Professional Documents
Culture Documents
Terminologi persaingan adalah suatu konsep yang kerap digunakan dalam ilmu
ekonomi untuk mengerti bagaimana pembentukan harga pasar dan keputusan
penetapan harga oleh suatu perusahaan atau penjual. Pengertian persaingan
mengalami perubahan sejalan dengan aplikasi ilmu ekonomi oleh kalangan
perusahaan atau penjual. Pengertian pertama dari persaingan, seperti yang
dijelaskan pada teori klasik, yaitu struktur pasar (market structure) khususnya pasar
persaingan sempurna untuk produk identik (homogin) yang melibatkan banyak
penjual dan banyak pembeli. Shepherd (1997) menyebutkan aplikasi struktur pasar
persaingan sempurna adalah struktur pasar persaingan (competitive market
structure) yang memiliki kinerja pasar yaitu biaya murah (lower costs) dan harga
rendah (lower prices).
Sejalan dengan perkembangan jenis barang yang dibutuhkan maka bentuk pasar
persaingan sempurna menjadi sulit ditemukan pada dunia praktek hingga
berkembang definisi kedua, persaingan merupakan suatu proses dinamik yang
dilakukan antar perusahaan atau penjual untuk tujuan memenangkan persaingan
dan ekspansi. Praktek strategi yang diaplikasikan yaitu menurunkan harga (cut
prices), mengiklankan barang/jasa (advertise), investasi untuk R&D, dan strategi
lainnya. Pada definisi kedua ini, persaingan merupakan suatu proses dinamik
dibandingkan suatu kondisi ekuilibrium statik sehingga makna persaingan bukan
hanya menurunkan harga namun mencakup komponen-komponen perilaku besaing
(competitive behavior) yang dilakukan setiap perusahaan yang ingin mampu
bersaing di pasar.
Pada teori klasik, aplikasi persaingan dikenali melalui terbentuknya harga pasar
keseimbangan (statik) yang dicapai akibat semua perusahaan atau penjual memiliki
perilaku bersaing untuk menetapkan harga jual merujuk pada harga pasar
keseimbangan (lihat gambar 1). Harga pasar keseimbangan Pe menjadi acuan suatu
perusahaan dalam menetapkan harga jual. Rujukan harga keseimbangan sekaligus
menjadi rujukan keputusan produksi yang mencapai laba maksimum.
Gambar 1 Perusahaan pada Struktur Pasar Persaingan Sempurna
Rp
Rp
A
S
Pe
MC
p1
P
AC
D
Q
Qc
Pasar
q
q1
Suatu perusahaan
Jika ada perusahaan yang menjual harga lebih tinggi dari Pe maka pembeli akan
beralih ke perusahaan lain yang menawarkan harga Pe karena kurva permintaan
sulit berubah. Perusahaan jika mungkin akan menjual dengan harga lebih rendah
dari Pe untuk tujuan meningkatkan jumlah penjualan. Perusahaan yang memiliki
biaya marjinal (MC) dan biaya rata-rata (AC) lebih rendah dibandingkan pesaing
maka akan mampu memperoleh laba per-unit (P-AC) lebih besar dibandingkan
pesaing atau akan mampu menjual lebih banyak pada harga relative murah
dibandingkan pesaing. Harga keseimbangan pasar akan terjaga jika setiap
perusahaan yang mempunyai kesamaan struktur MC menyesuaikan jumlah produksi
untuk dijual di pasar sebesar q1 pada harga p1 atau dikenal sebagai kondisi
perusahaan bekerja pada kondisi laba maksimum.
Stigler (1957) dan McNulty (1968) selanjutnya memberikan kontribusi pada evolusi
pengertian persaingan. Pada pasar persaingan sempurna tidak diperlukan strategic
interaction karena harga pasar merupakan rujukan untuk kegiatan operasional yang
mereka harus lakukan. Pada pasar persaingan (competitive market), pesaing dan
sumberdaya dapat masuk dan keluar pasar tampa hambatan.
Pada pasar persaingan sempurna, strategi efisiensi untuk menghasilkan produk
dengan biaya relatif murah (lower cost) menjadi strategi yang umum dilakukan oleh
perusahaan untuk bersaing atau merintis ekspansi di dalam jangka panjang. Kondisi
ini yang menjadi elaborasi definisi pertama konsep persaingan yang menjamin
terwujudnya efisiensi perusahaan baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang untuk mendapatkan laba maksimum. Jika suatu perusahaan tidak mampu
bekerja efisien sehingga biaya rata-rata diatas Pe maka perusahaan berpotensi
untuk bangkrut atau exit dari pasar. Perusahaan yang mampu efisien di dalam
jangka panjang atau bekerja pada skala ekonomis (economies of scale) akan
sekaligus menciptakan hambatan (barrier) bagi perusahaan baru (new entrants)
untuk masuk pasar. Asumsi yang digunakan pada kondisi ini adalah sifat produk
yang homogin atau standard. Dari perspektif sosial, akibat yang ditimbulkan dari
praktek persaingan pada pasar persaingan (competitive market) adalah
terwujudnya efisiensi dengan indikasi harga produk relatif murah sehingga
memunculkan kesejahteraan social dengan indikasi diperolehnya surplus konsumen
(consumer surplus) sebesar AEPe dan surplus produsen (producer surplus) sebesar
PeEB (lihat Gambar 1).
Perbesaran ukuran pasar untuk produk homogin sulit dilakukan sekalipun produksi
sudah dilakukan efisien. Praktek efisiensi yang dilakukan di dalam jangka panjang
2
Secara struktur pasar, aplikasi pasar persaingan sempurna yang terjadi pada
periode 1 berubah menjadi pasar persaingan tidak sempurna (imperfect market
competition) dengan bentuk yang paling banyak ditemui adalah struktur pasar
persaingan monopolistik (dimisalkan terjadi pada periode 2). Perusahaan yang
menghadapi struktur pasar persaingan monopolistic memiliki kesempatan efisiensi
dan menumbuhkan output melalui praktek economies of scope pada periode
transisi antara periode 1 dan periode 2. Peningkatan ragam produk yang disertai
efisiensi akan meningkatkan surplus masyarakat (social surplus) sekaligus
peningkatan penggunaan input (employment). Walaupun praktek pasar persaingan
monopolistik memungkinkan munculnya dominasi satu atau beberapa perusahaan
namun efek negatif praktek monopoli berupa welfare loss dapat dikendalikan
melalui kebijakan persaingan, seperti di Indonesia mempunyai UU No 5 tahun 1999.
Perubahan struktur pasar tersebut yang menjadi dasar bahwa praktek persaingan
dewasa ini tidak menerapkan persaingan harga saja, namun menerapkan praktek
kualitas persaingan yang diartikan sebagai usaha untuk memenangkan persaingan
dengan menghasilkan produk lebih berkualitas, dan inovasi produk baru. Terhadap
kondisi ini, pemikiran Schumpeter (1912) menjadi sangat relevan karena persaingan
dinamik akan memunculkan produk baru hasil R&D dan perbaikan teknologi serta
sekaligus akan menyingkirkan produk dan teknologi lama yang sudah tidak memiliki
nilai tambah. Kualitas persaingan tersebut yang disertai oleh promosi penjualan
akan mengakibatkan harga pasar keseimbangan sebagai hasil interaksi penawaran
dan permintaan akan menjadi akan sulit ditentukan bahkan perusahaan dominan
dapat mendikte permintaan karena memiliki kekuatan menguasai pasar (market
power). Perusahaan melalui mekanisme persaingan dinamis akan bekerja efisien
dan inovatif untuk menjamin keunggulan kualitas dan pertumbuhan margin (laba)
sehingga perusahaan dan industri mampu tumbuh progresif di dalam jangka
panjang yang selanjutnya memunculkan keunggulan bersaing (competitive
advantage), yaitu kemampuan untuk menawarkan kualitas superior untuk tingkat
harga yang sama, atau menawarkan kualitas yang sama pada tingkat harga lebih
murah.
Pada gambar 2, output industry tumbuh dari Qc menjadi Q. Harga rata-rata pasar
walaupun meningkat sebagai konsekuensi dari produk semakin berkualitas dan
beragam, namun surplus konsumen bertambah. Penambahan surplus produsen
lebih besar dibandingkan penambahan surplus konsumen sehingga dapat
dimengerti bahwa laba perusahaan juga meningkat. Perusahaan X yang melakukan
perbaikan kualitas dan diferensiasi produk yang menghadapi pasar persaingan
monopolistik dapat sukses mencapai keunggulan bersaing sekaligus membukukan
pertumbuhan laba karena hasil praktek efisiensi sehingga mampu menghasilkan
output lebih banyak (q1) namun juga mampu menawarkan harganya dibawah harga
rata-rata pasar (P < Pe).
Gambar 2 Keunggulan Bersaing Perusahaan X pada Pasar Persaingan Monopolistik
4
Rp
Rp
A
S=MC
Pe
Pe
MC
D
AC
MR
q
D
Q
Qc Q
Pasar
q1 q
Suatu perusahaan
Produk
substitusi
(substitute
products)
Menunjukan
trade-of harga
dan
kinerja
produk
Sifat
keterkaitan
dan
kemitraan
pemasok dan industri pengguna input
Perbedaan harga antar produk yang
dapat disubstitusikan
Elastisitas substitusi yang juga dapat
mendeskripsikan market power
Perbedaan manfaat antar produk yang
dapat disubstitusikan
Jumlah pesaing dan konsentrasi pasar
Pertumbuhan industri
Tingkat diferensiasi produk
Tingkat switching cost
Besarnya fixed cost untuk produksi
Tingkat utilitas kapasitas
Tingkat hambatan (barrier) keluar pasar
Variasi strategi yang dilakukan pesaing
Keberadaa
n pesaing
Persaingan yang
dilakukan para
pesaing
berbentuk
persaingan
harga,
introduksi
produk
dan
iklan.
kekuatan
menguasai
pasar.
Perhitungan
HHI
(1)
i 1
Dimana MSi adalah pangsa pasar setiap perusahaan. Angka HHI maksimum adalah
10.000 (kuadrat dari 100). Angka HHI mendekati 10.000 mengindikasikan ada
konsentrasi kekuatan pasar pada beberapa perusahaan, dan sebaliknya jika
mendekati 1 mengindikasikan praktek persaingan yang ketat.
Pengukuran tingkat persaingan kedua adalah indeks efisiensi yang lebih aplikatif
untuk mengukur persaingan dinamik, dengan rumus:
m
(2)
t 1 i 1
Dimana CIc,t adalah indek persaingan pasar produk c pada periode t, MS it adalah
pangsa pasar perusahaan i periode t, R It adalah tingkat perubahan pangsa pasar
perusahaan i periode t dibandingkan periode t-1. Indikator pangsa pasar yang
diukur menggunakan besaran omset atau revenue dapat diganti pula oleh besaran
laba. Jika terjadi perubahan angka CI c,t mengindikasikan persaingan dinamik. Bagi
regulator, signal persaingan dinamik dapat digunakan sebagai dasar penyusunan
kebijakan persaingan.
Referensi
Baumol, W.J., Panzar, J.C., and Willing, R.D. 1982. Contestable markets and the
theory of industry structure. San Diego: Harcourt Brace-Javanovich.
Cuilenburg, J,V., and Slaa, P. 1995. Competition and innovation in
telecommunications an empirical analysis of innovative telecommunication in the
public interest. Telecomunications policy, Vol. 19.
Demsetz,H. 1973. Industry structure, market rivalry, and public policy. Journal of law
and economics, Vol 16.
Porter, M.E. 1996. On competition. Harvard business school.
Mc Nulty, P. 1968. Economic theory and the meaning of competition. Quarterly
Journal of Economics 82: 639-656.
Shepherd, W.G. 1997. The Economics of Industrial Organization, 4 th Edition,
Prentice Hall.
Schumpeter, J. A. 1912. The theory of economic development. Cambridge, Mass:
Harvard University Press.
Stigler, G.J. 1957. Perfect competition, historically contemplated. Journal of Political
Economy 65: 1-17.
10