Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok
Asisten
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hormon tumbuhan atau phytohormon adalah zat pengatur yang
dihasilkan oleh tumbuhan yang dalam konsentrasi rendah mengatur proses-proses
fisiologis dalam tubuh tumbuhan. Zat pengatur tumbuh merupakan senyawasenyawa organik selain nutrisi, baik yang dihasilkan sendiri dalam tumbuhan
maupun senyawa-senyawa kimia sintetik yang dalam jumlah kecil memascu,
menghambat atau sebaliknya merubah beberapa proses fisiologi dalam tumbuhan
(Heddy, 1986).
Auksin merupakan salah satu zat pengatur tumbuh tanaman (plant
growth regulator) yang aktivitasnya dapat merangsang atau mendorong
pengembangan sel. Keberadaan IAA (Indole Acetic Acid) di alam dapat
diidentifikasikan sebagai auksin yang aktif di dalam tumbuhan (endogenous) yang
diproduksi dalam jaringan meristematik yang aktif. Contoh IAA dapat ditemukan
ditunas, sedangkan IBA (Indole Butyric Acid) dan NAA (Naphtaleneacetic acid)
merupakan auksin sintetis (Hoesen et al., 2000).
Auksin merupakan zat pengatur tumbuh yang banyak dihasilkan di
jaringan-jaringan yang masih giat membelah, seperti bagian pucuk tumbuhan.
Peranan auksin antara lain dalam pembelahan dan pembesaran sel serta
diferensiasi sel. IAA, IBA merupakan suatu contoh jenis auksin yang dapat
dihasilkan di luar tubuh tumbuhan itu sendiri. Perlakuan auksin pada stek batang
tumbuhan diketahui dapat mempercepat, memperbanyak atau meningkatkan
proses pembentukan akar pada stek tersebut. besarnya pengaruh auksin pada
pembentukan akar stek ini dipengaruhi oleh konsentrasi auksin yang diberikan
maupun media yang digunakan yaitu pasta lanolin atau talk (Hoesen et al., 2000).
Puring (Codiaeum variegatum) merupakan tanaman indemik Indonesia.
Jenis tanaman ini paling banyak terdapat di bagian timur Indonesia. Semula,
tanaman ini dianggap sebagai tanaman liar. Adapun keindahan tanaman ini
terletak pada daunnya yang eksotik. Baik warna maupun bentuk daunnya, cukup
banyak memiliki variasi. Tanaman ini merupakan salah satu tumbuhan yang
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum peranan auksin terhadap perakaran stek adalah untuk
mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan NAA
serta akuades.
B. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum peranan auksin terhadap
perakaran stek adalah:
1. Stek batang disiapkan.
2. Pangkal stek batang dicelupkan dalam zat pengatur tubuh dengan konsentrasi
masing-masing adalah IAA 50 ppm, IAA 100 ppm, NAA 50 ppm, NAA 100
ppm dan akuades sebagai kontrol selama 5 menit.
3. Stek batang Masukan tersebut dalam larutan hara
4. Diamati selama 3minggu.
5. Setelah 3 minggu dihitung jumlah akar yang tumbuh dan ukur panjang
akarnya.
dB
Perlakuan
JK
5
Galat
12
Total
17
4,500000
18,00000
0
22,50000
0
K
T
Fhitung
0,6
F Table
0,05
0,01
ns
3,11
5,06
dB
Perlakua
n
JK
5 0,044444
Galat
12 0,106667
Total
17
KT
0,00888
9
0,00888
9
F Table
0,05
0,01
Fhitung
ns
3,11
5,06
0,151111
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh dari tabel anova, didapatkan
untuk kedua parameter yang diujikan menghasilkan data yang non signifikan, yang
berarti perlakuaan penambahan hormon auksin terhadap perakaran stek tidak
berpengaruh. Ini tidak sesuai dengan pernyataan Abidin (1985), konsentrasi auksin
dalam tanaman mempengaruhi pertumbuahan tanaman. Pengaruh IAA dalam akar
biasanya menghambat perpanjangan sel, kecuali pada konsentrasi yang sangat
rendah. NAA adalah senyawa kimia yang mempunyai aktivitas seperti auksin (IAA
buatan) yang mempunyai pengaruh berkebalikan dengan auksin pertumbuhan akar.
Wilkins (1969), auksin bertindak untuk meningkatnya perbesaran sel. Auksin adalah
subtansi organik yang pada konsentrasi rendah meningkatkan pertumbuhan
disepanjang sumbu longitudinal, digunakan pada pucuk tanaman yang dibebaskan
jauh dari subtansi yang dipisahkan. Auksin juga menghambat elongasi pemuliaan
akar.
Menurut Gaspar et al. (1996) dalam Riyadi, I. dan Tahardi, J.S. (2005),
auksin sangat diperlukan dalam pertumbuhan organogenesis termasuk dalam
pembentukan akar. Kombinasi auksin dengan konsentrasi yang tepat dapat
meningkatkan inisiasi dan induksi akar pada kultur. Kombinasi NAA dan IBA
masing-masing 0,05 mg/l mampu menghasilkan pengakaran tertinggi, sehingga
kombinasi dan konsentrasi ini merupakan perlakuan yang efektif untuk induksi akar.
Stek merupakan cara perkembangbiakan tumbuhan yang paling mudah
dilakukan karena tidak memerlukan cara-cara rumit. Cara perkembangbiakan stek
dibagi menjadi dua jenis yaitu stek batang dan stek daun.
1. Perkembangabiakan stek batang adalah cara perkembangbiakan tanaman dengan
batang tumbuhan. Batang tumbuhan dipotong dengan alat potong seperti golok
atau gergaji dengan panjang sesuai kebutuhan. Stek batang dapat dilakukan pada
ketela pohon, tebu, bambo, kole, pohon dedi (sejenis pohon yang daunnya akan
mengeluarkan lendir apabila digilas dengan air), beluntas, serta masih banyak
tumbuhan lain yang biasa ditanam. Umumnya cara stek batang ini banyak
dilakukan oleh para petani atau pemilik tanah untuk menanami batas tanah mereka
dengan pagar hidup, selain pagar bisa bertahan lama, daun tumbuhan pagar hidup
juga bisa dimanfaatkan untuk pupuk kompos, makanan ternak, atau sebagai lalap
makanan. Manfaat pagar hidup bisa lebih banyak lagi, tergantung dari jenis
tumbuhan yang ditanam. Selain sebagai pagar hidup, juga bisa dimanfaatkan
sebagai hiasan serta untuk menjaga erosi dan longsor. Setek batang dapat
dilakukan dengan cara memotong batang tumbuhan sesuai kebutuhan, kemudian
salah satu ujungnya dibenamkan ke dalam tanah (Abidin, 1989).
2. Perkembangbiakan tumbuhan dengan cara stek daun merupakan
cara
rendah, dengan asam amino triptofan merupakan prekursor utamanya. Hormon ini
berpengaruh terhadap pertumbuhan dengan merangsang pembesaran sel, dalam
merangsang pembelahan sel dan perubahan-perubahan lainnya, auksin bekerjasama
dengan hormon lain. Seorang ilmuwan bernama Went mendapatkan auksin pada
ujung koleoptil kecambah sejenis gandum Avena sativa, kemudian diketahui bahwa
ujung-ujung spesies lain juga mempunyai zat yang fungsinya sama dengan auksin
tersebut; zat tersebut lalu diberi nama auksin-b. Auksin-b ini tidak mempengaruhi
pertumbuhan spesies lain. Auksin-a (C18H32O5) mempengaruhi pertumbuhan Avena
dan spesies lain (Gardner, dkk., 1991).
Urine manusia maupun hewan juga mengandung auksin, yaitu auksin-a,
auksin-b, dan suatu zat yang disebut hetero-auksin; hetero-auksin adalah asam indolasetat atau AIA. AIA berasal dari asam amino triptofan; dengan pertolongan berbagai
enzim, triptofan menjadi AIA dengan melalui zat antara indol-asetaldehid. Indolasetaldehida berasal dari asam indolpiruvat atau dari triptamin dan kedua zat tersebut
berasal dari triptofan. Pembentukan triptofan memerlukan Zn. Oleh karena itu,
tanaman yang kekurangan unsure Zn tidak dapat membentuk triptofan, sehingga
pembentukan auksin menjadi terhalang. Senyawa kimia yang mempunyai aktifitas
seperti auksin selain IAA yaitu Naphtalen Acetic Acid (NAA). Setelah ditemukan
rumus kimia auksin, maka terbuka jalan untuk menciptakan jenis auksin sintetis
seperti Hidrazil
kesempatan untuk meresap air dari sel-sel yang ada di bawahnya karena sel-sel yang
terdekat pada titik tumbuh mempunyai nilai osmosis yang tinggi, dengan demikian
diperoleh sel-sel yang panjang dengan vakuola yang besar di daerah belakang titik
tumbuh. Stek dapat menghasilkan auksin sendiri PGPR setelah inokulasi. PGPR
menghasilkan persentase yang lebih tinggi dari akar pertumbuhan dan kualitas yang
lebih baik dalam hal akar panjang, diameter, berat kering akar dan lain-lain.
PGPR mampu memberikan suatu efek menguntungkan pada pertumbuhan tanaman
seperti peningkatan pertumbuhan akar dan berat badan.
c. Kadar auksin
Kadar auksin yang tinggi akan menggiatkan pengembangan sel-sel batang, akan
tetapi menghambat pertumbuhan sel-sel akar.
Ada dua kelompok besar yang berpengaruh pada keberhasilan stek pucuk,
diantaranya sebagai berikut :
1. Internal (Individu stek pucuk)
Asal bibit (kebun pangkas)
Ketinggian posisi stek diambil dan Juvenilitas. Tingkat juvenilitas bahan stek
sangat dipengaruhi oleh umur tanaman dan merupakan salah satu faktor yang
menentukan kemampuan perakaran bahan stek. Tingkat juvenilitas pucuk
bahan stek umumnya menentukan kandungan auksin dan nutrisi bahan stek.
Tanaman yang tua dan sulit berakar dapat direjuvensi. Salah satu teknik
rejuvensi adalah penyambungan tunas tua dengan tanaman bawah yang
berumur muda secara berseri hingga tunas mampu berakar (Danu et,. al, 2010).
Hormon, setiap jenis tumbuhan mempunyai kandungan hormon yang berbeda.
Ada yang banyak sehingga mudah menumbuhkan akar seperti batang singkong
ada juga yang tidak punya sehingga tak bisa dilakukan penyetekan pucuk
seperti pisang. Banyak mikroorganisme yang berinteraksi dengan tanaman
dapat mensintesis hormon yang mirip dengan yang dihasilkan oleh tanaman
sebagai pertumbuhan regulator, seperti auksin, giberelin dan sitokin, di antara
hormon tersebut auksin adalah salah satu yang paling terkenal phytohormones
karena peran penting dalam awal proses akar lateral dan adventif formasi
menguapnya stek pucuk baik waktu pengambilan pucuk atau waktu penyapihan
sampai tumbuh akar adalah hal yang sangat berperan pada tingkat hidup stek
pucuk.
b. Penyerapan air oleh stek masih belum optimal karena akar yang merupakan alat
tumbuhan untuk menyerap air.
KESIMPULAN
1. Kedua parameter yang diujikan menghasilkan data yang non signifikan, yang
berarti perlakuaan penambahan hormon auksin terhadap perakaran stek tidak
berpengaruh.
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja auksin ada beberapa, yaitu cahaya, gaya
berat dan kadar auksin.
DAFTAR REFERNSI
Abidin, 1989. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa,
Bandung.
Abidin, Z. 1985. Dasar-dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh. Penerbit
Angkasa, Bandung.
Avci Suleyman, Sati Cocu, Muhammad Aasim, Cengiz Sancak and Sebahattin
Ozcan. 2010. Effects of treating with auxin solutions on rooting of cuttings of
sainfoin (Onobrychis viciifolia). Tropical Grasslands : Volume 44, 123127.
Danu, Iskandar Z. Siregar, Cahyo Wibowo, dan Atok Subiakto. 2010. Pengaruh
Umur Sumber Bahan Stek Terhadap Keberhasilan Stek Pucuk Meranti
Tembaga. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. Vol.7 No.3, 131-139.
Erturk Yasar, Sezai Ercisli, Ayhan Haznedar and Ramazan Cakmakci. 2010. Effects
of plant growth promoting rhizobacteria (PGPR) on rooting and root growth of
kiwifruit (Actinidia deliciosa) stem cuttings. Ispir, Erzurum, Turkey. Biol Res
43: 91-98.
Gardner, F.P., R. B. Pearce, Roger L. Mitchell., 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Penerjemah Herawati Susilo dan Pendamping Subiyanto.
Cetakan
Pertama.Penerbit Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Heddy, 1986. Hormon tumbuhan.
Malang. Rajawali Jakarta.
Riyadi, I. dan Tahardi, J.S. 2005. Pengaruh NAA dan IBA terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tunas kina (Cinchona succirubra). Jurnal Bioteknologi
Pertanian, Vol. 10, No. 2, 2005, pp. 45-50.
Wilkins, M. B. 1969. Physiology of Plant Growth and Development. Mc
Graw Hill Publishing Company Limited, England