Professional Documents
Culture Documents
com/doc/254573461/Askep-Pada-Anak-Dengan-PenyakitThalasemia#download
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Thalassemia adalah suatu penyakit congenital herediter yang
diturunkan secara autosom berdasarkan kelainan hemoglobin, di mana satu
atau lebih rantai polipeptida hemoglobin kurang atau tidak terbentuk sehingga
mengakibatkan terjadinya anemia hemolitik. Dengan kata lain, thalassemia
merupakan penyakit anemia hemolitik, dimana terjadi kerusakan sel darah di
dalam pembuluh darah sehingga umur eritosit menjadi pendek. Penyebab
kerusakan tersebut adalah Hb yang tidak normal sebagai akibat dari gangguan
dalam pembentukan jumlah rantai globin atau struktur Hb. Thalasemia
banyak dijumpai pada bangsa di sekitar laut Tengah (Mediteranial) seperti
Turki, Yunani, dll. Di Indonesia sendiri, thalasemia cukup banyak dijumpai
pada anak, bahkan merupakan penyakit darah yang paling banyak diderita.
Presentasi klinisnya bervariasi dari asimtomatik sampai berat hingga
mengancam jiwa. Dahulu dinamakan sebagai Mediterannian anemia,
diusulkan oleh Whipple, namun kurang tepat karena sebenarnya kondisi ini
dapat ditemukan di mana saja di seluruh dunia. Seperti yang akan dijelaskan
selanjutnya, beberapa tipe berbeda dari thalassemia lebih endemik pada area
geografis tertentu.
Pada tahun 1925, Thomas Cooley, seorang spesialis anak dari Detroit,
mendeskripsikan suatu tipe anemia berat pada anak-anak yang berasal dari
Italia. Beliau menemukan adanya nukleasi sel darah merah yang masif pada
sapuan apus darah tepi, yang mana awalnya beliau pikir sebagai anemia
eritroblastik, suatu keadaan yang disebutkan oleh von Jaksh sebelumnya.
Namun tak lama kemudian, Cooley menyadari bahwa eritroblastemia tidak
spesifik dan esensial pada temuan ini sehingga istilah anemia eritroblastik
tidak dapat dipakai. Meskipun Cooley curiga akan adanya pengaruh genetik
dari kelainan ini, namun beliau gagal dalam menginvestigasi orangtua sehat
pada anak-anak yang mengidap kelainan ini.
Di Eropa, Riette mendeskripsikan mengenai adanya anemia
mikrositik hipokromik ringan yang tak terjelaskan pada anak-anak keturunan
Italia pada tahun yang sama saat Cooley melaporan adanya bentuk anemia
berat yang akhirnya dinamakan mengikutinya namanya. Sebagi tambahan,
Wintrobe di Amerika Serikat melaporkan adanya anemia ringan pada kedua
orangtua dari anak yang mengidap anemia Cooley. Anemia ini sangat mirip
dengan kelainan yang ditemukan Riette. Baru setelah itu anemia Cooley
dinyatakan sebagai bentuk homozigot dari anemia hipokromik mikrositik
ringan yang dideskripsikan oleh Riette dan Wintrobe. Bentuk anemia berat ini
kemudian dilabelisasi sebagai thalassemia mayor dan bentuk ringannya
dinamakan sebagai thalassemia minor. Kata thalassemia berasal dari bahasa
Yunani yaitu thalassa yang berarti laut (mengarah ke Mediterania), dan
emia, yang berarti berhubungan dengan darah.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada anak dengan
Thalasemia.
2. Tujuan Khusus
1 Untuk mengetahui tentang konsep dasar teori tentang Thalesemia
pada anak.
2 Memberikan asuhan keperawatan pada klien anak dengan penyakit
Thalesemia yang meliputi pengkajian, diagnosa dan intervensi
keperawatan.
C. Manfaat
Definisi
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang
diturunkan secara resesif, secara molekuler dibedakan menjadi thalasemia
alfa dan beta, sedangkan secara klinis dibedakan menjadi thalasemia mayor
dan minor. Sindrom thalasemia adalah sekelompok penyakit atau keadaan
herediter dimana produksi satu atau lebih dari satu jenis rantai polipeptida
terganggu.
Dibawah ini beberapa pengertian Thalasemia:
1. Thalasemia merupakan suatu sindrom yang ditemukan pada ras
mediterania, India, dan Cina. Suatu kelompok penyakit anemia kronis
yang heterogen, dimana sebagaian besar adalah anemia hemolitik, tetapi
defeknya yang terutama adalah karena menurunnya produksi rantai
polipeptida Hb.
2. Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang
diturunkan secara resesif menurut hukum Mendel pada tahun 1925,
diagnosa penyakit ini pertama kali ini diumumkan oleh Thomas Cooleg
yang didapat dari keluarga keturunan Italia yang bermukim di USA. Kata
thalasemia berasal dari bahasa Yunani yang berarti laut.
3. Thalasemia adalah penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan
dari kedua orang tua kepada anak-anaknya secara resesif. Menurut Hukum
Mande.
rata normal sel darah merah adalah 5,4 juta /ml pada pria dan 4,8 juta/ml pada
wanita. Setiap sel darah merah manusia memiliki diameter m.m dan tebal 2
sekitar 7,5. Pembentukan sel darah merah (eritro poresis) mengalami
kendali umpan balik.
Pembentukan ini dihambat oleh meningkatnya kadar sel darah merah
dalam sirkulasi yang berada di atas nilai normal dan dirangsang oleh keadaan
anemia. Pembentukan sel darah merah juga dirangsang oleh hipoksia.
b. Haemoglobin
Haemoglobin adalah pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel
darah merah, suatu protein yang mempunyai berat molekul 64.450. Sintesis
haemoglobin dimulai dalam pro eritroblas dan kemudian dilanjutkan sedikit
dalam stadium retikulosit, karena ketika retikulosit meninggalkan sumsum
tulang dan masuk ke dalam aliran darah, maka retikulosit tetap membentuk
sedikit mungkin haemoglobin selama beberapa hari berikutnya.
Tahap dasar kimiawi pembentukan haemoglobin. Pertama, suksinil
KoA, yang dibentuk dalam siklus krebs berikatan dengan glisin untuk
membentuk molekul pirol. Kemudian, empat pirol bergabung untuk
membentuk protopor firin IX yang kemudian bergabung dengan besi untuk
membentuk molekul heme. Akhirnya, setiap molekul heme bergabung dengan
rantai polipeptida panjang yang disebut globin, yang disintetis oleh ribosom,
membentuk
suatu
sub
unit
hemoglobulin
yang
disebut
rantai
c. Katabolisme hemoglobin
Hemoglobin yang dilepaskan dari sel sewaktu sel darah merah pecah,
akan segera difagosit oleh sel-sel makrofag di hampir seluruh tubuh, terutama
di hati (sel-sel kupffer), limpa dan sumsum tulang. Selama beberapa jam atau
beberapa hari sesudahnya, makrofag akan melepaskan besi yang didapat dari
hemoglobin, yang masuk kembali ke dalam darah dan diangkut oleh
transferin menuju sumsum tulang untuk membentu sel darah merah baru, atau
menuju hati dari jaringan lain untuk disimpan dalam bentuk faritin. Bagian
porfirin dari molekul hemoglobin diubah oleh sel-sel makrofag menjadi
bilirubin yang disekresikan hati ke dalam empedu.
Jenis Talasemia
Talasemia terbagi tiga jenis yaitu:
C. Patofisiologi
Penurunan Sintesis Hb Rantai Beta
Distorsi tulang muka
Peningkatan Compensatori Sentesa rantai Alfa
Dahi menonjol, mulut tongos, pertumbuhan gizi tidak
Thalesemia
Penurunan Hb
Perubahan pada tulang akrena hiperaktivitas sumsum merah berupa depormitas (pada kondisi yang
Hemolisis
Anemia Berat
< Hb
Pucat, kelemahan
< O2
Anemia
Mk : Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Ketidakseimbangan
kebutuhan
dan suplai oksigen
Penurunan komponen
sel
Mkkebutuhan
: Perubahan tumbuh kembang
7
Mk : Perubahan perfusi jaringan
Mk:perifer
Intoleransi Aktivitas
sedikit
diproduksi,
tipe
thalassemia-nya
dinamakan
sebagai
10
Kelainan
dasar
dari
semua
tipe
thalassemia
adalah
11
12
13
D. Pemeriksaan penunjang
1. Darah tepi :
Hb rendah dapat sampai 2-3 g%
Gambaran morfologi eritrosit : mikrositik hipokromik, sel target, anisositosis
berat dengan makroovalositosis, mikrosferosit, polikromasi, basophilic
stippling, benda Howell-Jolly, poikilositosis dan sel target. Gambaran ini
lebih kurang khas. Retikulosit meningkat.
2. Sumsum tulang (tidak menentukan diagnosis) :
Hiperplasi sistem eritropoesis dengan normoblas terbanyak dari jenis asidofil.
Granula Fe (dengan pengecatan Prussian biru) meningkat.
3. Pemeriksaan khusus :
Hb F meningkat : 20%-90% Hb total
Elektroforesis Hb : hemoglobinopati lain dan mengukur kadar Hb F.
Pemeriksaan pedigree: kedua orangtua pasien thalassemia mayor merupakan
trait (carrier) dengan Hb A2 meningkat (> 3,5% dari Hb total).
4. Pemeriksaan lain :
Foto Ro tulang kepala : gambaran hair on end, korteks menipis, diploe
melebar dengan trabekula tegak lurus pada korteks.
Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang : perluasan sumsum tulang
sehingga trabekula tampak jelas.
E. Manifestasi Klinis
Secara klinis talasemia dapat dibagi dalam beberapa tingkatan sesuai
beratnya gejala klinis mayor, intermedia dan minor atau trait (pembawa sifat).
Batas antara tingkatan tersebut sering tidak jelas.
Biasanya bersifat homozygot. Sinonim : Anemia Cooley, Talasemia
Beta Mayor Anemia Mediteranean, Talasemia Homozygot. Gejala klinis
berupa muka mogoloid, pertumbuhan badan kurang sempurna (pendek),
pembesaran hati dan limpa, perubahan pada tulang karena hiperaktivitas
sumsum merah berupa deformitas dan faktor spontan, terutama kasus yang
14
muka
mongoloid,
dapat
menyebabkan
pertumbuhan
15
pucat (terutama bila anemia berat), fragil, mungkin juga ditemukan PEM I
maka dia harus dicurigai menderita talasemia, mengingat Indonesia adalah
daerah sindrom talasemia. Pada pengamatan lebih dekat tampak muka
mongoloid dengan hipertolerisme, nasal bridge pesek; pada anak yang agak
besar mulut tonggos (rodent like mouth) akibat maksila yang lebih menonjol,
bibir atas agak terangkat. Splenomegali makin nyata dengan makin
bertambahnya umur. Hepatomegali umumnya ada, pasca splenektomi
hepatomegali selalu ada dan progresif. Limfadenopati jarang terjadi.
anak-anak dengan thalassemia akan muncul baik pada saat lahir,
tetapi anemia mengembangkan dan semakin worses karena tidak adanya
sebagian atau seluruh hemoglobin. Jika kondisi ini tidak diobati, maka dapat
menyebabkan
kematian
dini
16
kehidupannya.
Sehingga
mempengaruhi
pertumbuhan
dan
17
dengan
konsep
penyakit
kronis
sehingga
thalasemia
dapat
18
19
mempunyai kesalahan yang sangat besar, alat tidak dapat distandardisasi dan
tidak semua jenis hemoglobin diubah menjadi hematin asam, seperti
karboksihemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin.
a. Temuan Laboratorium
Kelainan morfologi erotrosit pada penderita thalassemia beta homozigot
yang tidak di transfusi adalah eksterm di samping hipokronia dan
mikrositosis berat., banyak ditemukan poikilosit yang terfrakmentasi, aneh
(bizarre) dan sel target. Sejumlah besar eritrosit yang berinti ada di darah
tepi, terutama setelah splenektomi. Inklusi intra eritrositik, yang
merupakan presipitasi dari kelebihan rantai alfa, juga dapat terlihat paska
splenektomi. Kadar Hb turun secara cepat menjadi kurang dari 5 g/dl
kecuali jika transfusi di berikan. Kadar bilirubin serum tidak terkonjugasi
meningkat. Kadar serum besi tinggi, dengan saturasi kapasitas pengikat
besi. Gambaran biokimiawi yang nyata adalah adanya kadar Hb F yang
sangat tinggi dalam eritrosit. Senyawa dipirol menyebabkan urin berwarna
coklat gelap terutama paska splenektomi.
b. Terapi
Terapi diberikan secara teratur untuk mempertahankan kadar Hb di atas 10
g/dl. Regimen hiper transfusi ini mempunyai keuntungan klinis yang nyata
memungkinkan aktifitas normal dengan nyaman, mencegah ekspansi
sumsum tulang dan masalah kosmetik progresif yang terkait dengan
perubahan tulangtulang muka, dan meminimalkan dilatasi jantung dan
osteoporosis. Transfusi dengan dosis 15-20 ml/kg sel darah merah
terpampat (PRC) biasanya di perlukan setiap 4-5 minggu. Uji silang harus
di kerjakan untuk mencegah alloimunisasi dan mencehag reaksi transfusi.
Lebih baik di gunakan PRC yang relatif segar (kurang dari 1 minggu
dalam antikoagulan CPD) walaupun dengan ke hati-hatian yang tinggi,
reaksi demam akibat transfusi lazim ada. Hal ini dapat di minimalkan
dengan penggunaan eritrosit yang direkonstitusi dari darah beku atau
penggunaan filter leukosit, dan dengan pemberian antipiretik sebelum
20
21
BAB III
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Fokus pengkajian perawatan untuk pasien thalasemia menurut Cindy
Smith Greenberg (1998 : 263), hal yang perlu dikaji adalah :
1.
2.
Data Objektif
22
4.
Data Subjektif
a.
b. Riwayat thalasemia
Thalasemia adalah penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan
dari kedua orang tua kepada anak-anaknya secara resesif, menurut hukum
mandel. Factor genetic ini diturunkan dari perkawinan antara 2 heterozigot
(carier) menghasilkan keturunan : 25% thalasemia (homozigot), 50% carier
(heterozigot), dan 25% normal.
P
Thth
Thalasemia Minor
Thth
Thalasemia Minor
F1
Th
Th
ThTh
Thth
Thalasemia
Thalasemia
Mayor
Thth
Minor
Th
th
Thalasemia
Minor
Thth
Normal
23
B. Diagnosa
Diagnosa yang muncul pada anak dengan kasus thalasemia
berdasarkan rumusan diagnosa keperawatan NANDA (2006) adalah :
1.
2.
dengan
kebutuhan.
3.
4.
5.
sirkulasi.
6.
informasi.
C. Intervensi
Intervensi menurut Wilkinson, J.M (2007) Nursing Interventions
Classification (NIC) dan hasil yang diharapkan menurut Nursing Outcomes
Classification (NOC) antara lain :
1.
dengan anoreksia.
24
Skala :
1 = Tidak adekuat
2 = Ringan
3 = Sedang
4 = Kuat
5 = Adekuat total
NIC : Pengelolaan nutrisi
Aktivitas :
a.
f.
25
Skala :
1 = Tidak sama sekali
2 = Jarang
3 = Kadang
4 = Sering
5 = Selalu
NIC : Pengelolaan energi
Aktivitas :
a.
dan
f.
g.
energi.
3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kadar Hb
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan perfusi
jaringan efektif.
NOC : Perfusi jaringan : perifer
Kriteria hasil :
a.
Skala :
1 = Ekstrem
2 = Berat
3 = Sedang
4 = Ringan
26
5 = Tidak terganggu
NOC : Penatalaksanaan sensasi perifer
Aktivitas :
a.
infeksi terjadi.
NOC : Pengendalian resiko
Kriteria hasil :
a.
27
5.
kerusakan kulit.
b.
Pantau kulit dari adanya ruam dan lecet, warna dan suhu,
area kemerahan.
6.
informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan
pengetahuan pasien dan keluarga bertambah.
NOC : Pengetahuan : Proses penyakit
Kriteria hasil :
a.
28
e.
Skala :
1 = Tidak pernah menunjukkan
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
NIC : Pembelajaran proses penyakit
Aktivitas :
a.
J. Evaluasi
a.
Dx. 1
Skala :
1 = Tidak adekuat
2 = Ringan
c.
3 = Sedang
4 = Kuat
Dx. 2
5 = Adekuat total
Skala :
a.
b.
2 = Jarang
c.
3 = Kadang
4 = Sering
a.
Dx. 3
5 = Selalu
Skala :
1 = Ekstrem
29
2 = Berat
c.
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = Tidak terganggu
a.
Dx. 4
Skala :
2 = Jarang menunjukkan
4 = Sering menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
Dx. 5
Skala :
yang
memperparah
integritas kulit.
b. Mengenal perubahan pada stadium kesehatan.
3 = Kadang-kadang dilakukan
4 = Sering dilakukan
5 = Dilakukan secara konsisten
a.
bc.
Dx. 6
Skala :
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang menunjukkan
5 = Selalu menunjukkan
30
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Thalassemia adalah suatu penyakit congenital herediter yang
diturunkan secara autosom berdasarkan kelainan hemoglobin, di mana satu
atau lebih rantai polipeptida hemoglobin kurang atau tidak terbentuk sehingga
mengakibatkan terjadinya anemia hemolitik. Dengan kata lain, thalassemia
merupakan penyakit anemia hemolitik, dimana terjadi kerusakan sel darah di
dalam pembuluh darah sehingga umur eritosit menjadi pendek. Talasemia
terbagi tiga jenis yaitu Talasemia major, Talasemia intermedia, Talasemia
minor. Secara klinis talasemia dapat dibagi dalam beberapa tingkatan sesuai
beratnya gejala klinis mayor, intermedia dan minor atau trait (pembawa sifat).
Batas antara tingkatan tersebut sering tidak jelas. Penderita thalasemia jenis
ini harus melakukan tranfusi darah terus-menerus sejak diketahui melalui
diagnosa, meskipun sejak bayi. Umumnya bayi yang lahir akan sering
mengalami sakit selama 1-2 tahun pertama kehidupannya. Sehingga
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya yang mengakibatkan
31
keterlambatan sirkulasi zat gizi yang kurang lancar. Penyakit kronis juga akan
mempengaruhi keadaan psikologisnya, anak akan mengalami trauma terhadap
proses hospitalisasi. Bagi keluarga dan anggota keluarga yang lain, bila ada
salah satu anak yang menderita penyakit kronis maka kesakitan dan
penderitaan tersebut juga akan dirasakan oleh mereka.
DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges, Marilynn E. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3.
Jakarta: EGC.
2. Ngastiyah, (1997). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
3. Suriadi, Rita Yuliani, (2001). Asuhan Keperawatan Pada Anak edisi I.
Jakarta: CV. Sagung Solo.
4. Guyton, Arthur C. (2000). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 9.
Jakarta: EGC.
5. Soeparman, Sarwono, W. (1996). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta :
FKUI.
6. Caocci1G, Efficace F, Ciotti F, et all. Health related quality of life in
Middle Eastern children with beta-thalassemia. BMC Blood Disorders.
2012, 12:6.
7. Baghianimoghadam MH, Sharifirad G, RahaeiZ, et all. Health Related
Quality Of Life In Children With Thalassaemia Assessed On The Basis Of
Sf-20 Questionnaire In Yazd, Iran: A Case-Control Study. Cent Eur J
Public Health . 2011; 19 (3): 165169.
8. Hoffbrand. A.V & Petit, J.E. (1996). Kapita Selekta Haematologi edisi ke
2. Jakarta: EGC.
32
33