You are on page 1of 25

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Fisiologi Hewan dengan judul “Urinalisis”


disusun oleh :
Nama : Ariandi
NIM : 071404075
Kelas/Kelompok : A/V.
Telah diperiksa dan dikonsultasikan kepada Asisten dan Koordinator Asisten,
maka dinyatakan diterima.

Makassar, Mei 2009

Koordinator Asisten Asisten

ST. ZAINAB SYAMSIA, S.P.d.


NIM: 051404083

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Drs. ADNAN, M.S


NIP : 131772272
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh
ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.
Pengeluaran urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah
yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.
Secara umum urin berwarna kuning. Urin encer warna kuning pucat (kuning
jernih), urin kental berwarna kuning pekat, dan urin baru / segar berwarna kuning
jernih. Urin yang didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh. Urin berbau
khas jika dibiarkan agak lama berbau ammonia. pH urin berkisar antara 4,8 – 7,5,
urin akan menjadi lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein,dan urin akan
menjadi lebih basa jika mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin 1,002 –
1,035.
Secara kimiawi kandungan zat dalan urin diantaranya adalah sampah
nitrogen (ureum, kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan
sayuran dan buah, badan keton zat sisa metabolism lemak, ion-ion elektrolit (Na,
Cl, K, Amonium, sulfat, Ca dan Mg), hormone, zat toksin (obat, vitamin dan zat
kimia asing), zat abnormal (protein, glukosa, sel darah Kristal kapur dsb).
Volume urin normal per hari adalah 900 – 1200 ml, volume tersebut
dipengaruhi banyak faktor diantaranya suhu, zat-zat diuretika (teh, alcohol, dan
kopi), jumlah air minum, hormon ADH, dan emosi. Dalam kegiatan ini kita akan
menentukan beberapa sifat urine dan melakukan uji atas beberapa kemungkinan
adanya abnormalitas di dalam urine. Mengumpulkan contoh urine baik dari laki-
laki maupun perempuan di dalam tabung urine yang berbeda. membuang keluaran
yang pertama, mengambil keluaran berikutnya untuk mengcegah kontaminasi dari
organ genetalis eksternal. Untuk mempelajari urinalisis secara lebih lanjut, maka
kami mengadakan praktikum ini.
B. Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini yaitu:
1. Untuk menguji secara fisik urine yang berupa warna, bau dan pH
2. Untuk menguji kadar glukosa yang terdapat pada urine
3. Untuk menguji kadar protein yang terdapat pada urine

C. Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh pada praktikum ini adalah:
1. Mahasiswa dapat menguji secara fisik urine yang berupa warna, bau dan pH
2. Mahasiswa dapat mengetahui kadar glukosa yang terdapat pada urine
3. Mahasiswa dapat mengetahui kadar protein yang terdapat pada urine
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Osmoregulasi merupakan proses homeostatis yang menjaga agar kadar cairan


tubuh selalu dalam keadaan konstan (steady state). Seperti telah diketahui bahwa
cairan tubuh sebagian terdapat di dalam sel dan sebahagian terdapat di luar sel.
Cairan tubuh yang terdapat di dalam sel disebut cairan intra sel sedangkan yang
terdapat di luar sel disebut cairan ekstra sel. Osmoregulasi bukanlah istilah yang
semata-mata hanya untuk menyatakan pengendalian neraca air dalam makhluk hidup.
Dalam arti kata yang lebih luas juga termasuk pengendalian komposisi cairan tubuh
dalam banyak hal merupakan cairan yang sangat rumit (Wulangi, 1993).
Dalam rangka memenuhi kebutuhannya akan energi (ATP), semua hewan
menyelenggarakan berbagai reaksi metabolisme. Akan tetapi, reaksi metabolisme
tidak hanya menghasilkan ATP dan zat bermanfaat lainnya, tetapi juga menghasilkan
zat sisa. Semua zat sisa tersebut harus dikeluarkan dari tubuh. Untuk itu, hewan harus
memiliki alat/organ pengeluaran yang berfungsi untuk membuang berbagai zat sisa
metabolisme (misalnya sisa metabolisme protein), sisa obat, sisa hormon, dan
berbagai zat toksik/beracun. Sistem pengeluaran juga berperan penting dalam proses
osmoregulasi (Isnaeni, 2006).
Proses pengeluaran zat-zat sisa dari tubuh dibedakan atas ekskresi, defekasi
dan sekresi. Ekskresi adalah pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang sudah tidak
dipakai lagi oleh sel darah, dikeluarkan bersama urine, keringat dan pernapasan.
Pengeluaran zat sisa dari dalam tubuh dapat melalui ginjal, kulit, paru-paru dan
saluran pencernaan. Metabolisme senyawa protein akan menghasilkan asam amino
yang diuraikan menjadi NH4OH dan NH3. senyawa ini bersifat racun dan harus
dibuang (Tjiesoepomo, 1972).
Menurut Wulangi (1993), peranan osmoregulasi dan ekskresi adalah :
1. Mengeluarkan dan membuang hasil sampingan dari metabolisme. Pengeluaran
dan pembuangan hasil sampingan untuk mencegah tidak seimbangnya ekuilibrum
reaksi kimia.
2. Mencegah terganggunya aktivitas metabolik dalam tubuh dengan cara
mensekresikan zat buangan.
3. Mengendalikan kandungan ion dalam cairan tubuh garam berkelakuan seperti
elektrolit yang lain dan dalam cairan tubuh akan terurai menjadi ion.
4. Mengatur jumlah air yang terdapat dalam cairan tubuh dan cara pengaturannya
salah satu masalah fisiologis yang dihadapi oleh makhluk hidup. Salah satu cara
mengatasi masalah ini dengan melakukan adaptasi struktural dan fungsional.
5. Mengatur kadar ion H atau pH cairan tubuh, mekanisme ekskresi ion-ion yang
berpengaruh terhadap pH seperti ion dan HCO3.
Menurut Anonim1 (2009), Interpretasi warna urin dapat menggambarkan
kondisi kesehatan organ dalam seseorang.
a. Keruh. Kekeruhan pada urin disebabkan adanya
partikel padat pada urin seperti bakteri, sel epithel, lemak, atau Kristal-kristal
mineral.
b. Pink, merah muda dan merah. Warna urin seperti ini
biasanya disebabkan oleh efek samping obat-obatan dan makanan tertentu seperti
bluberi dan gula-gula, warna ini juga bisa digunakan sebagai tanda adanya
perdarahan di system urinaria, seperti kanker ginjal, batu ginjal, infeksi ginjal,
atau pembengkakkan kelenjar prostat.
c. Coklat muda seperti warna air teh, warna ini
merupakan indicator adanya kerusakan atau gangguan hati seperti hepatitis atau
serosis.
d. Kuning gelap, Warna ini disebabkan banyak
mengkonsumsi vitamin B kompleks yang banyak terdapat dalam minuman
berenergi.
Cairan yang telah disaring (filtrat) masuk ke dalam rongga bowman dan
mengalir ke dalam tubulus kontortus proksimal (tabung/saluran di bagian hulu yang
berasal dari kapsula bowman); natrium, air, glukosa dan bahan lainnya yang ikut
tersaring diserap kembali dan dikembalikan ke darah. Urin atau air seni atau air
kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk
membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk
menjaga homeostasis cairan tubuh (http://wikipediaindonesia.com). Dalam
mempertahankan homeostasis tubuh peranan urin sangat penting, karena sebagian
pembuangan cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi urin. Selain urin juga terdapat
mekanisme berkeringat dan juga rasa haus yang kesemuanya bekerja sama dalam
mempertahankan homeostasis ini (Anonim2, 2009).
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-
obatan dari dalam tubuh.Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang “kotor”.
Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran
kencing yang terinfeksi, sehingga urinnyapun akan mengandung bakteri. Namun jika
urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya
cukup steril dan hampir tidak berbau ketika keluar dari tubuh. Hanya saja, beberapa
saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri akan mengkontaminasi urin dan mengubah
zat-zat di dalam urin dan menghasilkan bau yang khas, terutama bau amonia yang
dihasilkan dari urea (Anonim2, 2009).
Air kemih (urin) yang encer hampir tidak berwarna, sedangkan urin yang pekat
berwarna kuning tua. Zat warna pada makanan bisa menyebabkan urin berwarna
merah, sedangkan obat-obatan bisa menyebabkan urin berwarna coklat, hitam, bru,
hijau atau merah. Selain karena makanan atau obat-obatan, urin tidak berwarna
kuning atau abnormal. Urin coklat mungkin mengandung hasil pemecahan
hemoglobin atau protein otot. Urin yang mengandung zat warna akibat porfiria
menjadi merah, sedangkan zat warna akibat melanoma menyebabkan urin menjadi
hitam. Urin yang keruh menunjukkan adanya nanah akibat infeksi saluran kemih atau
kristal garam dari asam urat maupun asam fosfat (Khidri, 2004).

BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Hari/ tanggal : Rabu, 12 Mei 2009
Waktu : Pukul 15.00 s.d 16.20 WITA
Tempat : Laboratorium Biologi FMIPA UNM lantai III Barat
Makassar.

B. Alat dan Bahan


1. kegiatan I (uji fisik urine)
a. alat :
1) tabung reaksi,
2) indicator universal / kertas lakmus
b. bahan: urine
2. kegiatan II (uji glukosa)
a. alat :
1) tabung reaksi
2) pipet tetes
3) gelas piala
4) kasa
5) kaki tiga
6) spiritus
b. bahan :
1) urine
2) larutan benedict
3) korek api

3. kegiatan III (uji protein)


a. alat :
1) tabung reaksi
2) indicator universal / kertas lakmus
3) pipet tetes
b. bahan :
1) urine
2) asam asetat 10%
3) asam sulfosalisilat 20%

C. Prosedur Kerja
1. Kegiatan I: (uji fisik urine)
a. Melakukan pengamatan terhadap urine berupa melihat warnanya
b. Mencium bau urine
c. Menghitung kadar pH dengan menggunakan indicator universal
2. Kegiatan II : (uji glukosa)
a. Menyiapkan tabung reaksi bersih, memasukkan 8 tetes
dan menambahkan 3 tetes larutan benedict. Meletakkan tabung reaksi
tersebut di dalam air mendidih selama 5 menit
b. Memindahkan dari pemanas dan membaca hasilnya
sesuai dengan daftar. Membandingkan warna yang dihasilkan dengan
warna yang normal.
Warna Hasil

Biru Negative
Biru kehijauan Ada gula

Kuning kehijauan +1

Coklat kehijauan +2

Jingga-kuning +3

Merah bata (dengan endapan) +4

3. Kegiatan III : (uji protein)


a. Memasukkan urine di dalam tabung sentrifuge dan mengocok selama 5
menit
b. Meletakkan 8 tetes urine dan menguji pH nya dengan kertas lakmus. Bila
pHnya alkalin (basa), menambahkan asam asetat 10% 3 tetes sampai
menjadi asam
c. Menambahkan 3 tetes asam sulfosalisilat 20%, apabila sudah asam.
Menetesi dengan hati-hati
d. Bila ada protein, satu endapan keruh akan Nampak pada perbatasan kedua
cairan
e. Mencatat hasilnya
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
No Nama Warna Bau pH glukosa protein
1 Anti k. gading Pesing 6 +1 ≠endapan
2 Uwa k. gading Pesing 6 +2 ≠endapan
3 Ashar k. gading Pesing 7 Ada gula ≠endapan
4 Nelsi Bening Pesing 6 Ada gula ≠endapan
5 Nova Bening Pesing 6 Ada gula ≠endapan
6 Wana k. gading Pesing 6 +2 ≠endapan
7 Emma k. gading Pesing 6 Ada gula ≠endapan
8 Hamsa k. gading Pesing 7 Ada gula ≠endapan
9 Fitri k. gading Pesing 7 +1 ≠endapan
10 Tika k. gading Pesing 6 Negative ≠endapan
11 Erlin k. gading Pesing 6 Ada gula ≠endapan
12 Dian k. gading Pesing 6 +1 ≠endapan
13 Janggem Bening Pesing 6 +1 ≠endapan
14 Yuli k. gading Pesing 6 +1 ≠endapan
15 Tuti k. gading Pesing 6 Ada gula ≠endapan
16 St.bida Bening Pesing 6 Negative ≠endapan
17 Mitra k. gading Pesing 6 +2 ≠endapan
18 Anda k. gading Pesing 6 +2 ≠endapan
19 Ira k. gading Pesing 7 +3 ≠endapan
k.kehijaua
20 Hendri Tdk bau 5 +2 ≠endapan
n
21 Devi Kuning Pesing 6 +1 ≠endapan
22 Busra Kuning Pesing 6 Ada gula ≠endapan
23 Andi k. berbuih Menyengat 6 +1 ≠endapan
24 Ayub k. berbuih Menyengat 6 +1 ≠endapan
25 Abul k. gading Pesing 6 +1 ≠endapan
26 Vonni k. gading Pesing 5 +1 ≠endapan
27 Nunu k. gading Pesing 6 +2 ≠endapan
28 Rahmansyah k. gading Pesing 6 +1 ≠endapan
29 Nardi Kuning Tdk bau 6 +1 ≠endapan
30 Anthi k. gading Pesing 5 +1 ≠endapan
31 Sandi k. gading Pesing 6 +1 ≠endapan
No Nama Warna Bau Ph glukosa Protein
32 Rahmi k. gading Pesing 6 +1 ≠endapan
33 Irmayanti k. gading Pesing 6 Ada gula ≠endapan
34 Ino k. gading Pesing 6 +1 ≠endapan
35 Ade k. gading Pesing 6 Ada gula ≠endapan
36 Isni k. gading Pesing 6 +1 ≠endapan
37 Enhy k. gading Pesing 6 Ada gula ≠endapan
38 Fara k. gading Pesing 7 Negative ≠endapan
39 Ummink k. gading Pesing 6 +1 ≠endapan
40 Rezeki k. gading Pesing 6 Ada gula ≠endapan
41 Agung k. berbuih Pesing 6 Ada gula ≠endapan

B. Analisis Data
1. Persentase Mahasiswa dengan kadar gula negatif
jumlah mahasiswa dengan kadar gulanegative
= x 100 %
jumlah seluruh mahasiswa
3
= x 100 % = 7,32%
41

2. Persentase Mahasiswa dengan kadar gula positif (ada gula)


jumlah mahasiswa dengan kadar gula positif
= x 100 %
jumlah seluruhmahasiswa
13
= x 100 % = 31,70%
41

3. Persentase Mahasiswa dengan kadar gula 1 +


¿
= jumlah mahasiswa dengan kadar gula 1+ jumlah seluruh mahasiswa ¿
17
= x 100 %= 41,46%
41

4. Persentase Mahasiswa dengan kadar gula 2 +


=
jumlah mahasiswa dengan kadar gula 2+ ¿ x 100 % ¿
jumlah seluruh mahasiswa
6
= x 100 % = 14,63 %
41

5. Persentase Mahasiswa dengan kadar gula 3 +


=
jumlah mahasiswa dengan kadar gula 3+ ¿ x 100 % ¿
jumlah seluruhmahasiswa
1
= x 100 % = 2,43 %
41

C.Pembahasan
Struktur Ginjal
Ginjal pada dasarnya dapat dibagi dua zone, yaitu : kortek (luar ) dan Medulla
(dalam). Kortek meliputi daerah antara dasar malfigi pyramid yang juga disebut
pyramid medulla hingga ke daerah kapsula ginjal. Daerah kortex antara pyramid-
pyramid tadi membentuk suatu kolum disebut Kolum Bertini Ginjal. Pada
potongan ginjal yang masih segar, daerah kortek terlihat bercak-bercak merah
yang kecil (Petichie) yang sebenarnya merupakan kumpulan veskuler khusus yang
terpotong, kumpulan ini dinamakan renal corpuscle atau badan malphigi. Kortek
ginjal terutama terdiri atas nefron pada bagian glomerulus, tubulus Konvulatus
proximalis, tubulus konvulatus distalis. Sedangkan pada daerah medulla dijumpai
sebagian besar nefron pada bagian loop of Henle’s dan tubulus kolectivus. Tiap-
tiap ginjal mempunyai 1-4 juta filtrasi yang fungsional dengan panjang antara 30-
40 mm yang disebut nefron (Anonim1, 2009).
Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih
dari satu juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi
sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara
menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih
diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan
pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan
kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin (Anonim1,
2009).

Proses Pembentukan Urine


Menurut Anonim1 (2009), di dalam ginjal terjadi rangkaian proses filtrasi,
reabsorbsi, dan augmentasi.
1. Penyaringan (filtrasi)
a. Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul
Bowman. Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori
(podosit) sehingga mempermudah proses penyaringan. Beberapa faktor yang
mempermudah proses penyaringan adalah tekanan hidrolik dan
permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Selain penyaringan, di
glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah, dan
sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil terlarut dalam plasma,
seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam
lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.
b. Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat
glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi
tidak mengandung protein. Pada filtrat glomerulus masih dapat ditemukan
asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya.
2. Penyerapan kembali (Reabsorbsi)
a. Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99%
filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus
proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus
kontortus distal.
b. Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan
ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrat
dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178
liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini
direabsorbsi beberapa kali.
c. Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder
yang komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder,
zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya,
konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah,
misalnya ureum dari 0,03, dalam urin primer dapat mencapai 2% dalam urin
sekunder.
d. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam mino
meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis.
Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.
3. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai
terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter
adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya
pigmen empedu yang berfungsi memberi warm dan bau pada urin.

1. Kegiatan I : Uji Fisik


Pada praktikum ini dilakukan pengamatan pada urin dari setiap probandus
yang ada. Perlakuan ini merujuk pada pengujian fisik dengan mengamati pH, bau
dan warna dari setiap urine yang diujikan. Untuk penentuan pH dari setiap urine,
pH yang ada berkisar antara 5 – 7. Berdasarkan hasil yang diperoleh pH 5 ada
2orang, pH 6 ada 33 orang dan pH 7 ada 5 orang. Untuk bau dari setiap urine,
terdapat 3 macam diantaranya pesing, tidak berbau, dan menyengat. Untuk bau
pesing ada 37 orang, tidak berbau ada 2 orang dan menyengat 2 orang. Sedangkan
untuk warna dari setiap urine, juga terdapat 5 macam yaitu kuning gading, kuning,
kuning berbuih, kuning kehijauan dan bening. Kuning gading adalah warna yang
paling dominan yaitu 30 orang, kuning berbuih ada 3 orang, bening 4 orang,
kuning kehijauan 1 orang dan kuning 3 orang.
Warna kuning gading mengindikasikan bahwa pigmen yang terkandung dalam
urin adalah normal. Kuning berbuih kemungkinan disebabkan oleh naiknya
pigmen melanin. Bening dan kuning berbusa menunjukkan bahwa konsentrasi urin
tereduksi.
Menurut Pearce (2002), ciri-ciri urine yang normal yaitu :
1. Jumlah rata-ratanya 1-2 liter per hari, tetapi berbeda-beda sesuai dengan
jumlah cairan yang dimasukkan
2. Warnanya bening orange pucat tanpa endapan, tetapi adakala jonjot lendir
tipis nampak terapung di dalamnya
3. Baunya tajam
4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6
5. Berat jenis berkisar dari 1010 sampai 1025

Urine berwarna kemerahan menandakan adanya darah pada urine, yang bisa
menjadi indikasi adanya gangguan batu ginjal, atau kanker pada ginjal dan
kandung kemih. Namun bisa jadi urine berwarna merah jika mengkonsumsi
pencahar atau makan buah bit secara berlebihan. Urine berwarna kecoklatan bisa
menandakan adanya darah dalam urine. Tapi urine juga dapat berubah warna
coklat jika ada otot yang rusak atau melakukan olahraga terlalu berlebihan. Bisa
juga akibat terlalu banyak makan kacang. Urine berwarna kecoklatan juga
mengindikasikan adanya porphyria penyakit kelainan pada darah. Urine berwarna
kuning tua atau pekat kemungkinan akibat dehidrasi, tapi bisa juga merupakan
tahap awal penyakit liver. Urine berwarna kuning terang bisa juga akibat
mengkonsumsi vitamin dalam dosis tinggi, terutama riboflavin (vitamin B). Urine
berwarna orange mengindikasikan penyakit hepatitis atau malaria. Pyridium,
antibiotik yang biasa digunakan untuk infeksi kandung kemih dan saluran kencing
juga dapat membuat urine Anda berwarna orange. Begitu juga bila Anda
melakukan diet vegetarian. Selain warna, urin juga mengelurkan bau yang juga
bisa digunakan untuk mendeteksi penyakit. Misalnya pada penderita diabetes dan
kelaparan bau urinnya cenderung manis dan berbau buah, sementara untuk urin
yang terinfeksi bakteri E. coli lebih memproduksi urin dengan bau yang sangat
menyengat. Berbeda dengan urin pada tubuh sehat yang cukup steril dan hampir
tidak berbau saat keluar dari tubuh. Hanya saja, beberapa saat setelah
meninggalkan tubuh, bakteri akan mengkontaminasi urin dan mengubah zat dalam
urin sehingga menghasilkan bau yang khas (Anonim1, 2009).
2. Kegiatan II : Uji Glukosa
Pada praktikum ini dilakukan pengamatan pada urin dari setiap probandus
yang ada. Perlakuan ini merujuk pada pengujian kimia yaitu uji glukosa dengan
mengamati ada tidaknya kandungan gula dalam urine setelah penambahan
beberapa tetes bennedict yang kemudian dipanaskan. Setelah dipanaskan dijumpai
ada 5 macam warna yaitu biru, biru kehijauan, kuning kehijauan, coklat kehijauan
dan jingga-kuning. Untuk biru ada 3 orang, untuk biru kehijauan 13 orang, kuning
kehijauan 17 orang, coklat kehijauan 6 orang dan jingga-kuning 1 orang.
Jika urine berwarna biru maka dapat diindikasikan bahwa kadar gula dalam
urine negatif. Tidak adanya gula dalam urine kemungkinan disebabkan oleh
proses filtrasi pada badan Malpighi yang berlangsung dengan baik. Dari hasil
pengamatan, yang diperoleh hanya ada 3 yang demikian dengan persentase
7,32%. Jika urine berwarna biru kehijauan maka dapat diindikasikan bahwa ada
gula dalam urine. Namun konsentrasi gula masih sangat rendah. Dari hasil
pengamatan, terdapat 13 dengan persentase 31,70%.
Jika urine berwarna kuning kehijauan maka dapat diindikasikan bahwa kadar
gula dalam urine adalah 1+. Dari hasil pengamatan, terdapat 17 dengan persentase
41,46%. Jika urine berwarna coklat kehijauan maka dapat diindikasikan bahwa
kadar gula dalam urine adalah 2+. Dari hasil pengamatan, terdapat 6 dengan
persentase 14,63 %. Jika urine berwarna jingga kuning maka dapat diindikasikan
bahwa kadar gula dalam urine adalah 3+. Dari hasil pengamatan, yang diperoleh
hanyalah 1 dengan persentase 2,43 %.
Kadar gula dalam darah disebabkan karena kurangnya hormon insulin.
Hormon insulin yang dihasilkan tidak cukup dan tidak dapat bekerja dengan
semestinya. Hormon insulin dihasilkan oleh sekelompok sel beta di kelenjar
pankreas dan sangat berperan dalam metabolisme glukosa dalam sel tubuh. Kadar
glukosa yang tinggi dalam tubuh tidak bisa diserap semua dan tidak mengalami
metabolisme dalam sel. Akibatnya, seseorang akan kekurangan energi, sehingga
mudah lelah dan berat badan terus turun. Kadar glukosa yang berlebih tersebut
dikeluarkan melalui ginjal dan dikeluarkan bersama urine. Gula memiliki sifat
menarik air sehingga menyebabkan seseorang banyak mengeluarkan urine dan
selalu merasa haus. Gangguan ini berujung pada sebuah penyakit yang sering kita
sebut diabetes mellitus (Anonim2, 2009).
3. Kegiatan III : uji protein
Pada praktikum ini dilakukan pengamatan pada urin dari setiap probandus
yang ada. Perlakuan ini merujuk pada pengujian kimia yaitu uji protein dengan
mengamati ada tidaknya kandungan protein dalam urine yang telah diuji kadar
pHnya (apabila pH urin bersifat basa, maka meneteskan 3 tetes asam asetat 10%)
kemudian meneteskan 3 tetes asam sulfosalisilat 20%, dan melihat perubahan yang
terjadi, apakah ada endapan atau tidak. Berdasarkan hasil pengamatan yang kami
peroleh, diperoleh data bahwa semua mahasiswa, urinnya tidak memiliki endapan.
Hal ini membuktikan bahwa tidak terdapat protein dalam urin semua mahasiswa
(probandus).
Menurut wulangi (1993), filtrasi merupakan perpindahan cairan dari
glomerulus menuju keruang kapsula bowman dengan membran filtrasi. Membran
filtrasi itu sendiri sebetulnya terdiri atas 3 lapisan, yaitu sel endotelium
glomerulus, membran basiler, dan epitel kapsula bowman. Filtrat glomerulus
mempunyai kandungan zat yang hampir sama dengan cairan yang menembus
kapiler menuju ke ruang antara sel. Dalam keadaan normal, filtrat glomerulus
tidak mengandung sel darah merah, tetapi mengandung protein yang kadarnya
kurang dari 0,03%.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Struktur ginjal terdiri dari bagian luar disebut korteks, bagian dalam disebut
medulla dan bagian yang paling dalam disebut pelviks. Ginjal dibungkus oleh
jaringan ikat longgar yang disebut nefron. Proses pembentukan urine meliputi
penyaringan (filtrasi), penyerapan kembali (reabsorpsi) dan augmentasi.
2. Uji fisik urine dilakukan dengan pengamatan ph, bau dan warna.
3. Uji glukosa dilakukan untuk mengetahui kadar gula dalam urine. Persentase
urine negative 7,32%, persentase ada gula 31,70%, persentasi 1+ adalah
41,46%, persentase 2+ yaitu 14,63 % dan persentase 3+ adalah 2,43 %.
4. Uji protein dilakukan untuk mengetahui kadar protein dalam urine. Persentase
urine yang diperoleh adalah 100% dalam urine mahasiswa tidak terdapat
protein

B. Saran
Disarankan kepada pihak Asisten dan laboran untukdatang tepat waktu
agar praktikum dilaksankan tepat waktu dan Praktikan untuk tetapmenjaga
ketertiban dan kedisiplinan saat kegiatan praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2009. Urinalisis. http://prestasiherfen.blogspot.com/2009/03/urinalisis.html.


Diakses pada tanggal 4 Mei 2009.

Anonim2. 2009. Urinalisis. http://iqbalali.com/2008/02/10/urinalisis-analisis-kemih/


Diakses pada tanggal 4 Mei 2009.

Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Khidri, Alwy. 2004. Buku Ajar Biomedik I. Makassar : Umitoha.

Tjisoepomo, G. 1972. Biologi Jilid III. Makassar : Erlangga.

Wulangi, Kartolo. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta : Dekdikbud.


11 Mei 2009 http://prestasiherfen.blogspot.com/2009/03/urinalisis.html.
URINALISIS
Ginjal pada dasarnya dapat dibagi dua zone, yaitu : kortek (luar ) dan Medulla
(dalam). Kortek meliputi daerah antara dasar malfigi pyramid yang juga disebut
pyramid medulla hingga ke daerah kapsula ginjal. Daerah kortex antara pyramid-
pyramid tadi membentuk suatu kolum disebut Kolum Bertini Ginjal. Pada potongan
ginjal yang masih segar, daerah kortek terlihat bercak-bercak merah yang kecil
(Petichie) yang sebenarnya merupakan kumpulan veskuler khusus yang terpotong,
kumpulan ini dinamakan renal corpuscle atau badan malphigi. Kortek ginjal terutama
terdiri atas nefron pada bagian glomerulus, tubulus Konvulatus proximalis, tubulus
konvulatus distalis. Sedangkan pada daerah medulla dijumpai sebagian besar nefron
pada bagian loop of Henle’s dan tubulus kolectivus. Tiap-tiap ginjal mempunyai 1-4
juta filtrasi yang fungsional dengan panjang antara 30-40 mm yang disebut nefron.
Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih dari satu
juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi sebagai
regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring
darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh.
Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan
dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil
akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin.
Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula
(atau badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus). Setiap
korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang
berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari arteri
aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau
penyaringan. Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari
glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong
plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang
telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen.
Di antara darah dalam glomerulus dan ruangan berisi cairan dalam kapsula
Bowman terdapat tiga lapisan:
1. Kapiler selapis sel endotelium pada glomerulus
2. Lapisan kaya protein sebagai membran dasar
3. Selapis sel epitel melapisi dinding kapsula bowman (podosit)
Dengan bantuan tekanan, cairan dalan darah didorong keluar dari glomerulus,
melewati ketiga lapisan tersebut dan masuk ke dalam ruangan dalam kapsula
Bowman dalam bentuk filtrat glomerular. Filtrat plasma darah tidak mengandung sel
darah ataupun molekul protein yang besar. Protein dalam bentuk molekul kecil dapat
ditemukan dalam filtrat ini. Darah manusia melewati ginjal sebanyak 350 kali setiap
hari dengan laju 1,2 liter per menit, menghasilkan 125 cc filtrat glomerular per
menitnya. Laju penyaringan glomerular ini digunakan untuk tes diagnosa fungsi
ginjal. Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian yang
mengalirkan filtrat glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus konvulasi
proksimal. Bagian selanjutnya adalah lengkung Henle yang bermuara pada tubulus
konvulasi distal.
Lengkung Henle diberi nama berdasar penemunya yaitu Friedrich Gustav Jakob
Henle di awal tahun 1860-an. Lengkung Henle menjaga gradien osmotik dalam
pertukaran lawan arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel yang melapisi tubulus
memiliki banyak mitokondria yang menghasilkan ATP dan memungkinkan terjadinya
transpor aktif untuk menyerap kembali glukosa, asam amino, dan berbagai ion
mineral. Sebagian besar air (97.7%) dalam filtrat masuk ke dalam tubulus konvulasi
dan tubulus kolektivus melalui osmosis.
Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal ke dalam sistem pengumpul yang
terdiri dari:
o Tubulus penghubung
o Tubulus kolektivus kortikal
o Tubulus kolektivus medularis
Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut aparatus
juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel juxtaglomerular. Sel
juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan sekresi renin. Cairan menjadi
makin kental di sepanjang tubulus dan saluran untuk membentuk urin, yang
kemudian dibawa ke kandung kemih melewati ureter.
Proses Pembentukan Urine
Menurut Anonimd (2008), di dalam ginjal terjadi rangkaian proses filtrasi,
reabsorbsi, dan augmentasi.
4. Penyaringan (filtrasi)
c. Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul
Bowman. Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori
(podosit) sehingga mempermudah proses penyaringan. Beberapa faktor yang
mempermudah proses penyaringan adalah tekanan hidrolik dan
permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Selain penyaringan, di
glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah, dan
sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil terlarut dalam plasma,
seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam
lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.
d. Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat
glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi
tidak mengandung protein. Pada filtrat glomerulus masih dapat ditemukan
asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya.
5. Penyerapan kembali (Reabsorbsi)
e. Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99%
filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus
proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus
kontortus distal.
f. Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan
ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrat
dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178
liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini
direabsorbsi beberapa kali.
g. Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder
yang komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder,
zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya,
konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya
ureum dari 0,03`, dalam urin primer dapat mencapai 2% dalam urin sekunder.
h. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam mino
meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis.
Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.
6. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi
di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah
96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen
empedu yang berfungsi memberi warm dan bau pada urin.
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh
ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.
Pengeluaran urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah
yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Secara umum
urin berwarna kuning. Urin encer warna kuning pucat (kuning jernih), urin kental
berwarna kuning pekat, dan urin baru / segar berwarna kuning jernih. Urin yang
didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh. Urin berbau khas jika dibiarkan
agak lama berbau ammonia. Ph urin berkisar antara 4,8 – 7,5, urin akan menjadi lebih
asam jika mengkonsumsi banyak protein,dan urin akan menjadi lebih basa jika
mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin 1,002 – 1,035.
Secara kimiawi kandungan zat dalan urin diantaranya adalah sampah nitrogen
(ureum, kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah,
badan keton zat sisa metabolism lemak, ion-ion elektrolit (Na, Cl, K, Amonium,
sulfat, Ca dan Mg), hormone, zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat
abnormal (protein, glukosa, sel darah Kristal kapur dsb). Volume urin normal per hari
adalah 900 – 1200 ml, volume tersebut dipengaruhi banyak faktor diantaranya suhu,
zat-zat diuretika (teh, alcohol, dan kopi), jumlah air minum, hormon ADH, dan
emosi.
Interpretasi warna urin dapat menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam
seseorang.
e. Keruh.Kekeruhan pada urin disebabkan adanya partikel
padat pada urin seperti bakteri, sel epithel, lemak, atau Kristal-kristal mineral.
f. Pink, merah muda dan merah. Warna urin seperti ini
biasanya disebabkan oleh efek samping obat-obatan dan makanan tertentu seperti
bluberi dan gula-gula, warna ini juga bisa digunakan sebagai tanda adanya
perdarahan di system urinaria, seperti kanker ginjal, batu ginjal, infeksi ginjal,
atau pembengkakkan kelenjar prostat.
g. Coklat muda seperti warna air teh, warna ini
merupakan indicator adanya kerusakan atau gangguan hati seperti hepatitis atau
serosis.
h. Kuning gelap, Warna ini disebabkan banyak
mengkonsumsi vitamin B kompleks yang banyak terdapat dalam minuman
berenergi.

http://iqbalali.com/2008/02/10/urinalisis-analisis-kemih/

URINALISIS
Sistem urinaria terdiri atas ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. `Sistem ini
membantu mempertahankan homeostasis dengan menghasilkan urin yang merupakan
hasil sisa metabolisme (soewolo, 2003). Dalam keadaan normal, manusia memiliki 2
ginjal. Setiap ginjal memiliki sebuah ureter, yang mengalirkan air kemih dari pelvis
renalis (bagian ginjal yang merupakan pusat pengumpulan air kemih) ke dalam
kandung kemih. Dari kandung kemih, air kemih mengalir melalui uretra,
meninggalkan tubuh melalui penis (pria) dan vulva (wanita) (http://medicastore.com).
Dalam http://medicastore.com ini juga di paparkan bahwa darah yang masuk ke
dalam glomerulus memiliki tekanan yang tinggi. sebagian besar bagian darah yang
berupa cairan disaring melalui lubang-lubang kecil pada dinding pembuluh darah di
dalam glomerulus dan pada lapisan dalam kapsula bowman; sehingga yang tersisa
hanya sel-sel darah dan molekul-molekul yang besar (misalnya saja berupa protein).
Cairan yang telah disaring (filtrat) masuk ke dalam rongga bowman dan
mengalir ke dalam tubulus kontortus proksimal (tabung/saluran di bagian hulu yang
berasal dari kapsula bowman); natrium, air, glukosa dan bahan lainnya yang ikut
tersaring diserap kembali dan dikembalikan ke darah. Urin atau air seni atau air
kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk
membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk
menjaga homeostasis cairan tubuh (http://wikipediaindonesia.com). Dalam
mempertahankan homeostasis tubuh peranan urin sangat penting, karena sebagian
pembuangan cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi urin. Selain urin juga terdapat
mekanisme berkeringat dan juga rasa haus yang kesemuanya bekerja sama dalam
mempertahankan homeostasis ini.
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-
obatan dari dalam tubuh.Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang “kotor”.
Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran
kencing yang terinfeksi, sehingga urinnyapun akan mengandung bakteri. Namun jika
urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya
cukup steril dan hampir tidak berbau ketika keluar dari tubuh. Hanya saja, beberapa
saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri akan mengkontaminasi urin dan mengubah
zat-zat di dalam urin dan menghasilkan bau yang khas, terutama bau amonia yang
dihasilkan dari urea.
Apa saja zat-zat yang terkandung di dalam urin? Di dalam http://wikipedia.com
dijelaskan bahwa urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme
(seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin
berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses
reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke
dalam tubuh melalui molekul pembawa.
Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai
senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi
yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis, yaitu suatu metode
analisis zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urin. Dalam basoeki (2000)
disebutkan bahwa pada proses urinalisis terdapat banyak cara metode yang dapat
digunakan untuk mendeteksi zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urin. Analisis
urin dapat berupa analisis fisik, analisi kimiawi dan anlisis secara mikroskopik.
Analisis urin secara fisik meliputi pengamatan warna urin, berat jenis cairan
urin dan pH serta suhu urin itu sendiri. Sedangkan analisis kimiawi dapat meliputi
analisis glukosa, analisis protein dan analisis pigmen empedu. Untuk analisis
kandungan proteinm ada banyak sekali metode yang ditawarkan , mulai dari metode
uji millon sampai kuprisulfa dan sodium basa. Yang terakhir adalah analisis secara
mikroskopik, sampel urin secara langsung diamati dibawah mikroskop sehingga akan
diketahui zat-zat apa saja yang terkandung di dalam urin tersebut, misalnya kalsium
phospat, serat tanaman, bahkan bakteri (basoeki, 2000).
Nah bagi Anda yang ingin mencoba melakukan urinalisis, berikut ada cara alat-
bahan apa saja yang dibutuhkan: Alat yang digunakan dalam praktikum kaliini
adalah, sentrifugasi dan tabungnya, tabung reaksi, pipet panjang, penjepit tabung
reaksi, urinometer, tabung urinalis, gelas benda, gelas penutup, mikroskop, lap flanel,
kertas isap, lampu spiritus, korak api dan termometer. Bahan yang dibutuhkan dalam
praktikum kali ini adalah, urine segar, larutan Bennedict, larutan NaOH 5%, larutan
CuSO4 1 %, indikator universal, asam sulfosalisilat, reagen millon, kristal sodium
nitroprusside, dan asam asetat.

You might also like