You are on page 1of 45

HIPERTENSI ESENSIAL

Definisi :
Hipertensi Esensial adalah keadaan klinis yang tidak diketahui pasti penyebabnya. Biasanya
hipertensi ini terkait dengan riwayat genetik yang diturunkan dari keluarga yang pernah
menderita hipertensi. Secara umum, JNC 7 (The Seventh Report of The Joint National
Commitee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure)
telah mengklasifikasikan tekanan darah pada orang dewasa (>18 tahun) menjadi 4 kelompok,
yaitu kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat I, dan hipertensi derajat II (Tabel 1)
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7

Klasifikasi Tekanan Darah

Tekanan Darah Sistolik

Tekanan Darah Diastolik

(mmHg)

(mmHg)

Normal

< 120

< 80

Prehipertensi

120 139

80 89

Hipertensi derajat 1

140 159

90 99

Hipertensi derajat 2

> 160

> 100

Etiologi :
Penyebab Hipertensi Esensial biasanya multifaktorial yang timbul dari interaksi berbagai
macam faktor risiko tertentu. Adapun faktor risiko yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Faktor risiko: Usia lanjut, jenis kelamin wanita, riwayat keluarga hipertensi, diet
asupan garam, stress, obesitas (kegemukan), dislipidemia (kolesterol LDL tinggi),
merokok, dan diabetes mellitus.
2. Sistem saraf simpatis
3. Keseimbangan vasodilatasi dan vasokonstriksi pembuluh darah
4. Sistem Renin Angiotensin
Tanda dan Gejala :
Hipertensi sering tidak disertai gejala (asimptomatik), sehingga kadang seseorang kurang
aware dengan penyakitnya. Namun biasanya, hipertensi yang sudah menimbulkan gejala
adalah hipertensi yang sudah lebih berat. Diantara gejalanya adalah sakit kepala, nyeri kuduk,
nokturia (sering kencing malam hari), dizziness (oyong), tinitus (terdengar suara-suara

mendenging, dsb), epistaksis (mimisan), dll. Jika ada gejala semacam ini, sebaiknya
konsultasi ke dokter puskesmas untuk memulai pengobatan.
Pengobatan :
Obat-obat yang diberikan oleh dokter biasanya adalah diuretik golongan thiazid, atau
kombinasi dengan obat antihipertensi lainnya seperti beta bloker (propanolol 10-20
mg,atenolol 2 mg/kg) CCB (Calcium Channel Blocker): Amilodipine, Felodipine, Isradipine
ACEB (Angiotensin Coverting Enzym Blocker), ARB (Angiotensin II Reseptor Blocker) atau
alfa bloker.
Sumber :

Roesma J. Hipertensi. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi 4. Jakarta: FKUI.

TUBERKULOSIS PARU
Definisi :
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada paru yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam yang ditularkan melalui udara yang
ditandai dengan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium tuberculosis
merupakan kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru / berbagai organ lainnya yang
bertekanan parsial tinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat
menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk tulang, nodus limfe. Infeksi awal
biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami
penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon imun.
Tanda dan Gejala :
Demam, sifatnya subfebril menyerupai demam influenza. Suhu kadang-kadang panas dapat
mencapai 40-41 derajat celcius, batuk/batuk darah, sesak nafas, nyeri dada, malaise, badan
kurus, sakit kepala, meriang serta keringat malam.
Keluhan karena infeksi kronik :

Panas badan yang tak tinggi (subfebril) dan keringat malam, batuk dengan atau tanpa dahak,
batuk darah, sesak dan nyeri dada.

Pengobatan Tuberkulosis :
JENIS OAT

DOSIS

Harian

Lanjutan (intermiten)

mg/Kg BB

10 mg/Kg BB

Izoniazid (H)

Rifampisin (R)

10 mg/Kg BB

10 mg/Kg BB

Streptomisin (S)

15 mg/Kg BB

15 mg/Kg BB

Pirazinamid (Z)

25 mg/Kg BB

35 mg/Kg BB

Etambutol (E)

15 mg/Kg BB

30 mg/Kg BB

(S) < 60 tahun : 0,75 gr/hari


> 60 tahun : 0,50 gr/hari

TAHAP INTENSIF : diberikan tiap hari


Pengawasan ketat sangat penting untuk mencegah kekebalan obat

TAHAP LANJUTAN : diberikan 3X / minggu


untuk membunuh kuman agar tidak kambuh

Kategori I

Kategori-1 ( 2RHZE / 4R3H3 )


- TB Paru BTA (+) kasus baru
- TB Paru BTA (-), R (+) lesi luas / sakit berat
- TB ekstra paru berat

Kategori II

Kategori-2 (2HRZES / 1HRZE / 5H3R3E3)


- TB Paru kambuh
- TB Paru gagal
- TB Paru lalai (D.O)

Kategori III :

Kategori-3 (2HRZ/4H3R3)
- TB Paru BTA (-), R (+) lesi / sakit ringan

- TB ekstra paru ringan


Pemantauan Pengobatan
1. Akhir fase intensif :
- Kat I & III

1 mg sebelum akhir bln ke-2

- Kat II

1 mg sebelum akhir bln ke-3

2. Sebulan sebelum akhir pengobatan :


untuk menilai hasil pengobatan pada Kat I & II

3. Akhir pengobatan :
untuk menilai hasil pengobatan pada Kat I & II
Pemeriksaan ulang BTA 2 X (SP)
Hasil BTA 2x (-)

: disebut negatif

Hasil BTA 1x / 2x (+)

: disebut positif

TB PARU dengan HIV / AIDS


- Paduan obat sesuai kategori seperti tanpa HIV / AIDS
- Jangan berikan Thiacetazon
- Obat suntikan sebaiknya dihindari
- Jangan lakukan desentisasi OAT
- Jika MDR, pengobatan sesuai uji resistensi
Sumber : Amin Z. Tuberkulosis Paru. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi 4. Jakarta: FKUI.

ASMA
Definisi :
Inflamasi kronik saluran napas
Hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan
Penyempitan saluran napas difus
Derajat penyempitan bervariasi
Membaik spontan atau dengan pengobatan
Tanda dan Gejala :
4

Batuk, mengi, sesak napas episodik


Bronkitis / pneumonia berulang
Riwayat atopi
Riwayat faktor pencetus
Pemeriksaan Faal Paru :
Penunjang diagnosis
Arus puncak ekspirasi
Klasifikasi Asma :
Ditentukan oleh :

Frekuensi serangan

Serangan asma malam

Gangguan aktivitas

Nilai faal paru (VEP1 atau APE)

Variabiliti harian

Asma Intermiten :

Gejala < 1 kali seminggu

Gejala asma malam < 2 kali sebulan

Serangan singkat tidak mengganggu aktivititas

Nilai VEP1 atau APE > 80% nilai prediksi

Variabiliti < 20%

Asma Persisten Sedang :

Gejala > 1 kali serangan tapi < 1 kali sehari

Eksaserbasi dapat mengganggu aktiviti & tidur

Gejala asma malam > 2 kali sebulan

Nilai APE / VEP1 > 80% nilai prediksi

Variabiliti 20 30%

Asma Persisten Berat :

Gejala berkepanjangan

Eksaserbasi sering

Gejala asma malam sering


5

Aktiviti fisik terbatas

Nilai APE / VEP1 < 60% nilai prediksi

Variabiliti > 30%

Pengobatan :

Kortikosteroid oral, intravena

Dianjurkan yang short acting

Mengurangi angka perawatan

Mencegah kekambuhan

Mencegah kematian

Kortikosteroid Inhalasi :
Penelitian penderita asma akut :
Kelompok injeksi metilprednisolon
Kelompok inhalasi budesonide
Inhalasi budesonide 1 mg pada menit 0 diulangi pada menit 20 dan 40
sebanding dg injeksi metilprednisolon 125 mg 1x
Sumber : Sundaru H. 2006. Asma. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi 4. Jakarta: FKUI.

Bronkitis Akut
Definisi :
Bronkitis akut adalah peradangan akut pada bronkus dan cabang-cabangnya, yang
mengakibatkan terjadinya edema dan pembentukan mukus. Walaupun diagnosis bronkitis
sering merupakan diagnosis yang sering dibuat, pada anak keadaan ini agaknya bukan
merupakan suatu penyakit tersendiri tetapi merupakan akibat dari beberapa keadaan lain
pada saluran napas atas dan bawah. Manifestasi klinis biasanya terjadi akut mengikuti suatu
infeksi saluran napas atas.
Etiologi :
Bronkitis berhubungan dengan infeksi virus, bakteri sekunder, polusi udara, alergi, aspirasi
kronis, refluks gastroesophageal, dan infeksi jamur. Virus merupakan penyebab tersering
6

bronkitis (90%), sedangkan sisanya (10%) oleh bakteri. Virus penyebab yang sering
yaitu yaitu virus Influenza A dan B, Parainfluenza, Respiratory Syncitial Virus (RSV),
Rinovirus, adenovirus dan corona virus. Bronkitis akut karena bakteri biasanya dikaitkan
dengan Mycoplasma

pneumoniae,

Mycobacterium

tuberculosis,

Bordatella

pertusis, Corynebacterium diphteriae, Clamidia pneumonia, Streptococcus pneumonia,


Moraxella catarrhalis, H. influenza, Penyebab lain agen kimia ataupun pengaruh fisik.
Diagnosis :
Anamnesis dapat ditemui adanya demam, nyeri kepala, nyeri otot selama 3-4 hari diikuti
dengan batuk. Pada awalnya batuk bersifat kering dan keras, kemudian berkembang menjadi
batuk yang produktif, dahak bisa jernih atau purulen. Batuk biasanya berlangsung 7-10 hari,
tetapi dapat juga berlangsung sampai 3 minggu. Pada anak kecil ada usaha untuk
mengeluarkan dahak yang lengket dan kental dapat merangsang muntah, pada anak yang
lebih tua keluhan utama dapat berupa batuk produktif, nyeri dada dan pada keadaan yang
lebih berat. Pada umumnya gejala akan menghilang dalam 10-14 hari. Bila gejala dan tanda
klinis menetap sampai 2-3 minggu, perlu dicurigai adanya proses kronis atau terjadi infeksi
bakteri sekunder.
Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan fisik pada stadium awal biasanya tidak khas. Dapat ditemukan adanya demam,
gejala rinitis sebagai manifestasi pengiring, atau faring hiperemis. Sejalan dengan
perkembangan

serta

progresivitas

batuk,

pada

auskultasi

dada

dapat

terdengar

ronki, wheezing, ekspirasi diperpanjang atau tanda obstruksi lainnya. Bila lendir banyak dan
tidak terlalu lengket akan terdengar ronki basah.
Pengobatan :
Antibiotik tidak direkomendasikan secara rutin pada bronkitis akut, bahkan pemberian
antibiotik dengan indikasi untuk pencegahan superinfeksi saluran napas bawah tidak
memberikan keuntungan.
Bronkodilator agonis b2 seperti salbutamol dapat memberikan manfaat untuk mengatasi
batuk, utamanya pada keadaan yang disertai dengan tanda-tanda bronkokontriksi. Pemberian
salbutamol dengan dosis 0,1 mg/kgBB/kali akan mengurangi batuk dalam 7 hari, lebih baik
dibandingkan pemberian antibiotik,
Analgesik & antipiretik bila diperlukan dapat diberikan. Pemberian antitusif tidak
direkomendasikan, mukolitik, dan ekspektoran, walau belum cukup bukti klinis yang kuat,
dapat dipertimbangkan diberikan bila batuknya efektif dan pada anak diatas 2 tahun.
Sumber : Arisclinic.com
7

KANDIDOSIS
Definisi :
Merupakan infeksi jamur yang bersifat akut atau subakut, disebabkan oleh Candida spp
terutama C. albicans. Terdiri dari kandidosis kutis (kandidosis intertriginosa, generalisata,
paronikia, kandidosis popok dan granuloma kandida), kandidosis selaput lendir, paronikia
dan onikomikosis, kandidosis sistemik dan reaksi id.
Etiologi :
Penyakit dipengaruhi oleh faktor predisposisi endogen maupun eksogen, yaitu: Perubahan
fisiologik: misalnya kehamilan, kegemukan, debilitas, iatrogenik, endokrinopati, diabetes
melitus. Penyakit kronik, defisiensi imun pada infeksi HIV-AIDS, pemakai steroid atau
sitostatik. Iklim, suhu dan kelembaban tinggi. Kebersihan kulit, kebiasaan merendam kaki
dalam air yang akan menimbulkan maserasi dan bentuk anatomi kaki tertentu yang
menyebabkan oklusi alamiah. Kandidosis kutis secara klinis tampak berupa lesi eritematosa
merah terang disertai lesi satelit papul dan pustul, mengenai kulit glabrosa juga di lipat
payudara, intergluteal dan umbilikus. Pada bayi umumnya lesi di daerah popok (perianal,
perigenital, lipat paha sampai bokong).
Penatalaksanaan :
Menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi. Untuk lesi basah dapat digunakan
kompres dengan larutan kalium permanganas 1/5000 atau larutan Burowi selama 20-30 menit
beberapa kali sehari. Untuk selaput lendir larutan gentian violet 0,5-1% dioleskan sehari 2
kali selama 3 hari. Obat topikal lainnya: Krim, salep dan emulsi nistatin; krim imidazol
2x/hari untuk lesi kulit terbatas, dan imidazol supositoria1x/hari selama 1-3 hari untuk
kandidiasis vulvovaginalis. Bila diperlukan dapat diberikan terapi sistemik : flukonazol 50
mg/hari atau 150mg/minggu, atau itrakonazol 2x100 mg/hari atau ketokonazol 200 mg/ hari.
Griseofulvin tidak efektif pada infeksi kandida.
Sumber : Emmy S, Daili S, Menaldi SL, Wisnu IM. 2005. Penyakit Kulit Yang Umum di
Indonesia. Jakarta : PT Multi Medical Indonesia.
GASTRITIS
Definisi:
Penyakit gastritis akut atau maag dapat diartikan sebagai berikut: Gastritis berasal dari kata
gaster yang artinya lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Penyakit gastritis
8

akut adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung, yang
berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain.
Pada manusia lapisan perut mengandung sel khusus yang dapat menghasilkan asam dan
enzim, yang berfungsi untuk membantu memecah makanan untuk pencernaan, dan lendir
untuk melindungi lapisan perut dari asam. Ketika lapisan perut meradang, otomatis sel
tersebut akan menghasilkan lebih sedikit asam, enzim, dan lender.
Etiologi:
Ada banyak hal yang menjadi penyebab terjadinya penyakit gastritis, namun yang paling
umum adalah:

Jadwal makan yang tidak teratur membuat lambung sulit beradaptasi dan dapat
mengkibatkan kelebihan asam lambung dan akan mengiritasi dinding mukosa lambung.
Itulah sebabnya salah satu pencegahan gastritis adalah dengan makan tepat waktu.

Stress dapat mengakibatkan perubahan hormonal di dalam tubuh yang dapat


merangsang sel dalam lambung yang berlebihan

Makanan yang teksturnya keras dan dimakan dalam keadaan panas misalnya bakso

Mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein seperti kopi dan teh, makanan
pedas dan asam, dan makanan yang mengandung gas seperti ubi, buncis, kol dll.

Tanda dan Gejala penyakit gastritis :


Tanda dan Gejala penyakit gastritis yang biasa terjadi adalah

Mual dan muntah

Nyeri epigastrum yang timbul tidak lama setelah makan dan minum unsur-unsur yang
dapat merangsang lambung ( alkohol, salisilat, makanan tercemar toksin stafilokokus )

Pucat

Lemah

Keringat dingin

Nadi cepat

Nafsu makan menurun secara drastis

Suhu badan meningkat

Sering bersendawa terutama dalam keadaan lapar

Pencegahan penyakit gastritis :


Agar kita terhindari dari penyakit gastritis, sebaiknya lakukan pencegahan gastritis dibawah
ini:

Makan yang teratur


9

Hindari alkohol

Makan dalam porsi kecil dan sering

Menghindari stress

Mengunyah 32 kali

Menghindari rokok

Sumber : Hirlan. 2006. Gastritis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi 4. Jakarta: FKUI.

PERLEMAKAN HATI
Definisi:
Perlemakan hati berarti adanya pengumpulan lemak yang berlebihan di dalam sel-sel hati
kita. Secara umum, sel hati yang normal sudah mengandung lemak, namun kandungan
lemaknya tidak tinggi. Ketika akumulasi lemak hati mencapai lebih dari 10% berat hati, hal
inilah yang dikenal sebagai fatty liver. Pada keadaan ini, sebagian sel-sel liver yang sehat
sudah diganti dengan sel lemak. Liver pun sudah berubah warnanya menjadi kuning
mengkilat

karena

berlemak,

membesar

dan

lebih

berat

dari

keadaan

normal.

Fatty liver umumnya tidaklah berbahaya, karena fungsi liver sebenarnya juga tidak
terganggu, akan tetapi dalam jangka panjang, fatty liver berpotensi menjadi penyebab
kerusakan. Jenis penyakit fatty liver dapat dimulai dari 1) Steatosis (hanya perlemakan hati),
2) Steatohepatitis (perlemakan hati disertai dengan inflamasi). Keadaan ini dapat terjadi
karena (1) konsumsi alkohol yang berlebihan yang disebut dengan ASH (Alcoholic
Steatohepatitis), atau (2) bukan karena alkohol yang disebut NASH (Nonalcoholic
Steatohepatitis). Fatty liver jarang menimbulkan keluhan, karena penimbunan lemak ini
terjadinya secara perlahan-lahan. Gejala klinis yang dikeluhkan penderita adalah perut terasa
penuh, Hal ini disebabkan karena lemak kebanyakan menumpuk di hati bagian atas. Ketika
kondisi memburuk, pasien bisa merasa letih, berat badan merosot, tidak nyaman di perut,
lemah, dan pening. Penderita umumnya tidak mengetahui sedang menderita fatty liver .
Etiologi:
Jika hepatitis A, B, C lebih disebabkan karena virus, sedangkan gangguan perlemakan hati
lebih diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak sehat. Konsumsi makanan berlemak dan
berkarbohidrat tinggi yang terlalu sering bisa menimbulkan perlemakan hati. Begitu juga
dengan kebiasaan mengonsumsi alkohol, kondisi obesitas atau kelebihan berat badan.
10

Beberapa hal lainnya yang dapat meyebabkan terjadinya fatty liver yakni antara lain :
-Obat-obatan.
-Diabetes.
-Penurunan berat badan yang drastis dan kekurangan gizi.
-Penderita diabetes.
-Penderita dengan jumlah trigliserida yang tinggi.
Terapi:
Antidiabetik dan insulin sensitizer : Metformin meningkatkan kerja insulin pada sel dan
menurunkan produksi glukosa hati.
Obat anti hiperlipidemia : Gemifibrozil
Antioksidan : Vitamin C, Vitamin E dan TGF beta
Hepatoprotektor : Ursodeoxycholic acid (UDCA)
Mengurangi berat badan dengan diet dan latihan jasmani
Sumber : Hasan I. 2006. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi 4. Jakarta: FKUI.
HEPATITIS A
Definisi :
Hepatitis adalah kelainan hati berupa peradangan (sel) hati. Peradangan ini ditandai dengan
meningkatan kadar enzim hati. Peningkatan ini disebabkan adanya gangguan atau kerusakan
membran hati. Ada dua faktor penyebabnya yaitu faktor infeksi dan faktor non infeksi. Faktor
penyebab infeksi antara lain virus hepatitis dan bakteri. Selain karena virus Hepatitis A, B, C,
D, E dan G masih banyak virus lain yang berpotensi menyebabkan hepatitis misalnya
adenoviruses , CMV , Herpes simplex , HIV , rubella ,varicella dan lain-lain. Sedangkan
bakteri yang menyebabkan hepatitis antara lain misalnya bakteri Salmonella typhi,
Salmonella paratyphi , tuberkulosis , leptosvera. Faktor noninfeksi misalnya karena obat.
Obet tertentu dapat mengganggu fungsi hati dan menyebabkan hepatitis (Dalimartha,2008).
Etiologi :
Penyebab penyakit adalah virus hepatitis A (HAV), picornavius berukuran 27-nm (yaitu virus
dengan positive stain RNA). Virus tersebut dikelompokkan kedalam Hepatovirus, anggota
famili Picornaviridae. Gejala hepatitis A pada orang dewasa di wilayah nonendemis biasanya
ditandai dengan demam, malaise, anoreksia, nausea, gangguan abdominal diikuti dengan
gangguan ikterus dalam beberapa hari. Di sebagian negara berkembang virus Hepatitis A
terjadi pada masa anak-anak umumnya asimtomastis atau gejala sakit ringan. Infeksi yang
terjadi pada usia selanjutnya hanya dapat diperiksa melalui pemeriksaan laboratorium
11

terhadap fungsi hati. Di sebagian besar wilayah dunia muncul secara sporadis sebagai wabah
dengan kecenderungan muncul secara siklis. Di negara sedang berkembang umumnya orang
dewasa sudah kebal dengan virus tersebut sehingga jarang terjadi. Namun dengan adanya
perbaikan sanitasi lingkungan disebagian besar negara di dunia ternyata membuat penduduk
golongan dewasa muda menjadi lebih rentan sehingga frekuensi terjadi KLB cenderung
meningkat.Di negara-negara maju penularan penyakit terjadi karena kontak dalam
lingkungan keluarga dan kontak seksual dengan penderita akut, dan juga muncul secara
sporadis di tempat-tempat penitipan anak usia sebaya, menyerang wisatawan yang bepergian
ke negara dimana penyakit tersebut endemis, menyerang pengguna suntikan pecandu obat
terlarang dan pria homoseksual. Didaerah dengan sanitasi lingkungan yang rendah, infeksi
umumnya terjadi pada usia yang sangat muda.Tes darah pada hepatitis ini mencari 2 jenis
antibodi terhadap antivirus, yang dari disebut IgM dan IgG (Ig adalah singkatan dari
Imunoglobullin). Pertama dicari antibodi IgM, yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh yang
dibuat lima sampai sepuluh hari sebelum gejala muncul, dan biasanya hilang dalam waktu
enam bulan. Kedua adalah mencari antibodi IgG, yang menggantikan antibodi IgM dan
seterusnya melindungi terhadap infeksi HAV. Tidak ada obat khusus yang dapat langsusng
menyembuhkan Hepatitis A. Pengobatan yang diberikan biasanya hanya bersifat supportif.
Terapi :
Pada umumnya terapi pengobatan yang disarankan dokter adalah sebagai berikut :
a. Tirah baring (bedrest) yaitu istirahat total ditempat tidur diawal fase Pengaturan pola
makan. Makanan yang diberikan harus mudah dicerna dan mengurangi keluhan yang ada.
Sebaiknya makan makanan yang tinggi protein dan karbohidrat tetapi rendah serat. Misalnya
dengan membagi dan disantap 5-6 kali sehari. Usahakan mengkonsumsi makanan yang lebih
lembut seperti sup, bubur, nasi tim, yoghurt, dan jus buah-buahan.
c. Simptomatik yaitu memberi pengobatan berdasarkan keluhan yang ada. Memberikan
paracetamol diberikan pada penderita demam dan sakit kepala, antasida diberikan bila mual
dan muntah, dan obat tradisional lainnya yang mempercepat penyembuhan dan turunnya
transaminase (SGPT,SGOT).
d. Perawatan di rumah sakit bila penderita muntah terus menerus sehingga memerlukan
cairan infus atau penyakitnya bertambah berat (fulminan).
Sumber : Sanitiyoso A. 2005. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi 4. Jakarta: FKUI.

12

HEPATITIS B
Definisi :
Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B, termasuk hepadnavirus, berukuran 42-nm
double straned DNA virus dengan terdiri dari neucleocapsid core (HBc Ag) berukuran 27
mm, dikelilingi oleh lapisan lippoprotein dibagian luarnya yang berisi antigen permukaan
(HBsAg). Hanya sedikit saja dari mereka yang terinfeksi hepatitis B (HVB) akut yang
menunjukkan gejala klinis. Kurang dari 10% pada anak-anak dan 30%-50% pada orang
dewasa dengan defisiensi Hepatitis B (HBV) akut akan berkembang menjadi ikterik. Pada
penderita yang menunjukan gejala klinis, timbulnya gejala biasanya insidious, dan anorexia,
gangguan abdominal yang samar-samar,mual dan muntah, kadang kadang disertai arthralgia
dan trash dan sering berkembang menjadi jaundice.
Demam ringan atau mungkin tidak sama sekali. Tersebar diseluruh dunia, endemis atau
variasi musiman. WHO memperkirakan lebih dari 2 milyar orang terinveksi HBV (termasuk
350 juta kronis). Setiap tahun sekitar 1 juta orang meninggal akibat terinfeksi HBV dan lebih
dari 4 juta kasus klinis terjadi. Dinegara dimana HBV endemis tinggi (prlevansi HbsAg
berkisar atas 8 %), infeksi biasanya terjadi pada semua golongan umur. Meskipun angka
infeksi kronis tinggi terutama disebabkan karena terjadi penularan selama kehamilan dan
pada masa bayi dan anak-anak.
Di negara-negara dengan masa endemisitas yang rendah (prelevansi HbsAg kurang dari 2%)
sebagian infeksi terjadi pada dewasa muda khususnya diantara orang yang diketahui sebagai
kelompok resiko. Namun walaupun dinegara dengan endemisitas HBV rendah, proporsi
infeksi kronis sangat tergantung dengan umur. Sebagian besar infeksi tidak akan dapat
dicegah dengan program imunisasi hepatitis B perinatal oleh karena infeksi terjadi pada anakanak yang ibunya mempunyai HbsAg negatif. Tersebar diseluruh dunia, endemis atau variasi
musiman. WHO memperkirakan lebih dari 2 milyar orang terinfeksi HBV (termasuk 350 juta
kronis). Setiap tahun sekitar 1 juta orang meninggal akibat terinfeksi HBV dan lebih dari 4
juta kasus klinis terjadi. Di negara dimana HBV endemis tinggi (prevalensi HbsAg berkisar
atas 8 %), infeksi biasanya terjadi pada semua golongan umur. Meskipun angka infeksi kronis
tinggi terutama disebabkan karena terjadi penularan selama kehamilan dan pada masa bayi
dan anak-anak. Di negara-negara dengan masa endemisitas yang rendah (prelevansi HbsAg
kurang dari 2%) sebagian infeksi terjadi pada dewasa muda khususnya diantara orang yang
diketahui sebagai kelompok resiko. Namun walaupun dinegara dengan endemisitas HBV
rendah, proporsi infeksi kronis sangat tergantung dengan umur. Sebagian besar infeksi tidak
akan dapat dicegah dengan program imunisasi hepatitis B perinatal oleh karena infeksi terjadi
13

pada anak-anak yang ibunya mempunyai HbsAg negatif. Hepatitis B didiagnosis dengan tes
darah yang mencari antigen (pecahan antivirus Hepatitis B) tertentu dan antibodi (yang dibuat
oleh anti sistem kekebalan tubuh sebagai reaksi terhadap antibodi).
Tes darah awal untuk diagnosis infeksi HBV mencari suatu antigen-HbsAg (antigen
permukaan atau surface HBV) dan dua antibodi yaitu anti-HBs (antibodi terhadap antigen
permukaan HBV) dan anti-HBc (antibodi terhadap antigen bagian inti atau core HBV). Ada
dua type antibodi anti-HBc yang dibuat yaitu antibodi IgM (HBcIgM) dan antibodi IgG
(HBcIgG). Tes darah yang dipakai untuk diagnosis HBV dapat membingungkan, karena ada
beberapa kombinasi antigen dan antibodi yang berbeda, dan masing masing kombinasi
mempunyai artinya sendiri bila tidak pernah terinfeksi atau pernah divaksinasi terhadap HBV,
kita tidak membutuhkan tes tambahan. Bila kita baru-baru ini terinfeksi HBV atau Hepatitis
B akut, sebaiknya kita tes ulang setelah 6 bulan untuk meyakinkan sudah didapatkan
kekebalan yang dibutuhkan. Bila terkena hepatitis B kronis,maka dibutuhkan tes tambahan.
Tes ini diminta oleh dokter untuk mengetahui apakah infeksinya aktif dan seberapa luar
kerusakannya pada hati. Pada umumnya terapi dan pengobatan Hepatitis B adalah untuk
menghilangkan keluhan dan gejala klinis yang ada, mempersingkat lamanya sakit, dan
mencegah komplikasi seperti hepatitis fluminan yang dapat menyebabkan kematian.
Terapi :
Penatalaksanaan terapi dan pengobatan pada penderita
antara lain :
a. Tirah baring (bedrest) yaitu intirahat total ditempat tidur diawal fase penyakit.
b. Diet. Penderita harus mendapat cukup kalori dengan ukuran 30-35 kalori per kilogram
berat badan atau sekitar 150-175% dari kebutuhan kalori basal. Makanan yang kaya hidrat
arang kompleks yaitu 300-400 gram per hari agar dapat melindungi protein tubuh, protein
atau asam amino diberikan sebanyak 0,75 gram per kilogram berat badan.
c. Obat-obatan. Kortikosteroid, mengurangi proses peradangan hati, sehingga edema sel
berkurang dan statis (sumbatan) aliran empedu menghilang sehingga terjadi penurunan
bilirubin. Imunomodulator, golongan obat ini dapat memodulasi sistem kekebalan tubuh.
Simptomatik yaitu memberi pengobatan berdasarkan keluhan yang ada. Memberikan
paracetamol diberikan pada penderita demam dan sakit kepala, antasida diberikan bila mual
dan muntah, dan obat tradisional lainnya yang mempercepat penyembuhan.
d. Pada tahap kronis malakukan pengobatan dengan IFN (interferon), yang merupakan salah
satu unsur penting dalam sistem kekebalan alamiah disamping ikut mengatur sistem
kekebalan yang didapat.
14

e. Adenosine arabinoside (ARA-A)


f. Ribavirin (new atirival agent)
g. Penekan virus (viral supressors)
h. Obat Imunomodulator
Sumber : Sanitiyoso A. 2005. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid 3 Edisi 4. Jakarta: FKUI.

INFEKSI SALURAN KEMIH


Definisi :
Berdasarkan ada tidaknya komplikasi, ISK dibagi menjadi ISK simpleks dan kompleks. ISK
simpleks/ sederhana/ uncomplicated UTI adalah terdapat infeksi pada saluran kemih tetapi
tanpa penyulit (lesi) anatomis maupun fungsional saluran kemih. ISK kompleks/ dengan
komplikasi/ complicated UTI adalah terdapat infeksi pada saluran kemih disertai penyulit
(lesi) anatomis maupun fungsional saluran kemih misalnya sumbatan muara uretra, refluks
vesikoureter, urolithiasis, parut ginjal, buli-buli neurogenik, dan sebagainya. Berdasarkan
letaknya, ISK dibagi menjadi ISK atas dan bawah. ISK atas adalah infeksi pada parenkim
ginjal atau ureter, lazimnya disebut sebagai pielonefritis. ISK bawah adalah infeksi pada
vesika urinaria (sistitis) atau uretra. Batas antara atas dan bawah adalah vesicoureteric
junction.
Etiologi :
Sekitar 50% ISK disebabkan Escherichia coli, penyebab lain adalah Klebsiella,
Staphylococcus aureus, coagulase-negative staphylococci, Proteus dan Pseudomonas sp. dan
bakteri gram negatif lainnya. Terdapat beberapa faktor predisposisi terjadinya ISK kompleks,
diantaranya adalah:
Outflow obstruction
Striktur uretra
Pelviureteric junction
Posterior urethral valves
Bladder neck obstruction
Batu/tumor
Neuropathic bladder
Kista ginjal
Kelainan ginjal
Parut ginjal
15

Refluks vesikoureter
Displasia ginjal
Ginjal dupleks
Benda asing
Indwelling catheter
Batu
Selang nefrostomi
Metabolik
Imunosupresi
Gagal ginjal
Manifestasi Klinis :
Secara umum, gejala ISK kompleks hampir sama dengan gejala ISK simpleks. Tetapi pada
ISK kompleks biasanya gejala sistemik lebih menonjol yaitu demam dan lain tenderness
disertai hitung bakteri yang tinggi (> 100.000 CFU/ml) dan adanya pus dalam urin. Derajat
beratnya gejala dapat bervariasi dari ringan sedang sampai berat. Pada bayi baru lahir gejala
yang timbul biasanya berupa gejala nonspesifik yaitu penurunan nafsu makan, penurunan
berat badan, gelisah, muntah dan diare. Gejala yang lebih berat dapat berupa letargis, kejang
atau tanda sepsis seperti hipo- atau hipertermi. Pada anak yang lebih besar gejala yang timbul
dapat berupa gejala yang mengarah pada saluran kemih seperti disuria, poliuri, urgensi, nyeri
perut dan flank pain. Sedangkan gejala nonspesifik atau sistemik lebih jarang dan tidak
terlalu berat. Apabila infeksi disebabkan adanya obstruksi maka gejala yang timbul adalah
hipertensi, ginjal dan kandung kemih dapat teraba dan nyeri, tanda-tanda syok, septikemia
dan distensi abdomen.
Anak yang tidak mendapat antibiotik pada gejala akut umumnya berkembang menjadi kronis.
Pada beberapa kasus anak yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala tetapi beberapa yang
lainnya menunjukan demam berulang, malaise dan gejala terlokalisir yang menetap yang
tidak terdiagnosis. Anak yang mengalami infeksi dan tidak dieradikasi dengan antibiotik
dapat mengalami ISK berulang dengan proporsi yangtinggi umumnya akan mengalami
rekurensi daripada relaps. Pada anak laki-laki rekurensi jarang terjadi lebih dari 1 tahun
setelah infeksi pertama. Penelitian yang dilakukan Winberg dkk, 23 % anak laki-laki yang
mengalami ISK pada tahun pertama kehidupan dapat terjadi rekurensi dalam waktu 12 bulan
dan hanya 3% terjadi setelah periode tersebut. Berbeda dengan anak perempuan, rekurensi
yang terjadi sebanyak 29% dan dapat dialami pada usia periode follow up.
Penatalaksanaan :
16

Terapi ISK pada anak harus segera diberikan untuk mencegah kemungkinan berkembang
menjadi pielonefritis. Apabila gejala yang timbul berat, maka terapi harus segera diberikan
sementara menunggu pemeriksaan hasil biakan urin. Apabila gejala ringan dan diagnosis
meragukan, maka terapi dapat ditunda sampai hasil biakan urin diketahui, dan pemeriksaan
biakan dapat diulang apabila hasil biakan pertama meragukan. Terapi inisial dengan
trimethoprim-sulfamethoxazole selama 3-5 hari efektif terhadap strain E. coli. Nitrofurantoin
5-7 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis efektif untuk bakteri Klebsiella-Enterobacter. Amoksisilin
50 mg/kgBB/hari juga efektif sebagai terapi inisial.
Sumber :Purnomo BB. 2007. Dasar-Dasar Urologi Edisi Kedua. Jakarta: CV.Sagung Seto.

RUPTUR URETRA
Definisi :
Ruptur uretra adalah ruptur pada uretra yang terjadi langsung akibat trauma dan kebanyakan
disertai fraktur tulang panggul, khususnya os pubis (simpiolisis).
Klasifikasi trauma uretra:
Tipe I : uretra teregang (stretched) akibat ruptur ligamentum puboprostatikum dan hematom
periuretra.Uretra masih intack.
Tipe II: uretrra pars membranacea ruptur diatas diafragma urogenital yg masih intack.
Ekstravasasi kontras ke ekstraperitoneal pelvic space.
Tipe III : Uretra pars membranacea ruptur . Diafragma urogenital ruptur. Trauma uretra
bulbosa proksimal. Ekstravassasi kontras ke peritoneum.
Trauma Uretra :
a. Traume uretra Posterior :
KLL 90 % fr. Pelvis
Manipulasi kateterisasi, endoskopi
b. Trauma uretra Anterior :
Manipulasi Kateter, endoskopi
Straddle injury,
KLL
Intercourse/ bite
Self manipultion
Diagnosis :
1.

Ax/ : riwayat trauma , mekanisme trauma hematome

2.

PD/ :
17

Trias ruptur uretra anterior


Bloddy discharge
Retensio urine
Hematome/jejas peritoneal/ urine infiltrat
Trias ruptur uretra posterior
Bloody discharge
Retensio urine
Floating prostat
Lab. : urinalisis eritrosit positip
Radiologis : uretrografi, AP pelvic foto
Terapi :
a.

Initial : segera sistostomi transpubik bila ada fr. Pelvis tidak boleh trokar

b.

Rekonstruksi : Uretrotomia interna/ sachse


Anastomosis uretra
PER

Sumber : Purnomo BB. 2007. Dasar-Dasar Urologi Edisi Kedua. Jakarta: CV.Sagung Seto.
KONDILOMA AKUMINATA
Definisi :
Kondiloma akuminata adalah kelainan kulit berbentuk vegetasi bertangkai dengan permukaan
berjonjot dan disebabkan oleh virus yaitu Human Papilloma Virus (HPV) jenis tertentu. Pada
pasien kondiloma akuminata terjadi kelainan berupa fibroepitelioma pada kulit dan mukosa.
Etiologi :
Penyebab dari kondiloma akuminata adalah Human Papilloma Virus (HPV). HPV adalah
virus DNA yang merupakan virus epiteliotropik (menginfeksi epitel) dan tergolong dalam
famili Papovaviridae. Sampai sekarang ini telah dapat diisolasi lebih dari 120 tipe HPV
sampai saat ini telah dikenal sekitar 70 tipe HPV. Tapi tidak seluruhnya menyebabkan
kondiloma akuminata. Tipe yang pernah ditemui pada kondiloma akuminata adalah tipe 6, 11,
16, 18, 30, 31, 33, 35, 39, 41, 42, 44, 51, 52, dan 56. Dari semua tipe tersebut yang sering di
jumpai pada kondiloma akuminata adalah HPV tipe 6, 11, 16, dan 18.
Adanya hubungan antara infeksi HPV tipe tertentu dengan terjadinya karsinoma serviks maka
HPV dibagi menjadi 2 berdasarkan terjadinya displasia epitel dan keganasan yaitu:
1. HPV yang mempunyai resiko rendah (low risk)
Yaitu: HPV tipe 6 dan tipe 11
18

2. HPV yang mempunyai resiko tinggi (high risk) mempunyai potensi


onkogen yang tinggi
Yaitu: HPV tipe 16 dan tipe 18
Masa inkubasi kondiloma akuminata berlangsung antara 1-8 bulan (rata-rata 2-3 bulan). HPV
masuk ke dalam tubuh melalui mikrolesi pada kulit, sehingga kondiloma akuminata sering
timbul pada daerah yang mudah mengalami trauma pada saat melakukan hubungan seksual.
Penyakit ini terutama terdapat di daerah lipatan yang lembab, misalnya di daerah genitalia
eksterna. Pada pria tempat predileksinya di perineum dan sekitar anus, sulkus koronarius,
glans penis, muara uretra eksterna, korpus dan pangkal penis. Pada wanita di daerah vulva
dan sekitarnya, introitus vagina, kadang pada porsio uteri. Pada wanita yang banyak
mengeluarkan fluor albus atau wanita yang hamil pertumbuhan penyakit lebih cepat untuk
kepentingan klinis kondiloma akuminata dibagi dalam 3 bentuk yaitu:
1. Bentuk akuminata
Terutama dijumpai pada lipatan dan lembab. Terlihat vegetasi bertangkai dengan permukaan
yang berjonjot-jonjot seperti jari. Beberapa kutil dapat bersatu membentuk lesi yang lebih
besar sehingga tampak seperti kembang kol. Lesi yang besar ini sering dijumpai pada wanita
yang mengalami fluor albus, pada wanita hamil, dan pada keadaan imunitas terganggu.
2. Bentuk papul
Lesi bentuk papul biasanya didapati pada daerah dengan keratinisasi sempurna, seperti batang
penis, vulva bagian lateral, daerah perianal dan perineum. Kelainannya berupa papul dengan
permukaan yang halus dan licin, multipel dan tersebar secara diskret. Bentuk datar, secara
klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai makula atau bahkan sama sekali tidak tampak dengan
mata telanjang (infeksi subklinis), dan baru terlihat setelah dilakukan tes asam asetat. Dalam
hal ini penggunaan kolposkopi sangat menolong.
Penatalaksanaan :
Pemilihan cara pengobatan yang dipakai tergantung pada besar, lokalisasi, jenis dan jumlah
lesi, serta keterampilan dokter yang melakukan pengobatan. Ada beberapa cara pengobatan
KA yaitu:
Kemoterapi :
a. Tingtur podofilinYang digunakan tingtur podofilin 15-25%. Setelah melindungi kulit di
sekitar lesi dengan vaselin agar tidak terjadi iritasi, oleskan tingtur podofilin pada lesi dan
biarkan sampai 4-6 jam, kemudian cuci. Bila belum terjadi penyembuhan boleh diulang
setelah 3 hari. Pemberian obat dilakukan seminggu dua kali. Setiap pemberian tidak boleh
19

melebihi 0,5 cc karena akan diserap dan bersifat toksik. Gejala toksisitas adalah mual,
muntah, nyeri abdomen, gangguan alat nafas, dan keringat yang disertai kulit dingin. Dapat
pula terjadi kompresi sumsum tulang yang disertai trombositopenia dan leukopenia.
Tidak\boleh diberikan pada wanita hamil karena dapat menyebabkan kematian fetus. Cara
pengobatan dengan pedofilin ini sering dipakai. Hasilnya baik pada lesi yang baru, tetapi
kurang memuaskan pada lesi yang hiperkeratotik, lama atau yang berbentuk pipih.
b. Podofilotoksin 0,5% (podofiloks)
Bahan ini merupakan zat aktif yang terdapat dalam podofilin. Setelah pemakaian podofiloks,
dalam beberapa hari akan terjadi destruksi pada jaringan kondiloma akuminata. Reaksi iritasi
pada pemakaian podofiloks lebih jarang terjadi dibandingkan dengan podofilin dan reaksi
sistemik belum pernah dilaporkan. Obat ini dapat dioleskan sendiri oleh penderita sebanyak 2
kali sehari selama 3 hari berturut-turut.
c. Asam trikloroasetat
Digunakan larutan dengan konsentrasi 50%, dioleskan setiap minggu. Pemberiannya harus
hati-hati karena dapat menimbulkan ulkus yang dalam. Dapat diberikan pada wanita hamil
d. 5-Fluorourasil
Konsentrasinya antara 1-5% dalam krim. Obat ini terutama untuk kondiloma akuminata yang
lesinya terletak pada meatus uretra atau di atas meatus uretra. Pemberiannya setiap hari
sampai lesi hilang. Sebaiknya penderitanya tidak miksi selama 2 jam setelah pengobatan.
2. Tindakan bedah
a. Bedah skalpel
b. Bedah listrik
c. Bedah beku (N2 cair, N2O cair)
d. Bedah laser (CO2 laser)
3. Interferon
Pemberiannya dalam bentuk suntikan (intra muscular atau intra lesi), bentuk krim (topical)
dan dapat diberikan bersama pengobatan yang lain. Secara klinis terbukti interferon alfa-,
beta-, gama- bermanfaat dalam pengobatan infeksi HPV. Interferon alfa diberikan dengan
dosis 406 mU secara intramuscular 3 kali seminggu selama 6 minggu atau dengan dosis 1-5
mU intramuscular selama 6 minggu. Interferon beta diberikan dengan dosis 2 x 106 unit
secara intramuskular atau 2 kali 10 mega IU secara intramuskular selama 10 hari berturutturut.
4. Immunoterapi
20

Pada penderita dengan lesi yang luas dan resisten terhadap pengobatan dapat diberikan
pengobatan bersama imunostimulator .
Sumber : Emmy S, Daili S, Menaldi SL, Wisnu IM. 2005. Penyakit Kulit Yang Umum di
Indonesia. Jakarta : PT Multi Medical Indonesia.

VAGINITIS
Definisi:
Vaginitis adalah suatu peradangan pada lapisan vagina. Vulvitis adalah suatu peradangan
pada vulva (organ kelamin luar wanita). Vulvovaginitis adalah peradangan pada vulva dan
vagina.
Etiologi:
Penyebabnya bisa berupa:
1. Infeksi
- Bakteri (misalnya klamidia, gonokokus)
- Jamur (misalnya kandida), terutama pada penderita diabetes, wanita hamil dan pemakai
antibiotik
- Protozoa (misalnya Trichomonas vaginalis)
- Virus (misalnya virus papiloma manusia dan virus herpes).
2. Zat atau benda yang bersifat iritatif
- Spermisida, pelumas, kondom, diafragma, penutup serviks dan spons
- Sabun cuci dan pelembut pakaian
- Deodoran
- Zat di dalam air mandi
- Pembilas vagina
- Pakaian dalam yang terlalu ketat, tidak berpori-pori dan tidak menyerap keringat
- Tinja
3. Tumor ataupun jaringan abnormal lainnya
4. Terapi penyinaran
5. Obat-obatan
6. Perubahan hormonal.
21

Tanda:
Gejala yang paling sering ditemukan adalah keluarnya cairan abnormal dari vagina.
Dikatakan abnormal jika jumlahnya sangat banyak, baunya menyengat atau disertai gatalgatal dan nyeri.Cairan yang abnormal sering tampak lebih kental dibandingkan cairan yang
normal dan warnanya bermacam-macam. Misalnya bisa seperti keju, atau kuning kehijauan
atau kemerahan. Infeksi vagina karena bakteri cenderung mengeluarkan cairan berwarna
putih, abu-abu atau keruh kekuningan dan berbau amis. Setelah melakukan hubungan seksual
atau mencuci vagina dengan sabun, bau cairannya semakin menyengat karena terjadi
penurunan keasaman vagina sehingga bakteri semakin banyak yang tumbuh. Vulva terasa
agak gatal dan mengalami iritasi.
Infeksi jamur menyebabkan gatal-gatal sedang sampai hebat dan rasa terbakar pada vulva dan
vagina. Kulit tampak merah dan terasa kasar. Dari vagina keluar cairan kental seperti keju.
Infeksi ini cenderung berulang pada wanita penderita diabetes dan wanita yang
mengkonsumsi antibiotik.
Infeksi karena Trichomonas vaginalis menghasilkan cairan berbusa yang berwarna putih,
hijau keabuan atau kekuningan dengan bau yang tidak sedap. Gatal-gatalnya sangat hebat.
Cairan yang encer dan terutama jika mengandung darah, bisa disebakan oleh kanker vagina,
serviks (leher rahim) atau endometrium. Polip pada serviks bisa menyebabkan perdarahan
vagina setelah melakukan hubungan seksual. Rasa gatal atau rasa tidak enak pada vulva bisa
disebabkan oleh infeksi virus papiloma manusia maupun karsinoma in situ (kanker stadium
awal yang belum menyebar ke daerah lain). Luka terbuka yang menimbulkan nyeri di vulva
bisa disebabkan oleh infeksi herpes atau abses. Luka terbuka tanpa rasa nyeri bisa disebabkan
ole kanker atau sifilis. Kutu kemaluan (pedikulosis pubis) bisa menyebabkan gatal-gatal di
daerah vulva.
Diagnosa:
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan karakteristik cairan
yang keluar dari vagina.Contoh cairan juga diperiksa dengan mikroskop dan dibiakkan untuk
mengetahui organisme penyebabnya. Untuk mengetahui adanya keganasan, dilakukan
pemeriksaan Pap smear. Pada vulvitis menahun yang tidak memberikan respon terhadap
pengobatan biasanya dilakukan pemeriksaan biopsi jaringan.

22

Pengobatan:
Jika cairan yang keluar dari vagina normal, kadang pembilasan dengan air bisa membantu
mengurangi jumlah cairan. Cairan vagina akibat vaginitis perlu diobati secara khusus sesuai
dengan penyebabnya.Jika penyebabnya adalah infeksi, diberikan antibiotik, anti-jamur atau
anti-virus, tergantung kepada organisme penyebabnya. Untuk mengendalikan gejalanya bisa
dilakukan pembilasan vagina dengan campuran cuka dan air. Tetapi pembilasan ini tidak
boleh dilakukan terlalu lama dan terlalu sering karena bisa meningkatkan resiko terjadinya
peradangan panggul.
Jika akibat infeksi labia (lipatan kulit di sekitar vagina dan uretra) menjadi menempel satu
sama lain, bisa dioleskan krim estrogen selama 7-10 hari.
Selain antibiotik, untuk infeksi bakteri juga diberikan jeli asam propionat agar cairan vagina
lebih asam sehingga mengurangi pertumbuhan bakteri. Pada infeksi menular seksual, untuk
mencegah berulangnya infeksi, kedua pasangan seksual diobati pada saat yang sama.
Penipisan lapisan vagina pasca menopause diatasi dengan terapi sulih estrogen. Estrogen bisa
diberikan dalam bentuk tablet, plester kulit maupun krim yang dioleskan langsung ke vulva
dan vagina.
Selain obat-obatan, penderita juga sebaiknya memakai pakaian dalam yang tidak terlalu ketat
dan menyerap keringat sehingga sirkulasi udara tetap terjaga (misalnya terbuat dari katun)
serta menjaga kebersihan vulva (sebaiknya gunakan sabun gliserin). Untuk mengurangi nyeri
dan gatal-gatal bisa dibantu dengan kompres dingin pada vulva atau berendam dalam air
dingin.
Untuk mengurangi gatal-gatal yang bukan disebabkan oleh infeksi bisa dioleskan krim atau
salep corticosteroid dan antihistamin per-oral (tablet). Krim atau tablet acyclovir diberikan
untuk mengurangi gejala dan memperpendek lamanya infeksi herpes. Untuk mengurangi
nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri.
Sumber : Emmy S, Daili S, Menaldi SL, Wisnu IM. 2005. Penyakit Kulit Yang Umum di
Indonesia. Jakarta : PT Multi Medical Indonesia.

23

ANEMIA DEFISIENSI BESI


Definisi :
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi
untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada akhirnya
mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang. Anemia defisiensi besi merupakan
tahap defisiensi besi yang paling parah, yang ditandai oleh penurunan cadangan besi,
konsentrasi besi serum, dan saturasi transferin yang rendah, dan konsentrasi hemoglobin atau
nilai hematokrit yang menurun.
Etiologi:
Menurut Bakta (2005) anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya asupan
besi, gangguan absorbsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun:
1. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun dapat berasal dari:
a. Saluran cerna: akibat dari tukak peptik, pemakaian salisilat atau NSAID, kanker lambung,
divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.
b. Saluran genitalia (perempuan): menorrhagia.
c. Saluran kemih: hematuria.
d. Saluran nafas: hemoptisis.
2. Faktor nutrisi, yaitu akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan (asupan yang
kurang) atau kualitas besi (bioavailabilitas) besi yang rendah.
3. Kebutuhan besi meningkat, seperti pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan, dan
kehamilan.
4. Gangguan absorbsi besi, seperti pada gastrektomi dan kolitis kronik, atau dikonsumsi
bersama kandungan fosfat (sayuran), tanin (teh dan kopi), polyphenol (coklat, teh, dan kopi),
dan kalsium (susu dan produk susu).
Manifestasi Klinis:
1. Gejala Umum Anemia
Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia (anemia sindrome) dijumpai pada
anemia defisiensi besi apabila kadar hemoglobin kurang dari 7-8 g/dl. Gejala ini berupa
badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga mendenging. Pada
pemeriksaan fisik dijumpai pasien yang pucat, terutama pada konjungtiva dan jaringan di
bawah kuku. Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila kadar hemoglobin < 7 gr/dl maka
gejala-gejala dan tanda-tanda anemia akan jelas.
Gejala Khas Defisiensi Besi:

24

Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tetapi tidak dijumpai pada anemia jenis lain
adalah :
a. Koilonychia, yaitu kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertikal
dan menjadi cekung sehingga mirip sendok.
b. Atrofi papil lidah, yaitu permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah
menghilang.
c. Stomatitis angularis (cheilosis), yaitu adanya keradangan pada sudut mulut sehingga
tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan.
d. Disfagia, yaitu nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring
Diagnosis :
WHO juga menggolongkan hasil pemeriksaan hemoglobin menurut derajat keparahan anemia
pada kehamilan (Tabel 2.5).
Tabel 2.5. Kriteria Anemia Berdasarkan Kadar Hemoglobin
Kriteria Anemia Kadar Hemoglobin
Anemia ringan 10 11 gr/dl
Anemia sedang 7 10 gr/dl
Anemia berat < 7 gr/dl
Bila diagnosis defisiensi besi sudah ditegakkan, pengobatan harus segera dimulai untuk
mencegah berlanjutnya keadaan ini. Pengobatan terdiri atas pemberian preparat besi secara
oral berupa garam fero (sulfat, glukonat, fumarat dan lain-lain), pengobatan ini tergolong
murah dan mudah dibandingkan dengan cara lain. Pada bayi dan anak, terapi besi elemental
diberikan dengan dosis 3-6 mg/kg bb/hari dibagi dalam dua dosis, 30 menit sebelum sarapan
pagi dan makan malam; penyerapan akan lebih sempurna jika diberikan sewaktu perut
kosong. Penyerapan akan lebih sempurna lagi bila diberikan bersama asam askorbat atau
asam suksinat. Bila diberikan setelah makan atau sewaktu makan, penyerapan akan
berkurang hingga 40-50%. Namun mengingat efek samping pengobatan besi secara oral
berupa mual, rasa tidak nyaman di ulu hati, dan konstipasi,maka untuk mengurangi efek
samping tersebut preparat besi diberikan segera setelah makan. Penggunaan secara
intramuskular atau intravena berupa besi dextran dapat dipertimbangkan jika respon
pengobatan oral tidak berjalan baik misalnya karena keadaan pasien tidak dapat menerima
secara oral, kehilangan besi terlalu cepat yang tidak dapat dikompensasi dengan pemberian
oral, atau gangguan saluran cerna misalnya malabsorpsi.4,10 Cara pemberian parenteral
jarang digunakan karena dapat memberikan efek samping berupa demam, mual, urtikaria,
hipotensi, nyeri kepala, lemas, artralgia, bronkospasme sampai reaksi anafilatik. Respons
25

pengobatan mula-mula tampak pada perbaikan besi intraselular dalam waktu 12-24 jam.
Hiperplasi seri eritropoitik dalam sumsum tulang terjadi dalam waktu 36-48 jam yang
ditandai oleh retikulositosis di darah tepi dalam waktu 48-72 jam, yang mencapai puncak
dalam 5-7 hari. Dalam 4-30 hari setelah pengobatan didapatkan peningkatan kadar
hemoglobin dan cadangan besi terpenuhi 1-3 bulan setelah pengobatan untuk menghindari
adanya kelebihan besi maka jangka waktu terapi tidak boleh lebih dari 5 bulan. Transfusi
darah hanya diberikan sebagai pengobatan tambahan bagi pasien ADB dengan Hb 6 g/dl atau
kurang karena pada kadar Hb tersebut risiko untuk terjadinya gagal jantung besar dan dapat
terjadi gangguan fisiologis.
Sumber : Bakta IM, Suega K, Darmayuda DG. 2005. Anemia Defisiensi Besi. Dalam:
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi 4. Jakarta:
FKUI.
HIV/AIDS
Definisi:
AIDS (Aqcuired Imunodeficiency Syndrome) dapat diartikan sebagai kumpulan gejala atau
penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV
(Human Imunodeficiency Virus) yang termasuk dalam famili retroviridae. AIDS merupakan
tahap akhir dari infeksi HIV.
Etiologi :
HIV berarti virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Ini adalah retrovirus,
yang berarti virus yang mengunakan sel tubuhnya sendiri untuk memproduksi kembali
dirinya. Asal dari HIV tidak jelas, penemuan kasus awal adalah dari sampel darah yang
dikumpulkan tahun 1959 dari seorang lakilaki dari Kinshasa di Republik Demokrat Congo.
Tidak diketahui bagaimana ia terinfeksi. Saat ini terdapat dua jenis HIV: HIV1 dan HIV2.
HIV1 mendominasi seluruh dunia dan bermutasi dengan sangat mudah. Keturunan yang
berbedabeda dari HIV1 juga ada, mereka dapat dikategorikan dalam kelompok dan sub
jenis (clades). Terdapat dua kelompok, yaitu kelompok M dan O. Dalam kelompok M
terdapat sekurangkurangnya 10 subjenis yang dibedakan secara turun temurun. Ini adalah
subjenis AJ. Subjenis B kebanyakan ditemukan di America, Japan, Australia, Karibia dan
Eropa. Subjenis C ditemukan di Afrika Selatan dan India. HIV2 teridentifikasi pada tahun
1986 dan semula merata di Afrika Barat. Terdapat banyak kemiripan diantara HIV1 dan
HIV2, contohnya adalah bahwa keduanya menular dengan cara yang sama, keduanya
dihubungkan dengan infeksiinfeksi oportunistik dan AIDS yang serupa. Pada orang yang
26

terinfeksi dengan HIV2, ketidakmampuan menghasilkan kekebalan tubuh terlihat


berkembang lebih lambat dan lebih halus. Dibandingkan dengan orang yang terinfeksi
dengan HIV1, maka mereka yang terinfeksi dengan HIV2 ditulari lebih awal dalam proses
penularannya.
Virus tersebut menular melalui:
Melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang telah terinfeksi. Kondom
adalah satusatunya cara dimana penularan HIV dapat dicegah.
Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfusi darah dimana darah tersebut
belum dideteksi virusnya atau pengunaan jarum suntik yang tidak steril.
Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan seseorang yang telah
terinfeksi. Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi mereka selama masa kehamilan
atau persalinan dan juga melalui menyusui.
Perkembangan dari HIV dapat dibagi dalam 4 fase:
1. Infeksi utama (Seroconversion), ketika kebanyakan pengidap HIV tidak menyadari dengan
segera bahwa mereka telah terinfeksi.
2. Fase asymptomatic, dimana tidak ada gejala yang nampak, tetapi virus tersebut tetap aktif.
3. Fase symptomatic, dimana seseorang mulai merasa kurang sehat dan mengalami infeksi
infeksi oportunistik yang bukan HIV tertentu melainkan disebabkan oleh bakteri dan virus
virus yang berada di sekitar kita dalam segala keseharian kita.
4. AIDS, yang berarti kumpulan penyakit yang disebabkan oleh virus HIV, adalah fase akhir
dan biasanya bercirikan suatu jumlah CD4 kurang dari 200.
Pengobatan:
Obatobatan Antiretroviral (ARV) bukanlah suatu pengobatan untuk HIV/AIDS tetapi cukup
memperpanjang hidup dari mereka yang mengidap HIV. Pada tempat yang kurang baik
pengaturannya permulaan dari pengobatan ARV biasanya secara medis direkomendasikan
ketika jumlah sel CD4 dari orang yang mengidap HIV/AIDS adalah 200 atau lebih rendah.
Untuk lebih efektif, maka suatu kombinasi dari tiga atau lebih ARV dikonsumsi, secara
umum ini adalah mengenai terapi Antiretroviral yang sangat aktif (HAART). Kombinasi dari
ARV berikut ini dapat mengunakan:
1. Nucleoside Analogue Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI'), mentargetkan pencegahan
protein reverse transcriptase HIV dalam mencegah perpindahan dari viral RNA menjadi viral
DNA (contohnya AZT, ddl, ddC & 3TC).
2. Nonnucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTI's) memperlambat reproduksi
dari HIV dengan bercampur dengan reverse transcriptase, suatu enzim viral yang penting.
27

Enzim tersebut sangat esensial untuk HIV dalam memasukan materi turunan kedalam selsel.
Obatobatan NNRTI termasuk: Nevirapine, delavirdine (Rescripta), efavirenza (Sustiva).
3. Protease Inhibitors (PI) mentargetkan protein protease HIV dan menahannya sehingga
suatu virus baru tidak dapat berkumpul pada sel tuan rumah dan dilepaskan.
Sumber : Djoerban Z, Djauzi S.2005. HIV/AIDS di Indonesia. Dalam:

Sudoyo AW,

Setiyohadi B, Alwi I, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi 4. Jakarta: FKUI.
KONJUNGTIVITIS
Definisi:
Peradangan mata bisa menjadi merah karena terjadinya proses peradangan pada kornea,
konjungtiva, atau peradangan di dalam mata. Selanjutnya, pada proses peradangan itu timbul
pelebaran pembuluh darah, sehingga terjadi pembengkakan, mata terasa pedih, berair, terasa
mengganjal dan disertai timbulnya kotoran mata alias sekret. Penyebabnya bisa karena virus,
bakteri atau alergi.
Tanda dan Gejala: Konjungtivitis biasanya dimulai dengan mata merah, rasa tidak nyaman
pada mata,rasanya seperti ada sesuatu yang menganjal, berair, gatal, terasa panas, tapi
penglihatan tidak menurun. Kadang juga disertai dengan demam dan sakit kepala. Jenis:
Biasanya dikelompokkan berdasarkan sebab atau gejala.

Konjungtivitis genokokal. Jenis ini tergolong unik, terutama jika Anda tahu
penyebabnya. Konjungtivitis genokokal bisa terjadi karena cairan dari kelamin yang
terkena mata. Maka berhati-hatilah saat bercinta. Kendati begitu, tidak semua cairan
kelamin bisa menyebabkan gangguan itu. Hanya carian yang mengandung kuman
neisseri gonorhoe, salah satu kuman penyebab penyakit kelamin di dalamnya.

Konjungtivitis vernalis. Seperti diucapkan di atas, jenis ini disebabkan oleh


sensitivitas atau alergi terhadap perubahan musim dan suhu.

Konjungtivitis katalaris kalau mata merah disertai kotoran seperti belek. Terutama
jika kotoran muncul dalam bentuk cair. Biasanya disebabkan oleh virus atau alergi.
Kalau kotoran yang muncul kental berwarna kuning sampai kehijaun, disebut
konjungtivitis purulent. Penyebabnya adalah kuman bakteri.

Konjungtivitis flikten termasuk jenis yang parah. Disebabkan karena konjungtiva


memiliki flikten kumpulan sel-sel radang. Menurut jenis ini disebabkan oleh infeksi
28

kuman atau jamur secara sistematik (dalam tubuh) atau alergi. Biasanya mengenai
konjungtiva dan jaringan kornea. Dan kalau sudah sampai kornea, Anda tentu tahu,
Anda akan berhadapan dengan masalah yang lebih serius.

Pencegahan : Sembuh sendiri.


Sumber : Wijana N. Konjungtivitis dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta :FKUI.2006

DIABETES MELITUS TIPE 2


Definisi :
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik peningkatan kadar
glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
keduanya. Klasifikasi diabetes melitus meliputi DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain dan DM
dengan kehamilan dengan mekanisme kejadian diabetes yang berbeda.
Diabetes melitus tipe 2 adalah salah satu tipe diabetes yang angka kejadiannya paling tinggi.
Diabetes melitus dikenal juga dengan nama kencing manis. Peningkatan kadar glukosa darah
(hiperglikemia) menyebabkan pengeluaran glukosa melalui urin sehingga urin menjadi
manis.
Diabetes melitus tipe 2 disebabkan oleh resistensi reseptor insulin di sel target insulin yang
menyebabkan hormon insulin tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal.
Tanda Dan Gejala :
Gejala klasik dari penyakit diabetes melitus tipe 2 adalah 3P (Polidipsia, Poliuria dan
Polifagia) serta penurunan berat badan yang cepat tanpa sebab yang jelas. Polidipsia adalah
rasa haus yang berlebih, poliuria adalah peningkatan frekuensi buang air kecil terutama pada
malam hari, polifagia adalah peningkatan nafsu makan. Keluhan lainnya seperti badan lemah,
kesemutan, gatal, pandangan mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulva
pada wanita. Tanda dari penyakit diabetes melitus tipe 2 diperoleh dengan pemeriksaan kadar
glukosa darah sebagai gold standar. Glukosa darah puasa merupakan hasil pemeriksaan pada
pasien yang tidak mendapat tambahan kalori selama sedikitnya 8 jam.

29

Pengobatan :
Pemicu sekresi insulin/insulin secretagogue: Sulfonilurea
Glinid Penambah sensitifitas insulin: Metformin, Tiazolidindion
Penghambat glukoneogenesis: Metformin
Penghambat absorpsi glukosa: Penghambat Glukosidase alfa
Sumber : Suyono S. 2006. Diabetes Melitus di Indonesia. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi I, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi 4. Jakarta: FKUI.

CLUSTER
Definisi :
Sakit kepala cluster adalah sindrom sakit kepala yang jauh lebih sering menyerang pria
dibandingkan pada wanita. Sakit kepala cluster khas dan dimulai pada usia lebih lanjut
dibandingkan pasien migrain, dengan usia rata-rata saat awal terkena yakni 25 tahun. Jarang
ada riwayat keluarga sakit kepala tersebut karena penyakit ini tidak menurun. Sindrom ini
muncul sebagai kelompok singkat, sangat parah, satu sisi, tidak berdenyut, konstan dengan
durasi mulai dari beberapa menit hingga kurang dari 2 jam. Tidak seperti sakit
kepala migrain, sakit kepala cluster selalu satu sisi,dan biasanya kambuh pada sisi yang sama
dalam setiap pasien tertentu. Sakit kepala cluster sering terjadi pada malam hari,
membangunkan pasien dari tidur, dan berulang setiap hari pada waktu tertentu yang sama
untuk jangka waktu mingguan hingga bulanan. Setelah itu akan ada jeda dimana pasien
mungkin bebas dari sakit kepala cluster selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
30

Karakteristik sakit kepala cluster diawali dengan sensasi terbakar sepanjang aspek lateral
hidung atau sebagai tekanan di belakang mata. Ditemukan injeksi konjungtiva(mata
merah)sesisi, lakrimasi, hidung tersumbat, dan sindrom Horner yang umumnya terkait
dengan serangan sakit kepala cluster. Episode ini sering dipicu oleh penggunaan alkohol atau
obat vasodilatasi.
Terapi :
Pengelolaan sakit kepala cluster sebaiknya mencakup terapi simptomatik sesuai gejala
dan profilaksis pencegahan sebagai terapi simptomatik Triptans telah lama digunakan sebagai
terapi dengan sediaan dengan subkutan dibawah kulit dan intranasal lewat hidung karena efek
terapinya yang cepat. Pengobatan profilaksis berguna untuk mengurangi panjang periode dari
serangan cluster dan untuk menghindari terapi yang berlebihan saat serangan.
Sumber : Bashiruddin J. 2008. Nyeri Kepala Cluster Dalam : Telinga, Hidung Tenggorok
Kepala & Leher, Ed.VI. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
TINEA KAPITIS
Definisi :
Dermatofitosis pada kulit kepala dan rambut ini umumnya menyerang anak prapubertas.
Jamur menyerang stratum korneum dan masuk ke folikel rambut yang selanjutnya akan
menyerang bagian luar atau sampai ke bagian dalam rambut, bergantung pada spesiesnya.
Ditandai rambut rontok yang patah di atas permukaan kulit (bentuk gray patch) atau patah
tepat di pangkal rambut (bentuk black dot) dan kadang disertai peradangan ringan berupa
papul, pustul, sampai berat berupa kerion. Pengobatan memerlukan obat sistemik kecuali ada
kontra-indikasi, misalnya kehamilan. Peradangan yang berat dapat meninggalkan alopesia
permanen.Perlu dibedakan kemungkinan infeksi bakterial sekunder.
Penatalaksanaan :
Perlu dilacak dan eradikasi sumber penularan yang mungkin dari binatang peliharaan atau
orang lain yang terinfeksi. Griseofulvin 10-20 mg/kg berat badan per hari selama 6 sampai 8
minggu. Untuk mempercepat eradikasi jamur dan mencegah penularan perlu ditambahkan
penggunaan sampo antijamur, misalnya selenium sulfida 1,8%, ketokonazol 2% setiap hari.
Obat alternatif: itrakonazol 100-200 mg/ hari atau terbinafin 62,5 mg-250 mg /hari
bergantung pada berat badan anak.
Sumber : Emmy S, Daili S, Menaldi SL, Wisnu IM. 2005. Penyakit Kulit Yang Umum di
Indonesia. Jakarta : PT Multi Medical Indonesia.

31

TINEA KORPORIS
Definisi :
Tinea korporis atau tinea sirsinata adalah infeksi jamur golongan dermatofita (berbagai
spesies Trichophyton, Microsporum dan Epidermophyton) pada badan, tungkai dan lengan
dan mempunyai gambaran morfologi yang khas.Pasien merasa gatal dan kelainan umumnya
berbentuk bulat, berbatas tegas, terdiri atas macam-macam efloresensi kulit (polimorf)
dengan bagian tepi lesi lebih jelas tanda peradangannya daripada bagian tengah. Beberapa
lesi dapat bergabung dan mem-bentuk gambaran polisiklis. Lesi dapat meluas dan memberi
gambaran yang tidak khas terutama pada pasien imunodefisiensi. Pada kasus dermatofitosis
dengan gambaran klinis tidak khas, diagnosis pasti ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan kerokan kulit dengan larutan KOH 10 - 20%.
Penatalaksanaan :
Menghilangkan faktor predisposisi, menganjurkan pasien mengusahakan daerah lesi selalu
kering dan memakai pakaian yang menyerap keringat. Bila menggunakan terapi topikal,
pengobatan dilanjutkan hingga 1 minggu setelah lesi sembuh. Jika lesi luas atau gagal dengan
terapi topikal, dapat digunakan obat oral seperti griseofulvin 500-1000 mg/hari (dewasa) atau
10-20 mg/ kgBB/hari (anak-anak) dosis tunggal selama 2-6 minggu atau terbinafin 250
mg/hari (dewasa) selama 1- 2 minggu atau itrakonazol 2x100 mg/hr selama 2 minggu atau
ketokonazol 200 mg/hr selama 10-14 hari
Sumber : Emmy S, Daili S, Menaldi SL, Wisnu IM. 2005. Penyakit Kulit Yang Umum di
Indonesia. Jakarta : PT Multi Medical Indonesia.
TINEA KRURIS
Definisi :
Merupakan infeksi jamur golongan dermatofita terbanyak di Indonesia, Etiologi serupa
dengan tinea korporis. Pria lebih sering terkena daripada wanita, mengenai daerah lipat paha,
perineum dan sekitar anus. Lesi kulit dapat meluas hingga daerah gluteus, perut bagian
bawah atau bagian tubuh lainnya. Adanya maserasi dan oklusi kulit lipat paha menyebabkan
peningkatan suhu dan kelembaban yang akan memudahkan infeksi.
Penatalaksanaan :
Menghilangkan faktor predisposisi, menganjurkan pasien mengusahakan daerah lesi selalu
kering dan memakai pakaian yang menyerap keringat. Bila menggunakan terapi topikal,
pengobatan dilanjutkan hingga 1 minggu setelah lesi sembuh. Jika lesi luas atau gagal dengan
terapi topikal, dapat digunakan obat oral seperti griseofulvin 500-1000 mg/hari (dewasa) atau
10-20 mg/kgBB/hari (anak-anak) dosis tunggal selama 2-6 minggu atau terbinafin 250
32

mg/hari (dewasa) selama 1- 2 minggu atau itrakonazol 2x100 mg/hr selama 2 minggu atau
ketokonazol 200 mg/hr selama 10-14 hari.
Sumber : Emmy S, Daili S, Menaldi SL, Wisnu IM. 2005. Penyakit Kulit Yang Umum di
Indonesia. Jakarta : PT Multi Medical Indonesia.
ONIKOMIKOSIS
Definisi :
Onikomikosis adalah infeksi jamur pada lempeng kuku, yang dapat disebabkan oleh
dermatofita, kandida, dan jamur kapang lain. Gambaran klinis bervariasi tergantung jenis
penyebab maupun cara infeksi. Pada onikomikosis yang disebabkan dermatofita, yakni tinea
unguium, gambaran tersering adalah distrofi dan debris pada kuku subungual distal.
Sedangkan yang disebabkan kandida sering didahului oleh paronikia atau peradangan
jaringan sekeliling kuku yang kronik akibat pekerjaan basah atau iritasi kronik. Penyebab
pasti ditentukan dengan pemeriksaan KOH dan kultur yang perlu dilakukan untuk pemilihan
obat serta menyingkirkan diagnosis banding. Itrakonazol 200 mg per hari selama 3-4 bulan,
atau 400 mg per hari selama seminggu tiap bulan untuk 3-4 bulan, baik untuk penyebab
dermatofita maupun kandida. Griseofulvin tidak lagi merupakan obat pilihan untuk tinea
unguium karena memerlukan waktu lama, sehingga kemungkinan terjadi efek samping lebih
besar, serta kurang efektif. Obat alternatif untuk tinea unguium adalah terbinafin 250 mg/hari.
Pengikiran kuku yang rusak disertai pemberian obat topikal, misalnya krim /solusio golongan
imidazol dan cat kuku siklopiroksolamin dapat merupakan alternatif bagi pasien yang tidak
dapat menggunakan obat sistemik. Tetapi cara ini membutuhkan waktu lama dan
efektivitasnya rendah.
Sumber : Emmy S, Daili S, Menaldi SL, Wisnu IM. 2005. Penyakit Kulit Yang Umum di
Indonesia. Jakarta : PT Multi Medical Indonesia.
URTIKARIA / ANGIOEDEMA
Definisi :
Urtikaria biasanya generalisata, simetris dan terdiri atas urtika yang gatal dan merah. Bila
terjadi pada lapisan dermis yang lebih dalam, atau pada jaringan subkutis, akan timbul
angioedema. Ukuran dan bentuknya bermacam-macam dan setiap lesi hanya bertahan
beberapa jam, umumnya tidak melebihi 24 jam. Yang harus diwaspadai adalah terjadinya
syok anafilaksis. Pada beberapa keadaan, uji tusuk terhadap obat tersangka dapat membantu
menentukan penyebab urtikaria. Selain penghentian obat tersangka,obat pilihan adalah
33

antihistamin dan antipruritus topikal. Bila lesi luas atau disertai angioedema, diberikan
kortikosteroid sistemik jangka pendek.
Sumber : Emmy S, Daili S, Menaldi SL, Wisnu IM. 2005. Penyakit Kulit Yang Umum di
Indonesia. Jakarta : PT Multi Medical Indonesia.

DEMAM TIFOID
A. Definisi:
Merupakan penyakit demam enterik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi.
B. Etiologi:
Salmonella typhi gram negatif, non spora, basil anaerob fakultatif, produksi H2S ,
resisten garam empedu,
C. Penularan:
Fecal oral
Kontak lama dengan pasien
Kontaminasi makanan/minuman
Transmisi seksual
D. Tanda dan gejala:
Demam dan kepanjangan
Sakit kepala
Myalgia
Lidah keputihan
Splenomeg3ali
Delirium
Bradikardi
E. Pengobatan:
Kloramfenikol : Dosis 4x500 mg/hari
Tiamfenikol : Dosis 4x500 mg/hari
Kotrimoksazol : Dosis 2x2 tablet
Ampisilin dan Amoksisilin : 50-150 mg/kgBB
Sumber : Emmy S, Daili S, Menaldi SL, Wisnu IM. 2005. Penyakit Kulit Yang Umum di
Indonesia. Jakarta : PT Multi Medical Indonesia.
DISENTRI AMOEBA DAN BASILER
Definisi :
Infeksi / peradangan pada usus besar yang menimbulkan luka serta tukak terbatas di kolon
dengan gejala khas : Sindrom disentri
1. Nyeri Perut (tenesmus)
2. Diare
3. Tinja mengandung lendir dan darah
Etiologi :
34

1. Disentri Amoeba
Et cause entamoeba hystolitica
2. Disentri Basiler
Et cause genus shigella
Penegakan Diagnosis :
Nyeri perut bawah
Diare
Demam 40 C
Tinja darah
Tenesmus
Nafsu makan
Berak
Suhu badan subnormal
Cepat dehidrasi
Tatalaksana :
Non-Medikamentosa :
Jaga kebersihan dengan selalu cuci tangan
Minum dengan air matang yang bersih dan aman
Mengatur pembuangan sampah dengan baik
Menjaga kebersihan dengan alat makan
Mencuci buah dan sayur
Hindari penggunaan tinja untuk pupuk
Jangan main di tanah
Hindari dehidrasi
Medikamentosa :
A. Disentri Amoeba
Iodoquinol : 650 mg 3x/hari
B. Disentri Amoeba Ringan
Tetrasiklin : 500 mg/hari selama 5 hari
C. Disentri Amoeba Ringan
Metronidazol : 750 mg/hari
Tetrasiklin : 500 mg/hari, Emetin : 1 mg/kgBB selama 10 hari
Sumber : Syaroni A. 2005. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi 4. Jakarta: FKUI.
SCABIES
Definisi : Penyakit kulit et cause sarcoptes scabei var hominis
35

Etiologi : Sarcoptes Scabei


Penegakan Diagnosis : Gatal pada malam hari, tinggal di tempat berkelompok, kerabat dekat
menderita keluhan sama, bertukar-tukar pakaian dan higiene kurang
4 Gejala tanda cardinal
a.
b.
c.
d.

Pruritus nokturnal
Hidup di tempat berkelompok
Kanalikuli
Ditemukan tungau

Penatalaksanaan :
a.
b.
c.
d.
e.

Sulfur Presipitatum 4-20%


Emulsi Benzil-benzoat 20-25%
Gamexan 1 %
Krotamitron 10 %
Permetrin 5 %

Sumber : Emmy S, Daili S, Menaldi SL, Wisnu IM. 2005. Penyakit Kulit Yang Umum di
Indonesia. Jakarta : PT Multi Medical Indonesia.
FILARIASIS
Etiologi : Wucheria Bancrofti, Brugia timori, Brugia malayi.
Epidemiologi : Daerah khatulistiwa merupakan dataran rendah
Pedesaan dan perkotaan,Jawa, Kalimantan, Sulawesi, NTT, Maluku dan Irian
Penegakan Diagnosis :
Demam
Nyeri Limfedema
Limfadenopati
Chyluria
Hematuria
Granuloma/Abses
Nyeri pada testis, funikulitis, epididimorkitis
Tata Laksana:
Non Medikamentosa
Bed Rest
Cuci Kaki
Edukasi tentang penyakit : cara penularan, pengobatan, ESO dan pencegahan
Pencegahan : Pakai kelambu, pakai obat nyamuk, menutup ventilasi dengan nyamuk
Memberantas Nyamuk dengan 3M
36

Medikamentosa:
Dietil Karbamasin 6mg/kgbb/hari selama 12 hari dibagi dalam 3 dosis
Ivermectin dosis tunggal 400 ug/kgbb
Sumber : Emmy S, Daili S, Menaldi SL, Wisnu IM. 2005. Penyakit Kulit Yang Umum di
Indonesia. Jakarta : PT Multi Medical Indonesia.

MORBUS HANSEN
Definisi:
Infeksi oleh Mycobacterium yang bersifat kronik dan progresif yang bermula-mula
menyerang sistem saraf tepi, lalu bermanifestasi kulit. Dapat bermanifestasi ke organ-organ
lain, kecuali Sistem Saraf Pusat
Etiologi: Mycobacterium lepra :Basil gram positif, tahan asam, obligat intraseluler, tumbuh
suhu 37 derajat Celcius
Tanda dan Gejala:
KU : Kehilangan sensibilitas dibagian kulit Lesi Kulit yang khas :Lesi awal berupa bercak
putih bersisik halus, makula hipopigmentasi dengan skuama halus, gangguan dan kelemahan
otot sendi, kekakuan sendi.
Pemeriksaan Fisik :
Inspeksi : UKK Bercak lesi kemerahan, hipopigmentasi di beberapa tempat, infiltrat, jaringan
parut, ulkus di ekstremitas, allopesia.
Palpasi : Raba kelainan kulit.
Pemeriksaan saraf tepi : Nevus ulnaris, nevus radialis, magnus dan poplitea dipalpasi ada
pembesaran atau tidak
Tes sensibilitas saraf tepi
Suhu : Gunakan air dingin/panas
Non Medikamentosa :
a. Edukasi : Penyakit, Terapi harus dijalani
b. Jika ada gangguan sensibilitas :
Memakai sepatu/alas kaki
Memakai sarung tangan jika bekerja dengan benda panas/tajam
Pakai kacamata untuk proteksi
Perawatan kebersihan kulit sehari-hari
c. Hindari kontak : Penularan
37

d. Rehabilitasi dari segi sosial dan psikologis


e. Fisioterapi
Medikamentosa
a. Multidrugs therapi : Terapi berdasarkan klasifikasi penyakit pada WHO
Anak-anak
Rifampicin 300 mg
Ofloxacin 200 mg
Minocycline 50 mg
Dewasa
Rifampicin 600 mg, Ofloxacin 400 mg, Minocycline 100 mg
Sumber : Emmy S, Daili S, Menaldi SL, Wisnu IM. 2005. Penyakit Kulit Yang Umum di
Indonesia. Jakarta : PT Multi Medical Indonesia.
DENGUE FEVER
Definisi :
Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit febril akut yang
ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria.
Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili
Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah
yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Demam berdarah
disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti.
Wabah pertama terjadi pada tahun 1780-an secara bersamaan di Asia, Afrika, dan Amerika
Utara. Penyakit ini kemudian dikenali dan dinamai pada 1779. Wabah besar global dimulai di
Asia Tenggara pada 1950-an dan hingga 1975 demam berdarah ini telah menjadi penyebab
kematian utama di antaranya yang terjadi pada anak-anak di daerah tersebut.
Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika
termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000
meter di atas permukaan air laut. Dokter dan tenaga kesehatan
Tanda dan gejala:
Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai sakit kepala
berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan ruam; ruam demam berdarah
mempunyai ciri-ciri merah terang, petekial dan biasanya mucul dulu pada bagian bawah
badan - pada beberapa pasien, ia menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh. Selain
itu, radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntahmuntah atau diare, pilek ringan disertai batuk-batuk. Kondisi waspada ini perlu disikapi
dengan pengetahuan yang luas oleh penderita maupun keluarga yang harus segera konsultasi
38

ke Dokter apabila pasien/penderita mengalami demam tinggi 3 hari berturut-turut. Banyak


penderita atau keluarga penderita mengalami kondisi fatal karena menganggap ringan gejalagejala tersebut. Demam berdarah umumnya lamanya sekitar enam atau tujuh hari dengan
puncak demam yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. Secara klinis, jumlah platelet
akan jatuh hingga pasien dianggap afebril. Sesudah masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari
orang yang tertular dapat mengalami / menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk
berikut ini:
Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun. Dengue klasik, penderita
mengalami demam tinggi selama 4 - 7 hari, nyeri nyeri pada tulang, diikuti dengan
munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah kulit. Dengue
Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan dengue klasik
ditambah dengan perdarahan dari hidung (epistaksis/mimisan), mulut, dubur dsb.
Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok / presyok.
Bentuk ini sering berujung pada kematian. Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok
maka pada penyakit ini angka kematiannya cukup tinggi, oleh karena itu setiap Penderita
yang diduga menderita Penyakit Demam Berdarah dalam tingkat yang manapun harus segera
dibawa ke dokter atau Rumah Sakit, mengingat sewaktu-waktu dapat mengalami syok /
kematian. Penyebab demam berdarah menunjukkan demam yang lebih tinggi, pendarahan,
trombositopenia dan hemokonsentrasi. Sejumlah kasus kecil bisa menyebabkan sindrom
shock dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi.
Diagnosis :
Diagnosis demam berdarah biasa dilakukan secara klinis. Biasanya yang terjadi adalah
demam tanpa adanya sumber infeksi, ruam petekial dengan trombositopenia dan leukopenia
relatif. Serologi dan reaksi berantai polimerase tersedia untuk memastikan diagnosa demam
berdarah jika terindikasi secara klinis. Mendiagnosis demam berdarah secara dini dapat
mengurangi risiko kematian daripada menunggu akut.
Pengobatan:
Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah
atau mengatasi keadaan syok/presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak
minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu).
Penambahan cairan tubuh melalui infus (intravena) mungkin diperlukan untuk mencegah
dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet dilakukan jika jumlah
platelet menurun drastis. Selanjutnya adalah pemberian obat-obatan terhadap keluhan yang
timbul, misalnya:
39

Paracetamol membantu menurunkan demam


Garam elektrolit (oralit) jika disertai diare
Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder
Lakukan kompress dingin, tidak perlu dengan es karena bisa berdampak syok. Bahkan
beberapa tim medis menyarankan kompres dapat dilakukan dengan alkohol. Pengobatan
alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji bangkok, namun
khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik, akan tetapi jambu biji kenyataannya dapat
mengembalikan cairan intravena. Meskipun demikian kombinasi antara manajemen yang
dilakukan secara medik dan alternatif harus tetap dipertimbangkan.
Sumber :Suhendro,Nainggolan L, Chen K. 2005. Demam Berdarah Dengue. Dalam: Sudoyo
AW, Setiyohadi B, Alwi I, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi 4. Jakarta: FKUI.
MALARIA
Definisi:
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang
eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah.
Etiologi:
Genus Plasmodium dari famili Plasmodidae. Ada >100 plasmodium, tetapi yang terdapat di
Indonesia ada 4 yaitu:
-Plasmodium vivax
-Plasmodium ovale
-Plasmodium falciparum
-Plasmodium malarie
Penegakan Diagnosis:
Sakit kepala
Malaise
Fatigue
Mual
Nyeri otot
Diare
Demam
Fase dingin-menggigil
Fase panas-suhu bisa 40-41 celcius
Fase berkeringat berlangsung 8-12 jam antara tengah malam-tengah hari.
40

Penatalaksanaan:
Posisi tidur Trendelenburg
Airway: -Jaga jalan nafas bersih
-Posisi lateral
-Posisi tidur tanpa bantal
-Cegah aspirasi cairan lambung
Breathing : Oksigenasi (O2) dan ventilator
Circulation : Pasang IVFD
Pasang DC (awasi balance cairan)
Pasang NGT (untuk cegah aspirasi)
Transfusi PRC (bila perlu)
Farmakologi: Malaria Falciparum : DH3+P3+PQ1 (Lini I)
Q7+D/T7+PQ1 (Lini II)
Malaria Vivax

: DH3+P3+PQ14 (Lini I)
Q7+PQ14

(Lini II)

ACT : -Artesunate+Amodiaquine
-Dihydroartemisin+Piperaquine
Sumber : Paul, Iskandar Z, Budi S. 2005. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi 4. Jakarta: FKUI.
CAMPAK
Definisi :
Penyakit Campak adalah penyakit infeksi virus akut, yang ditandai dengan gejala penyerta
demam, gejala pernafasan, mata merah, hidung berlendir yang kemudian diikuti munculnya
kemerahan di seluruh tubuh. Peenyakit campak ini sangat menular. Campak dapat menyerang
siapa saja, segala usia, jenis kelamin, dan ras. Namun, lebih banyak terkena pada anak-anak.
Komplikasi sangat umum terjadi dan cukup serius, namun campak dapat diobati dan dicegah
dengan imunisasi. Campak jarang menyebabkan kematian pada orang yang sehat. Tetapi pada
anak-anak yang kekurangan gizi dan pelayanan medis yang kurang, penyakit campak
merupakan salah satu penyebab kematian pada anak. Nama lain penyakit ini
adalah morbili,measles, atau rubeola.
Etiologi:
Penyebab

penyakit

campak

adalah

virus

morbili.

Virus

ini

termasuk

dalam genus Morbilivirus dan keluarga Paramyxoviridae. Virus morbili dapat mati dengan
41

sinar ultraviolet dan pemanasan. Dari sana dapat disimpulkan bahwa virus morbili paling
banyak terdapat saat musim hujan atau musim semi dan dingin, walaupun sepanjang tahun
virus tersebut selalu ada. Penularan virus morbili terjadi melalui saluran pernafasan, dan
kontak langsung dengan cairan tubuh pasien. Seseorang yang terinfeksi akan menyebar virus
melalui batuk, bersin bahkan berbicara, karena virus ikut keluar bersama dengan droplet (titik
air liur) yang dapat terhirup oleh orang lain sehingga terjadilah penularan. Selama fase awal
hingga 2-5 hari sejak muncul bintik kemerahan, virus morbili ada di dalam air mata, air
liur, sekret hidung, darah dan urin. Oleh karena itu, kontak dengan cairan di atas dalam
periode tersebut dapat menyebabkan penularan ke orang lain. Seseorang yang terkena infeksi
virus morbili akan mendapat kekebalan seumur hidup terhadap virus tersebut sehingga tidak
akan terkena campak lagi. Penyakit campak merupakan penyakit endemik di seluruh dunia,
artinya, penyakit ini selalu ada walaupun dalam jumlah yang kecil. Secara umum, terdapat
siklus tiap 2-3 tahun di mana akan terjadi kenaikan kasus penyakit campak.
Tanda dan Gejala :42
Virus yang masuk melalui saluran pernafasan akan memperbanyak diri kemudian menuju ke
peredaran darah. Dari sana, virus akan menyebar ke organ tubuh dan memperbanyak diri lagi.
Kemudian virus morbili akan kembali ke peredaran darah dan pada saat inilah mulai muncul
gejala bintik kemerahan pada tubuh. Proses ini disebut masa inkubasi dan berlangsung
selama kurang lebih 8-12 hari (pada dewasa bisa mencapai 3 minggu).
Ada beberapa fase atau stadium penyakit campak, yaitu:
1. Stadium kataral
Stadium kataral dikenal juga sebagai stadium prodormal. Stadium ini berlangsung sekitar
4-5 hari setelah virus masuk. Gejala yang muncul menyerupai influenza, yaitu demam,
rasa lemah pada seluruh tubuh (malaise), batuk dan gejala pernafasan lain, silau bila
melihat cahaya (fotofobia), mata merah karena peradangan konjungtiva (konjungtivitis),
dan hidung berlendir (koriza). Pada stadium kataral ini, muncul gejala yang khas pada
campak yaitu timbulnya bercak Koplik, yaitu bercak berwarna putih kelabu, sebesar
ujung jarum, yang dikelilingi oleh warna kemerahan, dan berlokasi di pipi bagian dalam
yang berhadapan dengan gigi geraham bawah. Bercak ini muncul menjelang akhir
stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul bintik-bintik kemerahan di tubuh. Karena
bercak tersebut hanya muncul sebelum bintik kemerahan muncul, tidak pada semua
kasus bercak ini dapat ditemukan.Gejala-gejala pada stadium kataral akan bertahan
sampai muncul bintik kemerahan dan setelah itu mereda dalam 1-2 hari.

42

1 Stadium erupsi
Setelah stadium kataral, maka dimulai stadium erupsi yang ditandai dengan timbulnya
bintik kemerahan pada langit-langit mulut, dan diikuti terjadinya ruam kemerahan yang
berbentuk bercak. Ruam kemerahan ini mula-mula timbul di belakang telinga, di bagian
atas tengkuk, dan sepanjang batas rambut tumbuh. Setelah dari bagian kepala, ruam
kemerahan tersebut akan menyebar ke dada, batang tubuh, dan kedua tangan. Kurang
lebih pada hari ketiga, ruam kemerahan akan mencapai anggota gerak bawah. Pada
stadium erupsi ini dapat terjadi perdarahan ringan, rasa gatal, dan muka bengkak. Selain
itu, dapat juga terjadi pembesaran kelenjar getah bening pada rahang bawah dan leher
bagian belakang, pembesaran limpa, diare, dan muntah. Variasi lainnya adalah
perdarahan pada kulit, mulut, hidung, dan saluran pencernaan.
1 Stadium konvalesensi
Stadium ini merupakan stadium penyembuhan di mana gejala-gejala pada stadium erupsi
mulai menghilang. Ruam kemerahan pada tubuh secara berangsur-angsur akan
menghilang sesuai dengan urutan munculnya. Saat menghilang, ruam merah tersebut
akan berubah warna menjadi kecoklatan dan kemudian bersisik. Tanda ini merupakan
ciri khas dalam penyakit campak. Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit campak
bervariasi. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah peradangan pada telinga bagian
tengah. Gejala tersebut berupa nyeri pada telinga dan keluar cairan dari dalam
telinga. Pneumonia atau peradangan jaringan paru merupakan komplikasi yang paling
sering mengancam jiwa. Pneumonia tersebut dapat disebabkan oleh virus morbili atau
infeksi sekunder oleh bakteri. Penumonia akan menimbulkan gejala pernafasan seperti
batuk, sesak nafas. Pada negara berkembang komplikasi pneumonia lebih sering terjadi,
dapat mencapai 20%-80%. Penyakit campak juga dapat menyebabkan komplikasi pada
mata. Komplikasi tersebut berupa luka pada kornea yang dapat menyebabkan kebutaan.
Komplikasi lain yang dapat terjadi namun jarang adalah peradangan otak yang dapat
menyebabkan kematian, dan pada kasus yang bertahan hidup, umumnya ditemukan sisasisa gejala seperti kejang, dan gejala saraf lainnya.
Penatalaksanaan : Tidak ada pengobatan antivirus yang spesifik untuk penyakit campak.
Pengobatan hanya terdiri dari terapi penunjang keadaan umum, seperti asupan cairan
yang cukup dan penggunaan antipiretik untuk menurunkan demam. Dikarenakan infeksi
sekunder oleh bakteri merupakan penyebab utama kematian pada penyakit campak,
43

maka diperlukan penanganan kasus yang tepat seperti pemberian antibiotik. Pemberian
antibiotik sebagai pencegahan dapat menurunkan angka kematian. Pemberian vitamin A
merupakan pengobatan yang efektif pada penyakit campak. Vitamin A dapat menurunkan
angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang disebabkan virus morbili ini.
Organisasi

Kesehatan

Dunia

(World

Health

Organization/WHO)

memberikan

rekomendasi pemberian vitamin A dengan dosis 200.000 IU (international unit) sekali


dalam 1 hari selama 2 hari berturut-turut. Rekomendasi ini berlaku untuk anak usia 12
bulan. Untuk anak usia 6-12 bulan diberikan dosis yang lebih kecil, yaitu 100.000 IU
sehari. Sementara anak dengan usia dibawah 6 bulan mendapat dosis 50.000 IU sehari.
Dosis ketiga vitamin A diberikan 2-4 minggu kemudian pada anak dengan defisiensi
vitamin A. Vitamin A dapat diberikan melalui mulut ataupun suntikan langsung ke
pembuluh darah. Isolasi pada pasien tidak efektif karena pasien datang umumnya saat
sudah muncul bintik-bintik kemerahan, sementara penularan terjadi pada saat fase
prodormal. Kebersihan dari pasien harus diperhatikan, termasuk kebersihan kulit, mulut,
dan mata untuk mencegah infeksi sekunder. Pada beberapa kasus, penyakit campak
memerlukan perawatan di rumah sakit. Beberapa gejala yang menandakan bahwa pasien
harus mendapat penanganan di rumah sakit antara lain kejang, sesak nafas, nyeri pada
mata, penglihatan kabur, dehidrasi, diare hebat, diare darah, atau luka pada mulut yang
berat.Penyakit campak dapat dicegah melalui 2 cara:1. Imunisasi pasif, yaitu
pemberian imunoglobulin segera setelah terpapar virus morbili. Imunoglobulin terutama
diperuntukan untuk mereka yang rentan mengalami campak yang berat seperti anak usia
dibawah 1 tahun, orang dengan daya tahan tubuh rendah (termasuk pasien dengan HIV),
dan ibu hamil. Bila ada ibu yang terkena campak, maka seluruh anak di rumah yang
belum terimunisasi harus diberikan imunoglobulin. 2. Imunisasi aktif, yaitu dengan
memberikan vaksin berupa virus hidup yang telah dilemahkan. Ada 2 macam vaksin
yang tersedia, yaitu vaksin campak dan vaksin MMR (measles, mumps, rubella). Di
Indonesia, kedua jenis vaksin diberikan. Untuk vaksin campak, usia yang
direkomendasikan adalah usia 9 bulan dan suntikan kedua dilakukan saat berusia 6
tahun. Sementara vaksin MMR, diberikan saat usia 15 bulan dan usia 5-6 tahun untuk
suntikan kedua. Vaksin untuk penyakit campak direkomendasikan untuk semua anak,
pekerja kesehatan, dan mereka yang akan bepergian ke tempat dimana kasus campak
banyak terjadi. Larangan untuk dilakukan vaksinasi adalah pada pasien yang sedan
hamil, memiliki riwayat alergi terhadap telur dan antibiotik neomisin, pasien dengan

44

daya tahan tubuh rendah (kecuali akibat infeksi HIV), dan pemberian imunoglobulin
baru-baru ini.
Sumber : Emmy S, Daili S, Menaldi SL, Wisnu IM. 2005. Penyakit Kulit Yang Umum di
Indonesia. Jakarta : PT Multi Medical Indonesia.

45

You might also like