You are on page 1of 18

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI SERVICES

No.Dokumen

: FM 4.1.5.03

SIAP INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM

Revisi

: 00

Tanggal Terbit : 01-12-2014


Halaman
: 1 dari 18

KAJIAN ENJINIRING

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. NAMA KAJIAN


Nama kajian

: Analisa vibrasi steam turbine #1 PLTU Amurang

No Kajian Engineering

Klasifikasi program

: Operasi & Pemeliharaan Pembangkit

Lokasi

: PLTU Amurang unit 1

Kapasitas

: 2 X 25 MW

1.2. LATAR BELAKANG


PLTU Amurang 2 X 25 MW merupakan bagian dari program percepatan pembangunan
pembangkit listrik tahap pertama 10.000 MW luar Jawa. PLTU Amurang telah memasuki
commercial operation date (COD) pada Oktober 2012. Untuk PLTU Unit 1 menyelesaikan
first year inspection (FYI) pada April 2014. Setelah FYI selesai, maka masa garansi dari EPC
kontrator berakhir dan semua pengoperasian dan pemeliharaan PLTU menjadi tanggung
jawab PJB Services sebagai pelaksana jasa operasi dan maintenance.
Hasil trending data vibrasi pada turbine generator sejak bulan Januari hingga Juni
2015 menunjukkan adanya kenaikan vibrasi secara kontinyu pada generator rear bearing
(bearing 4) arah X, seperti pada tabel 1 dan gambar 1. Kenaikan secara signifikan terjadi
sejak bulan maret hingga Juni, dengan nilai vibrasi tertinggi 140,4 m, dimana set point
alarm high pada 160 m dan alarm high-high pada 250 m. Kenaikan nilai vibrasi ini juga
diikuti oleh kenaikan temperatur generator return oil hingga mencapai 66,3 0C, dimana set
point alarm high pada 65 0C dan alarm high-high pada 70 0C.

Tabel 1. Record data vibrasi bearing 4 pada beban 15 MW.


Januari

Pebruari

(m)

55,3 - 75,3

40,9 -53,1

Rata-rata

65,3

47

Maret

April

Mei

Juni

Vib Gen X
36,7 - 126,9 112,7 - 135,8 116,9 - 140,4 132 140
81,8

124,25

128,65

136

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI SERVICES

No.Dokumen

: FM 4.1.5.03

SIAP INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM

Revisi

: 00

Tanggal Terbit : 01-12-2014


Halaman
: 2 dari 18

KAJIAN ENJINIRING

Gambar 1. Trending rata-rata nilai vibrasi bearing 4 arah x.

Untuk mengantisipasi terjadinya kegagalan pada bearing dan rotor generator, maka
perlu dilakukan analisa vibrasi steam turbine generator PLTU Amurang #1 (asset wellness)
untuk memantau perkembangan kondisi aktualnya. Melalui program ini diharapkan dapat
memberikan

rekomendasi

untuk

proses

operasi

secara

aman

dan

perencanaan

pemeliharaan yang tepat sasran.


1.3. SASARAN KEGIATAN
Sasaran kegiatan yang diharapkan dari adanya program ini adalah untuk memonitor
kondisi Steam Turbine #1 PLTU Amurang dari sisi vibrasi pada tiap bearing dan lebih
khususnya pada bearing 4 ( rear generator ).
1.4

PERMASALAHAN
Permasalahan utama yang hendak dianalisa adalah mengevaluasi kondisi aktual
vibrasi pada bearing turbin - generator, untuk mencegah terjadinya kegagalan katastropik
dan mencegah terjadinya unit trip akibat bekerjanya proteksi vibrasi pada turbine supervisory
instrument (TSI). Kondisi terakhir yang terpantau sebelum dilakukan program ini adalah
terjadinya vibrasi tinggi pada bearing turbin - generator no 4 sebesar 140,4 m, dimana nilai
ini sangat dekat dengan setting alarm high yaitu 160 m.

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI SERVICES

No.Dokumen

: FM 4.1.5.03

SIAP INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM

Revisi

: 00

KAJIAN ENJINIRING

Tanggal Terbit : 01-12-2014


Halaman
: 3 dari 18

BAB 2
HASIL PENGUKURAN DAN INVESTIGASI

2.1

METODE PENGUKURAN
Prosedur pengukuran yang digunakan memakai persyaratan umum ISO 10816-2.
Dengan tujuan pemantauan, sistem pengukuran harus mampu mengukur luas-band getaran
lebih rentang frekuensi dari 10 Hz untuk setidaknya 500 Hz. Lokasi pengukuran getaran
harus sedemikian rupa sehingga dapat memberikan sensitivitas cukup untuk dinamika
kekuatan mesin. Pengukuran dalam dua arah radial pada setiap tutup bantalan utama atau
alas dengan sepasang transduser orthogonal, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.
transduser dapat ditempatkan pada setiap lokasi sudut di rumah bearing. Sedangkan lokasi
pengukuran secara aktual pada turbin seperti terlihat pada gambar 3, dimana B1, B2, B3,
dan B4 merupakan penamaan untuk bearing 1, bearing 2, bearing 3, dan bearing 4.

Gambar 2. Titik penempatan transduser.

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI SERVICES

No.Dokumen

: FM 4.1.5.03

SIAP INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM

Revisi

: 00

KAJIAN ENJINIRING

Tanggal Terbit : 01-12-2014


Halaman
: 4 dari 18

Gambar 3. Lokasi pengukuran vibrasi pada turbin.


2.2

STANDAR PENGUKURAN
Nilai yang diberikan dalam Tabel berlaku untuk radial dan aksial pengukuran getaran
pada semua pengukuran
Tabel 2. Vibration severity chart ISO 10816 2

Berdasarkan ISO 10816 2, kondisi sebuah rotating machinery berdasarkan nilai


vibrasinya dapat dibagi dalam beberapa zona sebagai berikut:
1. Zone A The vibration of newly commissioned machines would normally fall within
this zone.
2. Zone B: Machines with vibration within this zone are normally considered acceptable
for unrestricted long-term operation.
3. Zone C: Machines with vibration within this zone are normally considered
unsatisfactory for long-term continuous operation. Generally, the machine may be
operated for a limited period in this condition until a suitable opportunity arises for
remedial action.

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI SERVICES

No.Dokumen

: FM 4.1.5.03

SIAP INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM

Revisi

: 00

Tanggal Terbit : 01-12-2014


Halaman
: 5 dari 18

KAJIAN ENJINIRING

4. Zone D: Vibration values within this zone are normally considered to be of sufficient
severity to cause damage to the machine.

2.3

HASIL PENGUKURAN DAN ANALISA

2.3.1 Trending data overall vibration


Berikut ini adalah nilai overall vibrasi tiap bearing dari pengukuran yang dilakukan
menggunakan CSI 2120
Tabel 3. Hasil pengukuran vibrasi aksial dengan variasi beban (27 Juni 2015)
REFERENSI
Pengukuran Vibrasi mm/sec Peak

No.

batasan
ISO 10816-2

Bearing
10 MW

11 MW

12 MW

13 MW

15 MW

#1 Brg (H)

1.903

2.023

2.151

2.397

2.602

16,764

#1 Brg (V)

1.255

1.403

1.161

1.111

1.178

16,764

#1 Brg (A)

2.820

2.587

2.389

2.339

1.872

16,764

#2 Brg (H)

5.598

5.368

5.845

5.886

5.555

16,764

#2 Brg (V)

3.211

3.482

3.680

3.355

3.701

16,764

#2 Brg (A)

7.571

7.466

7.508

7.274

6.711

16,764

#3 Brg (H)

2.348

3.615

3.471

3.471

2.389

16,764

#3 Brg (V)

4.095

4.329

4.283

4.255

4.133

16,764

#3 Brg (A)

6.173

8.035

8.873

8.944

5.570

16,764

#4 Brg (H)

5.004

7.360

7.487

4.628

3.796

16,764

#4 Brg (V)

6.472

7.776

7.208

5.899

7.612

16,764

#4 Brg (A)

36.47

38.23

40.15

40.90

51.97

16,764

Tabel 4. Hasil pengukuran vibrasi aksial dengan variasi beban (02 Juli 2015)
Vibrasi
Peak velocity mm/s
No

Pengukuran

10,7 MW

13.1 MW

14,4 MW

14,5 MW

14,7

14,9
MW

#1 Brg (H)

3.41

3.88

3.50

4.17

4.00

3.82

#1 Brg (V)

1.88

1.94

1.80

1.89

2.05

1.85

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI SERVICES

No.Dokumen

: FM 4.1.5.03

SIAP INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM

Revisi

: 00

Tanggal Terbit : 01-12-2014


Halaman
: 6 dari 18

KAJIAN ENJINIRING

#1 Brg (A)

2.67

2.10

1.87

2.63

2.2

2.15

#2 Brg (H)

6.32

6.31

5.55

6.35

6.21

6.37

#2 Brg (V)

4.13

3.89

3.70

4.25

4.19

3.82

#2 Brg (A)

5.80

5.99

6.31

6.47

6.09

6.23

#3 Brg (H)

5.58

5.59

5.59

5.64

5.68

5.52

#3 Brg (V)

3.23

3.15

3.57

3.22

3.51

3.27

#3 Brg (A)

4.79

4.82

4.94

4.62

4.62

4.72

10

#4 Brg (H)

6.13

5.36

4.25

4.20

4.18

3.95

11

#4 Brg (V)

6.52

7.03

8.20

6.80

7.14

7.01

12

#4 Brg (A)

46.98

43.42

43.76

44.56

44.90

43.99

Parameter operasi
No

Parameter

Satuan

13.1 MW

14,4 MW

14,5 MW

14,7 MW

14,9
MW

Frekuensi

Hz

49.80

49.74

50.00

49.9

50.21

#4 Brg (X)

136

130

126.7

122.6

131.4

#4 Brg (Y)

57.8

56

50.5

50.6

57.7

Oil return Temp

66.7

67

67.5

67.4

67.4

Bearing Temp.

65.6

65.8

66.3

66.2

66.3

Main Steam P

Mpa

5.5

5.8

5.9

5.9

6.1

Main Steam T

528.2

530.7

527.5

531.3

533.3

Speed

rpm

3002

2991.5

3003.7

2998,8

3014.7

Dari tabel 3 dan 4 di atas terlihat bahwa secara keseluruhan nilai vibrasi cenderung
konstan dengan variasi pembebanan yang dilakukan, adanya fluktuasi nilai amplitudo
cenderung disebabkan oleh faktor eksternal, yaitu perubahan frekuensi jaringan. PLTU #1
dan #2 Amurang memiliki pola operasi sebagai load peaker, sehingga perubahan frekuensi
pada jaringan akan direspon secara langsung untuk dapat mempertahankan frekuensi
dalam batas normal. Respon yang terjadi akan menyebabkan terjadinya perubahan kondisi
operasi yang berdampak terhadap terjadinya perubahan gaya eksitasi yang bekerja pada
rotor turbin dan generator, sehingga besaran amplitudo vibrasi juga berubah/fluktuatif.

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI SERVICES

No.Dokumen

: FM 4.1.5.03

SIAP INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM

Revisi

: 00

KAJIAN ENJINIRING

Tanggal Terbit : 01-12-2014


Halaman
: 7 dari 18

Peak amplitudo getaran tertinggi terjadi pada bearing 4 pada arah aksial, dimana nilai
yang dimiliki melebihi toleransi yang diijinkan untuk level aman berdasarkan ISO 10816-2,
(peak velocity 16,764 mm/s). Sehingga turbin generator PLTU #1 Amurang termasuk
dalam area zone D, dimana vibrasi yang terjadi dalam kategori berbahaya dan dapat
merusak equipment.

2.3.2 Waveform analysis (menggunakan dual chanel)

BEARING 4H

BEARING 4V

Gambar 4. Time waveform pada bearing 4 vertikal dan horizontal (27 Juni 2015)
.
BEARING 4H

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI SERVICES

No.Dokumen

: FM 4.1.5.03

SIAP INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM

Revisi

: 00

Tanggal Terbit : 01-12-2014


Halaman
: 8 dari 18

KAJIAN ENJINIRING

BEARING 4V

Gambar 5. Time waveform pada bearing 4 vertikal dan horizontal pada beban 10 MW (01 Juli
2015)

Hasil pengukuran vibrasi pada 27 Juni dan 01 Juli memiliki pola time waveform yang
sama. Dari data time waveform di atas, pada bearing 4H dan 4V mempunyai bentuk yang
ekuivalen, yaitu sinusoidal yang mirip dengan huruf M , dan terlihat pada saat/ waktu
pengukuran yang sama. Hal dapat disebabkan karena adanya preload dari poros atau
bantalan yang tidak menopang sempurna.

TG01

2.5

U01 - TURBIN-GENERATOR 1
-G2A Gener ator Outboard Axial
Waveform Display
27-Jun-15 23:10:45

2.0
RMS = .9102
LOAD = 100.0
RP M = 3000.
RP S = 50.00

1.5

Acceleration in G-s

1.0

PK(+) = 1.93
PK(-) = 1.44
CRESTF= 2.12

0.5

-0.5

-1.0

-1.5

-2.0
0

20

40

60

80

100

Tim e in m Secs

Gambar 6. Time waveform pada bearing 4 aksial (27 Juni 2015)


.

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI SERVICES

No.Dokumen

: FM 4.1.5.03

SIAP INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM

Revisi

: 00

Tanggal Terbit : 01-12-2014


Halaman
: 9 dari 18

KAJIAN ENJINIRING

BEARING 4A

Gambar 7. Time waveform pada bearing 4 aksial pada beban 10 MW (01 Juli 2015)

Sedangkan time waveform pada bearing 4 arah aksial mempunyai bentuk yang ekuivalen,
yaitu sinusoidal yang mendekati murni. Tetapi terdapat riple pada puncak hal ini menandakan
adanya kelonggaran (over clereance) yang berlebih pada bantalan luncur.

2.3.3 Orbit Analysis


Data orbit digunakan untuk mengetahui pergerakan poros pada saat berputar.
Pengambilan data menggunakan sensor vibrasi dual chanel pada arah horizontal dan
vertikal secara serempak.
U01 - TURBIN-GENERATOR 1
TG01 - PTS=G2H G2V

0.8

Orbit Display
27-Jun-15 16:30:10

0.6
RMSX= .1926
RMSY= .2541
LOAD = 100.0
RPM = 3000.
RPS = 50.00

0.4

G2V in G-s

0.2

-0.0

-0.2

-0.4

-0.6

-0.8
-0.8

-0.6

-0.4

-0.2

-0.0

0.2

0.4

G2H in G-s

Gambar 8. Orbit pada bearing 4

0.6

0.8

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI SERVICES

No.Dokumen

: FM 4.1.5.03

SIAP INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM

Revisi

: 00

Tanggal Terbit : 01-12-2014


Halaman
: 10 dari 18

KAJIAN ENJINIRING

Pola yang terbentuk memiliki kemirirpan dengan pola Lissajous yang terjadi pada
peristiwa oil whirl, namun perbedaan dengan peristiwa oil whirl adalah pada kasus ini
lingkaran yang berada di dalam tidak berputar-putar. Hal ini disebabkan oleh parahnya
kondisi rubbing yang terjadi, yaitu yang dinamakan heavy rubbing atau full rubbing, dan
ditambah dengan frekuensi resonansi, frekuensi harmonik, serta random frekuensi nonsyncronous. Kemungkinan hal inii disebabkan oleh kelonggaran (over clereance) yang
berlebih pada bantalan luncur.

2.3.4 Data Spektrum

TG01

3.3

U01 - TURBIN-GENERATOR 1
-G2H Gener ator Outboard X Radial
Route Spectrum
27-Jun-15 08:48:07

3.0

OVRALL= 3.80 V-DG


PK = 3.78
LOAD = 100.0
RP M = 3000.
RP S = 50.00

2.7

PK Velocity in mm/Sec

2.4
2.1
1.8
1.5
1.2
0.9
0.6
0.3
0
0

400

800

1200

1600

Fr equency in Hz

BEARING 4H

TG01

10

U01 - TURBIN-GENERATOR 1
-G2V Gener ator Outboard Y Radial
Route Spectrum
27-Jun-15 08:48:27
OVRALL= 7.61 V-DG
PK = 7.57
LOAD = 100.0
RP M = 3000.
RP S = 50.00

PK Velocity in mm/Sec

0
0

400

800
Fr equency in Hz

BEARING 4V

1200

1600

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI SERVICES

No.Dokumen

: FM 4.1.5.03

SIAP INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM

Revisi

: 00

Tanggal Terbit : 01-12-2014


Halaman
: 11 dari 18

KAJIAN ENJINIRING

TG01

70

U01 - TURBIN-GENERATOR 1
-G2A Gener ator Outboard Axial
Route Spectrum
27-Jun-15 08:49:10

60

OVRALL= 51.97 V-DG


PK = 51.61
LOAD = 100.0
RP M = 3000.
RP S = 50.00

PK Velocity in mm/Sec

50

40

30

20

10

0
0

400

800

1200

1600

Fr equency in Hz

BEARING 4A

Gambar 9. Spektrum getaran pada bearing 4 pada beban 15 MW (27 Juni 2015)

BEARING 4V

BEARING 4H

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI SERVICES

No.Dokumen

: FM 4.1.5.03

SIAP INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM

Revisi

: 00

Tanggal Terbit : 01-12-2014


Halaman
: 12 dari 18

KAJIAN ENJINIRING

BEARING 4A

Gambar 10. Spektrum getaran pada bearing 4 pada beban 10 MW (01 Juli 2015)

Dari data spectrum di atas terlihat adanya ciri terjadinya misalignment. Yaitu adanya
komponen getaran pada frekuensi 2x putaran poros dan menyebabkan getaran dalam arah
aksial. Misalignment terjadi karena adanya pergeseran atau penyimpangan salah satu
bagian mesin dari garis pusatnya. Misalignment yang terjadi merupakan angular
misalignment, dimana terjadi amplitudo getaran yang tinggi dalam arah axial.

2.3.5 Beda phase base plate pada Bearing rear generator (B4)
8

Gambar 11. Lokasi pengukuran beda fasa pada base plate.

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI SERVICES

No.Dokumen

: FM 4.1.5.03

SIAP INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM

Revisi

: 00

Tanggal Terbit : 01-12-2014


Halaman
: 13 dari 18

KAJIAN ENJINIRING

Tabel 5. Hasil pengukuran beda phase (27 Juni 2015).


Titik
pengukuran

Unit 1
Nilai Vibrasi

Beda phase

Nilai Vibrasi

Beda phase

(mm/sec)

(derajat)

(mm/sec)

(derajat)

5.1

2.0

10.7

1.9

7.6

1.8

2.8

Unit 2

12.0

-19
-7
-15

1.1
0.9
3.3
0.9
3.6
1.8

-1
-1
-3

2.9
-5

1.4

Tabel 5 diatas merupakan perbandingan vibrasi dan beda fasa pada pedestal dengan
baseplate antara unit 1 dan unit 2. Dari data tersebut terlihat bahwa terjadi beda fasa
antara baseplate dengan pedestal. Hal ini di sebabkan karena adanya bagian-bagian yang
kendor pada baut pengikat. Spektrum getaran yang dihasilkan oleh bagian-bagian mesin
yang kendor hampir selalu mengandung harmonik tingkat tinggi.

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI SERVICES

No.Dokumen

: FM 4.1.5.03

SIAP INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM

Revisi

: 00

KAJIAN ENJINIRING

Tanggal Terbit : 01-12-2014


Halaman
: 14 dari 18

BAB 3
INSPEKSI ELEVASI PEDESTAL STEAM TURBIN-GENERATOR #1

3.1

LAYOUT POSISI PEDESTAL TURBIN GENERATOR.

Gambar 11. Layout turbin - generator

3.2

HASIL PENGUKURAN ELEVASI


Pengukuran elevasi menggunakan tool automatic level tipe Nikon AE-7, dilakukan
pada saat turbin generator beroperasi
Tabel 4. Hasil pengukuran

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI SERVICES

No.Dokumen

: FM 4.1.5.03

SIAP INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM

Revisi

: 00

KAJIAN ENJINIRING

Tanggal Terbit : 01-12-2014


Halaman
: 15 dari 18

Tabel 5. Beda elevasi antar bearing terhadap bearing 2.

Secara grafis beda elevasi pedestal pada setiap bearing dapat digambarkan seperti
pada gambar 12 berikut ini

Gambar 12. Beda elevasi pedestal turbin generator.

Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan, belum dapat diambil kesimpulan secara
langsung baik atau buruknya kondisi pedestal turbin generator #1 PLTU Amurang. Untuk
analisa lebih lanjut dibutukan data pendukung toleransi clearance aksial antara kopling turbin
generator.

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI SERVICES

No.Dokumen

: FM 4.1.5.03

SIAP INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM

Revisi

: 00

KAJIAN ENJINIRING

3.3

DOKUMENTASI PELAKSANAAN

Tanggal Terbit : 01-12-2014


Halaman
: 16 dari 18

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI SERVICES

No.Dokumen

: FM 4.1.5.03

SIAP INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM

Revisi

: 00

Tanggal Terbit : 01-12-2014


Halaman
: 17 dari 18

KAJIAN ENJINIRING

BAB 4
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4,1

KESIMPULAN
1. Secara keseluruhan nilai overall vibrasi di setiap bearing masih dalam batas normal
kecuali bearing #4 generator rear sisi axial (berdasarkan standard ISO 1979-4, JEAC
3717 dan MHI standard), dengan nilai vibrasi tertinggi 51,97 mm/s pada beban 15 MW.
2. Kondisi vibrasi Turbin generator PLTU #1 Amurang termasuk dalam zone D, dimana
vibrasi yang terjadi dalam kategori berbahaya dan dapat merusak equipment.
3. Pada bearing #4 nilai overall vibrasi cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan bearing
no 1, 2 dan 3 dengan terindikasi adanya bent shaft, yang terlihat dari data-data:
a) Dari data waveform kemungkinan disebabkan oleh beban preload yang seolah
olah tinggi.
b) Dari data waveform form sisi axial terdapat riple pada puncak gelombang yang di
sebabkan kondisi bearing 4 yang sudah terlalu longgar ( over clearence )
c) Dari data orbit muncul pola Lissajous kemungkinan di sebabkan kondisi bearing 4
yang sudah terlalu longgar ( over clearence )
d) Dari data spectrum muncul 1x dan 2x turning kemungkinan di sebabkan kondisi
bearing 4 yang sudah terlalu longgar ( over clearence ) dan Kondisi bantalan
yang tidak mapan
e) Dari

data

beda

phase

kemungkinan

basepalte

kemungkinaan mengalami kekendoran.

4.2

REKOMENDASI
1. Perlu segera shutdown unit untuk melakukan:
a. Perbaikan journal bearing
b. Check alignment antara poros turbin dengan generator
c. Pemeriksaan kekencangan baseplate
d. Ultrasonic test pada shaft generator sisi exiter

dengan

B4

generator

PT PEMBANGKITAN JAWA BALI SERVICES

No.Dokumen

: FM 4.1.5.03

SIAP INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM

Revisi

: 00

KAJIAN ENJINIRING

Tanggal Terbit : 01-12-2014


Halaman
: 18 dari 18

2. Sebelum dilakukan perbaikan, maka untuk running turbin generator secara kontinyu
perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Pembatasan beban maksimal pada beban 10 MW, untuk mencegah peningkatan
failure rate pada bearing #4 dan mencegah terjadinya unit trip akibat temperatur
return oil high-high.
b. Perlu dilakukan tindakan prediktif berupa pengukuran vibrasi untuk memantau
kondisi aktual vibrasi secara berkala dan temperatur return oil pada bearing 4, nilai
return oil temperature pada bearing #4 tertinggi sebesar 67,5 oC sudah melebihi
batas alarm high (65 oC) dan mendekati alarm high high (70 oC).
c. Sistem proteksi (electric trip) untuk radial bush beearing seat return oil temperature
HH perlu diaktifkan, untuk mencegah terjadinya kegagalan pelumasan pada bearing
#4.

VERIFIKASI PENYUSUN

Sidoarjo, 03 Juli 2015


Dibuat oleh:

Staf Manajemen Proyek

Staf Manajemen Proyek

Staf Enjiniring

Rama Fitriyan

Anton Sujatmiko

Yanuar Krisnahadi

Mengetahui:
Manajer Enjiniring dan Tata Kelola

Kanapi Subur Dwiyanto

You might also like