You are on page 1of 2

Famotidin Famotidin (facid, famocid, gester, regastin, restadin) merupakan antagonis kompetitif

histamin yang khas pada reseptor H2, sehingga secara efektif dapat menghambat sekresi asam
lambung, menekan kadar asam dan volume sekresi asam lambung. Famotidin merupakan
antagonis histamin reseptor H2 2.5.1 Struktur Famotidin yang kuat dan sangat selektif dengan
masa kerja panjang (Siswandono dan Soekardjo, 2000). Rumus bangun: Nama kimia : 3-([2(diaminomethyleneamino)thiazol-4-yl]methylthio-Nsulfamoylpropanimidamide Rumus
molekul : C8H15N7O2S Berat Molekul : 337,43 3 Kandungan : Famotidin tablet mengandung
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% C8H15N7O2S3 2.5.2 Farmakologi
Famotidin dari jumlah yang tertera pada etiket (United States Pharmacopeia 32, 2009). Seperti
halnya simetidin dan ranitidin, famotidin merupakan antagonis histamin reseptor H2 sehingga
dapat menghambat sekresi asam lambung pada keadaan basal, malam dan akibat distimulasi oleh
pentagastrin. Famotidin lebih efektif dalam hal mengurangi produksi asam lambung, tiga kali
lebih poten dari pada ranitidin dan dua puluh kali lebih poten dari pada simetidin (Gunawan,
2007; Anwar, 2000). Famotidin merupakan antagonis histamin reseptor H2 yang yang kuat dan
sangat selektif dengan masa kerja panjang, dan digunakan untuk pengobatan tukak lambung atau
usus dan keadaan hipersekresi yang patologis misal sindrom ZollingerEllison, meskipun dalam
keadaan ini Imperazol merupakan obat yang dipilih. Famotidin juga mengurangi kekambuhan
tukak duodenum. Efektivitas famotidin untuk profilaksis tukak lambung, refluks esofagitis dan
pencegahan tukak setres hampir sama dengan antagonis histamin reseptor H2 2.5.3
Farmakokinetika lainnya (Siswandono dan Soekardjo, 2000; Gunawan, 2007). Famotidin sebagai
salah satu antihistamin penghambat reseptor H2 Kadar plasma tertinggi dicapai kirakira 2 jam
setelah penggunaan secara oral. Waktu paruh eliminasi 3 8 jam dan bioavailabilitas 40 50%.
Metabolit utama adalah famotidinSoksida. Setelah dosis oral tunggal, sekitar 25% dari dosis
ditemukan dalam bentuk asal di urin. Pada pasien gagal ginjal berat waktu paruh eliminasi dapat
melebihi 20 jam (Gunawan, 2007). yang merupakan senyawa thiazol (cincin5 dengan S dan N),
mirip ranitidin bila mengenai sifat farmakokinetik dan tentang efek sampingnya (Tjay dan
Rahardja, 2002). 2.5.4 Penggunaan Famotidin Untuk pengobatan tukak duodenal aktif atau
duodenum, dosis penghambat H2 2.5.5 Efek Toksis yang diberikan pada waktu malam
menjelang tidur adalah efektif. Hal yang sama dilakukan pada penderita tukak lambung. Pada
tukak duodenum atau tukak lambung dosis yang diberikan 40 mg sehari, atau pun yang paling
umum adalah 20 mg diberikan dua kali sehari, umumnya 90% tukak sembuh setelah 8 minggu
pengobatan. Dosis pemeliharaan untuk tukak duodenum 20 mg. Untuk pasien sindrom
ZollingerEllison dan keadaan hipersekresi asam lambung lainnya, dosis harus
diinduvidualisasikan. Dosis awal peroral yang dianjurkan adalah 20 mg tiap 6 jam (Katzung,
2001; Gunawan, 2007; Anwar, 2000). Obat penghambat H2 Efek samping famotidin biasanya
ringan dan jarang terjadi, misalnya sakit kepala, pusing, konstipasi dan diare. Seperti halnya
dengan ranitidin, famotidin nampaknya lebih baik dari pada simetidin karena tidak menimbulkan
efek antiandrogenik (Gunawan, 2007). ditoleransi dengan sangat baik dan efek sampingnya
dilaporkan hanya terjadi pada 1 2% kasus. Efek yang paling sering terjadi adalah diare, pening,
mengantuk, sakit kepala dan ruam. Efek samping lainnya termasuk sembelit, muntah, dan nyeri
sendi (Katzung, 2001). 2.5.6 Interaksi Obat Famotidin tidak mengganggu oksidasi diazepam,

warfarin, atau fenitoin di hati. Kurang efektif apabila diberikan bersama ketokonazol, sebab
ketokonazol memerlukan pH asam untuk bekerja (Gunawan, 2007)

You might also like