Anak
: 80-100/60 mmHg
Hipotensi
Normal
: 90-120/60-80 mmHg
Pre Hipertensi
: 120-140/80-90 mmHg
Hipertensi Stadium 1
: 140-160/90-100 mmHg
Hipertensi Stadium 2
Suhu Tubuh :
Normal
: 36,6oC - 37,2 oC
Sub Febris
: 37 oC - 38 oC
Febris
: 38 oC - 40 oC
Hiperpireksis
: 40 oC - 42 oC
Hipotermi
: Kurang dari 36 oC
Hipertermi
: Lebih dari 40 oC
Oral
Axilla
Pernapasan / Respirasi :
Bayi
: 30-40 x/mnt
Anak
: 20-30 x/mnt
Catatan :
Dispnea
Tadipnea
Bradipnea
Apnea
: Pernapasan terhenti
Ipnea
: Pernapasan normal.1,2
Berat Badan
Pada pemeriksaan Berat badan didapatkan berat pasien 12 kg. Menurut Kartu Menuju Sehat
(KMS), balita umur 2 tahun dengan berat 12 kg merupakan dalam keadaan normal, tidak
kekurangan gizi.1,2
b. Inspeksi :
retraksi pada sela iga dan subkostal
anak kelihatan gelisah
pernapasan cepat dan dangkal serta
sianosis sekitar hidung mulut pada bronkopneumonia
Pada anak yang mengalami pneumonia lobaris pula akan ditemukan
anak menggigil disertai kejang dan nyeri di dada.
Palpasi : fremitus meningkat
Perkusi : kedengaran pekak karena udara yang terdapat di paru digantikan
dengan infiltrat
Auskultasi : ronki basah pada kedua lapang paru di mana suara kedengaran
kontinu disebabkan udara yang melalui saluran pernapasan yang sempit. Dapat
terjadi pada inspirasi dan ekspirasi.1,2
c. Pemeriksaan laboratorium
Darah :
anomali saluran pernapasan, benda asing, bronkiektasia, alergi, sinusitis, kistik fibrosis.3
Bronkiolitis
Bronkiolitis akut terjadi akibat obstruksi saluran pernapasan kecil penyakit ini
terjadipada usia 2 tahun pertama dengan insiden memuncak pada usia 6 bulan. Penyakit ini
paling sering mengakibatkan anak harus rawat inap. Bronkiolitis ditandai dengan adanya
obstruksi bronkiolus yang disebabkan oleh edema dan kumpulan mucus serta kumpulan puinpuing seluler dan oleh invasi oleh bagian-bagian bronkus yang lebih kecil oleh virus sehingga
terjadi penebalan pada dinding bronkiolus. Penebalan sesedikit apapun pada pronkiolus pada
bayi dapat sangat mempengaruhi aliran udara. Anak mula-mula menderita infeksi ringan
saluran napas atas disertai dengan ingus dan bersin. Gejala ini biasanya berakhir beberapa
hari.dan dapat disertai dengan penurunan nafsu makan. Dan demam 38,5-39oC.
perkembangan kegawatan biasanya disertai dengan batuk proksimal, dispnea, dan iritabilitas.
Perjalana fase yang paling kritis selama 48-72 jam pertama setelah batuk dan dispnea.
Pada fase ini anak akan merasa sangat sakit, sedangkan pada bayi akan mengalami apnea.
Sesudah periode kritis biasanya penyembuhan terjadi sangat cepat.
menyebabkan kematian yang merupakan akibat dari serangan apnea yang lama, asidosis
respiratorik yang berat yang tidak terkompensasi, atau dehidrasi akibat kehilangan penguapan
air dan takipnea serta ketidak mampuan minum cairan. Komplikasi bakteri seperti
bronkopneumonia dan otitis media tidak lazim terjadi. Untuk penanganan penderita biasanya
diletakan atau ditempatkan pada ruangan yangb udaranya telah dilembabkan. Ribavirin
(virazol), suatu agen antivirus yang tersedia untuk pengobatan akibat infeksi virus RSV.
Antibiotic tidak mempunyai nilai terapeutik kecuali penderita ada pneumonia bakteri.
Kortikosteroid tidak bermanfaat dan dapat membahayakan pada keadaan tertentu. Biasanya
obat-obatan bronkodilatator biasanya digunakan pada terapi empiric. Karena obstruksi terjadi
pada tingkat bronkiolus, trakeostomi tidak bermanfaat dan menimbulkan resiko yang besar
pada penderita yang akut. Beberapa penderita kondisinya dapat memburuk dapat dengan
cepat menjadi kegagalan pernapasan, sehingga memerlukan bantuan ventilasi.3
Tuberkulosis
Tuberkulosis merupakan penyakit yang ditularkan melalui kuman yang dibatukkan penderita
tuberculosis ke udara dalam bentuk droplet nuclei. Didalam udara bebas kuman ini dapat
menetap selama 1-2 jam. Hal ini tergantung dari ada atau tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi
7
yang baik dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap yang ventilasinya jelek kuman
dapat bertahan hidup lebih lama. Bila orang sehat menghisap kuman yang dibatukan oleh
penderita TB maka kuman tersebut akan segera menempel pada jalan nafas atau paru-paru.
Untuk selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer. Tapi kebanyakan
partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari trakheobronkeal beserta
gerakan silia dengan sekretnya. Kuman dapat juga masuk melalui luka dari kulit tetapi hal ini
jarang terjadi. Pada stadium permulaan setelah pembentukan. Fokus primer atau terjadi
beberapa kemungkinan, yaitu penyebaran melalui bronkogen, penyebaran melalui limfogen,
ataupun penyebaran melalui hematogen. Tetapi keadaan ini hanya berlangsung beberapa saat.
Penyebaran akan berhenti jika kuman yang masuk sedikit dan telah terbentuk daya tahan
tubuh yang spesifik terhadap basil TB. Apabila jumlah kumannya sangat banyak sedangkan
daya tahan tubuh melemah akan berakibat timbulnya tuberculosis milier.
Kelanjutan dari penyebaran tersebut dapat terjadi penyebaran infeksi primer ke
saluran getah bening dan kelenjar getah bening setempat (local) sehingga terbentuklah suatu
kompleks primer. Infeksi primer dan komplek primer dinamakan tuberculosis primer. Dari
kelenjar limfe basil TB dapat menyebar melalui kelenjar limfe dan pembuluh darah ke organ
yang lain, terutama organ yang memiliki tekanan oksigen tinggi seperti hepar, ginjal, tulang,
otak dan bagian lain dari paru. Basil TB ini dapat langsung menyebabkan penyakit di organorgan tersebut atau hidup dorman dalam makrofag jaringan dan dapat menyebabkan TB aktif
bertahun-tahun kemudian. Tuberculosis juga dapat hilang melalui resolusi, kalsifikasi
membentuk kompleks Ghon, atau terjadi nekrosis dengan masa perkejuan yang dibentuk dari
makrofag. Apabila keju mencair maka basil dapat berkembang di ekstra sel sehingga dapat
meluas di jaringan paru dan terjadi pneumonia, lesi endotrakheal, pleuritis, dan dapat
menyebar secara bertahap menyebabkan lesi di organ-organ lainnya atau dikenal dengan TB
milier.4
Diagnosis Kerja
Pneumonia
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis batuk,
demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam. Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA (P2ISPA) semua bentuk
pneumonia baik pneumonia maupun bronchopneumonia disebut pneumonia.
8
Pneumonia merupakan penyakit batuk pilek disertai napas sesak atau napas cepat.
Napas sesak ditandai dengan dinding dada bawah tertarik ke dalam, sedangkan napas cepat
diketahui dengan menghitung tarikan napas dalam satu menit. Untuk balita umur 2 tahun
sampai 5 tahun tarikan napasnya 40 kali atau lebih dalam satu menit, balita umur 2 bulan
sampai 2 tahun tarikan napasnya 50 kali atau lebih per menit, dan umur kurang dari 2 bulan
tarikan napasnya 60 kali atau lebih per menit.2,5
Etiologi
a. Pneumonia karena infeksi pneumokokus
Penyebab tersering pneumonia bakteri pada anak adalahstreptococcus pneumoniae.
Factor risiko untuk terinfeksi bakteri ini meningkat pada anak lai-laki dan lahir tidak
cukup bulan. Selain itu, streptococcus pneumoniae dapat digunakan sebagai vaksin
untuk mencegah pneumonia pada anak.1,2,5
b. Pneumonia karena infeksi stafilokokus
Pneumonia stafilokokus disebabkan oleh staphylococcus aureus yang tergolong
pneumonia berat karena cepat menjadi progresif dan resisten terhadap pengobatan.
c. Pneumonia bakteri gram negative
Bakteri gram negative yang biasa menyebabkan pneumonia adalah :
Haemophilus influenza
Basil Friedlander
Pseudominas aeruginosa
Pneumonia ini sulit dibedakan dengan denga pneumonia yang disebabkan oleh bakteri
lain dan hanya dapat dibedakan dengan biakan. Pneumonia yang disebabkan oleh
Haemophilus influenza pada bayi dan anak kecil merupakan penakit yang berat dan
sering menimbulkan komplikasi.1,2,5
d. Pneumonia karena infeksi mikoplasma
Infeksi mikoplasma cenderung timbul agak tersembunyi dan memiliki perjalanan
klinik yang subakut. Pada anak cenderung menjadi asma dengan wheezing yang
selalu ada. Umumnya terdapat perubahan pada foto torax yang luas dan penyakit akan
berlangsung selama beberapa minggu.1,2,5
9
Actinomyces
Aspergillus
Candida
Histoplasma
Nocardia spp.1,2,5
Cryptosporidium spp.
Pneumocystis jirovei
Toxoplasma1,2,5
Terdapatnya infiltrate besar dan kecil pada paru yang dapat berpindah-pindah.
Infiltrate ini merupaka reaksi alergi terhadap protein asing dengan migrasi larva
cacing Ascaris lumbricoides atau lain-lainya dari usus ke peredaran darah dan paru.1,2,5
i. Pneumonia karena infeksi virus
Infeksi virus primer dapat menyebar melalui saluran pernapasan hingga ke paru.
Pada anak terutama sekali pada satu tahun kehidupan harus dikhuatiri karena pada
usia ini setiap penyakit pernapasan sangat memepengaruhi konstitasi tubuh dan
mengakibatkan kegagalan sirkulasi. Penyebab tersering adalah:
influenza virus
parainfluenza virus
adenovirus
respiratory syncytial virus (RSV).1,2,5
Epidemologi
Salahsatu penyebab utama pneumonia adalah Pneumokokus. Pneumokokus dengan
serotipe 1 sampai 8 menyebabkan pneumonia pada orang dewasa lebih dari 80%, sedangkan
pada anak ditemukan tipe 14,1,6,dan 9.
Angka kejadian tertinggi ditemukan pada usia kurang dari 4 tahun dan mengurang
dengan
meningkatnya
umur. Pneumonia
lobaris
hampir
selalu
disebabkan
oleh
pneumococcus, ditemukan pada orang dewasa dan anak besar, sedangkan bronchopneumonia
lebih sering dijumpai pada anak kecil dan bayi.5
Pneumonia sangat rentan terhadap bayi berumur di bawah dua bulan, berjenis kelamin
laki-laki, kurang gizi, berat badan lahir rendah, tidak mendapatkan ASI yang memadai, polusi
udara, kepadatan tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai, dan defisiensi vitamin A.
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kematian akibat pneumonia adalah bayi di
bawah umur dua bulan, tingkat sosioekonomi rendah, kurang gizi, berat badan lahir rendah,
tingkat pendidikan ibu rendah, tingkat pelayanan kesehatan masih kurang, padatnya tempat
tinggal, imunisasi yang tidak memadai, dan adanya penyakit kronis pada bayi.4
Patofisiologi
Paru memiliki beberapa mekanisme pertahanan yang efektif yang diperlukankarena
sistem respiratori selalu terpajan dengan udara lingkungan yang seringkaliterpolusi serta
mengandung iritan, patogen, dan alergen. Sistem pertahanan organrespiratorik terdiri dari tiga
11
unsur, yaitu refleks batuk yang bergantung pada integritassaluran respiratori, otot-otot
pernapasan, dan pusat kontrol pernapasan di sistem saraf pusat.3,5,6
Pneumonia terjadi jika mekanisme pertahanan paru mengalami gangguansehingga
kuman patogen dapat mencapai saluran napas bagian bawah. Agen-agenmikroba yang
menyebabkan pneumonia memiliki tiga bentuk transmisi primer: (1)aspirasi sekret yang
berisi mikroorganisme patogen yang telah berkolonisasi pada orofaring, (2) infeksi aerosol
yang infeksius, dan (3) penyebaran hematogen dari bagian ekstrapulmonal. Aspirasi dan
inhalasi agen-agen infeksius adalah dua cara tersering yang menyebabkan pneumonia,
sementara penyebaran secara hematogenlebih jarang terjadi.Setelah mencapai alveoli, maka
mikroorganisme patogen akan menimbulkan respon khas yang terdiri dari empat tahap
berurutan:
Pneumococcus masuk ke dalam paru bayi melalui jalan pernafasan secara percikan (droplet).
Proses radang pneumonia dapat dibagi atas 4 stadiumyaitu :2,3,5,6
1. Stadium kongesti:
lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung udara,
warna menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar.
12
Lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi pucat kelabu.
4. Stadiumresolusi:
Eksudat berkurang.
Manifestasi Klinis
Pneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran napas atas selama beberapa hari.
Gejala prodromal:
Rewel
Lesu
13
terdapat sianosis
batuk
kesukaran bernapas
retraksi.4
nafas sesak
retraksi
minum berkurang
tiada sianosis
nafas cepat yaitu frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih,
retraksi.5
14
Klasifikasi Pneumonia
tiada retraksi
napas cepat
Bayi < 2 bulan : > 60 kali per menit
anak usia 2 bulan - <1 tahun : > 50 kali per menit
anak usia 1 - < 5 tahun : .> 40 kali per menit.5
batuk
tiada retraksi
15
16
Pencegahan
Istirahat yang cukup dan olahraga supaya memiliki daya tahan tubuh yang
baik. Selain itu, daya tubuh yang baik dapat mencegah infeksi sekunder.3,7,8
Komplikasi
Komplikasi pneumonia dapat berupa gangguan pertukaran gas, obstruksi jalan nafas,
gagal pernafasan, Pleural Effusion (bacterial pneumoniae). Abses kulit, abses jaringan lunak,
otitis media, sinusitis, meningitis purulenta, perikarditis dan epiglotis kadang ditemukan pada
infeksi Hemophylus influenzae. Dengan menggunakan antibiotika, komplikasi pneumonia
hampir tidak pernah dijumpai. Komplikasi yang dapat dijumpai antara lain empiema danotitis
media akut. Sementara komplikasi lainnya seperti meningitis, perikarditis, osteomielitis, dan
peritonitis lebih jarang terjadi. 6
Prognosis
Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat di turunkan
sampai kurang dari 1%. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang
terlambat menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.6
Kesimpulan
18
Pnemonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) yang
termasuk dalam salah satu infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah. Terjadinya
pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus
yangbiasa disebut sebagai bronchopneumonia. Pneumonia merupakan penyebab biasa yang
menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada anak yang ditandai dengan infeksi, inflamasi
dan konsolidasi pada paru.
Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat di turunkan
sampai kurang dari 1%. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang
terlambat menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi
Daftar Pustaka
1. Arvin BK. Ilmu Kesehatan Anak. Vol 2. Edisi 15. Jakarta: EGC;2012
2. Prober CB. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15: Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran; 2012
3. Sanityoso A. Hepatitis viral akut. Dalam: Sudoyo AW dkk, penyunting. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ke-6. Jakarta; Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Diponegoro 71 Jakarta; 2014
4. Hassan R, Alatas H. Tuberkulosis pada anak. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.
Vol II. 11th ed. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia:2007.h. 573-84.
5. Misnadiarly. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia;2010
6. Robbins, Cotrans, Kumar. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Edisi ke-5.
Jakarta:EGC.;2012
7. Alsagaff,Hood&Mukty,Abdul
(Editor). Dasar-dasar
Ilmu
PenyakitParu.
20