Professional Documents
Culture Documents
DALAM
Dr. Muhamad Ibnu Sina
Tim UKMPPD FKU
Malahayati
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Infeksi Tropis
Endokrin dan metabolik
Gastroentrohepatologi
Hematoimunologi
Ginjal hipertensi
Kardiologi
Pulmonologi
Infeksi Tropis
Demam Dengue
DEFINISI KASUS
Tersangka
Demam mendadak tinggi dengan
2 atau lebih manifesatsi di bawah
ini:
Sakit kepala
Nyeri retro-orbita
Mialgia
Artralgia/ nyerin otot
Ruam
Manifestasi perdarahan (uji
Tourniquet, petekie, epistaksis)
Leukopeni
Terbukti
Identifikasi virus dan
atau serologi
HI >1280 atau IgM/IgG
serum konvalesen
Pada KLB:
Demam tinggi
Tourniquet positif atau
petekie
Leukopenia (<5000)
PPV 83%
Kriteria klinis
Demam mendadak tinggi 2-7
hari
Manifestasi
perdarahan(min.tourniquet
positif)
Pembesaran hati
Ganguan sirkulasi/syok
Kriteria laboratorium
Trombosit < 100.000
Hemokonsentrasi (kenaikan
HT >20%) atau bukti
kebocoran plasma lain<
seperti asites plei=ural efusi,
penurunan serum
protein/albumin/kolesterol)
Definisi kasus
Dua kriteria klinis dan 2
kriteria lab:
Demam mendadak
tinggi 2-7 hari
Manifestasi
perdarahan (min.
positif tourniquet
test)
Trombosit < 100.000
Hemokonsentrasi
Sumber: CDC
Malaria
Ringan: Demam menggigil disertai keringat
dingin, sakit kepala, anemia, splenomegali, dan
ada riwayat bepergian ke daerah endemis. Pola
demam dapat memperkirakan jenis
Plasmodium: vivax/ovale tiap 48 jam (tertiana), malariae
tiap 72 jam (kuartana), dan
falciparum sepanjang hari/tidak teratur.
Vivax/ovale
Lini ke-1: klorokuin + primakuin
Lini ke-2: kina + primakuin
Malaria berat
Lini ke-1: artemeter IM
Lini ke-2: kina IV
Thypoid
Leptospirosis
Leptospirosis adalah zoonosis yg disebabkan
L. Interrogans . Penyakit ini harus dicurigai
pada pasien yg berkontak dgn air, tanah, atau
lumpur yg terkontaminasi urin binatang.
Gejala klinis leptospirosis: demam, menggigil,
sakit kepala, mual, muntah, nyeri abdomen,
ikterus, hepatomegali, anoreksia, fotofobia,
gagal ginjal.
Tatalaksana : doksisiklin 2 x 100 mg. Berat :
injeksi penisilin G 1,5 juta unit/6 jam IV.
ENDOKRIN DAN
METABOLIK
Diabetes Mellitus
Diagnosis hipertiroid
Diagnosis
hipertiroid
Hipotiroidisme
Defisiensi yodium yang lebih berat
Tiroiditis Hashimoto, tiroiditis subakut
(awal hipertiroid namun berkembang
menjadi hipotiroid
Iatrogenik
Lain-lain (mis. obat, kongenital,
hipopituitarisme, kelainan
hipotalamus)
Hipertiroidisme
Penyakit Graves
Struma nodular nontoksik
yang menjadi toksik
Adenoma toksik
Lain-lain (mis. tiroiditis
destruktif, hormon tiroid
ekstratiroidal, tumor
hipofisis)
Neoplasma
Pada pemeriksaan dapat
ditemukan massa terfiksir,
cepat membesar
Cushing syndrome
Disebabkan paparan glukokortikoid
endoken /eksogen jangka waktu lama
Penyebab diantaranya :
Konsumsi /injeksi steroid / glukokortikoid
jangka waktu lama
Primary adrenocortical neoplasm (usually
an adenoma but rarely a carcinoma).
Bilateral adrenal micronodular hyperplasia
and macronodular hyperplasia (jarang)
Cushing syndrome
On examination, general findings of Cushing syndrome may
include the following:
General: Cervical, thoracic, and/or central obesity
Dermatologic: Facial plethora, violaceous striae, ecchymoses, telangiectasias,
purpura, cutaneous atrophy, facial lanugo
Cardiovascular and renal[2] : Hypertension, edema
Gastroenterologic: Peptic ulceration with or without symptoms
Endocrinologic: Galactorrhea, signs of hypothyroidism (eg, slow reflex relaxation)
Genitourinary: Decreased testicular volume
Musculoskeletal: Proximal muscle weakness, kyphosis, height loss, bone pain
Neuropsychological: Fatigue
Ophthalmologic: Visual-field defects (often bitemporal), blurred vision in the
presence of large ACTH-producing pituitary tumors that impinge on optic
chiasma
Gastroenterohepat
ologi
Marker Hepatitis B
Diagno
sis
Hepatiti
s akut
Window
period
Penyem
buhan
Imunisa
si
Hepatiti
s kronik
replikati
f
Hepatiti
s kronik
non
HbsAg
AntiHBs
AntiHBc
HBeAg
AntiHBe
DNA
HBV
IgM
IgM
+/-
+/-
IgG
+/-
IgG
IgG
Hepatitis A & B
HEPATITIS A
Transmisi fekal-oral
Gejala: nafsu makan
menurun, lemas, demam,
nyeri perut kanan atas, bisa
disertai ikterus
Diagnosa: IgM anti-HAV
Tata laksana: suportif
Pencegahan: vaksinasi anak
atau pasien dengan penyakit
hati kronik
Profilaksis pasca-paparan: 140th vaksin, <1 dan >40
imunoglobulin
HEPATITIS B
Transmisi: darah, hubungan seks,
perinatal
Manifestasi bisa berupa hepatitis
akut, hepatitis fulminan, atau kronis
(sirosis)
Serologi:
HBsAg: muncul sebelum gejala,
digunakan untuk skrining, jika bertahan
>6 bulan berarti infeksi kronik
HBeAg: replikasi virus dan infektivitas
tinggi
IgM anti-HBc: infeksi akut
IgG anti-HBc: infeksi lama atau sedang
berlangsung
anti-HBe: replikasi dan infektivitas
berkurang
anti-HBs: imunitas
DNA HBV: replikasi aktif
Hepatitis C
Tata laksana
Akut: suportif
Kronik: PEG IFN-2a
(entecavir, tenofovir)
tujuan agar HBeAg menjadi
negatif
Pencegahan: vaksinasi
Profilaksis pasca-paparan:
HBIG dilanjutkan dengan
vaksin (kalau belum divaksin)
Kenapa jawabannya B? Karena
window period masih masuk
fase akut
HEPATITIS C
Transmisi: darah
Manifestasi bisa akut atau
kronik; jarang fulminan
Serologi:
anti-HCV: muncul setelah 6
minggu
RNA HCV: muncul dalam 2
minggu
Kolelitiasis
Koledokolitia
sis
Kolesistitis
Kolangitis
Nyeri kolik
+/-
+/-
Nyeri tekan/
Murphys sign
Demam
+ (low-grade)
+ (highgrade)
Ikterus
Penunjang
USG
Laboratorium: leukosit, bilirubin, SGOT/SGPT
Tata laksana
Kolelitiasis: kolesistektomi
Kolesistitis: NPO, cairan IV, analgesik, antibiotik,
kolesistektomi
Koledokolitiasis: ERCP diikuti oleh kolesistektomi
Kolangitis: antibiotik. Kalau tidak ada respons,
maka dilakukan dekompresi bilier darurat dengan
ERCP.
HEMORROID
KLASIFIKASI
Hemorrhoid
Eksterna
Hemorrhoid
Interna
Pelebaran dan
penonjolan pleksus
hemorrhoid inferior
yang terdapat di
sebelah distal garis
mukokutan di dalam
jaringan di bawah
epitel anus
Pelebaran vena
hemorrhoidalis
superior di atas garis
mukokutan dan
ditutupi oleh mukosa
Hemmoroid Interna
Derajat
I
Derajat
III
Derajat
II
Derajat
IV
Derajat Hemorrhoid
I. Berdarah saja
II. Masuk sendiri
III. Dimasukkan dengan tangan
IV. Tidak dapat dimasukkan
IBD - Klasifikasi
Ulcerative Colitis (UC)
Definisi
Inflamasi transmural
idiopatik pada saluran
cerna; skip lession
Patologi
Nonfriable mucosa;
cobblestoning, aphthous
ulcers, deep & long fissure
Ba enema
Sharp lesions,
cobblestoning, long ulcers &
fissures (string sign)
Gejala klinis
Komplikasi
Ca Colon
Ca Colon
GERD
Keyword:
Nyeri dan rasa panas di dada, tidak
menjalar ke bahu dan lengan, pahit dan
asam di mulutnya, sering tertidur segera
setelah makan berhubungan dengan
lambung.
Gastritis H.Pylori
Infeksi H. Pylori (+)
Terapi (urutan prioritas) selama 4
minggu:
PPI + Amoksisilin + Klaritromisin
PPI + Metronidazole + Klaritromisin
PPI + Metronidazole + Tetrasiklin
Dosis:
PPI: Omeprazole 2x20 mg, lansoprazole
2x30 mg, rabeprazole 2x10 mg,
esomeprazole 2x20 mg
Amoksisilin: 2x1000mg/hari
Klaritromisin: 2x500mg/hari
Metronidazole: 3x500mg
Tetrasiklin: 4x250 mg
Ulkus duodenum
Keyword:
Nyeri timbul terlambat makan dan
berkurang setelah makan.
Ulkus lambung
Nyeri ulu hati/di sebelah kiri perut, rasa tidak
nyaman, muntah
Timbul setelah makan
Ulkus duodenum
Nyeri di tengah-kanan membaik setelah makan
Nyeri bermula di satu titik (pointing sign),
akhirnya difus, menjalar ke punggung
Nyeri timbul saat merasa lapar, bisa
membangunkan pasien tengah malam (HPFR
Hunger Pain Food Relief)
Prehepatic
Total
bilirubin
Normal/Increas Increased
ed
Increased
Conjugated
bilirubin
Normal
Increased
Increased
Increased
Normal
Normal /
Increased
Decreased
Decreased /
Negative
Normal
Dark
Dark
(urobilinogen +
(conjugated
conjugated
bilirubin)
bilirubin)
Unconjugate Normal /
d bilirubin
Increased
Urobilinogen
Urine Color
Hepatic
Posthepatic
Hematoimunologi
36. A. AB
Sumber: Merck
Indikatornya:
MCV: rata-rata volume eritrosit (femtoliter
m3)
MCH: rata-rata massa hemoglobin per eritrosit
(pikogram)
MCHC: rata-rata hemoglobin pada sel-sel darah
merah dengan volume tertentu (g/dl)
RDW: koefisien variasi volume sel darah merah.
Berdasarkan Penyakit
Anemia defisiensi Besi : Darah tepi anemia mikrositik hipokrom, Serum
Iron , Feritin, TIBC , sel pensil. Terapi : suplementasi besi.
Anemia hemolitik : Darah tepi anemia mikrositik hipokrom. Terdapat sel
target dan anisopoikilositosis (bentuk sel bermacam-macam karena
lisis), Bilirubin indirek . Ikterik, splenomegali. Biasanya karena
thalassemia. Pemeriksaan tambahan : elektroforesis Hb.
Anemia karena keganasan (Leukemia) : Pansitopenia, leukosit
meningkat namun abnormal. Blast +, hepatomegali. Pemeriksaan
tambahan : Bone Marrow Puncture (BMP). Tx : kemoterapi.
Anemia aplastik : Pansitopenia. Tidak ada organomegali. Pemeriksaan
tambahan : BMP gambaran hipoplastik.
Anemia karena penyakit kronis : Karena gangguan utilisasi besi. Anemia
normositik normokrom.
Anemia perdarahan : Normositik normokrom.
Anemia makrositik : karena defisiensi B12 (pada post-op
gastrointestinal), asam folat, liver disease
Coombs test
Tes coombs (+) artinya menandakan adanya
antibodi yang menempel di eritrosit Menilai
potensi/terjadinya hemolitik pada sel darah merah
Tanda anemia hemolitik
Direct Coombs: Tes coombs yang secara in vivo (pada
pasien) yang telah terjadi sensitisasi/penempelan
antibody di eritrositnya.
Bila sudah terjadi hemolitik pada pasien tesnya adalah yang Direct
Coombs
ITP
ITP akut sering mengikuti infeksi akut dan akan
mengalami resolusi spontan dalam dua bulan
walau pada 5-10% kasus menjadi kronik (>6
bulan).
Pada 75% kasus terjadi sesudah vaksinasi atau
infeksi
PF:
Nonpalpable petechiae
Purpura
Perdarahan
Limpa tidak teraba.
ITP
Pemeriksaan Lab:
Trombositopeni
Hitung leukosit dan hemoglobin biasanya normal
Sumsum tulang: megakariosit normal atau
meningkat.
Uji koagulasi normal, bleeding time bertambah, PT
dan PTT normal.
Tes untuk autoantibodi tidak tersedia secara luas
Diagnosis ITP hanya dilakukan sesudah
penyebab defisiensi trombosit lainnya telah
dieksklusi.
DIC
DIC sistem koagulasi dan atau fibrinolitik
teraktivasi secara sistemik, menyebabkan
koagulasi intravaskular luas dan melebihi
mekanisme antikoagulan alamiah. Menyebabkan:
mikrotrombus di berbagai organ gagal organ
Perdarahan hebat
Etiologi:
Respon inflamasi sistemik aktivasi sitokin dan
koagulasi (sepsis atau major trauma)
Pelepasan materi pro-koagulasi ke dalam darah
(cancer, obstetric cases)
DIC
Pemeriksaan Laboratorium
Trombositopenia
Kadar fibrinogen menurun.
Fibrin Degredation Products (FDP) meningkat
contoh: D-dimer
Thrombin time memanjang.
Prothrombin time, activated partial
thromboplastin time memanjang pada sindrom
akut.
Ditemukan shcistocytes (pecahan/ kepingan
eritrosit) pada pemeriksaan mikroskopik.
Hemofilia
Kekurangan faktor pembekuan darah
yang diturunkan secara sex-linked
recessive pada kromosom X
Hemofilia A (80-85%)
defisiensi/disfungsi faktor VIII
Hemofilia B defisiensi/disfungsi
faktor IX
Hemofilia C defisiensi/disfungsi
faktor XI
Hemofilia
Tanda perdarahan yang sering
dijumpai yaitu hemartrosis,
hematoma subkutan atau
intramuskular, perdarahan mukosa
mulut, perdarahan intrakranial,
epistaksis, dan hematuria.
Pemanjangan APTT dengan PT yang
normal menunjukkan adanya
gangguan pada jalur intrinsik sistem
pembekuan darah
Tata laksana
Gejala ringan:
NSAID
Hidroksiklorokuin
Steroid dosis rendah
Siklofosfamid
OA
RA
Gout
Awitan
Peradangan
Patologi
Jumlah sendi
Tipe sendi
Lokasi
Perlahan
Degenerasi
Poli
Kecil atau besar
Pinggang, lutut,
vertebra, CMC 1,
DIP, PIP
Akut
+
Tofus
Mono, kdg2 poli
Kecil atau besar
MTP, kaki,
pergelangan kaki,
lutut
Temuan sendi
khusus
Nodus Bouchard,
nodus Heberden
Perlahan
+
Pannus
Poli
Kecil
MCP, PIP,
pergelangan
tangan, kaki,
pergelangan kaki
Deviasi ulnar,
swan neck,
boutonniere
Osteopenia, erosi
Nodul SC,
pulmonal,
kardiak,
Perubahan tulang
Fitur ekstraartikular
Osteofit
Kristal urat
Erosi
Tofus, bursitis
olecranon, batu
ginjal
Gout
Akut: NSAID atau kolkisin.
Kalau tidak berhasil, berikan
kortikosteroid.
Pada keadaaan akut tidak boleh
diberikan alopurinol karena dapat
menyebabkan eksaserbasi
Kronik:
Management of RA
Ginjal Hipertensi
Etiologi
Prerenal
volume arterial efektif
(syok, CHF)
Vasokonstriksi renal (NSAID,
ACEI/ARB)
Sumbatan pembuluh besar
(stenosis, trombosis)
Intrinsik
Nekrosis tubular akut (iskemia
atau toksin)
Nefritis interstisial akut
(alergi, infeksi, infiltratif,
autoimun)
Sumbatan pembuluh kecil
(hipertensi)
Glomerulonefritis
Postrenal sumbatan
Sumbatan ureter
Sumbatan di leher vesica
Staging AKI
USG
Biopsi ginjal
Tata Laksana
Batasi Na (bila hipertensi), K,
PO4, protein, dan glukosa (pada
DM)
Kendalikan tekanan darah
(sasaran <130/80) dengan ACEI/ARB
NaCO3 untuk asidosis metabolik
Asam folat dan B12 untuk
anemia
CaCO3 untuk mencegah
osteodistrofi akibat
hiperparatiroidisme
Dialisis hanya jika ada uremia
(ensefalopati, pericarditis, dll.)
Sindrom Nefrotik
Definisi
Proteinuria
Hipoalbuminemia
Edema
Hiperkolesterolemi
a
Penunjang
Urinalisis: oval fat bodies
Tata laksana
Anak: diuretik, suplemen
protein (termasuk albumin),
batasi Na, prednison untuk
sindrom nefrotik primer
Dewasa: diuretik, suplemen
protein, batasi Na, atasi
hiperlipidemia, ACE-I/ARB
untuk sindrom nefrotik
sekunder
Sindrom Nefritik
Definisi
Hematuria
Edema
Hipertensi
Penurunan fungsi ginjal
Yang sering dibahas
adalah reaksi kompleks
imun pasca-infeksi
streptokokus (GNAPS)
Manifestasi klinis
Sistitis: disuria, urgensi,
frekuensi (gejala LUTS),
urin keruh, NT suprapubik,
demam (-)
Uretritis: mirip sistitis, tapi
ada kencing nanah
Prostatitis: demam, nyeri
perineum, NT prostat pada
RT
Pielonefritis: demam tinggi,
nyeri pinggang, mual
muntah, nyeri ketok CVA
Tata laksana
Sistitis: fluorokuinolon atau
cotrimoxazole PO selama 3
hari (non-komp) atau 2
minggu (komp)
Uretritis: ceftriaxon 125 mg IM
1x (untuk Neisseria) +
doxycycline 2x100 mg PO
atau azithromycin 1 g PO 1x
(untuk Chlamydia)
Prostatitis: fluorokuinolon atau
cotrimoxazole PO 2-4 minggu
Pielonefritis: ceftriaxone IV
selama 14 hari
Hipertensi
Sumber: JNC 7
Kardiologi
Unstable
Angina
Trombus
parsial/intermite
n
NSTEMI
Sumbatan trombus
kerusakkan
jaringan dan
nekrosis minimal
miokard
Nonspesifik EKG
Enzim Jantung
normal
Peningkatan enzim
Jantung
STEMI
Oklusi trombos total
ST elevasi atau
LBBB baru pada EKG
Peningkatan enzim
Jantung
Sumber: Daga LC, Kaul U, Mansoor A. Approach to STEMI and NSTEMI. JAPI.
2012;59:19-25
Dasar Teori
Henti jantung sirkulasi darah berhenti
karena kontraksi jantung yg tidak efektif.
Disebabkan:
VF
VT
PEA
Asistol
Gambaran Klinis:
Henti jantung
Henti napas/gasping
Tidak sadar
Asystole
VT
Sumber: ACLS
2013
N
o
1
2
3
4
5
6
Segmen
Jantung
Lead EKG
Pembuluh
darah yang
mengalami
gangguan
Anteroseptal
V1 V3
LAD
Anterior
V1 V4
LAD
Anterior ekstensif V1 V6
proximal
left
coronary artery
Anterolateral
V5 dan V6; I dan left
circumflex
aVL
coronary artery
Inferior
II, III, avF
right
coronary
artery
Posterior
V7-V9
right
coronary
artery
PJB - Klasifikasi
Darah kaya O2 bocor,
beban jantung
bertambah
Penyakit Jantung
Bawaan (PJB)
Asianot
ik
Darah kaya O2
tercampur dengan
miskin O2
Sianotik
L-R
Shunt
Tanpa L-R
Shunt
PDA
ASD
VSD
AS
PS
CoA
aliran
darah ke
paru
TGA
dgn
VSD
Truncus
Arteriosus
TAPVD
Aliran
darah ke
paru N
TGA tanpa
PS
aliran
darah ke
paru
ToF
Atresia
Pulmoner
Atresia
Trikuspid
Hipertensi Urgensi
Obat
Kaptopril
Dosis
6,25-50 mg oral atau sublingual
Awitan
15 menit
Klonidin
Labetalol
Furosemid
0,5-2 jam
0,5-1 jam
Hipertensi Emergensi
Obat
Furosemid
Nitrogliserin
Diltiazem
Klonidin
Nitropusid
Dosis
20-40 mg (hanya bila ada
retensi cairan)
Infus 5-100 mcg/menit
Bolus IV 10 mg
(0,25mg/kgBB) dilanjutkan
infus 5-10 mg/jam
6 ampul dalam 250 ml
cairan infus, dosis titrasi
Infus 0,25-10
mcg/kgBB/menit (maks 10
menit)
Awitan
5-15 menit
Lama Kerja
2-3 jam
2-5 menit
5-10 menit
Segera
1-2 menit
Komplikasi:
Cardiac Output menurun pada MS berat
Hipertensi pulmonal, akibat:
Tekanan backward akibat tingginya tekanan di atrium kiri
Edema pada dinding pembuluh darah jaringan paru
Bunyi jantung
Sistolik:
Regurgitasi mitral
Regurgitasi trikuspid
Stenosis aorta
Stenosis pulmonal
Diastolik
Regurgitasi aorta
Regurgitasi pulmonal
Stenosis mitral
Stenosis trikuspid
Selanjutnya
perhatikan punctum
maximum:
Mitral apex
Trikuspid ICS 4
sternalis sinistra
Aorta ICS 2
sternalis dekstra
Pulmonal ICS 2
sternalis sinistra
Regurgitasi Mitral
Keyword:
Lokasi: ICS IV linea midclavicularis
sinistra, menjalar ke lateral kiri katup
mitral
murmur sistolik di katup mitral
regurgitasi
Murmur Sistolik
Systolic ejection murmur
Stenosis aorta: Terdengar paling baik di
area aorta (ICS 2-3) menjalar ke arah
leher
Stenosis pulmonal: Paling baik di ICS 2-3
kiri, penjalaran bisa ke arah leher atau
bahu kiri, tidak seluas stenosis aorta
Murmur Sistolik
Holosistolik murmur
Regurgitasi mitral: Terdengar paling baik
di apex menjalar ke axilla kiri
Regurgitasi trikuspid: Terdengar paling balik
di linea sternalis kiri bawah, menjalar ke
kanan sternum
VSD: Paling baik di ICS 4-6, tidak ada
penjalaran ke axilla
Murmur Diastolik
Early diastolik
Regurgitasi aorta: Di linea sternal kiri
ICS 3-4
Regurgitasi pulmonal: Di area pulmonal
Murmur Kontinu
Pada Patent Ductus Arteriosus
MARKER JANTUNG
GAGAL JANTUNG
Kriteria Framingham
Mayor
PND, JVP
naik,S3gallop,Kardiomegali,Ronki,Edema pulo
(kongesti paru),CVP > 16 cmH20, Refluk
hepatojugularis, Penurunan BB (< 4,5 kg/5 hri)
Minor
Batuk malam, efusi, Takikardi > 120x/mnt,edema
tungkai, penurunan kapasitas vital
Pulmonologi
Kasus lain
Semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas, seperti yang:
i. tidak diketahui riwayat pengobatan sebelumnya,
ii. pernah diobati tetapi tidak diketahui hasil pengobatannya,
iii. kembali diobati dengan BTA negative.
TB Paru Tatalaksana
Paduan OAT lini pertama
Kategori-1 (2HRZE/4H3R3)
Pasien baru TB paru BTA positif.
Pasien baru TB paru BTA negatif foto toraks positif
Pasien baru TB ekstra paru
Kategori-2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
Pasien kambuh
Pasien gagal
Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
TB Paru Algoritme
tambahan
Efusi pleura
Sisi sakit
tertinggal
Trakea
Pneumotoraks terdorong ke
sisi sehat
Atelektasis
Palpasi
(fremitus)
Perkusi
Auskultasi
Melemah
Redup
Menurun
Melemah
Hipersonor
Menurun
Redup
Menurun
Trakea tertarik
Melemah
ke sisi sakit
PPOK
PPOK adalah penyakit paru kronik
yang ditandai oleh hambatan aliran
udara di saluran napas yang
bersifat progresif dan nonreversibel
atau reversibel parsial.
DIAGNOSIS
Anamnesis
Riwayat merokok, batuk berulang
produktif, sesak napas
Pemeriksaan Fisis
Inspeksi
Pursed - lips breathing
Barrel chest
Penggunaan otot bantu napas
Palpasi
Fremitus melemah, sela iga melebar
Perkusi
Hipersonor
Auskultasi
Vesikuler normal atau melemah
Ronki, mengi, dan/atau ekspirasi
memanjang
PPOK
DIAGNOSIS
Pemeriksaan
Penunjang
Spirometri: VEP1/VEP1
prediksi <80% atau
VEP1/KVP <75%
Foto toraks:
Hiperinflasi
Hiperlusen
Diafragma mendatar
Keadaan di atas menunjukkan
adanya emfisema
TATA LAKSANA
Utama: bronkodilator
Kalau perlu: terapi oksigen,
kortikosteroid, antibiotik
Tidak rutin: antioksidan,
mukolitik, antitusif
Eksaserbasi akut
Adalah keadaan dimana terjadi:
Sesak bertambah
Produksi sputum meningkat
Perubahan warna sputum
Tata laksana sama dengan PPOK,
tapi ditambah obat yang belum
diberi atau dosis ditingkatkan
Algoritme Syok/Edema
paru akut
Efusi Pleura
Adalah penumpukan
cairan abnormal di ruang
pleura karena produksi
yang berlebihan atau
absorpsi yang kurang.
Gejala: sesak napas,
batuk, nyeri dada
Ro toraks: sudut
costofrenikus tumpul
Membedakan transudat
dan eksudat dengan
torakosentesis diagnostik
Eksudat
Efusi Pleura
Kriteria Light eksudat
apabila:
Rasio protein pleura:serum
>0,5
Rasio LDH pleura:serum >0,6
Kadar LDH pleura > 2/3
kadar normal tertinggi serum
(200 IU/I)
Tata laksana
Bila simptomatik, lakukan
torakosentesis terapeutik
Transudat biasanya
asimptomatik dan sembuh
sendiri jika penyakit
penyebabnya ditatalaksana
Bila penyebabnya infeksi,
antibiotik saja cukup,
kecuali jika luas (>1/2
hemitoraks) atau empiema
Pleurodesis untuk efusi
refrakter akibat keganasan
Ro toraks:
radiolusensi, terlihat
gambaran avaskuler
dengan pleural line
Tata laksana
Pneumotraks spontan
primer atau iatrogenik:
aspirasi jarum
sederhana
Pneumotoraks spontan
sekunder/traumatik:
pemasangan chest
tube dan WSD
Tension pneumothorax:
dekompresi jarum
darurat, dilanjutkan
dengan pemasangan
chest tube dan WSD
Atelektasis
Adalah kolapsnya paru
(atau berkurangnya
volume paru) akibat:
Obstruksi (benda asing,
mukus, atau tumor di
bronkus atau bronkiolus)
Non-obstruksi
Relaksasi [efusi pleura,
pneumotoraks]
Kompresi [tumor]
Adesi [defisiensi surfaktan]
Sikatriks [bekas TB]
Pnemonia
Pneumonia nosokomial (HAP) adalah
pneumonia yang terjadi setelah
pasien 48 jam dirawat dirumah sakit
dan disingkirkan semua infeksi yang
terjadi sebelum masuk rumah sakit.
Ventilator associated pneumonia(VAP)
adalah pneumonia yang terjadi lebih
dari 48 jam setelah pemasangan
intubasi endotrakeal.
Berdasar kesepakatan PDPI, kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap pneumonia komuniti adalah :
1.
Skor PORT lebih dari 70
2.
Bila skor PORT kurang < 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu dari kriteria
dibawah:
Kriteria perawatan intensif : Penderita yang mempunyai paling sedikit 1 dari 2 gejala mayor tertentu (membutuhkan
ventalasi mekanik dan membutuhkan vasopressor > 4 jam [syok sptik]) atau 2 dari 3 gejala minor tertentu
(Pa02/FiO2 kurang dari 250 mmHg, foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral, dan tekanan sistolik < 90
mmHg). Kriteria minor dan mayor yang lain bukan merupakan indikasi untuk perawatan Ruang Rawat Intensif.