You are on page 1of 81

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Keberhasilan

pembangunan

kesehatan

tidak

semata-mata

ditentukan oleh hasil kerja keras sektor kesehatan, tetapi sangat


dipengaruhi oleh hasil kerja keras serta konstribusi positif pelbagai
sektor pembangunan lainnya. Untuk optimalisasi hasil serta kontribusi
positif tersebut, harus dapat diupayakan masuknya wawasan kesehatan
sebagai asas pokok program pembangunan nasional. Dengan perkataan
lain

untuk

dapat

penanggungjawab

terwujudnya
program

pertimbangan-pertimbangan

INDONESIA

pembangunan
kesehatan

SEHAT

2011,

harus

memasukkan

dalam

semua

para

kebijakan

pembangunannya. Program pembangunan yang tidak berkontribusi


positif terhadap kesehatan, apalagi yang berdampak negatif terhadap
kesehatan, seyogyanya tidak diselenggarakan. Untuk dapat terlaksananya
pembangunan nasional yang berkontribusi positif terhadap kesehatan
seperti dimaksud diatas, maka seluruh elemen dari Sistem Kesehatan
Nasional

harus

berperan

sebagai

penggerak

utama

pembangunan

nasional berwawasan kesehatan.


Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu,
masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh
pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara
mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang akan dapat
dicapai. Perilaku yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih
dan

mendapatkan

pelayanan

kesehatan

yang

bermutu

sangat

menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu,


salah satu upaya kesehatan pokok atau misi sektor kesehatan adalah
mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
Untuk

mencapai

upaya

tersebut

Departemen

Kesehatan

RI

menetapkan visi pembangunan kesehatan yaitu Masyarakat yang


mandiri

untuk

hidup

sehat.

Strategi

yang dikembangkan adalah

menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat,


berupa memfasilitasi percepatan dan pencapaian derajat kesehatan

setinggi-tingginya

bagi

seluruh

penduduk

dengan mengembangkan

kesiap-siagaan di tingkat desa yang disebut dengan Desa Siaga.


Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan
sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan
mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan
secara

mandiri.

Pada

intinya,

desa

siaga

adalah

memberdayakan

masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat. Untuk dapat
danmampu hidup sehat, masyarakat perlu mengetahui masalah-masalah
dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatannya, bak sebagai
individu, keluarga, ataupun sebagai bagian dari anggota masyarakat.
Beberapa

determinan

yang

mempengaruhi

status

kesehatan

masyarakat adalah keturunan (heredity), keadaan gizi, gaya hidup, akses


pelayanan

kesehatan

dan

lingkungan

fisik

dan

nonfisik.

Heredity

memegang peran dalam penentuan sifat dan karakteristik fisiologis


seorang individu, seperti postur tubuh, warna kulit dan golongan darah.
Lingkungan fisik meliputi lingkungan yang ada di sekitar manusia, seperti
udara yang kita hirup, darat dan laut sebagai sumber kehidupan,
termasuk rumah dan fasilitasnya serta ketersediaan pelayanan umum (air
bersih,

listrik

dan

jalan

raya).

Sedangkan

faktor

budaya

akan

mempengaruhi sikap masyarakat terhadap hidup sehat dan kesehatan


secara keseluruhan.
Seiring dengan program Desa Siaga yang dicanangkan oleh
Departemen Kesehatan RI, pendidikan dan profesi keperawatan telah
menerapkan standar perawatan komunitas yang mencakup berbagai
unsur dan komponen seperti yang ada pada konsep Desa Siaga.
Perawatan kesehatan masyarakat diterapkan untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatan populasi dimana prakteknya tersebut bersifat
umum dan komprehensif yang ditujukan pada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat yang memiliki kontribusi bagi kesehatan,
pendidikan kesehatan dan manajemen serta koordinasi dan kontinuitas
pelayanan holistik. Masalah kesehatan masyarakat dapat bermula dari
perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat diantaranya
berkaitan dengan masalah kesehatan lingkungan, kesehatan ibu anak,
kesehatan

remaja

serta

kesehatan

lanjut

usia

(lansia),maupun

pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan yang masih sangat rendah

seperti pemeriksaan kesehatan, kehamilan, imunisasi, posyandu dan lain


sebagainya.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka Mahasiswa
Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan UMM 2015
melaksanakan pengambilan data Keperawatan Komunitas di Wilayah RW
01 Kelurahan Sumbersari Kecamatan Lowokwaru dengan menggunakan
dua pendekatan yaitu pendekatan keluarga dan pendekatan masyarakat.
Gambaran umum Kelurahan Sumbersari meliputi batas administrasi,
kondisi fisik dasar dan kondisi fisik binaan. Kelurahan Sumbersari
mempunyai

luas

92,4

hA

dengan

batasan

administrasi

wilayah.

Kedudukan Kelurahan Sumbersari terletak di sebelah utara Kota Malang.


Jarak pusat pemerintahan Kelurahan Sumbersari dengan Kecamatan
Lowokwaru sejauh 4 km, sedangkan dengan pusat Kota Malang sejauh 6
km, dan jarak dengan Pusat Propinsi Jawa Timur sejauh 100 km.
Kelurahan Sumbersari merupakan salah satu kelurahan yang
terletak di kawasan Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Kelurahan
Sumbersari terdapat di daerah dataran tinggi Kota Malang, terletak pada
ketinggian

440

meter

dari

atas

permukaan

air

laut.

Dengan batas-batas kelurahan, Batas wilayah sebelah utara : Kelurahan


Ketawanggede, batas wilayah sebelah barat : Kelurahan Karang Besuki
(Kecamatan

Sukun),

batas

wilayah

sebelah

timur

Kelurahan

Penanggungan (Kecamatan Klojen), batas wilayah sebelah selatan :


Kelurahan Pisang Candi (Kecamatan Sukun). Sistem saluran drainase di
kawasan Kelurahan Sumbersari menggunakan dua tipe saluran yaitu,
saluran terbuka dan saluran tertutup. Untuk air di dalam saluran
drainasenya

sendiri

dibedakan

menjadi

campuran

dan

terpisah.

Pengertian campuran dalam hal ini, antara air limbah rumah tangga dan
limpasan air hujan dialirkan dalam satu saluran. Selain itu, pengertian
terpisah dalam hal ini, antara air limbah rumah tangga dan limpasan air
hujan dialirkan ke dalam saluran yang berbeda.
Dalam rangka melakukan pembinan, mengatasi masalah kesehatan
serta meningkatkan derajat kesehatan yang optimal secara mandiri,
dimana dalam pelaksanaan praktek asuhan keperawatan komunitas
menggunakan pendekatan proses keperawatan komunitas yang diawali
dari pengkajian dengan cara mengumpulkan data, analisa, menentukan

diagnosa

atau

permasalahan

peramasalahan

yang

dan

ditemukan,

menyusun

kemudian

rencana

pelaksanaan

sesuai

dan

yang

terakhir adalah melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan yang


telah dilakukan.
1.2

Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Setelah melakukan praktek asuhan keperawatan komunitas,
mahasiswa akan dapat meningkatkan kemampuan komunitas dalam
mengenali

masalah

kesehatan,

mengorganisasikan

potensi

dan

sumber daya yang dimiliki untuk mengatasi masalah kesehatan yang


dihadapinya.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek asuhan keperawatan komunitas di
wilayah RW 01 Kelurahan Sumbersari Kecamatan Lowokwaru,
mahasiswa mampu :
a. Membina hubungan baik dengan komunitas dan keluarga yang
dibina dengan mengenal wilayah, tokoh-tokoh masyarakat serta
masalah kesehatan yang sedang dihadapi.
b. Bekerjasama

dengan

komunitas

dan

keluarga

dalam

melaksanakan pendataan kesehatan


c. Menganalisa data dengan menggunakan pendekatan biostatic,
demografi dan epidemiologi guna mengidentifikasikan diagnose
keperawatan komunitas serta faktor penyebab timbulnya masalah.
d. Memfasilitasi komunitas dan keluarga dalam memusyawarahkan
masalah-masalah yang ditemukan dan

menyadarkan

adanya

masalah kesehatan yang sedang/akan dihadapinya.


e. Mengorganisasikan

potensi

yang

ada

di

komunitas

untuk

merencanakan dan melaksanakan tindakan pemecahan masalah.


f. Meningkatkan tenaga-tenaga potensial di komunitas (kader)
dengan
masalah.

melatihnya

dalam

program

kerja

untuk

mengatasi

g. Bekerjasama dengan tokoh-tokoh di komunitas, sektor yang


terkait dalam memberikan dukungan bagi pemecahan masalah
yang sedang dan akan dihadapi.
h. Mengevaluasi setiap kegiatan dan pencapaian tujuan asuhan
keperawatan masyarakat.
i. Mendokumentasikan asuhan keperawatan masyarakat dengan
benar dan tepat.
1.3

Manfaat

1.3.1 Masyarakat
Diharapkan
gambaran

status

kesehatan

yang

dapat

membantu

kesehatannya
ada

serta

masyarakat

dan

mau

guna

mengerti

menyadari

permasalahan

menyelesaikan

permasalahan

tersebut.
1.3.2 Mahasiswa
Menimba pengalaman belajar mahasiswa untuk peka dalam
mengenali masalah kesehatan dalam masyarakat serta menentukan
langkah

penyelesaiannya

dengan

mengapikasikan

ilmu

yang

didapatkan pada masyarakat khusus tentang kesehatan.


1.3.3 Puskesmas
Diharapkan dapat memberikan seumbangan/masukan berupa
informasi tentang kondisi kesehatan masyarakat yang termasuk
dalam wilayah kerja puskesmas guna membantu program kesehatan
pada masyarakat.

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Asuhan Keperawatan Komunitas


2.1.1 Pengertian
Keperawatan
keperawatan

Kesehatan

Komunitas

adalah

pelayanan

profesional yang ditujukan kepada masyarakat

dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya


pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit

dan

keterjangkauan

peningkatan
pelayanan

kesehatan,

kesehatan

dengan

yang

menjamin

dibutuhkan,

dan

melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan


dan evaluasi pelayanan keperawatan. (Pradley, 1985; Logan dan
Dawkin, 1987).
Keperawatan kesehatan masyarakat adalah suatu bidang
keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan
kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat
secara aktif dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif
secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif
dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu, ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan
yang utuh, melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi
kehidupan manusia secara optimal, sehingga mandiri dalam upaya
kesehatan. (Ruth B. Freeman .1961)
Asuhan keperawatan komunitas pada hakekatnya adalah
proses keperawatan yang diterapkan pada klien komunitas, yang
langkah-langkahnya meliputi pengkajian, analisa data komnuitas,
diagnosa keperawatan komunitas, rencana asuhan keperawatan
komunitas, implementasi asuhan keperawatan komunitas
evaluasi

asuhan

keperawatan

komunitas,

dimana

proses

dan
ini

bervariasi dalam setiap situasi dan memliki elemen-elemen penting


yaitu kesungguhan (deliberative), kesesuaian (adaptable), siklus
(cyclic), berfokus pada klien (client focused), interaktif (interactive)
dan berorientasi pada kebutuhan komunitas (need-oriented).

2.1.2 Asumsi Dan Kepercayaan Terhadap Perawatan Kesehatan


Komunitas Menurut ANA (American Nurses Association)
a. Asumsi
1)

Sistem pemeliharaan yang kompleks.

2)

Komponen

sistem

pemeliharaan

kesehatan

primer,

sekunder dan tersier.


3)

Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan produk


pendidikan dasar praktek penelitian.

4)

Pemeliharaan

kesehatan

primer

lebih

menonjol

dari

sekunder dan tersier.


5)

Perawatan kesehatan menyangkut setting pemeliharaan


kesehatan primer.

b. Kepercayaan
1)

Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima


semua orang.

2)

Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan.

3)

Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen


pelayanan kesehatan.

4)

Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan


individu.

5)

Pencegahan penyakit bagian esensial dari peningkatan


kesehatan.

6)

Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam


jangka waktu yang lama.

7)

Klien

hanya

anggota

tetap

dari

tim

pemeliharaan

kesehatan.
8)

Individu dalam sistem kesehatan masyarakat bertanggung


jawab

secara

mandiri

dan

aktif

berpartisipasi

dalam

pemeliharaan kesehatan.
2.1.3 Falsafah Keperawatan Komunitas
Berdasarkan
mendasar

pada

tersebut,

asumsi

maka

dasar

dapat

dan

keyakinan

dikembangkan

yang

falsafah

keperawatan komunitas sebagai landasan praktik keperawatan

komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan


komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian
terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
terhadap kesehatan komunitas dan membrikan prioritas pada
strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah
yang

melandasi

keperawatan

komunitas

mengacu

kepada

paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu:


manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat
dirumuskan sebagai berikut:
a. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan
yang luhur dan manusiawi yang ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Perawatan

kesehatan

masyarakat

adalah

suatu

upaya

berdasarkan kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan


dan perkembangan bagi terwujudnya manusia yang sehat
khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya.
c. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau
dan dapat diterima oleh semua orang dan merupakan bagian
integral dari upaya kesehatan.
d. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
e. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan
berlangsung secara berkesinambungan.
f. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien
sebagai

consumer

menjamin

suatu

pelayanan
hubungan

keperawatan
yang

saling

dan

kesehatan,

mendukung

dan

mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan


kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat.
g. Pengembangan

tenaga

keperawatan

kesehatan

masyarakat

direncanakan secara berkesinambungan dan terus-menerus.


h. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas
kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik
dan berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka
sendiri.

Komunitas Dengan
Keluarga Sebagai Unit
Pelayanan Dasar.

MANUSIA

KEPERAWATAN

KESEHATAN

3 Tingkatan
Pencegahan.

(SEHAT-SAKIT)

LINGKUNGAN
(Physic, Biologic,
Psychologist, Social,
Cultural, Dan

Gambar 2.1 Paradigma / Falsafah Keperawatan Komunitas

Berdasarkan gambar di atas, dapat dijabarkan masing-masing


unsur sbg berikut :
Manusia.
Komunitas sebagai klien berarti B sekumpulan individu / klien
yang berada pada lokasi atau B batas geografi

tertentu yang

memiliki niliai-nilai, keyakinan dan minat yang relatif sama


serta adanya interaksi satu sama lain untuk mencapai Tujuan.
Komunitas merupakan sumber dan lingkungan bagi keluarga,
komunitas, Komunitas sebagaiklien yang dimaksud termasuk
kelompok resiko tinggi antara lain: daerah terpencil, daerah
rawan, daerah kumuh.
Kesehatan.
Sehat adalah suatu kondisi
pemenuhan

kebutuhan

dasar

terbebasnya
klien

dari

komunitas.

gangguan
Sehat

merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari


keberhasilan mengatasi stressor.
Lingkungan.
Semua factor internal dan eksternal

atau pengaruh disekitar

klien yang bersifat biologis, psikologis, social, cultural dan


spiritual.
Keperawatan.
Intervensi / tindakan yang bertujuan untuk menekan stressor,
melalui pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Berdasarkan falsafah di atas maka dikembangkan : tujuan, sasaran
dan strategi intervensi keperawatan komunitas.

2.2 Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas


2.2.1 Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat
sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat

menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas yang


mereka miliki.
2.2.2 Tujuan Khusus
Untuk

meningkatkan

berbagai

kemampuan

individu,

keluarga, kelompok khusus dan masyarakat dalam hal:


a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang
dihadapi.
b. Menetapkan

masalah

kesehatan/keperawatan

dan

prioritas

masalah.
c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan/
keperawatan.
d. Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka
hadapi.
e. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan/
keperawatan.
f. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pelayanan kesehatan/keperawatan.
g. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara
mandiri (self care).
h. Menanamkan

perilaku

sehat

melalui

upaya

pendidikan

kesehatan.
i. Menunjang

fungsi

puskesmas

dalam

menurunkan

angka

kematian bayi, ibu dan balita serta diterimanya norma keluarga


kecil bahagia dan sejahtera.
j. Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan
terhadap masalah kesehatan.

2.3 Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang
sakit yang mempunyai masalah kesehatan/perawatan.
2.3.1 Individu

Individu adalah bagian dati anggota keluarga. Apabila individu


tersebut mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena
ketidakmampuan merawat diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka
akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik,
mental maupun sosial.
2.3.2 Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas
kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan
tinggal dalam suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan
perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan
berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga
mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh
terhadap anggota keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang aada
di sekitarnya.
2.3.3 Kelompok Khusus
Kelompok hkusus adalah kumpulan individu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang
terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan.
Termasuk diantaranya adalah:
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhannya, seperti;
1) Ibu hamil
2) Bayi baru lahir
3) Balita
4) Anak usia sekolah
5) Usia lanjut
b. Kelompok
pengawasan

dengan
dan

kesehatan
bimbingan

khusus
serta

yang

asuhan

memerlukan
keperawatan,

diantaranya adalah:
1) Penderita

penyakit

menular,

penyakit kelamin lainnya.

seperti

TBC,

lepra,

AIDS,

2) Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit


diabetes mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan
mental dan lain sebagainya.
c. Kelompok

yang

mempunyai

resiko

terserang

penyakit,

diantaranya:
1) Wanita tuna susila
2) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
3) Kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain.
d. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
1) Panti wredha
2) Panti asuhan
3) Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
4) Penitipan balita
2.3.4 Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan
bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri
mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial
dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat
merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi, saling
tergantung

dan

bekerjasama

untuk

mencapai

tujuan.

Dalan

berinteraksi sesama anggota masyarakat akan muncul banyak


permasalahan,

baik

permasalahan

sosial,

kebudayaan,

perekonomian, politik maupun kesehatan khususnya.

2.4 Strategi
Strategi intervensi keperawatan komunitas meliputi :
1. Proses kelompok.
2. Pendidikan kesehatan.
3. Kerja sama (partnership).

2.5 Ruang Lingkup Perawatan Komunitas


Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upayaupaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif),

pemeliharaan

kesehatan

dan

pengobatan

(kuratif),

pemulihan

kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan


kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke
lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi).
Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan
yang ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak
mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.
2.5.1 Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
a. Penyuluhan kesehatan masyarakat
b. Peningkatan gizi
c. Pemeliharaan kesehatan perseorangan
d. Pemeliharaan kesehatan lingkungan
e. Olahraga secara teratur
f. Rekreasi
g. Pendidikan seks.
2.5.2 Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat melalui kegiatan:
a. Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
b. Pemeriksaan

kesehatan

secara

berkala

melalui

posyandu,

puskesmas maupun kunjungan rumah


c. Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas
ataupun di rumah.
d. Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.
2.5.3 Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggotaanggota keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit
atau masalah kesehatan, melalui kegiatan:
a. Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)

b. Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari


puskesmas dan rumah sakit
c. Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu
bersalin dan nifas
d. Perawatan payudara
e. Perawatan tali pusat bayi baru lahir.
2.5.4 Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi
penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap
kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama,
misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya., dilakukan melalui
kegiatan:
a. Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti
penderita kusta, patah tulang maupun kelainan bawaan
b. Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit
tertentu, misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita
stroke: fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat.
2.5.5 Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu,
keluarga dan kelompok
diantaranya

adalah

khusus ke dalam pergaulan masyarakat,

kelompok-kelompok

yang

diasingkan

oleh

masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta,


AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita
Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya
resosialisasi

meyakinkan

masyarakat

untuk

dapat

menerima

kembali kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut


dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka
derita.

Hal

ini

tentunya

membutuhkan

penjelasan

dengan

pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.

2.6 Kegiatan Praktek Keperawatan Komunitas


Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilakukan
perawat mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan

tingkat pelayanan kesehatan, wilayah kerja perawat tetapi secara


umum kegiatan praktek keperawatan komunitas adalah sebagai
berikut:
2.6.1 Tahap Persiapan:
a. Pembekalan dari departemen komunitas dan dinas kesehatan
tentang program praktek.
b. Penjajakan ke daerah, meliputi wilayah, sistem dalam komunitas,
masalah dan kesehatan utama.
c. Penyusunan instrumen data.
d. Uji coba instrumen pengumpulan data.
e. Pertemuan
perkenalan,

awal

dengan

penjelasan

komunitas

program

dan

praktek

keluarga
dan

untuk

mengadakan

kontrak dengan komunitas.


f. Melaksanakan

pendataan dengan melibatkan tokoh-tokoh dan

kader kesehatan setempat.


g. Melakukan tabulasi data, menganalisa data dengan pendekatan
demografi,

epidemiologi

dan

statistik

serta

membuat

visualisasi/penyajian data.
h. Mengidentifikasi

pra

musyawarah

komunitas:

menyusun

kepanitiaan, menyiapkan dan melatih masyarakat yang akan


terlibat dalam musyawarah dan menyebarkan undangan.
i. Melaksanakan musyawarah komunitas tingkat RW:
1) Penyajian data hasil pengkajian kesehatan masyarakat
2) Diskusi kelompok untuk menetapkan hasil masalah, prioritas
masalah, garis besar rencana kegiatan
3) Membentuk kelompok kerja kesehatan sesuai dengan masalah
yang telah ditetapkan.
4) Tanggapan-tanggapan

dari

tokoh-tokoh

masyarakat

dan

petugas kesehatan dari instansi terkait.


2.6.2 Tahap Pelaksanaan:
a. Menyusun kembali rencana kerja hasil musyawarah bersama
dengan kelompok kerja kesehatan.
b. Melaksanakan kegiatan di komunitas bersama-sama dengan
kelompok kerja kesehatan:

1) Pelatihan kader kesehatan


2) Penyuluhan kesehatan
3) Simulasi/demonstrasi
4) Pembuatan model/percontohan
5) Kunjungan rumah (home health care)
6) Kerja bakti, daan lain-lain.
c. Berkoordinasi dengan puskesmas dan instansi terkait dalam
pelaksanaan kegiatan.
2.6.3 Tahap Evaluasi:
a. Mengevaluasi setiap kegiatan yang dilakukan di komunitas dalam
hal kesesuaian, kefektifan dan keberhasilan kegiatan serta
aktivitas dari komunitas.
b. Mengevaluasi
pencapaian

seluruh

tujuan,

kegiatan

di

keberhasilan

komunitas

pemecahan

dalam

hal

masalah

dan

kemampuan komunitas dalam pemecahan masalah.

2.7 Tahap Asuhan Keperawatan Komunitas


2.7.1 Mengunakan

pendekatan

langkah-langkah :
a. Pengkajian
b. Diagnosa Keperawatan
c. Perencanaan
d. Pelaksanaan
e. Evaluasi.

proses

keperawatan,

dengan

Gambar 2.2 Tahapan Dalam Asuhan Keperawatan Komunitas

2.7.2 Mengunakan Pendekatan Pengorganisasian Masyarakat


a. Tujuan pengorganisasian Komunitas :
Diharapkan
kebutuhannya,

mampu

berproses

mengembangkan

dalam

keyakinan

mengidentifikasikan
untuk

memenuhi

kebutuhan dengan menggunakan potensi dan sumber daya yang ada di


dalam komunitas dan di luar komunitas. Pendekatan yang digunakan
menggunakan prinsip, landasan dan langkah dasar seperti tertera
pada gambar 2.3
b. Langkah-langkah pengorganisasian Masyarakat :
1)

Persiapan :
a)

Pengenalan komunitas

Pendekatan Jalur Formal


Dilakukan terhadap instansi birokrasi yang bertanggung jawab
pada wilayah komunitas dengan cara ;
1.

Pengajuan proposal dan perijinan

2.

Penjelasan tujuan dan program


hasil : surat ijin/persetujuan

Pendekatan Jalur Informal


Dilakukan setelah adanya ijin/persetujuan dari institusi dari
birokrasi dengan melakukan pendekatan kepada :
1.

Tokoh-tokoh masyarakat

2.

Ketua RW, RT

3.

Kader kesehatan

Dengan menjelaskan tujuan, program kegiatan, meminta


dukungan dan partisipasi serta kontrak kerjasama.

Gambar 2.3 : Prinsip Pendekatan dalam Asuhan Keperawatan


Komunitas
b)

Pengenalan Masalah
Tujuan

untuk

mengetahui

menyeluruh

yang

masalah

benar-benar

kesehatan
menjadi

secara

kebutuhan

komunitas saai ini.


Tahap pengenalan masalah :

Membuat instrumen pengkajian/pengumpulan data


1.

Diawali dengan survey awal pada komunitas yang


menjadi sasaran, meliputi :
o

Survey wilayah

Survey populasi

Survey masalah utama dan faktor penyebab

Survey

kebijakan

program

dan

frasilitas

layanan

kesehatan.
o

Survey

potensi-potensi,

sumber

pendukung

komunitas.
2.

Membuat instrument pengumpulan data.


Tabulasi Data:
1. Membuat table tabulasi data
2. Menghitung frekuensi distribusi
3. Membuat table, diagram, grafik frekuensi distribusi
Analisa Data
1. Analisa Deskriptif

di

Membuat gambaran suatu keadaan dari obyek yang


diteliti.
2. Analisa Korelasi
Menganalisa tingkat hubungan pngaruh dari dua atau
lebih subvariabel yang diteliti dengan menggunkan
perhitungan statistik.
Perumusan Masalah
1.

Adalah

merumuskan

diagnosa

keperawatan

pada

komunitas yang dikaji dengan berdasarkan hasil analisa


data.
2.

Mengunakan klarifikasi masalah OMAHA

3.

Formulasi :

c)

Problem

Etiologi

Data yang menyokong.

Penyadaran komunitas
1)

Tujuan :
1.

Mengenalkan

masalah

kesehatan

yang

sedang

dihadapi oleh komunitas


2.

Mengikutsertakan

komunitas

dalam

pemecahan

masalah
3.

Menumbuhkan kesadaran komunitas untuk terlibat


aktif menjadi tenaga potensial dalam kegiatan pemecahan
masalah.

2)

Kegiatan :
Mengadakan

musyawarah

komunitas

dengan

metode

lokakarya mini, dengan langkah :


1.

Penyajian data hasil survey

2.

Diskusi kelompok :
o

Perumusan masalah dan faktor penyebab

Menyusun

rencana

pemecahan

masalah

(bentuk

masalah, waktu, tempat, penanggung jawab dan biaya)

Pembentukan kelompok kerja kesehatan (Pokjakes)

dari anggota komunitas yang merupakan calon kader


kesehatan yang bertanggung jawabterhadap kegiatan
yang direncanakan.
3.

Penyajian hasil diskusi kelompok

4.

Tangapan-tanggapan

dari

tokoh

formal,

informal,

puskesmas.
2)

Pelaksanaan
Adalah

tahap

pelaksanaan

kegiatan-kegiatan

yang

telah

direncanankan dengan melihat aktifitas kelompok kerja yang telah


terbentuk melalui kerja sama dengan aparat desa/kelurahan,
puskesmas/dinkes yang meliputi kegiatan :
a)

Pelatihan Kader

b)

Penyuluhan kesehatan

c)

Pelayanan kesehatan langsung

d)

Home care

e)

Rujukan

Gambar 2.4

Perawat Bekerja Bersama Masyarakat

(Kader Kesehatan)
3)

Evaluasi
Hal-hal yang harus dievaluasi :
a)

Perkembangan masalah kesehatan yang ditemukan

b)

Pencapaian

tujuan

perawatan

(terutama

tujuan

jangka

pendek)
c)

Efektifitas

dan

efisiensi

tindakan/kegiatan

yang

telah

dilakukan
d)

Rencana tindak lanjut.

Gambar 2.5Siklus Pemberdayaan Masyarakat dalam Asuhan Keperawatan


Komunitas
Perubahan ini dapat diamati seperti gambar di bawah ini:

Keterangan:

: Peran masyarakat
: Peran perawat

Gambar 2.6 Peranan Perawat dan Masyarakat dalam Mencapai


Tujuan Perawatan Kesehatan Komunitas

Pada

gambar

di

atas

dapat

dijelaskan

alih

peran

untuk

memandirikan klien dalam menanggulangi masalah kesehatan, pada


awalnya peran perawat lebih besar dari pada klien dan berangsur-angsur

peran klien lebih besar daripada perawat. Atau dapat digambarkan


peralihan basarnya peran antara perawat dan masyarakat :
Tahapan

Peran perawat

Peran Masyarakat

Pengenalan masyarakat

+++

Pengenalan masalah

+++

++

Penyadaran masyarakat

++

+++

Pelaksanaan

++++

Penilaian

++++

Perluasan

++++

Tujuan akhir perawat komunitas adalah kemandirian keluarga yang


terkait dengan lima tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga,
menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan
kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
yang tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan
masalah keperawatan yaitu melalui proses keperawatan.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Winshield Survey
Lingkungan

tempat

tinggal

penduduk

RW

Kelurahan

Sumbersari tergolong lingkungan padat penduduk terbukti dengan


letak rumah warga yang saling berdekatan antara rumah satu dengan
rumah

yang

lainnya.

Tempat

tinggal

penduduk

yang

dijumpai

kebanyakan bangunan lama dan masih terawat, namun ada beberapa


rumah yang dalam perbaikan.
Penduduk di RW I Kelurahan Sumbersari mempunyai berbagai
macam karakteristik sosial cultural. Variasi umur penduduk RW I
Kelurahan Sumbersari terdiri dari bayi, balita, anak-anak, remaja,
dewasa, dan lansia. Kegiatan yang ada di RW I Sumbersari adalah
kegiatan keagamaan (tahlilan), PKK, PAUD, posyandu balita, dan
posyandu lansia. Budaya yang di anut oleh penduduk sekitar adalah
budaya Jawa dan sebagian besar beragama Islam. Penduduk RW I
Kelurahan Sumbersari kebanyakan bermata pencaharian Swasta untuk
laki-laki, tetapi ada juga yang bekerja sebagai PNS maupun Buruh,
dan untuk wanita kebanyakan sebagai Ibu Rumah Tangga. Di RW I
Kelurahan Sumbersari tidak terlihat adanya industri baik yang besar
ataupun yang industri rumahan.

Lingkungan RW I Kelurahan Sumbersari di jumpai kebanyakan


memiliki pekarangan rumah yang sempit, bahkan ada yang tidak
memiliki halaman rumah karena lansung berdempetan dengan rumah
tetangga. Ada sebagian warga yang meskipun memiliki halaman yang
sempit mereka memanfaatkan halaman yeng sempit tersebut dengan
meletakkan tanaman di pot-pot. Jalan-jalan di setiap gang tergolong
bagus karena sudah menggunakan paving yang bisa juga digunakan
untuk resapan air saat musim hujan tiba. Di RW I kelurahan
Sumbersari yang terpapar polusi adalah RT 2 dan RT 4 karena di
lewati oleh kendaraan bermotor.
Transportasi umum tidak melewati RW I Kelurahan Sumbersari.
Kurang lebih bisa ditemukan 12 mushola dan 1 masjid yang bisa
ditemui di RW I Kelurahan Sumbersari. Kelurahan Sumbersari berada
dalam kelolaan Puskesmas Dinoyo yang di bantu oleh Puskesmas
Pembantu Sumbersari. Untuk sistem pembuangan sampah warga RW I
Kelurahan Sumbersari, disetiap rumah terdapat bak sampah ada yang
tertutup dan setiap paginya sampah tersebut di angkut dan di buang
di TPA, untuk biaya sampah di kelola di setiap RT dan dikumpulkan
tiap bulannya melalui RW I Kelurahan Sumbersari.
B. Pengkajian Kebutuhan Kesehatan Komunitas
1. DATA INTI (CORE)

a. Data demografi
Wilayah RW I Kelurahan Sumbersari terdiri dari 12 RT yang
terdapat kurang lebih 549 KK. Berdasarkan metode pengkajian
Key informant didapatkan batas wilayah RW I Kelurahan
Sumbersari sebagai berikut:
Utara
: RW 01 Kelurahan Ketawang Gede
Selatan : RW 02 Kelurahan Sumbersari
Timur : RW 04 Kelurahan Ketawang Gede
Barat
: RW 03 Kelurahan Sumbersari

b. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia

Analisa
Proporsi usia di RW I Kelurahan Sumbersari, proporsi usia
terendah pada usia > 70 tahun sebanyak 6 % dari total sampel
sebesar 549 KK yang terdiri dari 1790 orang. Sedangkan yang
tertinggi pada usia 45 - 59 tahun sebesar 20 %.

c. Komposisi Penduduk Menurut Jenis kelamin

Analisa

Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa proporsi jenis


kelamin hampir sama yaitu jenis kelamin perempuan sebesar
52% dan laki-laki 48%.
d. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan

Analisa
Dari

data

di

atas

dapat

diketahui

bahwa

proporsi

pendidikan paling banyak di RW I Kelurahan Sumbersari berada


pada pendidikan SD mencapai 28 %, sedangkan proporsi paling
rendah terletak pada penduduk yang PAUD sebanyak 1 %.
e. Komposisi Penduduk Berdasarkan Status Pekerjaan

Analisa
Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa penduduk RW I
Kelurahan Sumbersari sebagian besar bermata pencaharian

sebagai pekerja swasta yakni sebanyak 37 %. Sedangkan


minoritas pekerjaan adalah sebagai petani sebesar 3%.
Dari hasil wawancara dengan ketua RW, ketua RT dan kader
PKK mengatakan sebagian besar penduduk di RW I Kelurahan
Sumbersari mempunyai usaha Kost kostan.
f. Komposisi Penduduk Menurut Agama

Analisa
Dari hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan, bahwa
sebagian besar penduduk RW Ikelurahan Sumbersari beragama
Islam sebesar 93% sedangkan yang yang beragama Kristen
sebanyak

6% dan selain itu sebanyak 1 % yang merupakan

penduduk pendatang.
g. Komposisi Penduduk Menurut Status perkawinan

Analisa

Dari hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan bahwa


sebagian

besar

penduduk

RW

01

Kelurahan

Sumbersari

berstatus menikah sebesar 57 %, belum menikah 25%, cerai


hidup 2 % dan cerai mati 16 %.
h. Komposisi Penduduk Menurut Tipe keluarga

Analisa
Dari hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan bahwa
sebagian besar penduduk RW Kelurahan Sumbersari merupakan
tipe

keluarga

inti/nuclear

sebesar

58%

sedangkan

merupakan keluarga besar/extended.

i. Komposisi Penduduk Menurut Riwayat kesehatan

Analisa

42%

Dari hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan bahwa


sebagian

besar

penduduk

RW

kelurahan

Sumbersari

mempunyai riwayat penyakit terbanyak Batuk Pilek sebesar 43


%, khusus di RT 8 dan 12 terdapat riwayat penyakit DBD 2
orang.
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan ketua RW dan
Ketua RT diketahui bahwa ada beberapa warga RW 1 yang
pernah mengalami wabah cikungunya. Dari hasil wawancara
dengan beberapa warga mereka mengatakan hampir semua RT
pernah dilakukan fogging. Dari hasil wawancara dengan kader
PKK mengatakan bahwa ada yg pernah mengalami DBD di RT 8
dan 12.

j. Komposisi Penduduk Menurut Nilai dan keyakinan


Perilaku mencari bantuan kesehatan

Analisa
Dari hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan bahwa
sebagian besar keluarga memilih untuk berobat ke Puskesmas
ketika sakit yaitu sebesar 43 %, ke Rumah Sakit 24 %, ke Dokter
24 % dan membeli obat di warung sebesar 9 %.

k. Komposisi Penduduk Berdasarkan Perilaku merokok

Analisa
Hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan bahwa sebagian
besar keluarga

RW I kelurahan Sumbersari memiliki anggota

keluarga yang merokok sebesar 70% sedangkan yang tidak


merokok sebesar 30%.
Dari hasil observasi yang dilakukan

masih ditemukan

beberapa orang yang merokok ketika masih mempunyai di


sekitar anggota keluarganya. Dari 10 orang yang diwawancarai
terdapat 6 orang yang masih merokok ketika mempunyai balita
dan semuanya tahu mengenai bahaya merokok tetapi mereka
mengatakan susah untuk berhenti merokok.
l. Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnik dan Budaya

Analisa
Dari hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan bahwa
sebagian besar penduduk bersuku jawa sebesar 93%, suku
Madura 5% dan lain-lain 2%.

Dari hasil wawancara dengan ketua RW dan Ketua RT


hampir semua penduduk bersuku jawa dan untuk etnik yang lain
adalah pendatang.

2. DATA SUBSISTEM
a. Lingkungan
1. Sumber air

Analisa :
Hasil pengkajian dan observasi yang dilakukan didapatkan
bahwa keluarga memakai PDAM sebesar 30 %, dan mayoritas
menggunakan

sumur

sebesar

57

%,

dan

terdapat

13

menggunakan Sumur dan PDAM.


Dari hasil observasi dan wawancara kepada warga ada
beberapa keluarga yang menggunakan sumur dan PDAM karena
mereka mengatakan kalau menggunakan salah satunya saja
sumber air tidak dapat mencukupi kebutuhan mereka.
2. Jarak Septic Tank

Analisa :

Dari hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan bahwa


keluarga yang memiliki septic tank sebagian besar jarak septic
tank dengan sumber air >10 m sebesar 52%. Dan yang < 10 m
sebesar 48%.
Dari hasil

observasi

perumahan

di

RW

Sumbersari

merupakan kawasan padat penduduk. Dari hasil wawancara


denga

orang

warga

mengatakan

bahwa

susah

untuk

membangun septi tank karena lahan yang tidak tersedia.

3. Pembuangan limbah rumah tangga


Dari hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan bahwa
rumah penduduk RW 01 kelurahan Sumbersari pembuangan
limbah

rumah

tangga

mayoritas

diangkut

truck

Dinas

Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang.


Dari hasil wawancara dengan Ketua PKK mengatakan bahwa
sudah ada pemisahan untuk sampah yang bisa di daur ulang dan
pengumpulan sampah ini dilakukan setiap hari sabtu dan
minggu.

4. Pembuangan sampah Rumah Tangga


Pembuangan sampah rumah tangga di RW I kelurahan
Sumbersari telah terorganisir terbukti dengan adanya petugas
yang mengambil sampah setiap pagi, kemudian diangkut truck
Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Selain itu juga setiap warga
diwajibkan membayar iyuran sampah 7.000 20.000 setiap
bulan.

5. Komunikasi
Bahasa yang di gunakan di RW I kelurahan Sumbersari
mayoritas bahasa indonesia dan jawa. Alat komunikasi yang di
gunakan antar warga adalah HP dan speaker masjid sebagai

media pemberitahuan

jika ada berita duka, tahlilan dan rapat

(musyawarah warga).
Dari hasil wawancara dengan ketua RW dan Kader PKK
mengatakan

bahwa

informasi

untuk

warga

biasanya

disampaikan ketika ada perkumpulan dengan warga seperti


tahlilan dan PKK.
b. Rekreasi

Untuk hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan bahwa


sebagian besar penduduk RW I Kelurahan Sumbersari pergi
untuk rekreasi 1 kali dalam sebulan sebesar 37% , 2 - 3 kali
sebulan sebesar 17 %, Jarang rekreasi 46 %, tidak pernah
rekreasi sebesar 4%.

c. Transportasi

Analisa :

Untuk hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan bahwa


sebagian

besar

penduduk

RW

kelurahan

Sumbersari

menggunakan sepeda motor dalam bepergian sebesar 74 %,


menggunakan mobil 9 %, angkutan umum 13%, dan terbanyak
kedua jalan kaki sebesar 4 %.
d. Politik Dan Keamanan
1. Asuransi kesehatan

Analisa :
Untuk hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan bahwa
sebagian

besar

penduduk

RW

Ikelurahan

Sumbersari

menggunakan pembayaran menggunakan BPJS sebesar 56 %


dan yang lain tidak memiliki asuransi kesehatan sebesar 41 %.

2. Keamanan
Untuk keamanan di RW I Sumbersari sudah cukup aman
terbukti dengan adanya pos ronda atau pos kamling di sebagian
RT.

e. Ekonomi
1. Pendapatan

Analisa
Untuk hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan bahwa
mayoritas pendapatan keluarga adalah > 2 juta sebesar 53 %
dan sebagian kecil memiliki pendapatan keluarga > 1 juta
sebesar 11 %.
Dari hasil wawancara dengan ketua RW mengatakan bahwa
ada sebagian warga yang hanya mengandalkan usaha kost
kostan sebagai sumber pendapatannya.
f. Lain-lain
1. Posyandu Lansia
Posyandu RW 01 terletak di

daerah

Sumbersari,

Malang. RW 01 sendiri memiliki 12 RT, dan saat ini posyandu


lansia berada dilingkungan RT 12. Menurut hasil wawancana
dengan kader

posyandu lansia RW 01,diketahui bahwa

didapatkan hanya beberapa lansia yang mengikuti aktif di


posyandu lansia. Dari 618 total lansia, hanya sekitar 60-70
orang yang mengikuti posyandu lansia yang dilaksanakan
pada minggu terakhir di akhir bulan. Kurangnya kesadaran
akan posyandu lansia membuat lansia kurang Untuk penyakit
yang sering terjadi pada lansia di RW 01 yaitu hipertensi, ada
beberapa data yang didapatkan dari Kader Posyandu Lansia
setempat dalam beberapa bulan terakhir hipertensi juga
menyerang pra lansia.
Menurut hasil wawancara dengan Ny.A posyandu lansia
RW 01, penyakit yang paling sering terjadi dilingkungan
komunitas lansia RW 01 adalah penyakit hipertensi dan linulinu. Menurut hasil survey didapatkan data penyakit yang
sering

dikeluhkan,

tentang

riwayat

penyakit

dan

hasil

pengukuran kesehatan yang abnormal, dapat dilihat pada


tabel dan grafik dibawah ini.

Analisa :
Hasil survei angket dari 46 sampel lansia didapatkan
data :sebanyak 17 lansia memiliki riwayat penyakithipertensi,
12 lansia memiliki riwayat penyakit asam urat, 8lansia
memiliki riwayat penyakit kolesterol, 5 lansia memiliki
riwayat penyakit diabetes, 2 lansia memiliki riwayat jantung,
dan 2 lansia memiliki riwayat stroke.
Keluhan Yang Sering Dirasakan Lansia :

Analisa :
Hasil survei angket dari 46 sampel lansia didapatkandata :
keluhan terbanyak lansia di wilayah RW 01 Sumbersari
adalah nyeri sendi yaitu sebanyak 17 lansia, urutan kedua
keluhan terbanyak adalah pusing sebanyak 8 lansia.
2. Posyandu Balita
Dari hasil pengumpulan data, hampir seluruh balita
datang ke posyandu dikelurahan Sumbersari RW I, dengan

usia 0-23 bulan (50 balita) dan usia 24-59 bulan (127 balita).
Sampel yang digunakan untuk praktek komunitas pada balita
di RW I Sumbersari ini adalah 46 balita, yang disebar dari RT
01 RT 12.
Dari hasil wawancara dan angket dari 46 bayi dan balita
secara acak di dapatkan balita yang mendapatkan asi
eksklusif

dengan

prosentase

1%

(1

balita)

balita

mendapatkan ASI eksklusif sedangkan sisanya 99% (45


balita) tidak mendapatkan ASI eksklusif kurang dari 6 bulan,
karena kesibukan ibu bekerja sehingga balita sering di asuh
oleh nenek atau bibi.
Dari hasil wawancara dan angket didapatkan ibu yang
tidak tahu bagaimana cara memerah dan menyimpan ASI ada
32 ibu (69%) dan sisanya sejumlah 14 ibu (31%) menyatakan
sudah tahu bagaimana cara memerah dan menyimpan ASI
akan tetapi masih belum di terapkan, karena kesibukan ibu.
46 balita sudah mendapatkan imunisasi lengkap.
Dari 177 jumlah balita yang terdaftar di posyandu Dewi
Sartika Balita, jumlah balita yang mengalami gizi kurang
terdapat 10 balita (6%) dan sisanya 167 balita (94%)
mempunyai gizi normal. Dari 177 jumlah balita yang terdaftar
di Posyandu Dewi Sartika Balita, jumlah ibu yang datang ke
Posyandu balita untuk membawa anaknya untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan tidak sejumlah yang terdaftar.
3. Resiko tinggi
RIWAYAT
Dari data wawancara dan angket, didapatkan data sebagai
berikut : Sampel jumlah penduduk yang digunakan dalam
peneliti 46 KK RT 2, RT 4 dan RT 5 memiliki riwayat penyakit
Chikungunya. Di lingkungan RW 01 juga mempunyai riwayat
DBD, khususnya di RT 8 dan RT 12.
Terdapat 177 balita di RW 01, dari hasil kuesioner yang
diberikan pada keluarga 46 balita, didapatkan hasil bahwa 10
balita yg mengalami gizi kurang. Dari hasil wawancara key
informant dengan kepala posyandu didapatkan bahwa populasi

ibu hamil di RW 01 sebanyak 10 orang. Sedangkan sampel yang


digunakan sebanyak 5 orang.
DEMOGRAFI
RW 01 terdiri dari 12 RT . RT 01 terdiri dari 35 KK, RT 02
terdiri dari 56 KK, RT 3 terdiri dari 30 KK, RT 04 terdiri dari 33
KK, RT 05 terdiri dari 48 KK, RT 06 terdiri dari 44 KK, RT 07
terdiri dari 40 KK, RT 08 terdiri dari 52 KK, RT 09 terdiri dari 79
KK, RT 10 terdiri dari 47 KK, RT 11 terdiri dari 35 KK dan RT 12
terdiri dari 50 KK. Untuk kelompok RESIKO TINGGI terdapat di
setiap RT dengan tingkat resiko yang berbeda-beda. Rentang
umur ibu hamil 25-30 sebanyak 2 orang, dan > 35 tahun
sebanyak 8 orang.

ANALISA DATA

NO
1.

ANALISA DATA

ETIOLOGI

Data Subyektif :
Dari 10 orang

yang

diwawancarai terdapat
6 orang yang masih
merokok

ketika

mempunyai balita dan


semuanya

tahu

mengenai

bahaya

Terserang

Infeksi

Penyakit

Gangguan
Saluran
Pernapasan
Atas
Kurangnya
dan

adalah

berhenti

lingkungan

padat penduduk.
Dari hasil pengkajian

pengetahuan
masyarakat
mengenai
bahaya
merokok
terhadap

yang dilakukan

lingkungan

didapatkan bahwa

sekitar

rumah penduduk RW
01 Sumbersari banyak
warganya yang
merokok.
Di Rw 01 banyak
terdapat balita yang
sedang mengalami

terjadinya

mengatakan

merokok.
Data Obyektif :
Di lingkungan RW 01

Resiko

kesadaran

untuk

Resiko

merokok tetapi mereka


susah

sakit batuk pilek.


Dari hasil pengkajian
yang dilakukan
didapatkan bahwa
masih banyak warga
yang merokok ketika
mempunyai balita.

MASALAH

Dari hasil pengkajian


yang dilakukan
didapatkan bahwa
sebagian besar
penduduk RW I
kelurahan Sumbersari
mempunyai riwayat
penyakit terbanyak
Batuk dan Pilek

sebesar 43 %.
2.Data Subyektif :

Hasil wawancara key


informent

dengan

Berdarah dan

mengatakan bahwa di

Sumbersari.
Kurang

RT 5 memiliki riwayat

pemahaman

berulang

Cikungunya.
Dari hasil wawancara

warga

dengan

penyakit

RW

ketua

RT

pernah

dilakukan fogging.
Dari hasil wawancara
dengan

kader

PKK

bahwa ada warga RT 8


dan 12 yang terkena

jentik nyamuk terjadinya


penyakit Demam

mengatakan

Resiko

di RW 1

ketua

Terdapatnya

DBD.
Dari hasil wawancara
dengan warga RT 4, 2
dan

12

tidak

membuat

bisa

perangkap

jentik nyamuk.
Data Obyektif :
Dari
laporan
pemantauan
oleh

kader

jentik
jumanti

UPT puskesmas dinoyo

mengenai
demam
berdarah dan
pemutusan
rantai
perkembangb
iakan telur
nyamuk

Chikungunya

tahun 2014 didapatkan


hasil

bahwa

indek

yaitu

93%

jentik

(minimal 95%).
Dari hasil observasi ke
beberapa rumah masih
banyak

penampungan

air yang tidak tertutup


sehingga

berpotensi

menjadi sarang jentik.


3.Data Subyektif :
Kurangnya
Dari hasil wawancara kesadaran
dengan
kader masyarakat
posyandu mengatakan tentang
bahwa banyak balita pencegahan
dan lansia yang tidak penyakit
aktif
berpartisipasi

saat posyandu.
Dari hasil wawancara
dengan

beberapa

lansia

mereka

mengatakan
mengikuti
karena
keluhan

tidak
posyandu

tidak

ada

mempunyai

keluhan dan sebagian

mengatakan malas.
Dari hasil wawancara
dengan beberapa ibu
balita
mengatakan
mengikuti

mereka
tidak
posyandu

karena sibuk bekerja


dan
mengatakan

sebagian
bahwa

anaknya sedang tidur.

Resiko tinggi
terserang
penyakit

Data Obyektif :
Masih

kurangnya

kesadaran warga RW
01

Kelurahan

Sumbersari
adanya

dengan
posyandu

lansia dan balita.


Dari total jumlah lansia
618

tetapi

jumlah

kunjungan

setiap

posyandu lansia hanya


berkisar antara 60 70

lansia.
Dari hasil pengkajian
yang

dilakukan

didapatkan

bahwa

sebagian

besar

penduduk

RW

Kelurahan Sumbersari
mempunyai
penyakit

riwayat

Batuk

pilek

sebesar 43 %

Prioritas Diagnosa
1. Resiko terjadinya Gangguan Saluran Pernapasan berhubungan
dengan

Kurangnya

kesadaran

dan

pengetahuan

masyarakat

mengenai bahaya merokok terhadap lingkungan sekitar


2. Resiko terjadinya penyakit Demam Berdarah dan Chikungunya
berulang nyamuk berhubungan dengan Kurang pemahaman warga

mengenai

penyakit

demam

berdarah

dan

pemutusan

rantai

perkembangbiakan telur dan Terdapatnya jentik nyamuk di RW 1


Sumbersari.
3. Resiko tinggi terserang penyakit berhububngan dengan Kurangnya
kesadaran masyarakat tentang pencegahan penyakit.

N
o
1.

Masalah

Tujuan

Resiko

Setelah

terjadinya

Rencana Kegiatan

Sasaran

Tempat

1. Memberikan

Wargadi

dilakukan

informasi

kelurahan

Gangguan

tindakan

(penyuluhan)

Sumbersar Kelurahan

Saluran

keperawatan

tentang tentang

Pernapasan

komunitas

bahaya rokok

berhubungan

diharapkan

dengan

klien mampu

Kurangnya

menunjukkan :
1. Warga

kesadaran
dan
pengetahuan
masyarakat
mengenai
bahaya
merokok
terhadap
lingkungan
sekitar

mengerti dan
paham
tentang
bahaya rokok
bagi
kesehatan
2. Warga dapat

terhadap kesehatan
2. Memberikaninform
asitentangpembuan
gan/septitankkomun
aldarinarasumber
yang terpercaya
3. Menyediakan waktu
bagi masyarakat
untuk menanyakan
beberapa
pertanyaan dan

mengurangi

mendiskusikan

konsumsi

permasalahan.

rokok 1
batang

i RW 01

Waktu

Dana

PJ

Di Balai

Jumat,

Rp.250.0

Tim

RW 01

20Febru

00

Komunita

Sumbersari
Kecamatan
Lowokwaru

ari 2015
Pukul:
19.00
WIB

s
Program
Profesi
Ners

Kota

UMM

Malang

angkatan
IX Tahun
3014````
`````````
`````````
`````````
2015

perhari.

2.

Resiko tinggi

Setelah

1. Memberikan

Wargadi

terserang
penyakit

dilakukan

informasi

kelurahan

tindakan

(penyuluhan)

Sumbersar Kelurahan

keperawatan

tentang pentingnya

komunitas

datang atau

diharapkan
klien mampu
menunjukkan :
1. Warga

mengikuti kegiatan
dari Posyandu
2. Menyediakan waktu
bagi masyarakat

mengerti dan

untuk menanyakan

paham

beberapa

bahwa

pertanyaan dan

betapa

mendiskusikan

pentingnya

permasalahan.

menjaga
kesehatan
dengan cara
keposyandu
untuk

i RW 01

Di Balai

Jumat,

Rp.

Tim

RW 01

20Febru

100.000

Komunita

Sumbersari
Kecamatan
Lowokwaru

ari 2015
Pukul:
19.00
WIB

s
Program
Profesi
Ners

Kota

UMM

Malang

angkatan
VIII
Tahun
20132014

melakukan
pemeriksaan
kesehatan
rutin
2. Warga
paham dan
mengerti
bahwa
semua punya
hak untuk
datang
keposyandu
untuk
memeriksa
kesehatan
atau
perkembang
ananak

3.

Kurang

Setelah

1. Memberikan

Wargadi

pengetahuan

dilakukan

informasi

kelurahan

warga

tindakan

(penyuluhan)

Sumbersar akelurahan

mengenai

keperawatan

tentang penyakit

penyakit

komunitas

demam berdarah

demam

diharapkan

beserta tanda dan

berdarah dan

klien mampu

pemutusan

menunjukkan :

rantai

1. Memahami

perkembang

konsep

biakan telur

Penyakit

nyamuk

demam
berdarah
(DB)
2. Memahami
tentang
konsep
pemberantas
an
perkembang
biakan telur
nyamuk

gejalanya.
2. Memberikan demo
tentang
pembuatan
OVITRAP sebagai
sarana perangkap
telur nyamuk.

i RW 01

Di

Minggu,

Rp.

Tim

rumahwarg

22

100.000

Komunita

Februari

Sumbersari

2015

Program

RW 01

Pukul

Profesi

19.00

Ners

WIB

UMM
angkatan
XI tahun
20142015

dengan
metode
ovitrap.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


No
1

Hari/tgl/jam
Kamis,
26
Februari 2015
18.00 WIB

Implementasi
Mengadakan
penyuluhan S =
kesehatan
merokok

tentang

bahaya

Evaluasi

Warga mengatakan sangat tertarik dengan


penyuluhan
Warga
mengatakan

menyadari

tentang

perilaku PHBS di RW tersebut memang masih


kurang
O=
Peserta

terlihat antusias

penyuluhan

mengikuti acara

Peserta melakukan feed back yang positif


terhadap materi yang diberikan
Peserta mengajukan beberapa pertanyaan
A=
Masalah teratasi sebagian
P=
Mengevaluasi

kembali

semua

kebiasaan

merokok warga RW I
2

7, 8 & 22 februari

Penyuluhan

2015

cikungunya,

16.00 WIB

kesehatan
DBD

dan

tentang S =
demo

Ibu PKK mengatakan senang dengan adanya

pembuatan Ovitrap di RT 2,4 &


12

penyuluhan
baru.
Ibu PKK

dapat
dapat

memberikan
menyebutkan

informasi
perbedaan

penyakit DBD dan Cikungunya


O=
Ibu

PKK

mampu

mendemokanpembuatan

Ovitrap
Ketika pemateri menyampaikan penyuluhan,
ibu PKK memperhatikan dengan baik dan

sangat antusias.
Ketika pemateri

memberikan

pertanyaan,

warga dapat menjawab dengan benar


A=
Masalah teratasi.
P=
Lanjutkan intervensi dengan penyuluhan di
tempat yang lain.

SATUAN ACARA PENYULUHAN


BAHAYA ROKOK
I. IDENTIFIKASI MASALAH
Merokok merupakan kebiasaan buruk yang banyak sekali akibat
buruknya bagi tubuh perokok maupun orang yang berada disekitar
perokok

(perokok

pasif)

yang

menjadi

masalah

kesehatan

dimasyarakat sampai saat ini.dengan persepsi oleh perokok yang


bermacam-macam padahal telah jelas akibat bagi organ-organ tubuh
seperti jalan pernafasan, paru, jantung, ginjal dan mata.
Pengetahuan masyarakat yang kurang akan bahaya merokok
berpengaruh terhadap tingkat kebiasaan merokok pada masyarakat
yang cukup tinggi.
II. PENGANTAR
Bidang Studi : Penyuluhan Komunitas
Topik

: Merokok

Subtopik

Bahaya

Merokok

bagi

kesehatan

dan

Lingkungan
Sasaran

: Warga

Jam

Hari/Tanggal :
Waktu

: 20 menit

Tempat

III.

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama

20 menit,

diharapkan . dapat mengerti tentang bahaya kebiasaan merokok.


IV.TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah

mengikuti

kegiatan

penyuluhan

selama

diharapkan Sdr.W akan dapat menjelaskan tentang:


1. Pengertian merokok
2. Zat-zat yang terkandung dalam rokok

20

menit,

3. Bahaya merokok
4. Cara mengurangi efek jelek dari rokok
5. Alasan menghindari merokok
6. Cara mencegah merokok
7. Kiat-kiat berhenti merokok
8. Pengaruh rokok terhadap lingkungan
V. MATERI
Terlampir
VI.

MEDIA

1. Materi SAP
2. Leaflet
VI.

METODE

1. Penyuluhan
2. Tanya jawab
VII.
No
1.

KEGIATAN PEMBELAJARAN

Waktu
2 menit

Kegiatan Penyuluhan
Pembukaan :
Memberi salam

Menjawab salam

2. Menjelaskan tujuan penyuluhan

Mendengarkan

3.
2.

Kegiatan Peserta

Menyebutkan

materi/pokokmemperhatikan

bahasan yang akan disampaikan


Pelaksanaan :

11 menit

Menjelaskan

materi

Menyimak

penyuluhanmemperhatikan

secara berurutan dan teratur.


Materi :
1.

Pengertian merokok

2.

Zat-zat yang terkandung dalam


rokok

3.

Bahaya merokok

4.

Cara mengurangi efek jelek dari


rokok

dan

dan

5.

Alasan menghindarii merokok

6.

Cara mencegah merokok

7.

Kiat-kiat berhenti merokok

8.

pengaruh

rokok

terhadap

lingkungan

3.

5 menit

Evaluasi

Menyimak

-Menyimpulkan inti penyuluhan

mendengarkan

-Menyampaikan

secara

dan

singkat

materi penyuluhan
-membiri

kesempastan

kepada

responden untuk bertanya


-memberi

kesempatan

responden
4.

untuk

kepada
menjawab

pertantanyaan yang dilontarkan


Penutup

2 menit

Menjawab salam

-menyimpulkan materi yang telah


disampaikan
-menyampaikan terima kasih atas
perhatian dan waktu yanga telah
dibarikan kepada peserta
-Mengucapkan salam

VIII. Evaluasi
Metode Evaluasi : Diskusi dan Tanya jawab
XI.

LAMPIRAN MATERI

A. Pengertian Merokok
Merokok

adalah

menghisap

gangguan pada organ tubuh.

zat-zat

yang

dapat

menimbulkan

B. Zat-zat yang terkandung dalam rokok


1. Nikotin
Nikotin itu sendiri apabila diisap akan merangsang keluarnya
hormone adrenalin dan horman non adrenalin, yaitu hormon yang
mengakibatkan

naiknya

frekuensi

denyut

jantung

dengan

sendirinya akan menaikkan kebutuhan energi.


C. Bahaya yang ditimbulkan akibat merokok
1. Rambut rontok
Rokok memperlemah system kekebalan sehingga tubuh lebih
rentan terhadap penyakit yang menyebabkan rambut rontok,
sariawan mulut ,dll.
2. Katarak
Merokok dipercaya dapat memperburuk kondisis mata yaitu
memutihnya lensa mata yang menghalangi masuknya cahaya dan
menyebabkan kebutaan, 40 % lebih terjadi pada perokok. Rokok
dapat menyebabkan katarak dengan 2 cara, yaitu cara mengiritasi
mata dan dengan terlepasnya zat-zat kimia dalam paru yang oleh
aliran darah dibawa sampai ke mata. Merokok dapat juga
dihubungkan dengan degrasi muscular yang berhubungan dengan
usia tua yaitu penyakit mata yang tak

tersembuhkan yang

disebabkan oleh memburuknya bagian pusat retina yang disebut


Mucula.

Mucula

ini

berfungsi

untuk

memfokuskan

pusat

penglihatan di dalam mata dan mengontrol kemampuan membaca,


mengendarai mobil, mengenal wajah dan warna dan melihat objek
secara detail.
3. Kulit keriput
Merokok dapat menyebabkan penuaan dini pada kulit karena
rusaknya protein yang berguna untuk menjaga elastisitas kulit,
terkikisnya vitamin A, terhambatnya aliran darah. Kulit perokok
menjadi kering dan keriput terutama disekitar bibir dan mata.
4. Hilangnya pendengaran
Karena tembakau dapat menyebabkan timbulnya endapan pada
dinding pembuluh darah sehingga menghambat laju aliran darah
ke dalam telinga bagian dalam . perokok dapat kehilangan

pendengaran lebih awal dari pada orang yang tidak merokok atau
lebih mudah kehilangan pendengaran karena infeksi telinga atau
suara yang keras. Resiko untuk terkena infeksi telinga bagian
tengah yang dapt megarah kepada kompliksi yang lebih jauh
disebut Meningitis dan Paralysis wajah bagi perokok 3 kali lebih
besar dari pada orang yang tidak merokok.
5. Kanker kulit
Merokok tidak menyebabkan melanoma ( sejenis kanker kulit
yang kadang-kadang menyebabkan kematian ) tetapi merokok
mengakibatkan

meningkatnya kemungkinan kematian akibat

penyakit tersebut. Ditengarai bahwa perokok berisiko menderita


Custaneus

Scuamus

Cell

Cancer

sejenis

kanker

yang

meninggalkan bercak merah pada kulit 2 kali lebih besar


dibandingkan dengan non perokok

6. Caries
Roko

mempengaruhi

keseimbangan

kimiawi

dalam

mulut

membentuk plak yang berlebihan, membuat gigi menjadi kuning


dan terjadinya caries, perokok berisiko kehilangan gigi mereka
1,5 kali lipat.
7. Enfisema
Selain kanker paru, merokok dapat menyebabkan enfisema yaitu
pelebaran dan rusaknya kantong udara pada paru-paru yang
menurunkan

kapasitas

melepaskan

CO

2.

paru
Pada

untuk
kasus

menghisap
yang

parah

oksigen

dan

dugunakan

Tracheotomy untuk membantu pernafasan pasien. Ibarat suatu


asyatn untuk lubang ventilasi pada tenggorokan sebagai jalan
masuk udara ke dalam paru-paru. Pada kasus Bronkhitis kronis
terjadi penumpukan muncus sehingga mengakibatkan batuk yang
terasa nyeri dan kesulitan bernafas.
8. Kerusakan paru
Selain kanker paru dan jantung merokok dapat pula menyebabkan
batuk. Dikarenakan rusaknya kantung udara pada paru yang
menurunkan kapasitas paru dan oksigen untuk melepas O2. bila

keadaan ini belanjut akan terjadi penumpukan lender sehingga


mengakibatkan batuk yang tersa nyeri dan kesulitan bernafas.
9. Berisiko tinggi terkena kanker paru-paru dan jantung
Satu diantara tiga kematian di dunia disebabkan oleh penyakit
jantung. Pemakaian tembakau adalah salah satu factor resiko
terbesar untuk penyakit ini. Telah ditetapkan bahwa asap rokok
mengandung lebih dari 40 macam zat racun. Kemungkinan
timbulnya kanker paru dan jantung pada perokok 22 kali lebih
besar dariyang tidak merokok.
10.

Osteoporosis
Karbon monoksida (CO) yaitu zat kimia beracun yang banyak
terdapat pada gas buangan mobil,dan asap rokok lebihmudah
terikat pada darah dari pada oksigen sehingga kemampuan darah
untuk mengangkat oksigen turun 15% pada perokok. Akibatnya
tulang pada perokok kehilangan densitasnya menjadi lebih mudah
patah atau retak dan penyembuhannya 805 lebih lama. Perokok
jiga menjadi lebih rentan terhadap masalah tulang punggung.
Perokok juga menjadi lebih retan terhadap masalah tulang
punggung. Sebuah studi menunjukkan bahwa buruh pabrik yang
merokok 5 kali lebih banyak mengalami nyeri punggung setelah
terjadi trauma.

11. Penyakit jantung


Satu diantara tiga kematian di dunia diakibatkan oleh penyakit
kardiovaskuler. Pemakaian tembakau adalah salah satu factor
resiko terbesar untuk penyakit ini. Di Negara yang sedang
berkembang penyakit membunuh lebih dari satu juta orang setiap
tahun. Penyakit kardiovaskuler yang menyangkut pemakaian
tembakau di Negara-negara maju membunuh lebih dari 600.000
orang setiap tahun. Rokok menyebabkan jantung berdenyut lebih
cepat, menaikkkan tekanan darah dan meningkatkan resiko
terjadinya hipertensi dan penyumbatan arteri yang akhirnya
menyebabkan serangan jantung dan stroke.
12. Tukak lambung
Konsumsi tembakau menurunkan resistensi terhadap bakteri yang
menyebabkan tukak lambung juga meminimalisasi kemampuan

lambung

untu

menetralkan

asam

lambung

setelah

makan

sehingga sisa asam akan mengerogoti dinding lambung. Tukak


lambung yang diderita para perokok lebih sulit dirawat dan
disembuhkan.
13. Diskolori jari-jari
Tar yang terdapat pada asap rokok terakumulasi pada jari-jari dan
kuku yang meninggalkan warna coklat kekuningan.
14. Kanker uterus
Selain meningkatkan resiko kanker serviks dan uterus rokok
meneyebabkan timbulnya masalah kezsuburan pada wanita dan
berbagai komplikasi selama masa kehamilan dan kelahiran bayi.
Merokok selama masa kehamilan meningkatkan resiko kelahiran
bayi dengan BBLR dan masalah kesehatan sesudahnya. Kegagalan
hamil atau abortus terjadi 2-3 kali lebih besar pada wanita
perokok. Angka yang sama berlaku juga untuk kelahiran atau
kematian karena kekurangan oksigen pada janin dan plasenta
yang menjadi abnormal karena tercemar oleh Karbon Monoksida
dan Nikotin dalam asap rokok. Sindrom kematian bayi mendadak
(Sudden Infant Death) juga dihubungkan dengan pemakaian
tembakau. Tambahan pula, rokok dapat menurunkan kadar
estrogen yang menyebabkan terjadinya menopause dini.
15. Kerusakan sperma
Rokok dapat menyebabkan deformasi pada sperma dan kerusakan
pada DNAnya sehiungga mengakibatkan aborsi. Beberapa studi
menemukan bahwa pria yang merokok meningkatkan resiko
menjadi ayah dari anak yang berbakat kanker. Rokok juga
memperkecil jumlah sperma dan infertilitas banyak terjadi pada
perokok.
16. Penyakit Buerger
Terjadinya inflamasi pada arteri, vena, dan saraf terutama di kaki,
yang

mengakibatkan

terhambatnya

aliran

darah.

Dan

jika

dibiarkan tanpa perawatan akan mengarah ke gangrene (matinya


jaringan tubuh) sehingga pasien perlu diamputasi.
D. Cara mengurangi efek jelek dari rokok

1. Kurangi jumlah rokok yang diisap perharinya


2. Jangan menghisap asap dalam-dalam
3. Tinggalkan puntung rokok sejauh mungkin (jangan menghisap
sampai habis)
4. Melepaskan rokok dari bibir diantara tiap sedotan
5. Memakai rokok yang berfilter, pipa atau cerutu.
E. Alasan harus menghindari rokok
1. Melemahkan pikiran, ketagihan, cemas dan gelisah
2. Kita akan mempunyai kebugaran dan penampilan yang segar
3. Akan menghemat uang
4. Asap rokok akan merusak kesehatan keluarga dan lingkungan
5. Tidak menambah polusi alam dan turut memelihara kesehatan
lingkungan dengan udara bersih.
F. Cara mencegah merokok
1. Agar dibuat peta merokok selama 20 jam
2. Setiap merokok agar ditulis waktu dan apa yang dilakukan pada
saat itu. Hal ini agar dilakukan setiap merokok dalam satu hari.
3. Peta dan situasi ketika merokok agar dicatat dan dipelajari
4. Untuk menghitung jumlah rokok setiap hari agar dicatat pada
setiap dimana kita menikmati
5. Merubah

situasi

merokok.

Apakah

merokok

ketika

jenuh,

konsentrasi penuh, istirahat, minum dengan teman, dan sesudah


makan?
6. Sekarang perlu dipertimbangkan untuk melakukan kegiatan lain
pada situasi tersebut diatas untuk merubah kebiasaan merokok
pada saat itu
7. Apabila jenuh, tanganipekerjaan yang sudah lama tertunda
8. Apabila konsentrasi, kunyah sebatang wortel atau apel
9. Luangkan lebih bannyak waktu dengan orang yang tidak merokok
dan mendiskusikan masalah menarik yang sedang terjadi
10.
makan, jalan-jalan atau membaca buku.

Setelah

G. Kiat-kiat berhenti merokok


1. Tidak membeli rokok
2. Melakukan hobi yang menyenangkan setiap kali teringat atau
merokok
3. Meminta

keluarga

atau

teman

yang

tidak

merokok

untuk

mengingatkan agar tidak merokok setiap kali kita akan mulai


merokok.
4. Setiap ada perasaan ingin merokok agar ditunggu 10 menit, tarik
nafas dalam-dalam atau genggam kepalan tangan erat-erat dan
coba untuk santai, dorongan merokok akan hilang.
H. Pengaruh rokok terhadap lingkungan
Sekarang ini kebanyakan perokok tahu bahwa merokok dapat
menyebabkan beberapa penyakit yang berbahaya. Namun mereka
biasanya masa bodoh terhadap hal itu dan menganggap merokok
adalah urusan pribadi mereka, tetapi sebenarnya erokok bukan
merupakan urusan pribadi.
Asap tembakau bukan hanya berpengaruh pada perokok, tetapi
juga mengotori udara sekitar. Orang-orang yang tidak merokok yang
kebetulan di sekitar orang yang merokok

terpaksa harus bersedia

bernafas dan menghisap udara yang penuh dikotori oleh asap


rokoknya para perokok.
Disamping perokok dikenal juga orany yang bukan perokok,
tetapi yang menghirup udara yang tercemar asap rokok. Keadaan ini
biasanya terjadi di ruang-ruang umum tertutup seperti di bus, ruang
kantor dan lain-lain. Seorang yang bukan perokok, tetapi yang ikut
k\mengkonsumsi rokok beserta zat-zat yang terkandung di dalamnya
disebut perokok pasif.
Perlu diketahui bahwa asap yang dihasilkan rokok ditambah
dengan udara luar, mengandung zat kimia yang lebih tinggi daripada
asap yang dihirup oleh perokok sendiri.
Yang lebih peka dan beresiko terhadap asap rokok yakniperokok
pasif terutama bayi dan anak-anak. Mereka dapat menderita asma dan

penyakit paru-paru. Orang dengan kadar Hb rendah dan orang yang


sedang menderita penyakit kardiovaskuler.

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Pokok Bahasan
Hari / Tanggal

: Penyakit Akibat Lingkungan (DBD)


/Jam

Tempat

: Sabtu 7 Februari 2015, 15.30 WIB


: Rumah bu Mutom RW 01 Sumbersari RT 04

Sasaran

: Ibu PKK RT 04 Sumbersari

Waktu

: 30 menit

1. Tujuan Umum
Masyarakat dapat mengetahui tentang

Penyakit Akibat Lingkungan

(DBD).
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penjelasan tentang penyakit akibat lingkungan,
masyarakat mampu mengerti tentang:
DBD
3. Metode
Ceramah dan tanya jawab
Alat Bantu
Leafleat
LCD

Pembagian bubuk Abate


4. Rancangan Pelaksanaan
Stuktur Organisasi dan Pembagian Tugas
Penyaji

: Anindya Umami & Mohammad Rizqoni.

Fasilitator

: Sri Ayuni L.

Dokumentasi

: Andri Suhartono

Alokasi Waktu : 30 menit


Denah

Penyaji
Materi

Keterangan:
= Peserta
= Penyaji
= Fasilitator
= Observer
Proses Penyuluhan
N
o
1

Fase
Orientasi

Kerja

Kegiatan Petugas
Penyuluhan
1. Memperkenalkan
diri
2. Menentukan
kontrak waktu
3. Pemateri
memberikan salam
pembuka

4. Pemateri

menjelaskan materi
tentang:

DBD
5. Pemateri
memberikan
kesempatan
kepada

ibu-ibu

untuk mengajukan

Kegiatan
Peserta
Menjawab
salam
Mendengarka
n
Memperhatik
an
Memperhatik
an
Memperhatik
an
Bertanya hal
yang kurang
dipahami

Waktu
2 menit

20 menit

Evaluasi

Terminasi

pertanyaan
6. Pemateri
Menjawab
memberikan
secara
pertanyaan tentang
mandiri
materi yang
diberikan.
7. Memotivasi dan
memberikan
reinforcement
positif atas usaha
yang telah
dilakukan
8. Pembagian bubuk
Mendengark
abate
an
9. Pemateri
Menjawab
menyimpulkan
salam
kembali penjelasan
yang telah
diberikan.
10. Mengucapkan
terima kasih dan
memberikan salam
penutup

5 menit

3 menit

5. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Kesiapan media meliputi:

Leafleat, LCD dan materi


Kontrak waktu
Penentuan tempat
Setiap anggota sudah

menjalankan

dengan

baik,

namun

dilaksanakan kurang maksimal karena kurangnya mahasiswa.


Sebagian mahasiswa memberikan implementasi di tempat yang
berbeda dalam waktu yang bersamaan.
2. Evaluasi Proses

Ibu-ibu hadir tepat waktu


Kegiatan penyuluhan berjalan tertib
Ibu-ibu memperhatikan penjelasan perawat
Ibu mengajukan pertanyaan
Proses penyuluhan yang telah kami lakukan mengalami beberapa
kendala yaitu kurangnya mahasiswa.

Respon peserta sangat baik dan antusias dibuktikan dengan ibuibu balita mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan yang
diberikan. Dan memberi umpan balik yang positif.
3. Evalusi Hasil
Ibu balita mengerti terhadap penjelasan yang diberikan
Ibu balita mampu menjawab pertanyaan dengan benar
4. Daftar Pertanyaan:
1. Bagaimana cara mengatasi atau mengurangi rasa nyilu-nilu pada
lengan dan kaki?
2. Apakah nyamuk dapat hidup dan berkembang biak di tanaman?
3. Mengapa penyakit yang muncul berbeda yaitu demam berdarah
dan chikungunya sedangkan nyamuk yang menggigit itu sama?
4. Bagaimana cara penggunaan bubuk abate yang benar?

Lampiran Materi Demam Berdarah


DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)
1. DEFINISI
Istilah Dengue Haemoragic Fever (DHF) disebut juga Demam
Berdarah Dengue (DBD). Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh Virus dengue ( arbovirus ) yang masuk
ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (Suriadi, 2006).

Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai
dengan demam, nyeri otot dan sendi.
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut
yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang
berpotensial mengakibatkan syok yang dapat menyebabkan kematian
(Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).
2. ETIOLOGI
Factor penyebab penyakit DHF yaitu :
1. Virus dengue
Berdiameter 40 monometer dapat berkembang biak dengan baik pada
berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel sel
mamalia, maupun sel sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.
(Soedarto, 1990; 36).
2. Vektor : nyamuk aedes aegypti
Yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polyne
siensis, infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi
seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &
Suprohaita; 2000; 420).
Ciri-ciri nyamuk ini yaitu :
Nyamuk berwarna hitam dengan belang putih pada seluruh tubuh.
Mampu terbang sejauh 100 meter.
Aktif menggigit pada pagi dan sore hari.
Tempat

hinggap

tergantung

yang

seperti

disenangi

pakaian,

adalah

kelambu

atau

benda-

benda

yang

tumbuhan-tumbuhan

didekat tempat berkembangbiaknya. Biasanya di tempat yang agak


gelap dan lembab.
Jentik-jentik selalu bergerak aktif dalam air dari bawah ke atas
permukaan air secara berulang-ulang
a.

Aedes albopictus

b.

Aedes aegypti

Perbedaannya terletak jelas warna putih yang terdapat pada skutum,


dimana pada nyamuk Aedes aegypti terdapat warna putih keperakan
berupa garis melengkung pada kedua sisi skutumnya sedangkan pada
Aedes albopictus warna keperakan terdapat di bagian tengah skutum (Yap
& Chong 1995). Nyamuk jantan Aedes mempunyai antena yang memilki
banyak bulu sehingga disebut antena plumose, sedangkan antena nyamuk
betina memilk sedikit bulu yang disebut antena pilose (Christophers 1960).
Kepala Aedes agak membulat, hampir seluruhnya diliputi oleh sepasang
mata majemuk.
Siklus hidup nyamuk aedes ini yaitu:

Nyamuk Aedes aegypti memilki siklus hidup yang sama dengan


seragga lainnya. Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti terdiri dari telur larva,
pupa dan nyamuk dewasa.
1. Telur
Telur Aedes aegypti berwarna hitam dengan ukuran 0,8 mm. Nyamuk
Aedes biasanya meletakan telurnya ditempat yang berair karena di tempat
yang keberadaannya kering maka telur akan rusak dan mati. Stadium telur
ini memakan waktu kurang dari 1 sampai 2 hari (Christophers, 2000).
Nyamuk Aedes aegypti akan menghasilkan telur 100 sampai 102 butir
setiap kali bertelur.
2. Larva
Larva memerlukan empat tahap perkembangan. Jangka waktu
perkembangan larva tergantung pada suhu, keberadaan makanan, dan
kepadatan larva dalam wadah. Dalam kondisi optimal waktu yang
dibutuhkan sejak telur menetas hingga menjadi nyamuk dewasa adalah
tujuh hari termasuk dua hari masa pupa. Pada suhu rendah, diperlukan
waktu beberapa minggu (Cahyati dan Suharyo 2006). Pada perkembangan
stadium larva nyamuk Aedes aegypti tumbuh menjadi besar dengan panjang
0,5 sampai 1 cm. Larva nyamuk selalu bergerak aktif ke atas air.
3. Pupa
Pupa merupaka stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air.
Pupa nyamuk juga akuatik dan tidak seperti kebanyakan pupa serangga,
sangat aktif dan sering kali disebut akrobat (tumbler). Mereka bernafas
pada permukaan air melalui sepasang struktur seperti terompet yang kecil
pada toraks (Borror et al. 1992). Pupa berbentuk koma, gerakan lambat,
sering ada di permukaan air. Jika pupa diganggu oleh gerakan atau
tersentuh, maka pupa akan bergerak cepat untuk menyelam dalam air
selama beberapa detik kemudian muncul kembali dengan cara
menggantungkan badannya menggunakan tabung pernafasan pada
permukaan air di wadah atau tempat perindukan (Cahyati dan Suharyo
2006). Stadium pupa memerlukan waktu kurang lebih 1 sampai 2 hari.
Nyamuk jantan
4. Nyamuk Dewasa

Kebanyakan nyamuk dewasa tidak pergi jauh dari air tempat mereka hidup
pada tahapan larva mereka. Nyamuk Aedes aegypti umumnya mempunyai
daya terbang sejauh 50-100 km (Sigit et al. 2006). Waktu mengigit nyamuk
Aedes aegypti lebih banyak pada siang hari daripada malam hari, yaitu
antara jam 08.00- 12.00 dan jam 15.00-17.00 (Cahyati & Suharyo 2006).
Hanya nyamuk-nyamuk betina yang menghisap darah sedangkan nyamuk
jantan (dan kadang-kadang juga nyamuk betina) makan bakal madu dan
cairan-cairan tumbuhan lainnya.
Tempat berkembang biaknya yaitu :

1. Tempat-tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari seperti


drum, tangki reservoir, bak mandi/WC, ember, gentong air / tempayan
dan lain-lain.
2. Tempat-tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari
seperti : tempat minum burung, vas bunga, kaleng, botol, plastik dan
lain-lain.
3. Tempat-tempat penampungan air alamiah seperti lobang pohon, lobang
batu, pelepah daun dan lain-lain.
4. Host : pembawa
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia
akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna,
sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama
tipenya maupun virus dengue tipe lainnya.

A. KLASIFIKASI DHF
Klasifikasi DHF menurut derajatnya ada 4 yaitu :
1. Derajat I : Demam dengan uji torniquet positif.
2. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan dikulit atau
perdarahan lain.
3. Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lemah, tekanan nadi menurun/ hipotensi disertai dengan kulit dingin
lembab dan pasien menjadi gelisah.
4. Derajat IV : Syock berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan
darah tidak dapat diukur.

B. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala yang sering muncul pada awal menderita DHF adalah :
1. Panas tinggi mendadak 2 sampai 7 hari.
Demam pada DHF biasanya disebut demam pelana kuda yaitu :

Hari 1 3 Fase Demam Tinggi : Demam mendadak tinggi, dan disertai


sakit kepala hebat, sakit di belakang mata, badan ngilu dan nyeri, serta
mual/muntah, kadang disertai bercak merah di kulit.
Hari 4 5 Fase KRITIS : Fase demam turun drastic dan sering
mengecoh

seolah

terjadi

kesembuhan.Namun

kemungkinan terjadinya Dengue Shock Syndrome.

inilah

fase

kritis

Hari 6 7 Fase Masa Penyembuhan : Fase demam kembali tinggi


sebagai bagian dari reaksi tahap penyembuhan.
2. Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 jdari demam dan
umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif
mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan
purpura. ( Soedarto, 1990 ; 39). Perdarahan ringan hingga sedang dapat
terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan
haematemesis. (Nelson, 1993 ; 296). Perdarahan gastrointestinat
biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat. (Ngastiyah, 1995 ;
349).

3. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun
pada anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari
hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan
akan tejadi renjatan pada penderita . (Soederita, 1995 ; 39).

4. Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya
penderita, dimulai dengan tanda tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit
lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis
disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya
menunjukan prognosis yang buruk. (soedarto ; 39).

C. CARA PENULARAN KE MANUSIA


Cara penularan penyakit Demam Berdarah adalah melalui gigitan
nyamuk Aedes yang mengigit penderita Demam Berdarah kemudian
ditularkan kepada orang sehat.

Masa menggigitnya yang aktif ialah pada awal pagi yaitu dari pukul 8
hingga 10 dan sore hari dari pukul 3 hingga 5.

Nyamuk aedes aegypti lebih suka berkelana mencari mangsanya di


siang hari dibanding nyamuk lain yang cenderung menyerang
manusia pada malam hari. Setelah menggigit tubuh manusia sengan
cepat perutnya menjadi buncit dipenuhi kira-kira dua hingga empat
miligram darah atau sekitar 1.5 kali berat badannya. Berbeda dengan
spesies sejenis lainnya, lazimnya sudah cukup puas menggigit satu
mangsa pada periode setelah bertelur hingga akhir hidupnya, aedes
mempunyai kebiasaan menggigit beberapa orang secara bergantiganti dalam jangka waktu yang singkat. Nyamuk betina menghisap
darah

manusia

untuk

mendapatkan

protein

bagi

keperluan

pembiakannya.
Tiga hari selepas menghisap darah, ia akan menghasilkan hingga 100
butir telur yang halus seperti pasir. Nyamuk dewasa akan terus
menghisap darah dan bertelur lagi. Apabila nyamuk betina menggigit
atau menghisap darah orang yang menagalami infeksi dengue, virus
akan masuk ke dalam tubuh nyamuk. Diperlukan waktu sembilan hari
oleh virus dengue untuk hidup dan membiak di dalam air liur nyamuk.

D. CARA PENCEGAHAN

Cara pencegahannya adalah jangan biarkan air bersih/hujan


menggenang lama di bak mandi, ban, kaleng-kaleng, atau got. Beri
got/saluran air sekitar rumah anda abate untuk mematikan jentikjentik/larva demam berdarah. Melalui pemberantasan nyamuk penularnya.
Cara memberantas nyamuk Demam Berdarah yang tepat guna ialah dengan
melakukan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yaitu kegiatan
memberantas jentik ditempat perkembangbiakan dengan cara 3M Plus :
1 Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak
mandi / WC, drum, dan lain-lain seminggu sekali (M1).
2 Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong air /
tempayan, dan lain-lain (M2).
3 Mengubur

atau

menyingkirkan

barang-barang

bekas

yang

dapat

menampung air hujan (M3).


4 Plusnya adalah tindakan memberantas jentik dan menghindari gigitan
nyamuk dengan cara :
Membunuh jentik nyamuk Demam Berdarah di tempat air yang sulit
dikuras atau sulit air dengan menamburkan bubuk Temephos (abate) atau
Altosid. Temephos atau Altosid ditaburkan 2 -3 bulan sekali dengan
takaran 10 gram Abate ( 1 sendok makan peres) untuk 100 liter air atau
dengan takaran 2,5 gram Altosid ( 1/4 sendok makan peres) untuk 100
liter air. Abate dan Altosid dapat diperoleh di puskesmas atau di apotik.
Fogging dapat dilakukan jika : di lokasi ditemukan 3 kasus positif DBD
dengan radius 100 meter (20 rumah) dan bila di daerah tersebut

ditemukan banyak jentik nyamuk DBD.

E. PENATALAKSANAAN DEMAM BERDARAH


Langkah awal mencegah demam berdarah yaitu
1. Beri minum sebanyak mungkin.
2. Kompres agar panasnya turun.
3. Berikan obat penurun panas, misalnya Paracetamol.
4. Segera bawa ke Poliklinik, Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI kerjasama dengan WHO dan UNICEF. 2008.


Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Indonesia. Jakarta,.
Effendi, Christiantie. 2005. Perawatan pasien DHF. ECG : Jakarta.
Markum, A.H. 2001. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1. Balai Penerbit
FKUI : Jakarta,
Sacharin, Rosa M. 2004. Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2, EGC:
Jakarta.
Effendy, Christanti. 2005. Perawatan Pasien DHF. EGC. Jakarta.
Mansjoer, Arif, et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius;
FKUI. Jakarta
RS Sint. Carolus. Asuhan Keperawatan pada klien dengan DHF.
WHO. 2009. Dengue Guidelines For Diagnosis, Treatment, Prevention and
Control. Geneva
Halstead, Scott B. 2008. Dengue. London: Imperial College Press.
diakses pada 4 Januari 2012). 5. Ica. 2010. Jatim Potensi KLB DBD,
(www.harianbhirawa.co.id, diakses 23 September 2013).
Dinkes Kota Malang. 2010. Data Penderita Demam Berdarah Kota Malang
Tahun 2008- 2010. Malang: Dinkes.

Maa, Stefan; Eong Ooi, Eng; Tai Goh, Kee. 2008. Socioeconomic
determinants of dengue incidence in Singapore. Singapore: Dengue
Bulletin. Volume 32.
Burke, D. S., Nisalak, A. & Nimmannitya, S. (1985). Disappearance of
Chikungunya virus from Bangkok. Trans R Soc Trop Med Hyg 79, 419420.
Halstead, S. B., Nimmannitya, S. & Margiotta, M. R. (1969a). Dengue
and chikungunya virus infection in
Josseran, L., Paquet, C., Zehgnoun, A., Caillere, N., Le Tertre, A.,
Solet, J. L. & Ledrans, M. (2006). Chikungunya disease outbreak,
Reunion Island. Emerg Infect Dis 12, 19941995.
Jupp, P. G. & McIntosh, B. M. (1988). Chikungunya virus disease. In The
Arbovirus: Epidemiology and .
Laras, K., Sukri, N. C., Larasati, R. P., Bangs, M. J., Kosim, R., Djauzi,
Wandra, T., Master, J., Kosasih, H. & other authors (2005). Tracking
the re-emergence of epidemic chikungunya virus in Indonesia. Trans R Soc
Trop Med Hyg 99, 128141.
Marchette, N. J., Rudnick, A., Garcia, R. & MacVean, D. W. (1978).
Alphaviruses in Peninsular Malaysia. I. Virus isolations and animal serology.
Southeast Asian J Trop Med Public Health 9, 317329..
Porter, K. R., Tan, R., Istary, Y., Suharyono, W., Sutaryo, Widjaja, S.,
Ma'Roef, C., Listiyaningsih, E., Kosasih, H. & other authors (2004). A
serological study of Chikungunya virus transmission in Yogyakarta,
Indonesia: evidence for the first outbreak since 1982. Southeast Asian J
Trop Med Public Health 35, 408415.
Ravi, V. (2006). Re-emergence of chikungunya virus in India. Indian J Med
Microbiol 24, 8384

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Dari analisa data yang dilakukan terdapat beberapa masalah yang akan
berpotensi terhadap kesehatan masyarakat RW, yaitu pemasalahan PHBS
sehingga muncul masalah dari penyakit-penyakit yang muncul di RW
misalnya DBD, Cikungunya, Flu dan batuk pada warga RW I Kelurahan
Sumbersari serta kurang aktifnya ibu-ibu balita dan lansia untuk mengikuti
posyandu, kurangnya kesadaran penggunaan APD pada pekerja konveksi,
kurang sadarnya tentang personal hygiene pada anak-anak SD, kurang
sadarnya tentang jajanan sehat pada anak-anak SD, kurang optimalnya UKS
di SD. Dari permasalahan tersebut kami telah melakukan intervensi
keperawatan komunitas sesuai permasalahan yang ada di RW. Yakni dengan
memberikan beberapa penyuluhan kesehatan. Dari penyuluhan kesehatan
tersebut di harapkan dapat memberikan pengetahuan baru dan dapat
dijadikan sebagai suatu arahan untuk meningkatkan status kesehatan warga
masyrarakat RW 01, UKK Fasila Konveksi dan UKS SDN Sumbersari I
Kelurahan Sumbersari Kecamatan Lowokwaru Malang.

You might also like