You are on page 1of 13

PERANAN AUKSIN TERHADAP PERAKARAN STEK

Oleh:
Nama
NIM
Rombongan
Kelompok
Asisten

: Siti Nur Hidayah


: B1J011026
: III
:4
: Putri Dhiyas Destiana

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2013

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hormon tumbuhan atau phytohormon adalah zat pengatur yang
dihasilkan oleh tumbuhan yang dalam konsentrasi rendah mengatur proses-proses
fisiologis dalam tubuh tumbuhan. Zat pengatur tumbuh merupakan senyawasenyawa organik selain nutrisi, baik yang dihasilkan sendiri dalam tumbuhan
maupun senyawa-senyawa kimia sintetik yang dalam jumlah kecil memascu,
menghambat atau sebaliknya merubah beberapa proses fisiologi dalam tumbuhan
(Heddy, 1986).
Auksin merupakan salah satu zat pengatur tumbuh tanaman (plant
growth regulator) yang aktivitasnya dapat merangsang atau mendorong
pengembangan sel. Keberadaan IAA (Indole Acetic Acid) di alam dapat
diidentifikasikan sebagai auksin yang aktif di dalam tumbuhan (endogenous) yang
diproduksi dalam jaringan meristematik yang aktif. Contoh IAA dapat ditemukan
ditunas, sedangkan IBA (Indole Butyric Acid) dan NAA (Naphtaleneacetic acid)
merupakan auksin sintetis (Hoesen et al., 2000).
Auksin merupakan zat pengatur tumbuh yang banyak dihasilkan di
jaringan-jaringan yang masih giat membelah, seperti bagian pucuk tumbuhan.
Peranan auksin antara lain dalam pembelahan dan pembesaran sel serta
diferensiasi sel. IAA, IBA merupakan suatu contoh jenis auksin yang dapat
dihasilkan di luar tubuh tumbuhan itu sendiri. Perlakuan auksin pada stek batang
tumbuhan diketahui dapat mempercepat, memperbanyak atau meningkatkan
proses pembentukan akar pada stek tersebut. besarnya pengaruh auksin pada
pembentukan akar stek ini dipengaruhi oleh konsentrasi auksin yang diberikan
maupun media yang digunakan yaitu pasta lanolin atau talk (Hoesen et al., 2000).
Puring (Codiaeum variegatum) merupakan tanaman indemik Indonesia.
Jenis tanaman ini paling banyak terdapat di bagian timur Indonesia. Semula,
tanaman ini dianggap sebagai tanaman liar. Adapun keindahan tanaman ini
terletak pada daunnya yang eksotik. Baik warna maupun bentuk daunnya, cukup
banyak memiliki variasi. Tanaman ini merupakan salah satu tumbuhan yang

termasuk ke dalam family Euphorbiaceae. Tanaman ini sendiri tumbuh dan


tersebar dari daerah beriklim panas hingga daerah subtropika. Namun, Kepulauan
Maluku di Indonesia diklaim sebagai habitat Puring yang beredar sejak berabad
tahun yang lalu. Tinggi tanaman Puring ini bisa mencapai 5 meter, dengan lebar
daun sekitar 2 cm, dan panjang daun sekitar 5-7 cm. Struktur lebar daun yang
tipis, memanjang tanpa lekukan di tepi daun (Widyanti, 2013).

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum peranan auksin terhadap perakaran stek adalah untuk
mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi zat pengatur tumbuh IAA dan NAA
serta akuades.

II. MATERI DAN METODE


A. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum peranan auksin terhadap perakaran stek
adalah gelas piala, pisau, penggaris, dan gelas ukur.
Bahan yang digunakan dalam praktikum peranan auksin terhadap perakaran
stek adalah stek batang tanaman puring , zat pengatur tumbuh IAA dan NAA masingmasing dengan konsentrasi 50 dan 100 ppm, dan akuades.

B. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum peranan auksin terhadap
perakaran stek adalah:
1. Stek batang disiapkan.
2. Pangkal stek batang dicelupkan dalam zat pengatur tubuh dengan konsentrasi
masing-masing adalah IAA 50 ppm, IAA 100 ppm, NAA 50 ppm, NAA 100
ppm dan akuades sebagai kontrol selama 5 menit.
3. Stek batang Masukan tersebut dalam larutan hara
4. Diamati selama 3minggu.
5. Setelah 3 minggu dihitung jumlah akar yang tumbuh dan ukur panjang
akarnya.

Hasil dan Pembahasan:


A. Hasil
1. Parameter Jumlah Akar
SR

dB

Perlakuan

JK
5

Galat

12

Total

17

4,500000
18,00000
0
22,50000
0

K
T

Fhitung

0,6

F Table
0,05
0,01
ns

3,11

5,06

2. Parameter Panjang Akar


SR

dB

Perlakua
n

JK
5 0,044444

Galat

12 0,106667

Total

17

KT
0,00888
9
0,00888
9

F Table
0,05
0,01

Fhitung
ns

3,11

5,06

0,151111

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh dari tabel anova, didapatkan
untuk kedua parameter yang diujikan menghasilkan data yang non signifikan, yang
berarti perlakuaan penambahan hormon auksin terhadap perakaran stek tidak
berpengaruh. Ini tidak sesuai dengan pernyataan Abidin (1985), konsentrasi auksin
dalam tanaman mempengaruhi pertumbuahan tanaman. Pengaruh IAA dalam akar
biasanya menghambat perpanjangan sel, kecuali pada konsentrasi yang sangat
rendah. NAA adalah senyawa kimia yang mempunyai aktivitas seperti auksin (IAA
buatan) yang mempunyai pengaruh berkebalikan dengan auksin pertumbuhan akar.
Wilkins (1969), auksin bertindak untuk meningkatnya perbesaran sel. Auksin adalah
subtansi organik yang pada konsentrasi rendah meningkatkan pertumbuhan
disepanjang sumbu longitudinal, digunakan pada pucuk tanaman yang dibebaskan
jauh dari subtansi yang dipisahkan. Auksin juga menghambat elongasi pemuliaan
akar.

Menurut Gaspar et al. (1996) dalam Riyadi, I. dan Tahardi, J.S. (2005),
auksin sangat diperlukan dalam pertumbuhan organogenesis termasuk dalam
pembentukan akar. Kombinasi auksin dengan konsentrasi yang tepat dapat
meningkatkan inisiasi dan induksi akar pada kultur. Kombinasi NAA dan IBA
masing-masing 0,05 mg/l mampu menghasilkan pengakaran tertinggi, sehingga
kombinasi dan konsentrasi ini merupakan perlakuan yang efektif untuk induksi akar.
Stek merupakan cara perkembangbiakan tumbuhan yang paling mudah
dilakukan karena tidak memerlukan cara-cara rumit. Cara perkembangbiakan stek
dibagi menjadi dua jenis yaitu stek batang dan stek daun.
1. Perkembangabiakan stek batang adalah cara perkembangbiakan tanaman dengan
batang tumbuhan. Batang tumbuhan dipotong dengan alat potong seperti golok
atau gergaji dengan panjang sesuai kebutuhan. Stek batang dapat dilakukan pada
ketela pohon, tebu, bambo, kole, pohon dedi (sejenis pohon yang daunnya akan
mengeluarkan lendir apabila digilas dengan air), beluntas, serta masih banyak
tumbuhan lain yang biasa ditanam. Umumnya cara stek batang ini banyak
dilakukan oleh para petani atau pemilik tanah untuk menanami batas tanah mereka
dengan pagar hidup, selain pagar bisa bertahan lama, daun tumbuhan pagar hidup
juga bisa dimanfaatkan untuk pupuk kompos, makanan ternak, atau sebagai lalap
makanan. Manfaat pagar hidup bisa lebih banyak lagi, tergantung dari jenis
tumbuhan yang ditanam. Selain sebagai pagar hidup, juga bisa dimanfaatkan
sebagai hiasan serta untuk menjaga erosi dan longsor. Setek batang dapat
dilakukan dengan cara memotong batang tumbuhan sesuai kebutuhan, kemudian
salah satu ujungnya dibenamkan ke dalam tanah (Abidin, 1989).
2. Perkembangbiakan tumbuhan dengan cara stek daun merupakan

cara

perkembangbiakan yang mudah dilakukan, dengan menggunakan daun tumbuhan


sebagai bibit untuk dijadikan tanaman baru. Caranya sangat sederhana, daun
tumbuhan dipetik, kemudian disimpan di atas permukaan tanah yang teduh dan
lembab. Setiap tiga hari sekali kita melihat daun yang kita setek. Hal ini
dimaksudkan agar daun selalu ada dalam keadaan basah dan lembab. Penanaman
stek daun dapat dilakukan pada cocor bebek, begonia dan sri rejeki (Abidin,
1989).
Auksin atau asam indole-3-asetat (Indole-3-Acetic Acid = IAA) adalah auksin
asli tumbuhan. Auksin terdapat dalam jaringan dalam konsentrasi yang sangat

rendah, dengan asam amino triptofan merupakan prekursor utamanya. Hormon ini
berpengaruh terhadap pertumbuhan dengan merangsang pembesaran sel, dalam
merangsang pembelahan sel dan perubahan-perubahan lainnya, auksin bekerjasama
dengan hormon lain. Seorang ilmuwan bernama Went mendapatkan auksin pada
ujung koleoptil kecambah sejenis gandum Avena sativa, kemudian diketahui bahwa
ujung-ujung spesies lain juga mempunyai zat yang fungsinya sama dengan auksin
tersebut; zat tersebut lalu diberi nama auksin-b. Auksin-b ini tidak mempengaruhi
pertumbuhan spesies lain. Auksin-a (C18H32O5) mempengaruhi pertumbuhan Avena
dan spesies lain (Gardner, dkk., 1991).
Urine manusia maupun hewan juga mengandung auksin, yaitu auksin-a,
auksin-b, dan suatu zat yang disebut hetero-auksin; hetero-auksin adalah asam indolasetat atau AIA. AIA berasal dari asam amino triptofan; dengan pertolongan berbagai
enzim, triptofan menjadi AIA dengan melalui zat antara indol-asetaldehid. Indolasetaldehida berasal dari asam indolpiruvat atau dari triptamin dan kedua zat tersebut
berasal dari triptofan. Pembentukan triptofan memerlukan Zn. Oleh karena itu,
tanaman yang kekurangan unsure Zn tidak dapat membentuk triptofan, sehingga
pembentukan auksin menjadi terhalang. Senyawa kimia yang mempunyai aktifitas
seperti auksin selain IAA yaitu Naphtalen Acetic Acid (NAA). Setelah ditemukan
rumus kimia auksin, maka terbuka jalan untuk menciptakan jenis auksin sintetis
seperti Hidrazil

atau 2,4-D (asam 2,4-Diklorofenolsiasetat), NAA (asam a-

Nattalenasetat), Bonvel D (asam 3,6-Dikloro-O-anisat/dikambo), Amiben atau


Kloramben (Asam 3-amino 2,5diklorobenzoat) dan Pikloram/Tordon (asam 4amino-3,5,6-trikloro-pikonat) (Abidin, 1989).
Ujung-ujung koleoptil maupun ujung-ujung tunas mempunyai enzim yang
diperlukan untuk pengubahan triptofan menjadi AIA, sehingga auksin banyak
disusun di jaringan-jaringan meristem di dalam ujung-ujung tanaman seperti tunas,
kuncup bunga, pucuk daun dan ujung akar. Fungsi auksin yang utama adalah
menambah kegiatan pembelahan sel di jaringan meristem, selain itu juga sebagai
pengembangan sel-sel yang ada di daerah belakang meristem, sehingga sel-sel
tersebut menjadi panjang dan berisi air. Auksin mempengaruhi pengembangan
dinding sel, sehingga mengakibatkan berkurangnya tekanan dinding sel terhadap
protoplasma. Akibat tekanan dinding sel berkurang, protoplasma mendapat

kesempatan untuk meresap air dari sel-sel yang ada di bawahnya karena sel-sel yang
terdekat pada titik tumbuh mempunyai nilai osmosis yang tinggi, dengan demikian
diperoleh sel-sel yang panjang dengan vakuola yang besar di daerah belakang titik
tumbuh. Stek dapat menghasilkan auksin sendiri PGPR setelah inokulasi. PGPR
menghasilkan persentase yang lebih tinggi dari akar pertumbuhan dan kualitas yang
lebih baik dalam hal akar panjang, diameter, berat kering akar dan lain-lain.
PGPR mampu memberikan suatu efek menguntungkan pada pertumbuhan tanaman
seperti peningkatan pertumbuhan akar dan berat badan.

PGPR pada stek dari

tanaman yang berbeda spesies menunjukkan genotype tergantung perakaran dan


mengkatkan pertumbuhan akar. Patten dan Glick melaporkan bahwa IAA
memproduksi Pseudomonas putida meningkat panjang canola akar semai (Erturk et.
al., 2010). IAA merupakan auksin unggul untuk digunakan dalam peranan auksin
terhadap perakaran stek. Secara umum, auksin dicampur dengan media MS cair
ditambah 30 g / L gula lebih efektif dalam menstimulasi perakaran stek batang dari
auksin dicampur dengan air suling. Unsur-unsur mikro dan makro dan vitamin dalam
medium MS cair mungkin telah merangsang perakaran, menghasilkan hasil lebih
unggul di atas bahwa dengan suling air berbasis solusi. Inisiasi akar stek meningkat
pada beberapa tanaman ketika vitamin C, B1 atau K ditambahkan ke dalam larutan
zat pengatur tumbuh (Suleyman Avci et., al 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja auksin dalam sel menurut Heddy
(1986) adalah sebagai berikut :
a. Cahaya
Sinar dapat merusak auksin dan dapat menyebabkan pemindahan auksin ke
jurusan yang menjauhi sinar. Sinar nila merusak auksin atau mencegah terjadinya
auksin. Ada dua macam pigmen yang suka meresap sinar nila, yaitu betakarotin
dan riboflavin. Riboflavin terdapat di dalam ujung-ujung batang, dan meskipun
tanpa betakarotin pengaruh fototropisme tetap ada, sehingga riboflavin merupakan
pigmen yang meresap sinar nila yang dapat merusak enzim-enzim yang membantu
pembentukan AIA dan triptofan.
b. Gaya berat
Peredaran auksin adalah dari puncak menuju ke dasar (bagian akar). Sisi bawah
dari ujung batang menerima lebih banyak auksin daripada sisi sebelah atas sebagai
akibat dari pengaruh gaya berat.

c. Kadar auksin
Kadar auksin yang tinggi akan menggiatkan pengembangan sel-sel batang, akan
tetapi menghambat pertumbuhan sel-sel akar.
Ada dua kelompok besar yang berpengaruh pada keberhasilan stek pucuk,
diantaranya sebagai berikut :
1. Internal (Individu stek pucuk)
Asal bibit (kebun pangkas)
Ketinggian posisi stek diambil dan Juvenilitas. Tingkat juvenilitas bahan stek
sangat dipengaruhi oleh umur tanaman dan merupakan salah satu faktor yang
menentukan kemampuan perakaran bahan stek. Tingkat juvenilitas pucuk
bahan stek umumnya menentukan kandungan auksin dan nutrisi bahan stek.
Tanaman yang tua dan sulit berakar dapat direjuvensi. Salah satu teknik
rejuvensi adalah penyambungan tunas tua dengan tanaman bawah yang

berumur muda secara berseri hingga tunas mampu berakar (Danu et,. al, 2010).
Hormon, setiap jenis tumbuhan mempunyai kandungan hormon yang berbeda.
Ada yang banyak sehingga mudah menumbuhkan akar seperti batang singkong
ada juga yang tidak punya sehingga tak bisa dilakukan penyetekan pucuk
seperti pisang. Banyak mikroorganisme yang berinteraksi dengan tanaman
dapat mensintesis hormon yang mirip dengan yang dihasilkan oleh tanaman
sebagai pertumbuhan regulator, seperti auksin, giberelin dan sitokin, di antara
hormon tersebut auksin adalah salah satu yang paling terkenal phytohormones
karena peran penting dalam awal proses akar lateral dan adventif formasi

dan pemanjangan akar .


2. Faktor Lingkungan
Kelembaban diatas 80-90%
Suhu Udara dibawah 30C
Aerasi yang baik
Intensitas Cahaya
Media
PemberianHormon
CaraMenyetek
Lama Pengambilan Stek
Pemeliharaan
Faktor-faktor diatas ada beberapa hal yang sangat berpengaruh pada tingkat
kematian stek pucuk diantaranya sebagai berikut :
a. Dehidrasi, karena pucuk tanaman merupakan bagian yang paling lunak dan baru
maka tingkat penguapannya lebih besar dibandingkan batang, maka menjaga

menguapnya stek pucuk baik waktu pengambilan pucuk atau waktu penyapihan
sampai tumbuh akar adalah hal yang sangat berperan pada tingkat hidup stek
pucuk.
b. Penyerapan air oleh stek masih belum optimal karena akar yang merupakan alat
tumbuhan untuk menyerap air.

KESIMPULAN
1. Kedua parameter yang diujikan menghasilkan data yang non signifikan, yang
berarti perlakuaan penambahan hormon auksin terhadap perakaran stek tidak
berpengaruh.
2.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja auksin ada beberapa, yaitu cahaya, gaya
berat dan kadar auksin.

DAFTAR REFERNSI
Abidin, 1989. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa,
Bandung.
Abidin, Z. 1985. Dasar-dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh. Penerbit
Angkasa, Bandung.
Avci Suleyman, Sati Cocu, Muhammad Aasim, Cengiz Sancak and Sebahattin
Ozcan. 2010. Effects of treating with auxin solutions on rooting of cuttings of
sainfoin (Onobrychis viciifolia). Tropical Grasslands : Volume 44, 123127.
Danu, Iskandar Z. Siregar, Cahyo Wibowo, dan Atok Subiakto. 2010. Pengaruh
Umur Sumber Bahan Stek Terhadap Keberhasilan Stek Pucuk Meranti
Tembaga. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. Vol.7 No.3, 131-139.
Erturk Yasar, Sezai Ercisli, Ayhan Haznedar and Ramazan Cakmakci. 2010. Effects
of plant growth promoting rhizobacteria (PGPR) on rooting and root growth of
kiwifruit (Actinidia deliciosa) stem cuttings. Ispir, Erzurum, Turkey. Biol Res
43: 91-98.
Gardner, F.P., R. B. Pearce, Roger L. Mitchell., 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Penerjemah Herawati Susilo dan Pendamping Subiyanto.
Cetakan
Pertama.Penerbit Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Heddy, 1986. Hormon tumbuhan.
Malang. Rajawali Jakarta.

Fakultas Pertanian , Universitas Brawijaya,

Riyadi, I. dan Tahardi, J.S. 2005. Pengaruh NAA dan IBA terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tunas kina (Cinchona succirubra). Jurnal Bioteknologi
Pertanian, Vol. 10, No. 2, 2005, pp. 45-50.
Wilkins, M. B. 1969. Physiology of Plant Growth and Development. Mc
Graw Hill Publishing Company Limited, England

You might also like