Professional Documents
Culture Documents
Oleh
Kelompok 1
1. Suci Rohmatul Hidayah
(120210151057)
2. Mega Dwiantari
(120210151110)
(120210151128)
ii
DAFTAR ISI
Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah..................................................................... 1
1.3
Tujuan ...................................................................................... 1
1.4
Manfaat .................................................................................... 2
2.2
Kesimpulan............................................................................... 15
3.2
Saran ........................................................................................ 15
ii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pendidikan adalah humanisasi, yaitu upaya memanusiakan manusia atau
upaya membantu manusia agar mampu mewujudkan diri sesuai dengan martabat
kemanusiaannya. Oleh karena pendidikan berarti upaya membantu manusia untuk
menjadi apa, mereka dapat dan seharusnya menjadi, maka pendidik dan calon
pendidik perlu memahami hakikat manusia.
Permasalahan manusia merupakan objek studi salah satu cabang
metafisika, yaitu antropologi. Hakikat manusia adalah seperangkat gagasan atau
konsep yang mendasar tentang manusia dan makna eksistensi manusia di dunia.
Hakikat manusia memiliki implikasi terhadap pendidikan. Implikasi hakikat
terhadap makana pendidikan, yaitu pndidikan sebagai humanisasi serta
pendidikan sebagai hak asasi setiap manusia.
Dalam makalah ini yang mengenai hakikat manusia dan pendidikan akan
dibahas mengenai pengertian dan aspek hakikat manusia, hubungan hakikat
manusia dengan pendidikan, martabat, serta hak atas manusia.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam
1.3
Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui aspek-aspek hakikat manusia;
2. Untuk mengetahui hakikat manusia dan pendidikan;
3. Untuk mengetahui hubungan pendidikan, martabat, dan hak asasi manusia.
1.4
Manfaat
1. Dapat memahami pengertian dan berbagai aspek hakikat manusia, baik
dalam keadaan aktualitasnya, posibilitasnya dan idealitasnya.
2. Dapat memahami aplikasi berbagai aspek hakikat manusia terhadap
pendidikan, antara lain berkenaan dengan permasalahan tentang mengapa
manusia perlu didik dan mendidik diri, mengapa manusia mungkin atau
dapat dididik, serta makna pendidikan dalam kaitannya dengan martabat
dan hak asasi manusia.
3. Dapat mengembangkan wawasan kependidikan Anda, yang pada akhirnya
akan berfungsi sebagai asumsi dalam rangka praktik pendidikan maupun
studi pendidikan lebih lanjut.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1
ia tidak hidup
sendirian, tak mungkin hidup sendirian, dan tak pula hidup hanya untuk dirinya
sendiri. Manusia hidup dalam keterpautan dengan sesamanya. Dalam hidup
bersama dengan sesamanya (bermasyarakat) setiap individu
menempati
kedudukan (status) tertentu. Selain adanya kesadaran diri, terdapat pula kesadaran
sosial pada manusia.
Melalui hidup dengan sesamanyalah manusia akan dapat mengukuhkan
eksistensinya. Sehubungan dengan ini Aristoteles menyebut manusia sebagai
mahluk sosial atau mahluk bermasyarakat (Ernst Cassirer, 1987). Ernst Cassirer
menyatakan: manusia takkan menemukan diri, manusia takkan menyadari
individualitasnya, kecuali melalui perantaran pergaulan sosial.
Oeh karena setiap manusia adalah pribadi (individu) dan adanya hubungan
pengaruh timbal balik antara individu dengan sesamanya maka idealnya siuasi
hubungan antara individu dengan sesamanya itu tidak merupakan hubungan
antara subjek dengan objek, melainkan subjek dengan subjek.
masalah-masalah
yang
bersifat
mutlak
maka
pelaksanaan
keberagamaan akan tampak dalam kehidupan sesuai agama yang dianut masingmasing individu. Hal ini baik berkenaan dengan sistem keyakinannya, sistem
peribadatan maupun berkenaan dengan pelaksanaan tata kaidah yang mengatur
hubungan manusia dengan Tuhannya.
Dalam keberagaman ini manusia akan merasakan hidupnya menjadi
bermakna. Ia memperoleh kejelasan tentang dasar hidupnya, tata cara hidup dalam
berbagai aspek kehidupannya, dan menjadi jelas pula apa yang menjadi tujuan
hidupnya.
2.2
yaitu dalam hal cara beradanya. Benda hanya terletak begitu saja di dunia, tidak
aktif mengadakan dirinya, dan tidak memiliki hubungan dengan keberadaannya.
Sebaliknya manusia, ia bereksistensi di dunia. Artinya, manusia secara aktif
mengadakan dirinya, tetapi bukan dalam arti menciptakan dirinya sebagai mana
Tuhan menciptakan manusia, melainkan manusia harus bertanggung jawab atas
keberadaan dirinya, ia harus bertanggung jawab menjadi apa atau menjadi siapa
nantinya. Kesatuan badani-rohani manusia memiliki historitas dan hidup
bertujuan. Eksistensi manusia terpaut dengan masa lalunya (misal ia berada
karena diciptakan Tuhan, lahir ke dunia dalam keadaan tidak berdaya sehingga
memerlukan bantuan orang tuanya atau orang lain, dan seterusnya), dan sekaligus
menjangkau masa depan untuk mencapai tujuan hidupnya. Manusia berada dalam
perjalanan hidup, perkembangan dan pengembangan diri. Ia adalah manusia,
tetapi sekaligus belum selesai mewujudkan diri sebagai manusia.
citakan atau yang menjadi tujuan. Sosok manusia ideal tersebut belum terwujud
melainkan harus harus diupayakan untuk diwujudkan
untuk
menjadi
manusia.
Namun,
dalam
kenyataan
hidupnya,
10
a) Asas Potensialitas
Berbagai potensi yang ada pada manusia yang memungkinkan ia akan
mampu menjadi manusia, tetapi untuk itu memerlukan suatu sebab, yaitu
pendidikan. Contohnya, dalam aspek kesusilaan, manusia diharapkan mampu
berperilaku sesuai dengan norma-norma moral dan nilai-nilai moral yang diakui.
Berdasarkan hal itu maka dapat disimpulkan bahwa manusia akan dapat dididik
karena ia memiliki berbagai potensi untuk dapat menjadi manusia.
b) Asas Dinamika
Manusia selalu aktif baik dalam aspek fisiologik maupun spiritualnya. Jika
ditinjau dari sudut pendidik, pendidikan dilakukan dalam rangka membantu
manusia (peserta didik) agar menjadi manusia ideal. Di pihak lain manusia itu
sendiri (peserta didik) memiliki dinamika untuk menjadi manusia ideal.
c) Asas Individualitas
Individu antara lain memiliki kesendirian (subjektivitas), ia berbeda dari
yang lainnya dan memiliki keinginan untuk menjadi seseorang sesuai keinginan
dirinya sendiri. Pendidikan dilaksanakan untuk membantu manusia dalam rangka
mengaktualisasikan atau mewujudkan dirinya.
d) Asas Sosialitas
Sebagai insan sosial manusia hidup bersama dengan sesamanya, ia butuh
bergaul dengan orang lain. Dalam kehidupan bersama dengan sesamanya ini akan
terjadi hubungan pengaruh timbal balik. Kenyataan ini memberikan kemungkinan
bagi manusia untuk dapat dididik. Sebab, upaya bantuan atau pengaruh
pendidikan itu disampaikan justru melalui interaksi atau komunikasi antar sesama
manusia; dan bahwa manusia dapat menerima bantuan atau pengaruh pendidikan
juga melalui interaksi atau komunikasi dengan sesamanya.
11
e) Asas Moralitas
Manusia memiliki kemampuan untuk membedakan yang baik dan tidak
baik, dan pada dasarnya ia berpotensi untuk berperilaku baik atas dasar kebebasan
dan tanggung jawabnya (aspek moralitas). Pendidikan bersifat normatif dan
manusia memiliki dimensi moralitas karena itu aspek moralitas memungkinkan
manusia untuk dapat dididik.
Atas dasar berbagai asas di atas, pendidikan mutlak harus dilaksanakan.
Jika berbagai asumsi tersebut diingkari, kita harus sampai pada kesimpulan bahwa
manusia tidak perlu dididik, tidak akan dapat dididik karena itu kita tak perlu
melaksanakan pendidikan.
2.3
yang hidup dalam ruang dan waktu, sadar akan diri dan
12
13
14
berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia,
nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa (ayat 1, Pasal 4).
Selanjutnya, ayat (1) Pasal 5 menyatakan : Setiap warga negara mempunyai hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.
Terdapat kewajiban dari pihak orang tua, masyarakat dan pemerintah
untuk dapat mewujudkannya dan sebagai jaminan atas hak tersebut, dalam Pasal 7
UU RI Nomor 20 Tahun 2003 ditegaskan: Orang tua dari anak usia wajib belajar,
berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan
pendidikan (Pasal 9). Adapun kewajiban pemerintah diatur dalam Pasal 11
sebagai berikut .
a. Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan
kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang
bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi.
b. Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya dana
guna terselenggaranya
hingga
pelaksanaannya.
sekarang,
sekalipun
terdapat
berbagai
kendala
dalam
BAB 3. PENUTUP
3.1
Kesimpulan
3.1.1 Hakikat manusia adalah seperangkat gagsan atau konsep yang
mendasar tentang manusia dan makna eksistensi manusia di dunia.
Aspek-aspek hakikat manusia, meliputi asal-usulnya, struktur
metafisiknya, serta karakteristik dan makna eksistensinya di dunia.
3.1.2 Terdapat 5 asas antropologis ynag mengimplikasikan kemungkinan
manusia untuk dapat dididik, yaitu (1) asas potensialitas, (2) asas
sosialitas, (3) asas individualitas, (4) asas moralitas, dan (5) asas
dinamika.
3.1.3 Pendidikan sebagai humanisasi atau upaya memanusiakan manusia
yaitu suatu upaya membantu manusia untuk dapat bereksistensi sesuai
dengan martabatnya sebagai manusia. Hak hidu bagi manusia
mengimplikasikan hak untuk mendapatkan pendidikan.
3.2
Saran
3.2.1 Penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran dalam
kekurangan penyusunan makalah ini.
3.2.2 Makalah ini bisa dijadikan sebagai referensi dalam penyusunan
laporan yang sejenis.
15
16
DAFTAR PUSTAKA