You are on page 1of 52
Sem anon’, KOMPLIKASI PADA SEGMEN ANTERIOR PASCA OPERASI KATARAK EKSTRA KAPSULER MASAL DENGAN PEMBERIAN GENTAMISIN PADA CAIRAN IRIGASI Laporan Penelitian ‘Diajukan guna memenuhi persyaratan dalam mengikati rogram Pendidikan Dokter Spesials I Iimu Penyakit Mata Oleh : Yuli Susilowati BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA FK UNDIP/ RSUP Dr. KARIADI SEMARANG, 2004 HALAMAN PENGESAHAN Judul Penetitian KOMPLIKASI PADA SEGMEN ANTERIOR PASCA (OPERASI KATARAK EKSTRA KAPSULER MASAL DENGAN PEMBERIAN GENTAMISIN PADA CAIRAN IRIGASI ‘Nama Peneliti Dr. Yuli Susilowati agian TImu Penyakit Mata Fakultes kedokteran Universitas Diponegoro Semarang Pembimbing Dr. H. Winarto, SpM (K), SPM Dr. Suwido Magnadi, SpM_ Tempat Penetitian _ : Puskosmas Gribig Kudus, RSI Sultan Agung Semarang, RS ‘Bhayangkara Semarang, RS Panti Wilasa Citarum Semarang Semarang, Maret 2004 Peneliti, Dr. Yuli Susilowati Menyetuju, Pemnbimbing Toe DH. dna SpM (Ki, SpMK De. Sudo Magnadi, SpM NIP 130675 157 NIP 140 103 992 ‘Ketua Bagian Iimu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran UNDIP fem in ‘Ketua Program Studi PPDS 1 IP Mata akultas Kedokteran UNDIP KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan Kehadirat Allah SWT, Karena atas rahmat dan ridhoNya saya dapat menyelesaikan penelitian ini, yang merupakan salah satu persyaratan dalam menempub Program Pendidikan Dokter Spesialis I Iimu Penyakit Mata, ‘Saya menyadari sepenuhnya, bahwa tanpa kesempatan dan bantuan dari berbagai pibak tentu hal ini tidak akan terlaksana, Dalam kesempatan ini perkenankanlah saya dongan ‘ulus dan penub rasa hormat mengucapkan terima kasih atas bimbingan yang lierikan selama mengikuti pendidikan ini kepada 1 2, Prof. Dr. Wilarajo, SpM(K),sesepuh di Bagian Iimu Penyakit Mata FK UNDIP. Dr. Hj. Norma D, Handojo, SpM(K), Ketua Bagian /SMF Timu Penyakit Mata FK UNDIP / RSUP Dr Kariadi dan selaku Tou Asuh Dr. H. WinartoSpM(K), SpMK, pembimbing dalam penelitin dan penyusunan. laporan penelitan ini Dr, Suwido Magnadi, SpM, pembimbing dalam penelitian dan penyusunan Japoran penelitian in Dr. Pramanawati, SpM, Ketua Program Studi llmu Penyakit Mata FK UNDIP, Dr, PA Dewi Sarjadi, SpM, Dr. Siti Sundari, SpM, Dr. Sukri Kardani, SpM, Dr. Sri Inakawati, SpM dan Dr. Fifia Luthfia Rabmi, SpM, staf pengajar agian lImu Penyakit Mata FC UNDIP Dr. Darminto, MKes, staf pongsjar Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, pembimbing statistik (Orang tua saya, Bapak H, Soekardi dan Ibu Hj, Kajatoen (Alm) yang telah ‘memberikan bimbingan, dukungan dan do"s kepada saya, juga kepads Bapak dan Thu mertua, Bapak S. Sarpan dan Ibu Suparmi Suamiku teccinta, Dr. Achmad Prikatin, SpPD yang telah memberikan dlungan dan do'anys, seria enak-anakku tersayang Irfan Kuraia Pratama, Amalia Dwi Putri dan Adinda Rizkia Ramadhani, ara sejawat residen, staf medis dan paramedis di ruang IRNA A-4 dan IRJA ‘mata RSUP Dr. Kariadi Semarang Saya menyaderi bahwa peneltign ini masih jauh dari sempurna dan banyek Tkekurangan , maka dengan lapang hati says akan menerima saran dan rit yang diberikan. Semoga penelitian ini bermanféat dalam pengembangan ilmu dan pelayanan keschatan, Khususnya dalam bidang oftalmotogi Semarang, Maret 2004 Penulis ABSTRAK ‘Tujuan : Untuk mengetahui adanya komplikasi edema kornes, dekompensasi komea, itidosiklitis dan endofalmitis selama 12 mingeu (3 bulan ) pasca operasi dan apakah ada perbedaan wakt hilangnys tandeanda inflamasi pasca operasi katarak ekstra kapsuler ‘masal dengan den tanpa pemberian gentamisin pada cairan inigasi ‘Rancangan : Studi intervensi, secara acak "Tempat : Program operasi katarak masal di Kudus dan Semarang. Pasien : Sampel dibagi menjadi 2 kelompok, ait ‘Kelompok I : EKEK + LIO dengan gentamisin pada cairn irigasi, sebanyak 35 mata, ‘Kelompok IT: EKEK + L1O tanpa gentamisin pada cairanisigasi,sebanyak 35 mata Dilakukan pengamatan durante operasi dan pasca operasi. Pengamatan pasca operasi a berati tidak ada perbedaan / hubungan, bila ‘p< ca erat ada perbedaan /hubungan (c.~ 0,05). MIL. Definist operasional Penderita katarak adalah penderitakatarak yang menjalani operasi pada program ketarak masel di Propinsi Jawa Tengah Status oftalmologi : adalah pemeriksaan fisik mata yang meliputi visus, pemeriksaan segmen depan mata Status generalisata = adalah pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui kesan ‘keschata umum penderita yang disimpulkan oleh peneliti dari hasil anamnesis, ‘pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium sedeshana. 2 EKEK : adalah tindakan pembedshen pada lensa katerak dimana dilakukan pengeluaran koricks dan mukleus melalui kapsul anterior yang telah dirobek dengan meninggalkan kapsul posterior, sebagian kapsul anterior dan zomula yang smasih int, 50% konjungtiva Edema komen: dinilai dengan gradasi :°? 0 tidak ada edema komen | :edema korea ringan 2: edema kemnea dengan lipatan membran Descemiet 2 3 sedema kornea dengan lipatan membran Descemet dan permulaan fibrosis stroma 4 edema komea hebat dengan keratitis bulosa Flare: dinilai dengan gradasi 0: tidak ada flare 1 sringan seperti kabut 2: seperti kebut tapi defi iris masih tampa oti iris menjadi kabur sangat kabur dengan fibrin yang tampak jlas terkumpul i iris Operator : adalah doiter yang telah mampu melakukan operasi EKEK + LIO dengan aman. 4 BABIV LHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IVA. Karakteristik sampel Pada penelitian ini didapatkan sampel sebanyak 70 mata dari 65 penderit ‘Sampel tersebut dibagi menjadi kelompok I (dengan gentamisin )sebanyak 35 mata dan kkelompok I (tanpa gentamisin )sebanyak 35 mata, Distribusi umur dan jenis kelamin sampel dari iap-tiap Kelompok penelitian dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2. ‘Tabel |: Distribusi umur pada kedua kelompok. Umur Kelompok I Kelompok It rekuensiPersen FrekuensiPersen 40-49 1 29 5 43 50-39 6 Wm 3 143 60-69 16 457 is 34 n-9 2 343 7 Total 35 100 35 100 p02 Dari tabel 1 dapet dilhat bhwa sebagian besar sampel tedapat dalam kelompok ‘umur 60 — 79 tahun, baik pads kelompok 1 maupun kelompok 1. Pada tinjauan epustakaan disebutkan prevalensi katara senilis sebesar 50% pada wsia antara 65 ~ 74 tahun dan meningkat sampai 70% pada usia datas 75 tahun, Penyelidikan epidemiologi {juga menunjukkan babwa didserah-daerah yang sepanjang tahun selalu ada sinar ‘matahari yang ku, insiden kataraknya meningkat pada usia 65 tan atau lebih. Uji statistik didapatkan p = 0.242, al ini berart tidak ada perbedaan yang bermakna distribusi umur sampel antara kelompok I dengan ketompok If ( p> 0,05) 2s Tabel 2: Distrbusijenis kelamin pada kedua kelompok Jenis kelamin Kelompok I ‘Kelompok Tl FPrekuensi__Persen Frekuensi_Persen Pria 19 543 1B and Wonita 6 457 2 a9 Total 35 100 35 100 = 0230 Dari tabel 2 dapat dilihat pada kelompok T didapatkan sebanyak 19 sampel pia dan 16 sampel wanita, sodang pada kelompok If didapatkan sebanyak 13 sampel pra dan 22 sampel wanita. Pada umumnya jenis kelamin tidak memberikan perbedaan terhadap kkejadian katarak. Uji statistik didapatkan p = 0,230, hal ini berart tidak ada perbedaan ‘yang bermakmna distribusijeniskelamin antara kelompok I dengan kelompok Il (p 0.05). 1V.2. Hasil pengamatan selama operasi pada kedua kelompok penelitian 121. Operator Operator pada penclitian ini dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu spesialis mata dan tesiden mata. Tabel 3 menggambarkan distibusi operator. “Tabel 3: Distribusi operator katarak pada kedua ketompok. Operator Kelompok I Kelompok I Frekuensi__Persen. Frekuensi__Persen Spesialis Mata a 686 0 48,6 Residen Mata u 314 1s sia Total 35 100 35 100 Prous Dori tabel 3 dapat dilat pada kelompok I didspatkan sebanyak 24 sampel ioperesi oleh spesialis mata dan 11 sampel dioperasi oleh residen mata, Pads kelompok 1 didapatkan sebauyak 17 sampel dioperasi oleh spesialis mata dan 18 sampel dioperasi ‘oleh residen mata, Uji statistik didapatkan p ~ 0,145, hal ini berarti tidak ada perbedaan yang bermakna distribusi operator antara kelompok I dengan kefompok If (p> 0,08). 1.22. Lama Operasi Lama operasi disini dikelompokkan menjadi dus kelompok menggunakan batas svaktu 30 ment, yaita < 30 menit dan 2 30 menit, Tabel 4 menggamberkan distribust lama operasi ‘Tabel 4: Distribusi lama operasi pada kedua kelompok: Lama Operasi Kelompok I Kelompok It Frekuensi Person Frekvensi —Persen < 30 menit 4 409 9 237 > 30 menit 60a 26 m3 Total 3s 100 3s 100 70s Dari tab! 4 dapat ditihat pada kelompok I didapatkan 14 sampel dioperasi dalam ‘waktu < 30 menit dan 21 sampel diopevsi dalam waktu 2 30 menit Pada kelompok II didapatkan 9 sampel dioperasi dalam waktu < 30 menit dan 26 sampel dioperasi dalam ‘waktu 230 menit, Uji statistik didapatkan p ~ 0,309, hal ini berarti tidak ada perbedaan ‘yang bermakna lama operasi antarakelompok I dengan kelompok it (90,05). 1V.23. Komplikasiselama operasi Komplikasi selama operasi adalah penyulit yang tidak diinginkan, yang dapat terjadi selama operasi berlangsung, berupa prolaps iris, prolaps korpus vitreum, ruptur ‘kapsul posterior dan adanya darah pada bilik mate depan, Tidak semua sampel terjadi a komplikasi ini, etapi Kemungkinan dapat trjadi komplikasi lebih dari satu macam pada satu sampel. Tabel 5 menggamberkan kemungkinan komplikasi yang terjadi selama operas, Pada penelitian ini didapatkan 7 kemungkinan yang dapat terjai, yaitu a Tanpa komplikasi rola iris ‘Adanya darah pada bili mata depan (BMD) ‘Ruptur kapsul posterior dan prolaps corpus vitreum (CV) Prolaps iris dan adanya darah pada BMD Prolaps irs, ruptur kapsul posterior dan prolaps CV & Prolaps iris, rupture kapsul posterior, prolaps CV dan adanya. darah_ pada BMD ‘Tabel 5: Komplikasi selama operasi pada kedua ketompok: Komplikasi Kelompok I Kelompok II Frekuensi Persea rekuensi_Persen ‘Tanpa komplikasi 2» 2B 657 Protas iis 3 5 43 ‘Adaya darah pada BMD 0 1 29 Ruptur kapsul posterior 0,05). Pemberian gentamisin pada cairan irigasi tidak berpengaruh terhadap waktu hilangnya hiperemi konjungtive, Karena gentamisin diberikan kedalam intrakamen sehinggs ‘kermungkinan akan lebih berpengaruh terhadap teradinya reaksiinflamasi pada korea ddan bilik mata depan 30 1V32. Edema Kornea Edema kormea pasca operasi dalam 4 kali pengamatan pada kedua Kelompok ‘enelitian dapat dilihat pada gambar 3 dan gambar 4. ‘@Kelompok | |p Kelompok Il Frekuensi Haril Minggu! Bulan! Bulan il Edema Kornea pibet)=0209 p(aeg=0491 pln) =0.158 Gambar 3 : Edema korea pasca operasi fo ga free die kebrost ° ‘Gambar 4 ; Derajat edema korea pasca operasi Dari gambar 3 diatas dapat dilihat bahwa edema Kornea tampak pada scbagian ‘besar sampel, baik pada Kelompok J maupun Kelompok Il, pada pengamatan hari I dan ‘minggu I pasca operasi, Pada bulan T edema kornea sudah mulai menghilang pada 0,05). Pemberian ceentamisin pada caran irigasi tidak berpengaruh terhadap waktu hilangnya edema korea ddan tidak menyebabkan komplikasi dekompensasi kore. 1V.33. Flare pada Bilik Mata Depan Flare pada bilik mata depan ( BMD ) dalam 4 kali pengamatan pada Kedua kelompok penelitian dapat diihat pada gambar 5 dan gamber 6, = 204 E a taKelompok | 3° Kelompok t é 0 Haril Minggu! Bulan! Bulan it Flare pada bilik mata depan pte}=0479 p(agat)=0, 473 Gamibar 5 : Flare pada bilik mata depan pasea operasi ee = [akanpat| : aed z oo : read junhehelouh ite ela oe | oe | on |e | oe ‘Gambar 6 : Derajat flare pada BMD pasca operasi Dari gambar 5 diatas dapat dilihat bahwa pada pengamatan bari I kelompok 1 dlidapatkan flare pada 14 sampel, sedang pada kelompok Il didapatkan flare pada 15 sampel, Pada minggu I pasca operasi pada kelompok I tidak ada flare pada semua sampel, ‘sedang pada kelompok If masih ada flare pada 2 sampel. Pada bulan Idan bulan II pasca ‘operasi sua tidak ada flare pada kedua kefompok. 33 Dari gambar 6 dapat dilihat derajot fare pada pengameatan hari 1 didapatkan sebagian besar sampel dengan flare derajat 0, pada kelompok I sebagian kecil sampet dengan flare derajat Idan 2, sedang pada kelompok I sebagian kecilsampel dengan flare drat 1,2 dan 3, Pada pengamatan minggu 1 didapatkan flare derajat © pada semua sampel pada kelompok J, pada kelompok If didapatkan flare derajat 0 pada 33 sampel dan flare derajat 1 pada 2 sempel, Pada pengamatan bulan I dan bulan WI didapatkan flare deraat 0 (tidak ada flare) pada semua sampel pada kedua kelompok. ‘Trauma pada jaringan mata saat operasi Katarak dapat menyebabkan reaksi inflamasi. Adanya reaksi inflamasi ini maka pada pasca operasi dapat dijumpai edema kelopak yang ringan, injeksi konjungtiva, komea dengan edema minimal dan striae, bik ‘mata depan dengan reaksi selulerringan, + Chee dkk menelitiinlamasi pasca operasi dengan EKEK dibandingkan dengan inflamasi pasca operasi dengan fakoemulsifikas Derajat flare seielah operasi dengan EKEK akan kembeli seperti keadaan sebelum operasi dalam waktu 2 bulan, sedang pada fako terjadi setelah 1 bulan. ©? Pada penelitian ini semua sampel dioperasi dengan teknik EKEK, Hasilnya Derbeda dengan pencltian Chee dkk, pada peneltian ini flare pada bilik mata depan sebagian besar menghilang pada minggu I pasca operasi, bsik pada kelompok I maupun kelompok II dan pada bulan I dan bulan TI pasa operasi sudah tidsk didapatkan flare pada kedua kelompok. Uji statistik pada pengamatan hari I didepatkan p= 0,479 dan minggu I p= 0,473, hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna hilangnya flare pada blik mata 0,05 ). Pembcrian gentamisin pada cairan irigasi tidak berpengaruh terhadap waktu hilangnya flare dan tidak didapatkan komplikasi cendoftalmitissampai 12 minggu (3 bulan )pasea operas Vv. Hubungan antara komplikasi selama operasi dengan flare pada BMD ‘Hubungan antara komplikasi yang terjadi selama operasi dengan flare pada BMD pacia kediua kelompok penelitian dapat dist pada tabel 6, M Tabel 6 : Hubungan antara komplikasiselama operasi dengan flare pada BMD Kelompok I Kelompok II Flare(*) Flare) Fare(1) Flare) Frek % Frek _% Frek% Free % Dengankomplikasi 4 286-295 5 337 35 Tanpakomplikasi 10-714 19 904 0 667 13 65 p= 041906 p=09181 _ Dari tabel 6 dapat dilhat pada kelompok I didapatkan komplikasi selama operasi pada 6 sampel, 4 dari 6 sampel fersebut tejadi flare pada bilik mata depen, Pada kkelompok TI didapatkan komplikasi selama operasi pada 12 sampel, 5 dari 12 sampel ‘ersebut terjadi flare pada bilik mata depan, Pada sampel yang tidak terjadi komplikasi selama operas, baik pada kelompok I maupun kelompok I, jugs dapat terjai flare pada biti mata depen, masing-masing 10 sampel pada tap-tap kelompok. ‘Trauma pada jaringan mata dapat menimbulkan pengeluaran mediator inflamasi ‘antara lain prostaglandin, Prostaglandin dapat dikeluarkan oleh iris yang terkena traume, rmisainya irs tersinggung jarum kapsulotomi,tersinggung oleh masa lensa atau terkena irigasi. © Adanya prolaps korpus vitreum selama operasi dapat mengakibatian keratopati Dbulose,prolaps iris, uveitis, laukoma dan endoftalmitis. Dari tabel 6 dapat dilihat adanya komplikasi selama operasi akan mengakibatkan banyak menipulasi terhadap jaringan mata sehingga kemungkinan akan terjadi reaksi inflamasi / flare pada bilik mata depan, Pada sampel yang tidak terjadi komplikasi selama coperasi juga dapat terjadi fare pada bilik mata depan, kemungkinan karena adanya trauma peda iris slams operai berlangsung, seperti yang telah disebutkan diatas. Uji statisti untuk mengetabui hubungan antara komplikasi selama operasi dengan ‘erjadinya flare pada bilik mata depan pada kelompok I didapatkan p= 0,1906 dan pada kKelompok if didapetkan p= 0.9181, Hal ini berart tidak ada hubungan antara komplikesi ‘yang terjadi selama operasi dengan terjadinya flare pada bik mata depan, dan tidak ada perbedaan antarakelompok I dengan kelompok IL IVA. Visus Pasea Operasi 1V.4.1. Perubahan visus dalam empat kali pengamatan pasea operasi Untuk mengukur Kualitas hasil operasi, WHO memberikan tsiteria tajam penglihatan menjadi baik, sedang dan buruk. Visus 6/6 ~ 6/18 termasuk dalam kateyori penglihatan balk, visus < 6/18 ~ 6/60 termasuk penglihatan sedang dan visus < 6/60 termasuk penglihatan buruk. °° Visus pasca operasi pada penelitian ini, yang terbagi dalam 4 ( empet ) kali pengamatan pada Kedua kelompok dapat dilihat pada gambar 7 dan gambar 8 20} favear ea ev Sedera ‘0 [aveue | ° 4 ~ Hari| Minggu! Bulan! Bulan il Visus pada kelompok | Gambar 7 : Visus pasca operasi pada kelompok I OVBak | BV Sedang lov Bunk Hari Minggu! Bulan! Bulan ti Visus pada kelompok It Gambar 8 : Visus pasa operasi pada kelompok II Pada gambar 7 dapat dilhat perubahan visus pada kelompok I. Pada pengamatan hari 1 pasca operasi didapatkan visus buruk pada semua sampel. Pads pengamatan- pengamatan selanjuny terjadi perbaikan visus, yaitu terjadi penurunan jumlah sampel dengan visus buruk dan terjadi peingkstan jumilah sampel dengan visussedang dan baik. 36 Pada gambar 8 dapat dilihat perubahan visus pada kelompok I yang hampir sama dengan kelompok I. Pada pengamatan hari I pasca operasi didapatkan visus buruk pada semua sampel, Pade pengamatan minggu I, blan T dan bulan If didapetkan penurunan {jumlah sampel dengan visus buruk dan terjadi peningkatan jumlah sampel dengan visus sedang dan baik Dari gambar 7 den gambar 8 datas dapat kita lihat pada pengamatan har I pasca operasi didapatkan visus buruk pada semua sampel kemungkinan karena ada edema korea dan flare pada bilik mata depan. Terjadinya perbaikan visus dalam pengamatan- samatan selanjutnya seiring dengan hilangnys tanda-tanda inflamasi pasca operasi ‘Adanya perbaikan visus tersebut juga dspat menunjukkan bahwa pemberian gentamisin paca cairan irigai terbukti aman dan tidak menyebabkan toksik pads korn. 1V.4.2. Visus bulan IIL pasea operasi ‘Keadaan visus bulan I pasca operasi tanpa koreksi dan seiclah koreksi pada kredua kelompok penelitian dapat dilhat pada tabel 7. ‘Tabel 7: Visus bulan IT pada kedua kelompok Visus bulan 11 Kelompok I Kelompok IT Frokuensi Persen——“Frekuensi—_Persen Tanpa korekst Visus Baik 5 43 5 43 Visus Sedang, 19 543 B 371 p0500 Visus Burak u 314 7 486 Dengan koreks ‘Visus Baik 16 457 20 5 Visus Sedang, 2 343 8 29 poss Visus Buruk 7 20 7 20 37 Dari tabel 7 dapat dilhst bebwa visus bulan IIT tanpa koreksi, pada kelompok I sebagian besar sampel masuk Kategori visus sedang, dengan koreksi terbaik visus akan menjadi lebih baik dan sebagian besar masuk Kategori visus baik, Pada kelompok 1, visws bulan II tanpa koreksi sebagian besar sampel masuk Kategori visus buruk, dengan koreksi terbaik visus akan menjadi lebih baik dan sebagian besar masuk kategori visus bak Uji statistic pada visus bulan IT tanpa Koreksi didapatkan p ~ 0,300, hal int berarti keadaan visus bulan II tanpa Koreksi tidak ada perbedaan bermakna entara ‘elompok I dan kelompok 1 Uji statistik pada visus bulan II dengan koreksi didapatkan ‘p= 0,537, hal ini berarti Keadaan visus bulan TIT dengan koreksi tidak ada perbedsan yang bermakna antara kelompok Idan kelompok I, 1V.4.3, Hubungen antara komplikasi selama operasi dengan visus bulan TIT ‘Hubungan antara komplikasi yang terjadi selama operasi dengan visus bulan M1 tanpa koreksi pada kedua kelompok penelitan dapat dilhat pada tabel 8, ‘Tabel 8; Hubungan antara komplikasi selama operasi dengan visus bulan It Kelompok I Kelompok it V.Buk V,Sedang V,Buuk V.Bak V. Sedang _V. Buruk CH) 6%) eo ‘Adekompikasi 1.0) -3.(458) 2182) 240) 4 GOB) 6 GS.) ‘Tanpakomplikasi 4 (€0) 1642) 9818) 3.60) 9.692) 110647) 0.9695 p= o.0523 Dari tabet 8 dapat diihat bahwa pada kelompok T didapatkan komplikasi selama operasi pada 6 sampel dengan hasilvisus pasea operasi_bulan II yang masuk Kategori visus baik sebanyak 1 sampel, visus sedang 3 sampel dan visus buruk 2 sampel. Pada kelompok If didapatka komplikasi selama operasi pada 12sampel dengan hasil visus ‘pesca operasi bulan II yang masuk kategori visus baik sebanyak 2 sampel,visus sedang 4 sampel dan visus burak 6 sampel ‘Uji statisti untuk mengetahui hubungan antara Komplikasi yang terjad selama ‘operasi dengan visus bulan II pada kelompok I didapatkan p = 0,969, pada kelompol

You might also like