You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam pembuatan suatu sediaan obat terlebih dahulu kita membuat rancangan berupa
menetapkan indikasi zat aktif yang ingin dibuat sediaannya, kemudian mencari praformulasi
dari sediaan obat yang dibuat terutama zat aktif sediaan. Begitu juga dengan zat tambahan yang
akan digunakan harus kompatibel dan tidak memberikasn reaksi zat satu sama lain. Selain itu,
kita harus mengetahui dengan baik karakteristik masing masing zat, fase terdispersi dan
medium dispersinya.sehingga kita dapat menentukan bentuk sediaan yang ingin kita gunakan.
Praktikum kali ini dibuat sediaan dengan indikasi antibiotik dimana zat aktif yang bisa
digunakan sebagai antibiotik ada beberapa macam, pada praktikum kali ini kami menggunakan
Kloramphenikol sebagai infeksi mata bagian luar terhadap kuman.
Dari data praformulasi yang kita dapat kloramfenikol memiliki 2 jenis yaitu
kloramfenikol base dan kloramfenikol palmitat, dalam sediaan yang akan dibuat kami
menggunakan kloramfenikol base karena cocok untuk dibuat dalam bentuk sediaan salep. Untuk
basis kita gunakan yaitu Oculentum Simplex berdasarkan dari literature fornas yang terdiri dari
Parafin Liquidum, Vaselin Flavum, Adeps Lanae dan Cetyl Alcohol dengan zat tambahan bahan
pengoksidasi BHT ( Butil Hidroksi Toluene ) dengan tujuan untuk mencegah terjadinya oksidasi
pada zat aktif.
Dalam produksi salep mata kloramfenikol karena ditujukan untuk pemakaian topikal
pada mata, maka sediaan harus steril, dalam pembuatan sediaan ini kita menggunakan cara
aseptis dan sterilisasi D. Cara aseptis kita gunakan untuk kloramfenikol karena kloramfenikol
merupakan zat yang tidak tahan akan pemanasan, sedangkan sterilisasi D kita gunakan untuk
mensterilkan basis salep. Alat alat yang digunakan juga harus steril.

I.2 Tujuan
a.
b.
c.
d.

Membuat sediaan steril yaitu salep mata.


Mencari data praformulasi bahan bahan yang digunakan dalam salep mata steril.
Melakukan proses pembuatan sediaan steril salep mata..
Melakukan evaluasi dari sediaan jadi salep mata.

I.3 Manfaat
a. Mengetahui kekurangan dan kelebihan sediaan steril salep mata.
b. Memahami proses pembuatan sediaan steril salep mata.
c. Mengetahui macam-macam golongan sediaan salep.
d. Mengetahui bahan yang baik untuk sediaan salep mata

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV yang dimaksud dengan salep mata adalah salep
yang digunakan pada mata, salep mata adalah sediaan semisolida steril yang mempunyai
penampilan homogen dan ditujukan untuk pengobatan konjungtiva. Salep mata digunakan untuk
tujuan terapeutik dan diagnostik, dapat mengandung satu atau lebih zat aktif (kortikosteroid,
antimikroba (antibakteri dan antivirus), antiinflamasi nonsteroid dan midriatik) yang terlarut atau
terdispersi dalam basis yang sesuai. Salep mata dapat mengandung satu atau lebih zat aktif yang
terlarut atau terdispersi dalam basis yang sesuai. Basis yang umum digunakan adalah lanolin,
vaselin, dan parafin liquidum serta dapat mengandung bahan pembantu yang cocok seperti anti
oksidan, zat penstabil, dan pengawet.
Berbeda dengan salep dermatologi, salep mata harus steril, dibuat dari bahan-bahan yang
sudah steril dalam keadaan bebas hama sepenuhnya atau disterilkan sesudah pembuatan. Salep
mata harus memenuhi uji sterilitas sebagaimana yang tertera pada compendia resmi. Zat obat
ditambahkan ke dalam dasar salep, baik dalam bentuk larutan maupun dalam bentuk serbuk
halus sekali sampai ukuran mikron. Pada pembuatan salep mata harus diberikan perhatian
khusus. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat
serta memenuhi uji sterilitas. Bila bahan tertentu yang digunakan dalam formulasi tidak dapat
disterilkan dengan cara biasa, maka dapat digunakan bahan yang memenuhi syarat uji sterilitas
dengan pembuatan secara aseptik. Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan
yang sesuai untuk mencegah pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk
secara tidak sengaja bila wadah dibuka pada waktu penggunaan; kecuali dinyatakan lain dalam
monografi atau formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik. Zat antimikroba yang dapat
digunakan antara lain : klorbutanol dengan konsentrasi 0,5 % , paraben dan benzalkonium
klorida dengan konsentrasi 0,01 0,02 %. Bahan obat yang ditambahkan ke dalam dasar salep
berbentuk larutan atau serbuk halus. Salep mata harus bebas dari partikel kasar dan harus
memenuhi syarat kebocoran dan partikel logam pada uji salep mata.
Adapun sedian salep mata yang ideal adalah :

Sediaan yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh efek terapi yang
diinginkan dan sediaan ini dapat digunakan dengan nyaman oleh penderita.

Salep mata yang menggunakan semakin sedikit bahan dalam pembuatannya akan
memberikan keuntungan karena akan menurunkan kemungkinan interferensi dengan
metode analitik dan menurunkan bahaya reaksi alergi pada pasien yang sensitif.

Tidak boleh mengandung bagian-bagian kasar.

Dasar salep tidak boleh merangsang mata dan harus memberi kemungkinan obat
tersebar dengan perantaraan air mata.

Obat harus tetap berkhasiat selama penyimpanan.

Salep mata harus steril dan disimpan dalam tube yang steril.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyediakan sediaan salep mata, adalah:
1. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat
serta memenuhi syarat uji sterilitas. Bila bahan tertentu yang digunakan dalam formulasi
tidak dapat disterilkan dengan cara biasa, maka dapat digunakan bahan yang memenuhi
syarat uji sterilitas dengan pembuatan secara aseptik. Salep mata harus memenuhi
persyaratan uji sterilitas. Sterilitas akhir salep mata dalam tube biasanya dilakukan
dengan radiasi sinar .
2. Kemungkinan kontaminasi mikroba dapat dikurangi dengan melakukan pembuatan uji
dibawah LAF (Laminar Air Flow).
3. Salep mata harus mengandung bahan atau campuran bahan yang sesuai untuk mencegah
pertumbuhan atau memusnahkan mikroba yang mungkin masuk secara tidak sengaja bila
wadah dibuka pada waktu penggunaan. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi atau
formulanya sendiri sudah bersifat bakteriostatik (lihat bahan tambahan seperti yang
terdapat pada uji salep mata.
Zat anti mikroba yang dapat digunakan, antara lain :
Klorbutanol dengan konsentrasi 0.5 % (Pharmaceutical Exipient, 2006)
Paraben
Benzalkonium klorida dengan konsentrasi 0,01 0,02 %

4. Wadah salep mata harus dalam keadaan steril pada waktu pengisian dan penutupan.
Wadah salep mata harus tertutup rapat dan disegel untuk menjamin sterilitas pada
pemakaian pertama. Wadah salep mata kebanyakan menggunakan tube, tube dengan
rendahnya luas permukaan jalan keluarnya menjamin penekanan kontaminasi selama
pemakaiannya sampai tingkat yang minimum. Secara bersamaan juga memberikan
perlindungan yang baik tehadap cahaya. Pada tube yang terbuat dari seng, sering terjadi

beberapa peristiwa tak tersatukan. Sebagai contoh dari peristiwa tak tersatukan telah
dibuktikan oleh garam perak dan garam air raksa, lidocain (korosi) dan sediaan
skopolamoin yang mengandung air (warna hitam). Oleh karena itu akan menguntungkan
jika menggunakan tube yang sebagian dalamnya dilapisi lak.
5. Pada pembuatan tube yang tidak tepat harus diperhitungkan adanya serpihan serpihan
logam. Waktu penyimpanan tidak hanya tergantung dari stabilitas kimia bahan obat yang
digabungkan, tetapi juga dari kemungkinan terjadinya pertumbuhan partikel dalam
interval waktu tertentu mutlak diperlukan. Jadi dalam setiap hal, selalu diutamakan
pembuatan salep mata secara segar.
Basis atau bahan dasar salep mata sering mengandung vaselin, dasar absorpsi atau dasar
salep larut air. Vaselin merupakan dasar salep mata yang banyak digunakan. Beberapa bahan
dasar salep yang dapat menyerap air, bahan dasar yang mudah dicuci dengan air dan bahan dasar
larut dalam air dapat digunakan untuk obat yang larut dalam air. Bahan dasar salep seperti ini
memungkinkan dispersi obat larut air yang lebih baik, tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi
pada mata. Semua bahan yang dipakai untuk salep mata harus halus, tidak enak dalam mata.
Salep mata terutama untuk mata yang luka, haruslah steril dan diperlukan syarat-syarat yang
lebih teliti.

II.2 Data Praformulasi


II.2.1 Bahan Aktif Klorampfenikol
a. Struktur dan Berat Molekul
Rumus Struktur :

Rumus Struktur Kloramfenikol


C11H12Cl2N2O5
Berat Molekul
b. Kelarutan

: 323,13 g/mol
:
Pelarut
Air
Kloroform
Eter
Etanol
Propilen glikol
Aseton
Etil asetat

Kelarutan
Sukar larut (1:400)
Sukar larut
Sukar larut
Mudah larut (1: 2,5)
Mudah larut (1: 7)
Mudah larut
Mudah larut

c. Stabilitas
Kloramfenikol dalam keadaan kering atau padat dapat bertahan hingga waktu yang
cukup lama dengan menempatkan sediaan pada kondisi yang optimum selama
penyimpanan. Sediaan salep mata akan lebih stabil apabila basisnya mengandung lemak
bulu domba atau adeps lanae dan setil alkohol.
1. Stabilitas terhadap cahaya

Penyimpanan sediaan salep mata kloramfenikol diusahakan terlindung dari


cahaya atau sinar matahari.
2. Stabilitas terhadap suhu :
Sediaan ini bertambah stabil pada suhu 350C dengan penambahan sodium
metabisulfit dan disodium edetat. Umumnya stabilitas akan berkurang pada suhu
250C. Sediaan kloramfenikol stabil selama 2 tahun jika disimpan pada suhu 20o25oC.
3. Stabilita terhadap pH :

pH stabil dari zat kloramfenikol berkisar antara 4,5 sampai 7,5


4. Stabilitas terhadap oksigen :
Sediaan ini tidak stabil dengan adanya oksigen
d. Titik Lebur
Titik lebur kloramfenikol antara 149-1530C
e. Inkompabilitas
Kloramfenikol sodium suksinat dilaporkan inkompatibilitas dengan adanya kandungan
seperti aminofilin, ampisilin, asam askorbat, kalsium klorida, chlorpromasin HCl, garam
eritromisin, gentamisin sulfat, natrium hidrokortison suksinat, natrium nitrofurantoin

II.2.2 Bahan Tambahan


II.1.2.1 Adeps Lanae
a. Definisi
USP 28 mendefinisikan lanolin sebagai lilin yang dimurnikan yang diperoleh dari
woll domba, Ovis aries Linn (Famili Bovidae), yang dibersihkan, dihilangkan warna
dan baunya. Lanolin mengandung tidak kurang dari 0,25% b/b air dan mengandung
hingga 0,02% b/b antioksidan.
b. Pemerian
Zat serupa lemak, liat ,lekat ; warna kuning muda atau kuning pucat ; agak tembus
cahaya ; bau lemah dan khas
c. Kelarutan
- Dalam air : tidak larut (tetapi tercampur tanpa pemisahan dengan sekitar 2 kali
-

berat air)
Dalam alkohol : sedikit larut dalam alkohol dingin, lebih larut dalam alkohol

panas.
Dalam kloroform : mudah larut
Dalam eter : mudah larut

d. Stabilitas
Lanolin dapat mengalami proses autooksidasi, sehingga didalamnya ditambahkan
antioksidan yaitu butilated hidroksitoluena. Ekspose pemanasan yang lama dapat
menyebabkan warna lanolin menjadi gelap dan menimbulkan bau yang tengik.

Lanolin dapat disterilisasi dengan sterilisasi panas kering pada suhu 150oC. Pada
sediaan salep mata yang mengandung lanolin, dapat menggunakan sterilisasi filtrasi
atau dengan radiasi sinar gamma.
e. Penyimpanan
Disimpan pada tempat yang tertutup rapat, terlindung dari cahaya, dan pada
temperature 15 30oC.
f. Titik Lebur : 38 - 44oC
g. Penggunaan
Sebagai agen pengemulsi basis salep.
h. Aplikasi dalam bidang farmasi dan teknologi
Lanolin (adeps lanae) secara luas digunakan dalam bidang formulasi sediaan farmasi
dan kosmetik. Lanolin dapat digunakan sebagai pembawa hidrofobik dan pada
preparasi air dalam minyak pada krim dan salep. Jika dicampurkan dengan minyak
sayur yang sesuai atau dengan paraffin, dapat memproduksi krim emolien (pelembab)
yang memfasilitasi penetrasi bahan obat ke dalam kulit.
i. Inkompabilitas
Lanolin mengandung prooksidan, yang mungkin dapat mempengaruhi stabilitas obat
tertentu.
II.2.2.2 Vaselin Flavum
a. Definisi
Vaselin kuning adalah campuran hidrokarbon setengah padat, yang diperoleh dari
minyak mineral.
b. Pemerian
Massa lunak, lengket, bening, kuning muda sampai kuning, sifat ini tetap setelah zat
dileburkan atau dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk. Berflouresensi //lemah, juga
jika dicairkan ; tidak berbau, hampir tidak berasa
c. Kelarutan
- Dalam air
- Dalam etanol
- Dalam kloroform
- Dalam eter

: praktis tidak larut


: praktis tidak larut
: larut
: larut

- Dalam eter minyak tanah


: larut
Larutan kadang-kadang beropalesensi lemah
d. Stabilitas dan Penyimpanan
Vaselin harus disimpan pada tempat yang tertutup baik dan terlindung dari cahaya.
e. Titik Lebur : 38 60oC
f. Penggunaan
Vaselin digunakan sebagai basis salep dan emolien pada pengobatan penyakit kulit.
g. Aplikasi dalam bidang farmasi dan teknologi
Vaselin banyak digunakan pada sediaan farmasi sebagai komponen krim dan salep.
Pada sediaan steril yang mengandung vaselin digunakan untuk membalut komponen
lain. Vaselin juga umum digunakan sebagai lubrikan sediaan mata pada pengobatan
mata yang kering.
II.2.2.3 Parafin
a. Definisi
Parafin cair adalah campuran hidrokarbon yang diperoleh dari minyak mineral,
sebagai zat pemantap dapat ditambahkan tokoferol atau butilhidroksitoluena tidak
lebih dari 10 bpj.
b. Pemerian
Cairan kental, transparan, tidak berflouresensi, tidak berwarna, hampir tidak berbau,
tidak mempunyai rasa.
c. Kelarutan
- Dalam air
: tidak larut
- Dalam alkohol
: sedikit larut alkohol
- Dalam minyak menguap
: larut
- Dapat dicampur dengan hidrokarbon, dan minyak tertentu (kecuali minyak jarak).

d. Stabilitas dan Penyimpanan


Parafin merupakan zat yang stabil, kecuali dengan pemanasan dan pembekuan yang
berulang dapat mengubah komponen fisiknya. Parafin harus disimpan pada tempat
yang tertutup rapat, dengan temperature tidak kurang dari 40oC

e. Penggunaan
Sebagai basis salep, emolien dan pembersih pada kondisi kulit tertentu, dan sebagai
lubrikan dalam sediaan mata pada pengobatan mata yang kering.
f. Aplikasi dalam bidang farmasi dan teknologi
Parafin banyak digunakan pada sediaan farmasi sebagai komponen krim dan salep.
Pada salep, dapat digunakan untuk menurunkan suhu lebur formulasi. Parafin juga
sering digunakan sebagai coating agent pada kapsul dan tablet.
II.3 Bentuk Sediaan, Dosis dan Cara Pemberian
Bentuk Sediaan
Cara pemberiaan
Dosis

: salep mata Kloramfenikol 1%


: s.u.e (untuk pemakaian luar)
: oleskan 3-4 kali sehari

BAB III
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dibuat formulasi sediaan steril salep mata kloramfenikol. Untuk
pasien yang mengalami infeksi mata bagian luar karena kuman yang ditujukan untuk pemakaian
topical. Sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptic dan sterilisasi
D serta memnuhi syarat uji sterilitas. Keuntungan salep mata penambah waktu hubungan anatara
obat dengan obat dengan mata, dua sampai empat kali lebih besar apabila dipakai salep
dibandingkan jika dipakai larutan garam. Salep mata kloramfenikol digunakan untuk mengatasi
infeksi pada mata dan dosis yang diberikan pada sediaan kami 1%. Formulasi salep mata
mengikuti formulasi pada Fornas dan memodifikasi sesuai dengan jumlah sediaan yang akan kita
buat.
Pada praktikum ini dibuat salah satu jenis sediaan semisolida untuk penggunaan topikal
yaitu sediaan salep mata dengan bahan aktif kloramfenikol sebesar 1%, sesuai dengan yang telah
ditetapkan dalam literatur yakni kloramfenikol digunakan sebanyak 0,5-1% dalam sediaan.
Kloramfenikol dalam sediaan ini berkhasiat untuk mengobati infeksi superficial pada mata yang
disebabkan bakteri. Pada praktikum ini dibuat sediaan salep mata kloramfenikol dengan bobot 10
gram di mana sediaan akan dibuat sebanyak 2 tube sehingga bobot total sediaan yang harus
dibuat sebanyak 20 gram. Karena sangat sensitif, kesterilan dari sediaan salep mata harus benarbenar terjaga. Salep mata yang baik harus memiliki kehomogenan yang baik atau harus bebas
dari partikel kasar yang dapat mengiritasi mata serta salep mata mata harus memiliki daya serap
yang bagus agar dapat berpenetrasi dengan cepat pada cairan mata dan tentunya harus bebas dari
mikroba.
Sediaan salep mata kloramfenikol merupakan sediaan steril yang tidak tahan terhadap
panas, sehingga tidak dapat dilakukan sterilisasi akhir terhadap sediaan ini. Dengan demikian
untuk menjamin sterilitas dari sediaan salep mata kloramfenikol, maka selama proses produksi
harus dilakukan secara aseptis, dimana semua alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan
saat proses pembuatan salep mata harus disterilisasi terlebih dahulu. Basis salep yang terdiri dari
adeps lanae, vaselin flavum, cetyl alkohol dan paraffin cair dapat disterilisasi sekaligus dilebur
dengan cara melebur basis salep dengan menggunakan oven selama 60 menit pada suhu 60 oC.
Mortir dan stamper disterilisasi dengan cara pembakaran langsung dengan alkohol 96%. Zat aktif
kloramfenikol sendiri secara teoritis dapat disterilisasi dengan metode radiasi,namun hal ini tidak
dapat dilakukan karena keterbatasn alat dan bahaya dari radiasi. Selain itu, tube salep digodok

dengan air. Metode sterilisasi ini dilakukan untuk menjamin sterilitas sediaan salep mata
kloramfenikol dan mencegah kontaminasi mikroba dan pirogen.
Sediaan salep mata yang dibuat harus memiliki basis yang halus agar dalam penggunaannya
tidak mengiritasi mata dan mampu memberikan kenyamanan. Oleh karena itu, untuk
menghasilkan basis yang halus maka 10% dari basis vaselin flavum dapat diganti dengan
sejumlah sama paraffin cair yang berfungsi sebagai pelembut.
Adapun formula yang Formulasi yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai
berikut:
R/

Kloramfenikol
Adeps lanae
Vaselin flavum
Parafin Liquidum
Cetyl Alkohol
Benzalkonium klorida
BHT ( Butil Hidroksil Toluen )

1g
6g
ad 5 g
40 g
2,5 g
0,01 g
0,5 g

Zat aktif kloramfenikol yang digunakan sebanyak 1 % sedangkan basis yang digunakan
ada 3 macam yaitu adeps lanae, vaselin flavum, dan paraffin cair. Karena kloramfenikol tidak
larut air maka digunakan basis lemak yaitu adeps lanae dan vaselin flavum. Selain sebagai basis
salep, adeps lanae berfungsi sebagai emulgator yang dapat menyerap air dan memiliki efek
melembutkan sehingga memudahkan untuk kontak dengan cairan mata. Vaselin flavum
merupakan basis salep petrolatum yang titik lebur atau titik melumernya mendekati suhu tubuh,
sehingga dengan demikian basis ini baik digunakan sebagai basis salep mata. Yang dapat
digunakan untuk mengatur tingkat kekerasan basis berlemak sehingga akan diperoleh konsistensi
basis yang diinginkan. Dasar salep yang dimanfaatkan untuk salep mata harus bertitik lebur
mendekati suhu tubuh. Dalam beberapa hal, campuran dari petrolatum dan cairan petrolatum
(minyak mineral) dimanfaatkan sebagai dasar salep mata. Kadang-kadang zat yang bercampur
dengan air seperti lanolin ditambahkan ke dalamnya. Hal ini memungkinkan obat yang tidak
larut dalam air bertahan selama sistem penyimpanan
Dari

formulasi

tersebut

dapat

dihitung

penimbangan

masing-masing

bahan.

Kloramfenikol ditimbang sebanyak 1 gram, adeps lanae ditimbang sebanyak 6 gram, vaselin
flavum ditimbang sebanyak ad 5 gram, paraffin cair ditimbang sebanyak 40gram, cetyl alkohol
2,5 gram, Benzalkonium klorida 0,01 gram. Setelah dilakukan penimbangan masing-masing
bahan, kemudian dilakukan peleburan basis pada cawan porselen yang telah dilapisi dengan kain

kasa steril selama 30 menit sampai seluruh basis melebur sempurna. Peleburan ini juga berfungsi
untuk sterilisasi bahan di mana vaselin yang mengandung kolesterol (lemak bulu domba) dapat
disterilkan menggunakan udara panas tanpa mengurangi kualitasnya. Kain kasa steril berfungsi
sebagai penyaring (filter) basis salep agar diperoleh basis salep yang halus dan bebas dari
partikel-partikel pengotor sehingga pada pemakaiannya tidak akan menimbulkan iritasi pada
jaringan mata. Setelah dilakukan peleburan,basis salep yang terdapat pada kasa steril diperas
agar diperoleh campuran basis salep yang berwarna kuning. Kemudian dilakukan pencampuran
bahan aktif dengan basis. Pencampuran dilakukan pada saat basis masih dalam keadaan panas
karena apabila dibiarkan sampai dingin maka basis akan mengeras perlahan. Sebelum
mencampurkan basis dengan kloramfenikol terlebih dahulu digerus hingga halus baru
ditambahkan basis sedikit demi sedikit hingga homogen.
Pada saat penggerusan, kloramfenikol dapat bercampur dengan basis dan diperoleh
campuran semisolid yang homogen dan berwarna kuning. Setelah diperoleh campuran yang
homogen kemudian campuran bahan ditimbang sebanyak 10 gram untuk kemudian dimasukkan
ke dalam tube salep yang telah disiapkan dan dilakukan di dekat lampu spiritus untuk menjaga
kondisi pencampuran tetap aseptis. Setelah semua campuran masuk ke dalam tube, sediaan diberi
etiket kemudian dimasukkan ke dalam kemasan. Sediaan salep mata ini disimpan pada suhu
kamar dan diletakkan pada tempat yang terlindung dari cahaya. Sediaan akhir yang diperoleh
praktikan bertekstur halus dan berwarna kuning.
Untuk meningkatkan kualitas dari salep mata yang kami buat, dengan menambahkan
antioksidan Butil Hidroksi Toluene yang efektif untuk mencegah terjadinya oksidasi pada zat
aktif, dan pada saat pemakaian tidak tertutup kemungkinan terjadinya pertumbuhan mikroba
untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada sediaan ketika wadah terbuka selama
penggunaan kami menambahkan pengawet Benzalkonium Klorida.
Setelah menjadi sediaan jadi, kami melakukan uji evaluasi dengan evaluasi organoleptis
memperhatikan warna, bau, rasa dan bentuk sediaan. Dilanjutkan dengan pengujian pH dengan
menggunakan pH meter, karena keterbatasan alat kami melakukan pengujian pH dengan
menggunakan kertas pH menunjukkan pH 7 sesuai dengan pH yang kami inginkan,. Kemudian
pada pengujian Homogenitas dengan mengoleskan salep pada kaca arloji lalu melihat
susunannya homogeny atau tidak. Dari semua pengujian yang kita lakukan kami menyimpulkan
salep mata kloramfenikol memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan.

BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
1. Untuk membuat sediaan salep mata kloramfenikol dengan bobot 10 gram dapat
menggunakan formula berikut ini :
R/
Kloramfenikol
Adeps lanae

1g
6g

Vaselin flavum
ad 5 g
Cetyl Alkohol
2,5 g
Parafin Liquidum
40 g
Benzalkonium Klorida
0,01 g
Butil Hisroksil Toluen0,5 g
2. Permasalahan yang muncul dalam pembuatan sediaan ini adalah sifat kloramfenikol
yang tidak larut air sehingga untuk menghasilkan sediaan yang homogen maka
kloramfenikol terlebih dahulu digerus dalam mortir dan dilarutkan dalam basis
berlemak.
3. Pembuatan sediaan salep mata kloramfenikol tidak memerlukan proses sterilisasi
akhir melainkan dikerjakan dengan teknik aseptis.
Pada sediaan steril salep mata kloramfenikol dengan proses steril dimana bahan dan alat
disterilkan terlebih dahulu sebelum digunakan dan dalam proses pembuatan dilakukan sesuai
prosedur tutunan resmi dimana bahan aktif digerus hingga halus terlebih dahulu agar
homogeny pada saat penvampuran dengan basis. Dan untuk mencegah kerusakan sediaan
jadi dan agar tetap stabil selama penyimpanan karena sediaan dibuat dengan metode aseptic
seingga ditambahkan bahan pengawet Benzalkonium Klorida karena dan sesuai dengan zat
aktif, dan punya daya antimikroba yang luas.

Dan setelah selesai pembuatan sediaan

kemudian di proses evaluasi dari hasil evaluasi di dapat semua data menunjukkan hasil yang
sesuai dengan syarat sediaan jadi yang kita kehendaki. Kemudian sediaan jadi dikemas
sesuai bentuk sediaan yakni dikemas didalam tube.

IV.2 Saran

Sebagai tenaga kefarmasiaan kita harus mempelajari dan memahami tentang sediaan obat
tidak hanya salep tetapi sediaan sediaan obat lainnya juga, Karena sangat bermanfaat dalam
dunia farmasi.

You might also like