Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Tidak Ku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku Dari ini
ayat ini dapat ditafsirkan bahwa manusia mempunyai kewajiban untuk berbadah kepada
Allah SWt sebagai pencipta-Nya. Ibadah yang dimaksud dapat berupa ibadah mahdhoh
maupun ghoir
mahdhoh.
diwajibkan bagi setiap mukmin laki-laki dan mukmin perempuan, terutama yang sudah
baligh; perempuan setelah keluarnya darah haid dan laki-laki setelah mimpi basah. Salah satu
syarat sah sholat adalah harus dalam keadaan suci, baik dari hadats besar maupun hadats
kecil. Kewajiban ini berlaku untuk setiap muslim baik dalam keadaan sehat maupun sakit.
Orang yang sakit tidak sama dengan yang sehat. Semua harus berusaha melaksanakan
kewajibannya menurut kemampuan masing-masing. Dengan ini nampaklah keindahan
syariat dan kemudahannya. Banyak sekali kaum muslimin yang kadang meninggalkan sholat
dengan dalih sakit atau memaksakan diri sholat dengan tata cara yang biasa dilakukan orang
sehat. Akhirnya merasakan beratnya sholat bahkan merasakan hal itu sebagai beban yang
menyusahkannya. Solusinya adalah kewajiban mengenal hukum-hukum dan tata cara sholat
orang yang sakit sesuai petunjuk Rasulullah SAW dan penjelasan para ulama. Oleh karena
itu, dalam makalah ini kami akan menjelaskan bagaimana tata cara bersuci dan sholat dalam
keadaan sakit dengan harapan dapat bermanfaat dalam membimbing orang sakit agar tetap
dapat menjalankan ibadah, khususnya bersuci dan sholat sesuai dengan syariat Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
Dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman
jiwa bagi mereka. (Q.S. At- Taubah :103 )
B. Kefardhuan shalat
Shalat difardhukan pada malam Isra Miraj sebelum hijrah. Shalat adalah salah satu
rukun Islam setelah dua kalimat syahadat karena shalat mencakup kedua kalimat
tersebut. Shalat juga merupakan hal pertama yang dipersyaratkan Rasulullah setelah
tauhid. Rasulullah SAW bersabda ;
Pokok segala perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat sedang puncaknya
adalah jihad fi sabilillah.
C. Hikmah disyariatkannya Islam
Shalat merupakan bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang
besar yang dianugerahkan Allah kepada hamba-Nya. Shalat juga merupakan bentuk
penghambaan paling besar dimana didalamnya seseorang menghadap Allah SWT
dengan penuh ketundukkan dan kepatuhan kepada-Nya serta munajat kepada-Nya
2
melalui bacaan, zikir, dan doa. Shalat merupakan bentuk komunikasi antara seorang
hamba dengan Robb-Nya yang dengannya si hamba dapat mencapai ketentraman
hati.
D. Syarat sah shalat
Adapun syarat-syaratnya ada sembilan:
1. Islam
2. Niat
3. Berakal
4. Tamyiz (dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk)
5. Menghilangkan hadats
6. Menghilangkan najis
7. Menutup aurat
8. Masuknya waktu
9. Menghadap kiblat
E. Rukun shalat
Rukun shalat ada empat belas yang harus dijalankan, yaitu :
1. Berdiri tegak pada shalat fardhu bagi yang mampu
2. Takbiiratul-ihraam, yaitu ucapan: 'Allahu Akbar', tidak dengan ucapan lain.
3. Membaca Al-Fatihah
4. Ruku'
5. I'tidal (Berdiri tegak) setelah ruku'
6. Sujud
7. Bangun dari sujud
8. Duduk di antara dua sujud
9. Thuma'ninah dalam semua amalan
10. Tasyahhud Akhir
11. Duduk Tasyahhud Akhir
12. Shalawat atas Nabi SAW
13. Mengucapkan salam, yakni Assalamulaikum Warahmatullah. Yang utama
tidak ditambah dengan kata kata Wa barokaatuh
14. Tertib antara tiap rukun
II. 3.
SHALAT PADA ORANG SAKIT
A. Hukum-Hukum yang berhubungan dengan shalat orang sakit
1. Orang yang sakit tetap wajib sholat di waktunya dan melaksanakannya menurut
kemampuannya, sebagaimana diperintahkan Allah Taala dalam firman-Nya:
Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.
(QS. At- Taghbn:16)
3
Pernah Penyakit wasir menimpaku, lalu akau bertanya kepada Nabi SAWtentang
cara sholatnya. Maka beliau SAWmenjawab: Sholatlah dengan berdiri, apabila
tidak mampu maka duduklah dan bila tidak mampu juga maka berbaringlah.
(HR Al-Bukhari)
2. Apabila berat melakukan setiap sholat pada waktunya maka diperbolehkan
baginya untuk men-jama (menggabung) antara shalat Zhuhur dan Ashar,
Maghrib dan Isya baik dengan jama taqdim atau takhir.3 Hal ini melihat kepada
yang termudah baginya. Sedangkan shalat Shubuh maka tidak boleh dijama
karena waktunya terpisah dari shalat sebelum dan sesudahnya. Diantara dasar
kebolehan ini adalah hadits Ibnu Abas RA yang menyatakan:
) (
Rasulullah SAW telah menjama antara Zhuhur dan Ashar, Maghrib dan Isya di
kota Madinah tanpa sebab takut dan hujan. Abu Kuraib berkata: Aku bertanya
kepada Ibnu Abas radhiallahu anhuma: Mengapa beliau berbuat demikian?
Beliau radhiallahu anhuma menjawab: Agar tidak menyusahkan umatnya.
(HR Muslim)
3. Orang yang sakit tidak boleh meninggalkan sholat wajib dalam segala kondisinya
selama akalnya masih baik.4
4. Orang sakit yang berat untuk mendatangi masjid berjamaah atau akan menambah
dan atau memperlambat kesembuhannya bila sholat berjamaah di masjid maka
dibolehkan tidak sholat berjamaah.3 Imam Ibnu al-Mundzir rahimahullah
menyatakan: Tidak diketahui adanya perbedaan pendapat diantara ulama bahwa
orang sakit dibolehkan tidak sholat berjamaah karena sakitnya. Hal itu karena
Nabi SAW ketika sakit tidak hadir di Masjid dan berkata:
THAHARAH (BERSUCI) 7, 8, 9,
Thaharah dalam hukum Islam, soal bersuci dan segala seluk-
Telah ditetapkan
Allah menyukai
Berwudhu
Mandi
Tayammum
Menghilangkan najis
6
lagi
yaitu
bersuci
secara
bathiniah.
Oleh
sebab
itu,
pengertian bersuci bukan hanya sebatas yang lahir saja tetapi juga
mencakup yang bathin. Bila pengertian bersuci sebatas yang lahir
saja, sungguh jauh sekali pemahaman yang semacam itu dengan
yang
dikehendaki
dalam
pengertian
yang
dituju
oleh
sabda
tidak
hendak
menyulitkan
kamu,
tetapi
Dia
hendak
membersihkan kamu.
Manfaat thaharah ada empat, yaitu:
1. Membersihkan
anggota-anggota
lahiriah
dari
hadats
kecil
A. Wudlu
Wudhu adalah thaharah yang wajib dari hadats kecil, seperti buang
air kecil, buang air besar, keluar angin dari dubur (kentut), dan
tidur nyenyak, serta memakan daging unta.
Dalil untuk berwudhu:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat
buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air,
maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia
hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya
kamu bersyukur. (Q.S. Al Maidah:6)