You are on page 1of 6

DIAFRAGMA & DECK SLAB

Diafragma adalah elemen struktur yang berfungsi untuk memberikan ikatan antara
PCI Girder sehingga akan memberikan kestabilan pada masing PCI Girder dalam
arah horisontal. Sistem difragma yang digunakan pada causeway Jembatan
Suramadu adalah sistem pracetak. Pengikatan tersebut dilakukan dalam bentuk
pemberian stressing pada diafragma dan PCI Girder sehingga dapat bekerja sebagai
satu kesatuan. Deck slab merupakan elemen non-struktural yang berfungsi sebagai
lantai kerja dan bekisting bagi plat lantai jembatan. Deck slab tersebut dibuat dari
beton dengan mutu K-350.
Desain & Metode Konstruksi Jembatan Suramadu

PCI GIRDER
Penggunaan Balok PCI Girder
Struktur atas causeway Proyek Jembatan Suramadu menggunakan balok PCI Girder
berkekuatan beton K-500, dengan panjang 40 meter, yang terbagi menjadi 7
segmen. Pembagian ini mengingat kondisi lapangan yang tidak memungkinkan,
untuk memindahkan balok PCI Girder tersebut secara utuh --sesuai panjang
bentang--, dari lokasi pembuatan (pabrik) ke lokasi pemasangan. Selanjutnya
dilakukan post tension dengan menggabungkan beberapa segmen balok untuk
kemudian disatukan dengan
menggunakan perekat dan ditegangkan (stressing).
Stressing Girder
Hal penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan PCI Girder ini adalah elevasi
stressing bed. Lokasi post tensioning harus diusahakan sedatar mungkin agar tidak
menyebabkan girder mengalami perpindahan dalam arah lateral. Setelah itu
ketujuh segmen balok girder yang telah menjadi satu kesatuan, dijajarkan sesuai
bagiannya. Sebelumnya dipersiapkan terlebih dahulu perletakan sementara untuk

masing-masing segmen. Di bagian ujung pertemuan harus diberi oli atau pelumas
agar balok dapat bergerak mengimbangi gaya pratekan yang diberikan.
Kabel strand dipotong sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Pemotongan
diusahakan seminimal mungkin agar tidak ada kabel yang terbuang. Berikutnya
kabel strand dimasukkan ke dalam duct secara manual pada tiap-tiap tendon sesuai
dengan perencanaan. Lalu di pasang pengunci kabel strand di ujung kabel.
Penegangan (stressing) dilakukan sampai tegangan 8.000 Psi dengan dilakukan
pengontrol tegangan dan perpanjangan kabel. Pencatatan dilakukan pada setiap
kenaikan tegangan 1.000-2.000Psi. Dan hasilnya dibandingkan dengan perhitungan
teoritis yang dilakukan sebelum penarikan.
Desain & Metode Konstruksi Jembatan Suramadu
Desain & Metode Konstruksi Jembatan Suramadu
Desain & Metode Konstruksi Jembatan Suramadu
ERECTION GIRDER
15 cause Panjang PCI Girder setelah terangkai adalah 40 meter, dengan tinggi 2,1
meter, dan berat 80 ton. PCI Girder tersebut didesain untuk hanya menerima beban
vertikal dan tidak untuk menerima beban horisontal. Hal ini menyebabkan proses
pengangkutan PCI Girder tersebut dari lokasi penyimpanan (stockyard) sampai ke
lokasi pemasangan harus dibuat sedatar dan selurus mungkin. Ini untuk
menghindarkan terjadinya gaya horisontal akibat gerakan truk yang berlebihan
yang dapat menyebabkan balok girder patah.
Tahapan pemindahan girder dimulai dengan pengangkatan menggunakan dua crane
dan diletakkan pada boogy . Girder tersebut kemudian diangkut dengan boogy ke
masingmasing pier. Proses selanjutnya adalah pemindahan dari boogy ke pile cap
yang dilaksanakan dengan metode yang berbeda antara sisi Surabaya dan sisi
Madura.
Berikut Video erection Girder pada jembatan suramadu
)
ABUTMENT & PIER HEAD
Pelaksanaan Pembuatan Dilakukan Bertahap
9_causewayDimensi Pile Cap

Dimensi Atas: Dimensi bawah


Panjang : 32 Panjang : 30 m
Lebar : 2 m Lebar : 4 m
Tinggi : 1.05 m Tinggi : 1.5 m

Pelaksanaan pembuatan pier head/ pile cap dilakukan dalam tiga tahap, yaitu
pembuatan bekisting, pembesian, dan pengecoran. Pengecoran dilakukan dalam
dua tahap, yaitu bagian bawah pier dan bagian atas pier.
Setelah bekisting selesai dikerjakan, dilakukan pekerjaan pembesian yang meliputi
pemasangan/ pengelasan besi WF pengikat tiang pancang, pembesian tulangan
pilar bagian bawah, pilar samping, dan pilar bagian atas. Setelah semua tulangan
terpasang, tahap berikutnya adalah pekerjaan pengecoran.
Beton dengan K-350 dibuat berdasarkan hasil test pencampuran/ trial mix. Untuk
10_causewaysetiap truk mixer beton yang berasal dari batching plant, dilakukan uji
slump beton. Slump yang dipersyaratkan adalah t 8-12 cm.
Truk mixer kemudian membawa beton ke lokasi proyek untuk dituangkan ke
concrete pump. Sebelum dituang, dilakukan pengambilan benda uji sebanyak 48
buah untuk tiap pile cap serta pengujian slump ulang. Dengan bantuan concrete
pump, beton tersebut dituangkan ke dalam pile cap lapis demi lapis sambil
dipadatkan. Tebal tiap lapisan 30 cm. Setelah itu dilaksanakan pekerjaan finishing
pada permukaan beton
Hal penting yang perlu diperhatikan selama pelaksanaan pengecoran beton dengan
massa besar (mass concrete)adalah perbedaan suhu. Agar didapat suhu beton
merata tanpa terjadi perbedaan yang besar dilakukan perawatan atau curing beton
dengan karung basah selama 14 hari.
TIANG PANCANG
Tahap Awal Dan Pemancangan Selanjutnya
Pondasi yang digunakan untuk causeway adalah tiang pancang baja dengan
diameter 600 mm dengan spesifkasi sesuai dengan ASTM A252 Grade 2. Panjang
masing-masing pipa 12 m, dengan kedalaman pemancangan rata-rata untuk Sisi
Surabaya sekitar 25 m dan sisi Madura 33 m.
Pelaksanaan pekerjaan tiang pancang ini meliputi pekerjaan pemancangan,
pengisian pasir, pengisian beton tanpa tulangan dan pengisian beton dengan
tulangan. Kedalaman dari masing-masing pengisian ini didasarkan atas kondisi daya
dukung tanah dan penggerusan tanah (scouring).
Saat pelaksanaan 2003-2004, pemancangan di tahap awal dilakukan dengan
memanfaatkan jalan kerja yang dibuat dengan menimbun, yaitu di Abutment (A0),
Pilar 1-5 untuk sisi Surabaya. Sementara di sisi Madura di Abutment (A102), dan
Pilar 101 sampai dengan pilar 96. Untuk pilar selanjutnya pekerjaan pemancangan
dilaksanakan dengan menggunakan ponton pancang.
Persiapan
Desain & Metode Konstruksi Jembatan Suramadu Hal penting yang harus
diperhatikan adalah monitoring stok tiang pancang pipa baja yang sudah di-coating,
sesuai kebutuhan untuk menjaga kontinuitas pekerjaan pemancangan. Selanjutnya
adalah pemindahan stok pipa ke tepi pantai sesuai dengan kebutuhan. Peralatan
yang digunakan untuk pemindahan ini adalah crane service 25 ton dan truk trailer.

harus sudah dipersiapkan di posisi yang telah ditentukan. Kemudian crane


ditempatkan di titik yang ditentukan dan dikontrol dengan teropong teodolit.
Metode Pelaksanaan Pemancangan
Ponton service ditarik boat mendekati stok tiang pancang yang telah diposisikan di
dekat pantai. Dengan bantuan crane, tiang pancang diletakkan di atas ponton
service untuk dibawa menuju ponton pancang.
Tahapan selanjutnya adalah pengukuran posisi dengan mengunakan teodolit (lihat
penjelasan metoda pengukuran). Lalu mengarahkan leader crane pancang yang
memegang tiang pancang di atas kapal ponton ke sasaran bidik teropong yang
telah disetting dengan komando
dari surveyor. Apabila sudah sesuai dengan posisi yang diinginkan, maka tiang
pancang sudah siap untuk dipancang.
Untuk tiang pancang dengan kondisi miring (sudut 1:10) maka dibuat perbandingan
dengan menggunakan mal yang dilengkapi dengan waterpass. Apabila sudah tepat
maka tiang pancang di turunkan sesuai dengan kemiringannya dan siap untuk
dipancang.
Pelaksanaan pemancangan disesuaikan dengan nomor urut dengan pengondisian
ponton, alat ukur, dan crane pancang. Dan setelah dilakukan kalendering (10
pukulan terakhir maksimal sebesar 2,5 cm) maka pemancangan dihentikan.
Selanjutnya tiang pancang yang elevasinya tidak sama dipotong dengan
menggunakan alat las, setelah terlebih dahulu diukur dengan menggunakan
teodolit.
Pengisian Pasir
Desain & Metode Konstruksi Jembatan Suramadu Pengisian pasir dilakukan dengan
menggunakan ponton 120 ft, yang mampu menampung pasir 200 m3 sesuai
dengan kebutuhan satu pile cap serta excavator PC 200 dengan kapasitas 67 m3/
jam.
Dump truck mengambil pasir pada stok area dengan bantuan excavator.
Selanjutnya dump truck yang telah berisi pasir menuju dermaga dan menuangkan
pasir. Diatas pontoon diposisikan sebuah excavator untuk memindahkan pasir dari
dermaga ke ponton.
Untuk pengisian pasir dipasang tremi di ujung tiang pancang, dan excavator
mengisi pasir ke dalam tiang pancang dengan bantuan tremi.
Selanjutnya dilakukan pengukuran kedalaman tiang pancang dengan menggunakan
tali yang ujungnya diberi pemberat dan diukur dengan meteran, agar bisa mencapai
kedalaman rencana dari pasir pada tiang pancang.
Pengisian Beton
Besi isian pancang dipersiapkan di stockyard. Stok besi diangkut dengan truk
menggunakan bantuan crane menuju dermaga dan dinaikkan ke atas ponton. Besi
isian dimasukan ke tiang pancang dengan bantuan crane. Untuk mengantisipasi
agar tulangan besi tersebut tidak jatuh, maka pada ujung tulangan dimasuki besi
melintang yang panjangnya lebih dari diameter pipa pancang.

Desain & Metode Konstruksi Jembatan Suramadu Selanjutnya truk mixer dari
batching plan menuju ke pompa pengecoran (concrete pump). Pengecoran
dilakukan dengan concrete pump yang dilengkapi dengan belalai untuk
memasukkan beton ke tiang pancang.
Metode penentuan posisii (stake out) Tiang Pancang di Laut
Secara prinsip Metoda Perpotongan Kemuka yang digunakan untuk Sisi Surabaya
dan Sisi Madura diuraikan sebagai berikut:
Titik-titik tempat alat ukur digeser ke kiri atau ke kanan dari as BM sejauh setengah
diameter pipa pancang (300 mm), disesuaikan dengan posisi tepi tiang pancang
yang akan dibidik. Untuk memudahkan pelaksanaan, bagian tiang pancang yang distake-out atau dibidik adalah tepi tiang pancang, bukan bagian tengahnya.
Tahapan pelaksanaan pengukuran di lapangan adalah sebagai berikut:
Alat ukur teodolit-1 dan teodolit-2 didirikan di titik-titik BM yang telah direncanakan
(menggeser ke kiri ke kanan dari as BM), dengan posisi kedudukan teropong
mendatar (90).
Bacaan sudut vertikal teodolit-1 dan teodolit-2 diset pada elevasi 2,50 meter
dengan melalui perhitungan pengesetan sudut vertikal.
Bacaan sudut horizontal teodolit-1 dengan acuan arah centerline jembatan diset
sebesar b = 03 59' 42" mengarah ke garis singgung tepi tiang pancang.
Bacaan sudut horizontal teodolit-2 dengan acuan terhadap arah centerline
jembatan diset sebesar b = 273 59' 42", mengarah ke garis singgung tepi tiang
pancang. Settingsinggung tepi tiang pancang. Setting sudut a dan b untuk masingmasing titik pancang (1-36) dibuatkan dalam bentuk tabel sesuai koordinat titik-titik
rencana.
Mengarahkan ladder crane pancang yang memegang tiang pancang di atas kapal
ponton ke sasaran bidik teropong teodolit-1 dan teodolit-2. Kemudian singgungkan
tepi tiang pancang (seperti gambar ilustrasi) dengan komando dari surveyor.
Apabila tepi kiri dan tepi kanan sudah tepat bersinggungan, maka tiang pancang
tersebut sudah berada di posisi yang tepat dan siap pancang. Cara tersebut
digunakan untuk tiang pancang tegak
Untuk tiang pancang miring dengan perbandingan sudut 1:10, ladder crane
pancang diset membentuk sudut 1:10 dengan menggunakan mal yang dilengkapi
dengan waterpass. Tiang pancang kemudian diarahkan ke arah bidikkan teropong
teodolit-1 dan teodolit-2 dan disinggungkan ke tepi kiri dan tepi kanannya hingga

tepat. Apabila sudah tepat, maka tiang pancang tersebut diturunkan sesuai
kemiringan dan siap untuk dipancang. Secara prinsip dari 2 (dua) setting sudut
horizontal saja sudah cukup memadai untuk penentuan posisi secara tepat, sedang
setting sudut horizontal yang ketiga, keempat dan seterusnya hanya berfungsi
sebagai control/ checking, apakah 2 (dua) setting suduthorizontal yang kita lakukan
sudah benar atau tidak.
Dalam pelaksanaan penentuan titik-titik pancang tersebut, perlu adanya alat
komunikasi, guna koordinasi antara tim pengukur (surveyor) dengan tim pancang,
serta operator crane. Penentuan titik-titik BM yang dipakai untuk referensi posisi
alat ukur berdiri disesuaikan dengan kondisi lapangan dengan maksud
memudahkan pengukuran dan sasaran tidak terhalang. Metoda perpotongan
kemuka yang dipilih untuk penentuan posisi titik-titik pancang Jembatan Suramadu,
secara teknis memenuhi persyaratan dan tidak terlalu sulit dilaksanakan.

You might also like