Professional Documents
Culture Documents
No.Dokumen
: FM 4.1.5.03
Revisi
: 00
KAJIAN ENJINIRING
BAB 1
PENDAHULUAN
No Kajian Engineering
Klasifikasi program
Lokasi
Kapasitas
: 2 X 25 MW
Pebruari
(m)
55,3 - 75,3
40,9 -53,1
Rata-rata
65,3
47
Maret
April
Mei
Juni
Vib Gen X
36,7 - 126,9 112,7 - 135,8 116,9 - 140,4 132 140
81,8
124,25
128,65
136
No.Dokumen
: FM 4.1.5.03
Revisi
: 00
KAJIAN ENJINIRING
Untuk mengantisipasi terjadinya kegagalan pada bearing dan rotor generator, maka
perlu dilakukan analisa vibrasi steam turbine generator PLTU Amurang #1 (asset wellness)
untuk memantau perkembangan kondisi aktualnya. Melalui program ini diharapkan dapat
memberikan
rekomendasi
untuk
proses
operasi
secara
aman
dan
perencanaan
PERMASALAHAN
Permasalahan utama yang hendak dianalisa adalah mengevaluasi kondisi aktual
vibrasi pada bearing turbin - generator, untuk mencegah terjadinya kegagalan katastropik
dan mencegah terjadinya unit trip akibat bekerjanya proteksi vibrasi pada turbine supervisory
instrument (TSI). Kondisi terakhir yang terpantau sebelum dilakukan program ini adalah
terjadinya vibrasi tinggi pada bearing turbin - generator no 4 sebesar 140,4 m, dimana nilai
ini sangat dekat dengan setting alarm high yaitu 160 m.
No.Dokumen
: FM 4.1.5.03
Revisi
: 00
KAJIAN ENJINIRING
BAB 2
HASIL PENGUKURAN DAN INVESTIGASI
2.1
METODE PENGUKURAN
Prosedur pengukuran yang digunakan memakai persyaratan umum ISO 10816-2.
Dengan tujuan pemantauan, sistem pengukuran harus mampu mengukur luas-band getaran
lebih rentang frekuensi dari 10 Hz untuk setidaknya 500 Hz. Lokasi pengukuran getaran
harus sedemikian rupa sehingga dapat memberikan sensitivitas cukup untuk dinamika
kekuatan mesin. Pengukuran dalam dua arah radial pada setiap tutup bantalan utama atau
alas dengan sepasang transduser orthogonal, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.
transduser dapat ditempatkan pada setiap lokasi sudut di rumah bearing. Sedangkan lokasi
pengukuran secara aktual pada turbin seperti terlihat pada gambar 3, dimana B1, B2, B3,
dan B4 merupakan penamaan untuk bearing 1, bearing 2, bearing 3, dan bearing 4.
No.Dokumen
: FM 4.1.5.03
Revisi
: 00
KAJIAN ENJINIRING
STANDAR PENGUKURAN
Nilai yang diberikan dalam Tabel berlaku untuk radial dan aksial pengukuran getaran
pada semua pengukuran
Tabel 2. Vibration severity chart ISO 10816 2
No.Dokumen
: FM 4.1.5.03
Revisi
: 00
KAJIAN ENJINIRING
4. Zone D: Vibration values within this zone are normally considered to be of sufficient
severity to cause damage to the machine.
2.3
No.
batasan
ISO 10816-2
Bearing
10 MW
11 MW
12 MW
13 MW
15 MW
#1 Brg (H)
1.903
2.023
2.151
2.397
2.602
16,764
#1 Brg (V)
1.255
1.403
1.161
1.111
1.178
16,764
#1 Brg (A)
2.820
2.587
2.389
2.339
1.872
16,764
#2 Brg (H)
5.598
5.368
5.845
5.886
5.555
16,764
#2 Brg (V)
3.211
3.482
3.680
3.355
3.701
16,764
#2 Brg (A)
7.571
7.466
7.508
7.274
6.711
16,764
#3 Brg (H)
2.348
3.615
3.471
3.471
2.389
16,764
#3 Brg (V)
4.095
4.329
4.283
4.255
4.133
16,764
#3 Brg (A)
6.173
8.035
8.873
8.944
5.570
16,764
#4 Brg (H)
5.004
7.360
7.487
4.628
3.796
16,764
#4 Brg (V)
6.472
7.776
7.208
5.899
7.612
16,764
#4 Brg (A)
36.47
38.23
40.15
40.90
51.97
16,764
Tabel 4. Hasil pengukuran vibrasi aksial dengan variasi beban (02 Juli 2015)
Vibrasi
Peak velocity mm/s
No
Pengukuran
10,7 MW
13.1 MW
14,4 MW
14,5 MW
14,7
14,9
MW
#1 Brg (H)
3.41
3.88
3.50
4.17
4.00
3.82
#1 Brg (V)
1.88
1.94
1.80
1.89
2.05
1.85
No.Dokumen
: FM 4.1.5.03
Revisi
: 00
KAJIAN ENJINIRING
#1 Brg (A)
2.67
2.10
1.87
2.63
2.2
2.15
#2 Brg (H)
6.32
6.31
5.55
6.35
6.21
6.37
#2 Brg (V)
4.13
3.89
3.70
4.25
4.19
3.82
#2 Brg (A)
5.80
5.99
6.31
6.47
6.09
6.23
#3 Brg (H)
5.58
5.59
5.59
5.64
5.68
5.52
#3 Brg (V)
3.23
3.15
3.57
3.22
3.51
3.27
#3 Brg (A)
4.79
4.82
4.94
4.62
4.62
4.72
10
#4 Brg (H)
6.13
5.36
4.25
4.20
4.18
3.95
11
#4 Brg (V)
6.52
7.03
8.20
6.80
7.14
7.01
12
#4 Brg (A)
46.98
43.42
43.76
44.56
44.90
43.99
Parameter operasi
No
Parameter
Satuan
13.1 MW
14,4 MW
14,5 MW
14,7 MW
14,9
MW
Frekuensi
Hz
49.80
49.74
50.00
49.9
50.21
#4 Brg (X)
136
130
126.7
122.6
131.4
#4 Brg (Y)
57.8
56
50.5
50.6
57.7
66.7
67
67.5
67.4
67.4
Bearing Temp.
65.6
65.8
66.3
66.2
66.3
Main Steam P
Mpa
5.5
5.8
5.9
5.9
6.1
Main Steam T
528.2
530.7
527.5
531.3
533.3
Speed
rpm
3002
2991.5
3003.7
2998,8
3014.7
Dari tabel 3 dan 4 di atas terlihat bahwa secara keseluruhan nilai vibrasi cenderung
konstan dengan variasi pembebanan yang dilakukan, adanya fluktuasi nilai amplitudo
cenderung disebabkan oleh faktor eksternal, yaitu perubahan frekuensi jaringan. PLTU #1
dan #2 Amurang memiliki pola operasi sebagai load peaker, sehingga perubahan frekuensi
pada jaringan akan direspon secara langsung untuk dapat mempertahankan frekuensi
dalam batas normal. Respon yang terjadi akan menyebabkan terjadinya perubahan kondisi
operasi yang berdampak terhadap terjadinya perubahan gaya eksitasi yang bekerja pada
rotor turbin dan generator, sehingga besaran amplitudo vibrasi juga berubah/fluktuatif.
No.Dokumen
: FM 4.1.5.03
Revisi
: 00
KAJIAN ENJINIRING
Peak amplitudo getaran tertinggi terjadi pada bearing 4 pada arah aksial, dimana nilai
yang dimiliki melebihi toleransi yang diijinkan untuk level aman berdasarkan ISO 10816-2,
(peak velocity 16,764 mm/s). Sehingga turbin generator PLTU #1 Amurang termasuk
dalam area zone D, dimana vibrasi yang terjadi dalam kategori berbahaya dan dapat
merusak equipment.
BEARING 4H
BEARING 4V
Gambar 4. Time waveform pada bearing 4 vertikal dan horizontal (27 Juni 2015)
.
BEARING 4H
No.Dokumen
: FM 4.1.5.03
Revisi
: 00
KAJIAN ENJINIRING
BEARING 4V
Gambar 5. Time waveform pada bearing 4 vertikal dan horizontal pada beban 10 MW (01 Juli
2015)
Hasil pengukuran vibrasi pada 27 Juni dan 01 Juli memiliki pola time waveform yang
sama. Dari data time waveform di atas, pada bearing 4H dan 4V mempunyai bentuk yang
ekuivalen, yaitu sinusoidal yang mirip dengan huruf M , dan terlihat pada saat/ waktu
pengukuran yang sama. Hal dapat disebabkan karena adanya preload dari poros atau
bantalan yang tidak menopang sempurna.
TG01
2.5
U01 - TURBIN-GENERATOR 1
-G2A Gener ator Outboard Axial
Waveform Display
27-Jun-15 23:10:45
2.0
RMS = .9102
LOAD = 100.0
RP M = 3000.
RP S = 50.00
1.5
Acceleration in G-s
1.0
PK(+) = 1.93
PK(-) = 1.44
CRESTF= 2.12
0.5
-0.5
-1.0
-1.5
-2.0
0
20
40
60
80
100
Tim e in m Secs
No.Dokumen
: FM 4.1.5.03
Revisi
: 00
KAJIAN ENJINIRING
BEARING 4A
Gambar 7. Time waveform pada bearing 4 aksial pada beban 10 MW (01 Juli 2015)
Sedangkan time waveform pada bearing 4 arah aksial mempunyai bentuk yang ekuivalen,
yaitu sinusoidal yang mendekati murni. Tetapi terdapat riple pada puncak hal ini menandakan
adanya kelonggaran (over clereance) yang berlebih pada bantalan luncur.
0.8
Orbit Display
27-Jun-15 16:30:10
0.6
RMSX= .1926
RMSY= .2541
LOAD = 100.0
RPM = 3000.
RPS = 50.00
0.4
G2V in G-s
0.2
-0.0
-0.2
-0.4
-0.6
-0.8
-0.8
-0.6
-0.4
-0.2
-0.0
0.2
0.4
G2H in G-s
0.6
0.8
No.Dokumen
: FM 4.1.5.03
Revisi
: 00
KAJIAN ENJINIRING
Pola yang terbentuk memiliki kemirirpan dengan pola Lissajous yang terjadi pada
peristiwa oil whirl, namun perbedaan dengan peristiwa oil whirl adalah pada kasus ini
lingkaran yang berada di dalam tidak berputar-putar. Hal ini disebabkan oleh parahnya
kondisi rubbing yang terjadi, yaitu yang dinamakan heavy rubbing atau full rubbing, dan
ditambah dengan frekuensi resonansi, frekuensi harmonik, serta random frekuensi nonsyncronous. Kemungkinan hal inii disebabkan oleh kelonggaran (over clereance) yang
berlebih pada bantalan luncur.
TG01
3.3
U01 - TURBIN-GENERATOR 1
-G2H Gener ator Outboard X Radial
Route Spectrum
27-Jun-15 08:48:07
3.0
2.7
PK Velocity in mm/Sec
2.4
2.1
1.8
1.5
1.2
0.9
0.6
0.3
0
0
400
800
1200
1600
Fr equency in Hz
BEARING 4H
TG01
10
U01 - TURBIN-GENERATOR 1
-G2V Gener ator Outboard Y Radial
Route Spectrum
27-Jun-15 08:48:27
OVRALL= 7.61 V-DG
PK = 7.57
LOAD = 100.0
RP M = 3000.
RP S = 50.00
PK Velocity in mm/Sec
0
0
400
800
Fr equency in Hz
BEARING 4V
1200
1600
No.Dokumen
: FM 4.1.5.03
Revisi
: 00
KAJIAN ENJINIRING
TG01
70
U01 - TURBIN-GENERATOR 1
-G2A Gener ator Outboard Axial
Route Spectrum
27-Jun-15 08:49:10
60
PK Velocity in mm/Sec
50
40
30
20
10
0
0
400
800
1200
1600
Fr equency in Hz
BEARING 4A
Gambar 9. Spektrum getaran pada bearing 4 pada beban 15 MW (27 Juni 2015)
BEARING 4V
BEARING 4H
No.Dokumen
: FM 4.1.5.03
Revisi
: 00
KAJIAN ENJINIRING
BEARING 4A
Gambar 10. Spektrum getaran pada bearing 4 pada beban 10 MW (01 Juli 2015)
Dari data spectrum di atas terlihat adanya ciri terjadinya misalignment. Yaitu adanya
komponen getaran pada frekuensi 2x putaran poros dan menyebabkan getaran dalam arah
aksial. Misalignment terjadi karena adanya pergeseran atau penyimpangan salah satu
bagian mesin dari garis pusatnya. Misalignment yang terjadi merupakan angular
misalignment, dimana terjadi amplitudo getaran yang tinggi dalam arah axial.
2.3.5 Beda phase base plate pada Bearing rear generator (B4)
8
No.Dokumen
: FM 4.1.5.03
Revisi
: 00
KAJIAN ENJINIRING
Unit 1
Nilai Vibrasi
Beda phase
Nilai Vibrasi
Beda phase
(mm/sec)
(derajat)
(mm/sec)
(derajat)
5.1
2.0
10.7
1.9
7.6
1.8
2.8
Unit 2
12.0
-19
-7
-15
1.1
0.9
3.3
0.9
3.6
1.8
-1
-1
-3
2.9
-5
1.4
Tabel 5 diatas merupakan perbandingan vibrasi dan beda fasa pada pedestal dengan
baseplate antara unit 1 dan unit 2. Dari data tersebut terlihat bahwa terjadi beda fasa
antara baseplate dengan pedestal. Hal ini di sebabkan karena adanya bagian-bagian yang
kendor pada baut pengikat. Spektrum getaran yang dihasilkan oleh bagian-bagian mesin
yang kendor hampir selalu mengandung harmonik tingkat tinggi.
No.Dokumen
: FM 4.1.5.03
Revisi
: 00
KAJIAN ENJINIRING
BAB 3
INSPEKSI ELEVASI PEDESTAL STEAM TURBIN-GENERATOR #1
3.1
3.2
No.Dokumen
: FM 4.1.5.03
Revisi
: 00
KAJIAN ENJINIRING
Secara grafis beda elevasi pedestal pada setiap bearing dapat digambarkan seperti
pada gambar 12 berikut ini
Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan, belum dapat diambil kesimpulan secara
langsung baik atau buruknya kondisi pedestal turbin generator #1 PLTU Amurang. Untuk
analisa lebih lanjut dibutukan data pendukung toleransi clearance aksial antara kopling turbin
generator.
No.Dokumen
: FM 4.1.5.03
Revisi
: 00
KAJIAN ENJINIRING
3.3
DOKUMENTASI PELAKSANAAN
No.Dokumen
: FM 4.1.5.03
Revisi
: 00
KAJIAN ENJINIRING
BAB 4
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
4,1
KESIMPULAN
1. Secara keseluruhan nilai overall vibrasi di setiap bearing masih dalam batas normal
kecuali bearing #4 generator rear sisi axial (berdasarkan standard ISO 1979-4, JEAC
3717 dan MHI standard), dengan nilai vibrasi tertinggi 51,97 mm/s pada beban 15 MW.
2. Kondisi vibrasi Turbin generator PLTU #1 Amurang termasuk dalam zone D, dimana
vibrasi yang terjadi dalam kategori berbahaya dan dapat merusak equipment.
3. Pada bearing #4 nilai overall vibrasi cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan bearing
no 1, 2 dan 3 dengan terindikasi adanya bent shaft, yang terlihat dari data-data:
a) Dari data waveform kemungkinan disebabkan oleh beban preload yang seolah
olah tinggi.
b) Dari data waveform form sisi axial terdapat riple pada puncak gelombang yang di
sebabkan kondisi bearing 4 yang sudah terlalu longgar ( over clearence )
c) Dari data orbit muncul pola Lissajous kemungkinan di sebabkan kondisi bearing 4
yang sudah terlalu longgar ( over clearence )
d) Dari data spectrum muncul 1x dan 2x turning kemungkinan di sebabkan kondisi
bearing 4 yang sudah terlalu longgar ( over clearence ) dan Kondisi bantalan
yang tidak mapan
e) Dari
data
beda
phase
kemungkinan
basepalte
4.2
REKOMENDASI
1. Perlu segera shutdown unit untuk melakukan:
a. Perbaikan journal bearing
b. Check alignment antara poros turbin dengan generator
c. Pemeriksaan kekencangan baseplate
d. Ultrasonic test pada shaft generator sisi exiter
dengan
B4
generator
No.Dokumen
: FM 4.1.5.03
Revisi
: 00
KAJIAN ENJINIRING
2. Sebelum dilakukan perbaikan, maka untuk running turbin generator secara kontinyu
perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Pembatasan beban maksimal pada beban 10 MW, untuk mencegah peningkatan
failure rate pada bearing #4 dan mencegah terjadinya unit trip akibat temperatur
return oil high-high.
b. Perlu dilakukan tindakan prediktif berupa pengukuran vibrasi untuk memantau
kondisi aktual vibrasi secara berkala dan temperatur return oil pada bearing 4, nilai
return oil temperature pada bearing #4 tertinggi sebesar 67,5 oC sudah melebihi
batas alarm high (65 oC) dan mendekati alarm high high (70 oC).
c. Sistem proteksi (electric trip) untuk radial bush beearing seat return oil temperature
HH perlu diaktifkan, untuk mencegah terjadinya kegagalan pelumasan pada bearing
#4.
VERIFIKASI PENYUSUN
Staf Enjiniring
Rama Fitriyan
Anton Sujatmiko
Yanuar Krisnahadi
Mengetahui:
Manajer Enjiniring dan Tata Kelola