You are on page 1of 34

Kebijakan dan Strategi Bina Penataan

Bangunan dalam Penanganan


Permukiman Kumuh
Sosialisasi Penyusunan Rencana Kawasan Permukiman
Kumuh Perkotaan (RKP-KP)
Ir. Adjar Prajudi, MCM., MCE

STRATEGI PELAKSANAAN DIREKTORAT BINA PENATAAN BANGUNAN 2015-2019


Baseline PBL 2014

49% Perda
56%

PerdaBG*
BG

BG ber IMB
masih minim

3%
B
G

Kab/
Kota

0,4%

SLF**

Kab/Kota

Pendataan BG***

BGN
Rapermen
BGH
sudah BGH

BG

Fasilitasi dan Pendampingan Perda BG


Melakukan monitoring dan evaluasi dalam
pelaksanaan Perda BG
Fasilitasi dan pendampingan penyusunan
Perwal dan Perbup terkait penyelenggaraan
BG (TABG, IMB, SLF)
Fasilitasi dan pendampingan penerbitan IMB,
SLF, pelaksanaan pendataan BG, dan
pelembagaan TABG
Mendorong pengurusan/penerbitan IMB
sebagai wujud tertib pembangunan BG dan
mendukung 0% kumuh
Pelatihan aparat Pemda dalam rangka
meningkatkan kompetensi mendukung
proses penerbitan IMB dan SLF
Melakukan sosialisasi dan bimbingan teknis
terkait penyelenggaraan BG
Pilot project audit energi dan retrofitting
PIP2B di seluruh provinsi
Pendampingan teknis pembangunan
percontohan BGH pada bangunan milik
negara (baru dan eksisting)

Sasaran 2015-2019

PB

Meningkatkan komitmen
Pemda untuk
menyediakan lebih banyak
RTH publik
Fasilitasi dan
pendampingan
penyelenggaraan RTH
publik
Mendorong kelembagaan
pengelolaan RTH yang
mantap
Membangkitkan komitmen
Pemda untuk mengelola
kawasan pusaka melalui
stimulan pengembangan
RTRH
Fasilitasi dan
pendampingan revitalisasi
kawasan pusaka
Mendorong revitalisasi
kawasan pusaka

Kab/Kota
TABG:
2,9% Terlayani

Rp 10,48 T

12% RTH
Kws. Pusaka:

11 Commited Heritage
Cities

50%

Kab/Kota

BG ber IMB

30% Kab/Kota
BG ber SLF
15%

Kab/Kota

67 BGN
sudah BGH
Kab/Kota
Terlayani
TABG

14% RTH
Kws. Pusaka:

Rp 1,49 T
2015

Rp 1,54 T
2016

Rp 2,10 T
2017

Rp 2,50 T
2018

Rp 2,85 T
2019

B
G

Pendataan BG

50%

15 dari 511 TABG


Kab/Kota (2,9%)

P
B

100%
Perda BG

2 World Heritage
9 National Heritage

*Data Juni 2015 (49% s/d Des 2014)


***2 dari 511 Kab/Kota
**16 dari 511 Kab/Kota
IMB : Izin Mendirikan Bangunan, SLF : Sertifikat Laik Fungsi, BG : Bangunan Gedung, BGN : Bangunan Gedung Negara, BGH : Bangunan Gedung Hijau, TABG : Tim Ahli Bangunan Gedung, RTH : Ruang
Terbuka Hijau, PB : Penataan Bangunan

P
B

Definisi Bangunan Gedung


Undang-Undang Bangunan Gedung No. 28 Tahun
2002 Pasal 1:
Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil
pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat
kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di
atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang
berfungsi sebagai tempat manusia melakukan
kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat
tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha,
kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan
khusus.

Persoalan Penyelenggaraan Bangunan


Gedung

Dibangun dengan menyalahi ketentuan tata ruang

Persoalan Penyelenggaraan Bangunan


Gedung

Tidak memenuhi persyaratan teknis keselamatan struktur


Sumber:
www.google.co.id
sehingga runtuh
ketika
terjadi gempa bumi

Persoalan Penyelenggaraan Bangunan


Gedung

Kurangnya RTH sebagai


area resapan air menjadi salah
satu penyebab bencana banjir
(Permen PU 11/2014 tentang
Pengelolaan Air Hujan Pada
Bangunan Gedung dan Persilnya)

Persoalan Penyelenggaraan Bangunan


Gedung

Sumber: www.google.co.id

Tidak memenuhi persyaratan sistem proteksi kebakaran

Bagan Proses Penyelenggaraan


Bangunan Gedung Pada Umumnya
UU, PERATURAN, PEDOMAN, STANDAR TEKNIS BG,
PERDA
PENYELENGGARAAN BANGUNAN
GEDUNG

PENDATAAN /
PENDAFTARA
N

RTRW
KAB/KOT
A,
RDTRKP

AMDAL

RTBL

IMB

PELAKSANAA
N

PERENCANAA
N

SLFn

SLF

KT

RTB

PEMANFAATA
N

PEMBONGKARA
N

KI

PERSETJ/
REKOM.
INSTANS
I
LAIN

PEMBANGUNAN
PELESTARIAN

PENYEDIA JASA
KETERANGAN :

M
KT
KI
RTB
TABG
SLF
SLFn

Masyarakat
Kajian Teknis
Kajian Identifikasi
Rencana Teknis Pembongkaran
Tim Ahli Bangunan Gedung
Sertifikat Laik Fungsi
Perpanjangan Sertifikat Laik Fungsi

Alur proses utama


Alur proses penunjang
Opsional

Persyaratan Bangunan Gedung


UU BG Pasal 7 ayat (1) dan PP BG Pasal 8 ayat (1): Setiap bangunan
gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis
sesuai dengan fungsi bangunan gedung.

Administrasi

Teknis

Status Hak atas Tanah

Tata Bangunan

Keandalan BG

Status Kepemilikan BG

Peruntukan dan
Intensitas BG

Keselamatan

Perizinan (IMB)

Arsitektur BG

Kesehatan

Pengendalian Dampak
Lingkungan

Kenyamanan

Pembangunan BG di atas
Tanah Milik Orang/Pihak Lain
dengan Perjanjian Tertulis

Kemudahan

Persyaratan Tata Bangunan dan Lingkungan


Peruntukan &
Intensitas BG

PERUNTUKAN LOKASI BG
INTENSITAS BG
PENAMPILAN BG

Arsitektur BG

TATA RUANG DALAM


KESEIMBANGAN, KESERASIAN,
KESELARASAN

Pengendalian
Dampak Lingkungan

DAMPAK PENTING
UKL DAN UPL
TINDAK LANJUT RTRW & RDTRKP

RTBL
Pembangunan di
atas/bawah
Tanah/Air/
Prasarana/sarana
Umum

MUATAN MATERI RTBL


PENYUSUNAN RTBL
BG DI ATAS P/S
BG DI BWH TANAH MELINTASI P/S
BG DI BAWAH/ATAS AIR
DI BAWAH SUTET/
MENARA TELKOM/MENARA AIR

Persyaratan Keandalan BG
STRUKTUR dan BAHAN
INSTALASI GAS PEMBAKARAN
PROTEKSI KEBAKARAN (Pasif, Aktif,
MPK)
SISTEM KELISTRIKAN

Keselamatan BG

SISTEM KEAMANAN THD BAHAN


LEDAK
SISTEM PROTEKSI PETIR
KOMUNIKASI DARURAT DALAM BG
PENCAHAYAAN DARURAT, TANDA
ARAH, SISTEM PERINGATAN BAHAYA
VENTILASI
PENCAHAYAAN
SANITASI
INSTALASI GAS MEDIK

Kesehatan BG

PENYALURAN AIR HUJAN


1

SAMPAH
BAHAN BANGUNAN

Persyaratan Keandalan BG (Lanjutan)


KENYAMANAN RUANG GERAK
KONDISI UDARA

Kenyamanan BG

KENYAMANAN PANDANGAN
KENYAMANAN GETARAN
KENYAMANAN KEBISINGAN

HUBUNGAN HORIZONTAL
HUBUNGAN VERTIKAL

Kemudahan BG

SARANA EVAKUASI
AKSESIBILITAS
PRASARANA/SARANA DALAM BG

Dasar Hukum IMB dan SLF


UU 28/2002 tentang Bangunan Gedung:
Pasal 8 ayat (1): Setiap bangunan gedung harus memenuhi
persyaratan administratif yang meliputi:
a. status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari
pemegang
hak atas tanah,
b. status kepemilikan bangunan gedung, dan
c. izin mendirikan bangunan gedung,
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pasal 37 ayat (1): Pemanfaatan bangunan gedung dilakukan
oleh pemilik atau pengguna bangunan gedung setelah
bangunan gedung tersebut dinyatakan memenuhi persyaratan
laik fungsi.

Dasar Hukum IMB dan SLF


PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU BG:
Pasal 14 ayat (1): Setiap orang yang akan mendirikan
bangunan gedung wajib memiliki izin mendirikan bangunan
gedung.
Pasal 71 ayat (1): Pemerintah daerah menerbitkan sertifikat
laik fungsi terhadap bangunan gedung yang telah selesai
dibangun dan telah memenuhi persyaratan kelaikan fungsi
berdasarkan hasil pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan
gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (4)
sebagai syarat untuk dapat dimanfaatkan.
Dasar hukum lainnya adalah Peraturan Menteri PU 24/2007
tentang Izin Mendirikan Bangunan dan Peraturan Menteri PU
25/2007 tentang Sertifikat Laik Fungsi.

Definisi IMB
Izin Mendirikan Bangunan Gedung adalah
perizinan yang diberikan oleh pemerintah
daerah kecuali untuk bangunan gedung fungsi
khusus oleh Pemerintah kepada pemilik
bangunan gedung untuk membangun baru,
mengubah, memperluas, mengurangi,
dan/atau merawat bangunan gedung sesuai
dengan persyaratan administratif dan
persyaratan teknis yang berlaku.

Tujuan IMB
Terwujudnya:

BG yang fungsional dan sesuai dengan


tata bangunan gedung yang serasi dan
selaras dengan lingkungannya;

tertib penyelenggaraan BG yang


menjamin keandalan teknis bangunan
gedung dari segi keselamatan,
kesehatan, kenyamanan, dan
kemudahan;

kepastian hukum dalam penyelenggaraan


BG;

Manfaat IMB
1. Bagi Pemilik/Pengguna BG
Memberi jaminan kepastian hukum atas kepemilikan bangunan;
Melindungi keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan
pengguna/pemilik bangunan di dalam pemanfaatannya;
Meningkatkan nilai teknis dan ekonomis bangunan;
Prasyarat untuk memperoleh pelayanan utilitas kota seperti instalasi listrik atau
air bersih;
2. Bagi Masyarakat/Lingkungan
Melindungi masyarakat atas penyelenggaraan bangunan yang tidak sesuai
dengan persyaratan teknis (tata bangunan dan keandalan);
Mewujudkan keserasian bangunan dengan lingkungan sekitar;
3. Bagi Pemerintah Daerah
Menjadi instrumen pengendalian pembangunan bangunan gedung di daerah;
Menjadi instrumen guna mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung
di daerah

Persyaratan Permohonan IMB


PERSYARATAN
ADMINISTRATIF
Status hak atas tanah
Status kepemilikan bangunan
gedung
Dokumen/surat-surat terkait

PERSYARATAN TEKNIS
Data Umum Bangunan Gedung:
Fungsi/klasifikasi, luas lantai,
ketinggian/jumlah lantai
Rencana Teknis Bangunan
Gedung:
Gambar-gambar site plant/situasi,
denah, tampak, potongan, detail.
Spesifikasi Teknis
Rekomendasi (opsional)

Bagan Prinsip Layanan IMB


IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG
Setiap orang yang akan mendirikan bangunan gedung wajib memiliki IMB

Diberikan oleh PEMDA, kecuali BG fungsi khusus oleh Pemerintah, melalui


proses permohonan IMB

PEMDA

Wajib memberikan keterangan rencana kabupaten/kota


(KRK) kepada setiap orang yang akan mengajukan
permohonan IMB

Dalam KRK dapat juga dicantumkan ketentuan-ketentuan khusus yang


berlaku untuk lokasi yang bersangkutan
Keterangan rencana kabupaten/kota digunakan sebagai dasar
penyusunan rencana teknis bangunan gedung.

Definisi SLF
Sertifikat Laik Fungsi (SLF) Bangunan
Gedung adalah sertifikat yang diterbitkan
oleh pemerintah daerah kecuali untuk
bangunan gedung fungsi khusus oleh
Pemerintah untuk menyatakan kelaikan
fungsi suatu bangunan gedung baik
secara administratif maupun teknis,
sebelum pemanfaatannya.

Pasal-pasal dalam UU
28/2002 Terkait SLF
Pasal 37 ayat (2)
Bangunan gedung dinyatakan memenuhi persyaratan
laik fungsi apabila telah memenuhi persyaratan teknis,
sebagaimana dimaksud dalam Bab IV undang-undang
ini
Pasal 37 ayat (3)
Pemeliharaan, perawatan, dan pemeriksaan secara
berkala pada bangunan gedung harus dilakukan agar
tetap memenuhi persyaratan laik fungsi
Pasal 39 ayat (1).a
Bangunan gedung dapat dibongkar apabila tidak laik
fungsi dan tidak dapat diperbaiki

Ketentuan Laik Fungsi


Bangunan Gedung
1.

Diberikan pertama kali dalam bentuk sertifikat


laik fungsi, setelah bangunan gedung selesai
dibangun.

2.

SLF diperpanjang setiap 5 tahun untuk


bangunan gedung rumah tinggal tidak sederhana
dan bangunan gedung lainnya.

3.

SLF diperpanjang setiap 20 tahun sekali untuk


bangunan gedung rumah tinggal tunggal dan
deret sampai dengan 2 lantai

4.

SLF berlaku selamanya untuk bangunan


gedung rumah tinggal tunggal sederhana dan
rumah deret sederhana

Tata Cara Penerbitan SLF


BG
SELESAI

PENGESAHAN
BUKTI
PELAKSANAAN
MENDIRIKAN
BG

PERMOHONAN
PENERBITAN
SLF

PEMERIKSAAN/
PENGUJIAN &
TESTING /
COMMISSIONING

PENERBITAN
SLF

PERSETUJAN

Ya

PERSYARATAN
Opsional

PELAKSANAAN
SERAH
TERIMA II
(FHO)

PEMERIKSAAN
BERSAMA

Tidak

PERBAIKAN
LEGENDA

Opsional, dilakukan
jika diperlukan
pemeriksaan
berkala atau
pemeriksaan
bersama kembali

Tata Cara Perpanjangan SLF


PEMERIKSAAN
BERKALA

BG
SELESAI

PENGKAJIAN
TEKNIS

PERMOHONAN
PERPANJANGAN
SLF

PEMERIKSAAN
BERSAMA

Ya

PERSYARATAN
Opsional

Tidak

PERAWATAN

PERSYARATAN
Opsional

PERPANJANGAN
SLF

PERSETUJAN

Ya

Tidak

PERBAIKAN

LEGENDA

PELAKSANAAN
SERAH TERIMA
PEKERJAAN
PERAWATAN

Opsional, dilakukan
jika diperlukan
pemeriksaan
bersama kembali
dan/atau pengkajian
teknis kembali

Rencana Induk Sistem Proteksi


Kebakaran (RISPK)

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM


NOMOR: 25/PRT/M/2008
Pasal 3
(4)RISPK disusun sebagai arahan untuk penanganan
masalah kebakaran dan bencana lain selama 10
tahun kedepan dan dapat dilakukan peninjauan
kembali sesuai dengan keperluan.
(5)RISPK disusun dengan memperhatikan
keterpaduan pelaksanaannya dengan prasarana
dan sarana kabupaten/kota lainnya, sehingga
dapat meminimalkan biaya pelaksanaan, biaya
operasional dan pemeliharaan.

Rencana Induk Sistem Proteksi


Kebakaran
(RISPK)
PERATURAN MENTERI
PEKERJAAN UMUM
NOMOR: 25/PRT/M/2008
Pasal 4
(1) RISPK di kabupaten/kota meliputi ketentuan
mengenai:
a. Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran di Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta/kabupaten/kota; dan
b. Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran di
Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta/kabupaten/kota.
Pasal 6
(2) RSCK harus memuat layanan tentang pemeriksaan
keandalan bangunan gedung dan lingkungan terhadap
kebakaran, pemberdayaan masyarakat, dan
penegakan peraturan daerah.
Pasal 7
(3) RSPK harus memuat layanan tentang pemadaman

Manfaat RISPK
1. Tersusunnya pedoman bagi Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta/kabupaten/kota dalam merumuskan kebijakan dan skenario
pengembangan yang dibutuhkan bagi kegiatan pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran.
2. Terwujudnya tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang fungsional,
andal sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Meningkatkan komitmen pemerintah daerah, perencana dan masyarakat
dalam pemenuhan persyaratan keandalan kota, lingkungan bangunan
dan bangunan gedung.
4. Meningkatkan fungsi kelembagaan dinas/instansi yang terkait dengan
penyelenggaraan bangunan gedung pada pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran, termasuk didalamnya memuat
jumlah ideal personil pemadam kebakaran, struktur organisasi, tupoksi
dan jenis pelatihan pemadaman kebakaran.
5. Mengefektifkan pembangunan infrastruktur kota, pos kebakaran kota dan
mobil kebakaran dan kelengkapannya sesuai dengan SNI/Standar Baku.

Lingkup Isi Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran


dan Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran
Kriteria

Lingkup kegiatan

RSC
K

Identifikasi resiko
kebakaran
Analisis
permasalahan
Rekomendasi
pencegahan
kebakaran

RSP
K

Manajemen Proteksi Kebakaran


PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
NOMOR: 20/PRT/M/2009
Pasal 3
(1) Manajemen proteksi kebakaran di perkotaan meliputi
ketentuan manajemen mengenai:
a. proteksi kebakaran di kota;
b. proteksi kebakaran di lingkungan termasuk ketentuan
mengenai sistem ketahanan kebakaran lingkungan
(SKKL); dan
c. proteksi kebakaran di bangunan gedung termasuk
panduan penyusunan model Rencana Tindakan Darurat
Kebakaran (RTDK/ Fire Emergency Plan) pada Bangunan
Gedung, serta pembinaan dan pengendaliannya.

Definisi SKKL
Sistem Keselamatan Kebakaran Lingkungan (SKKL)
adalah suatu mekanisme untuk mendayagunakan
seluruh komponen masyarakat dalam pencegahan
dan penanggulangan kebakaran sebuah
komunitas/lingkungan.

Fungsi Manajemen Proteksi


Kebakaran
Di
Perkotaan
1. Manajemen Pencegahan Kebakaran;
2. Manajemen Penanggulangan Kebakaran;
3. Perlindungan jiwa, harta benda dari kebakaran dan bencana
lain;
4. Pembinaan Masyarakat (Pembinaan SKKL)

Fungsi Manajemen Proteksi Kebakaran


pada Lingkungan

1. Melakukan koordinasi dengan Lurah, Lembaga Masyarakat


Kelurahan (LMK) dan Seksi Sektor Dinas Pemadam Kebakaran;
2. Membantu IPK dalam melaksanakan penyuluhan pencegahan
kebakaran dan keselamatan bencana lain;
3. Membantu IPK dalam upaya melakukan pemadaman awal pada
saat terjadi kebakaran di lingkungannya;
4. Membantu IPK dalam upaya melakukan pertolongan awal korban
bencana lain di lingkungannya;
5. Membantu IPK dalam menyiapkan laporan kebakaran di
lingkungannya.

Manajemen Pencegahan
a. Pengendalian risiko kebakaran dalam bentuk kegiatan:
1) Pemeriksaan desain sistem proteksi kebakaran bangunan
gedung dan lingkungan bangunan dalam proses
perizinan dan SLF
2) Pemeriksaan berkala dalam rangka menjamin dan
mempertahankan terpeliharanya bangunan gedung dan
lingkungan bangunan dari ancaman bahaya kebakaran
dan penyalahgunaan penggunaan dan fungsi bangunan
gedung.
Edukasi
publik
b.3)
Mitigasi
risiko
kebakaran yang meliputi kegiatan :
4)
hukum
1) Penegakan
Pendataan dan
penaksiran risiko kebakaran pada
lingkungan BG
2) Penyusunan Prefire Plan yang berisi rencana strategi dan
taktik yang tepat untuk lingkungan yang mempunyai
potensi kebakaran
3) Penyiapan dan penyiagaan tenaga pemadam dan
penyelamat, peralatan teknis operasional, bahan pemadam,
serta informasi lapangan,
4) Pembinaan Sistem Ketahanan Kebakaran Lingkungan

Manajemen Penanggulangan
Fungsi manajemen dalam penanggulangan kebakaran
adalah pemberian pelayanan secara cepat, akurat dan
efisien mulai dari informasi kebakaran diterima sampai api
padam:
Catatan:
1. Implementasi Fungsi manajemen proteksi kebakaran
pada perkotaan termasuk pembinaan Sistem Ketahanan
Kebakaran Lingkungan (SKKL)/Satuan Relawan
Kebakaran (SATLAKAR) menjadi tanggung jawab IPK
2. SKKL merupakan suatu mekanisme untuk
mendayagunakan seluruh komponen masyarakat
dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran
sebuah komunitas/lingkungan.

Kesimpulan

IMB dan SLF harus diterapkan untuk semua bangunan;


Inspeksi kelaikan fungsi bangunan harus dilakukan secara
berkelanjutan;
Penyusunan RTBL sebagai panduan rancangan yang
memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan rancangan
kawasan sehingga mendukung pencegahan lingkungan
permukiman kumuh;
Perlunya disusunnya SKKL (Sistem Ketahanan Kebakaran
Lingkungan) di setiap lingkungan untuk mendukung upaya
pencegahan dan penanggulangan kebakaran
khususnya di permukiman padat huni;
Peningkatan building capacity bidang proteksi kebakaran
(pencegahan & penanggulangan) senantiasa didukung oleh
para pihak;
Pembinaan bangunan gedung dan lingkungan harus
dilakukan oleh tiap Kabupaten/Kota.

You might also like