You are on page 1of 20

STATUS PASIEN

IDENTITAS

Nama

: Ny. NH

Umur

: 56 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Cibeber, Cianjur

Status

: Menikah

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Tanggal Masuk

: 14 Agustus 2015 (9.33 WIB)

UGD

Tanggal Pemeriksaan

: 14 Agustus 2015 (17. 00 WIB)

bangsal

ANAMNESIS (Autoanamnesis) 14 Agustus 2015; 17.00 WIB


Keluhan Utama
R. Penyakit

Pusing berputar

sejak 3 jam SMRS pasien merasa pusing berputar. Pusing timbul


tiba-tiba saat pasien berubah posisi dari tiduran ke posisi

duduk

dan saat mengubah posisi kepala, keluhan hilang timbul, bila


muncul

berlangsung

< 3 menit, membaik bila pasien

mengambil

posisi tidur, namun keluhan timbul lagi bila pasien

pindah posisi.
Mual (+), muntah (+) 2x di rumah, pasien sempat pingsan
10mnt, nyeri kepala (- ), kejang (-), Rasa lemah di tubuh (-), bicara
pelo (-), kesulitan menelan (-), kesemutan / baal di sekitar mulut,
tangan, kaki (-), pendengaran kiri berkurang (+), telinga
berdenging (-) nyeri di telinga kiri (+), penglihatan dobel (-), BAB
dan BAK lancar. Demam (-), Riwayat trauma kepala (-)

RPD

Hipertensi (+) sejak 5 tahun lalu tidak terkontrol, diabetes mellitus


(-), gastritis (+) penyakit jantung/paru/hati (-), alergi obat (-).
Riwayat otitis media akut (-), riwayat stroke sebelumnya (-)

RPKel.

Hipertensi (-), diabetes melitus (-), penyakit jantung/paru/hati

RPsikososial

Merokok (-), minum alkohol (-), obat-obatan terlarang (-), sering


membersihkan kotoran telinga dengan cottonbuds.

PEMERIKSAAN FISIK (14/08/201)


Keadaan umum : Tampak sakit sedang.
GCS

: 15 E4V5M6

Tekanan darah : 180/100 mmHg


Frekuensi nadi : 115x/menit (kuat angkat, reguler)
Frekuensi pernafasan: 20x/menit (normal)
Suhu

: 37o C

Status Generalisata
Kepala

: Normochepal

Mata

: Konjungtiva : anemis -/-, Sklera : ikterik -/-

Telinga

: deformitas (-)nyeri tekan tragus telinga kiri (+),


darah,pus,cairan di liang telinga (-)/(-), membran tympani sulit

dinilai
Hidung

: normonasi, sekret (-)

Tenggorokan

: faring hiperemis (-), disfagia(-)

Leher

: kuduk kaku(-), pembesaran KGB (-)

Thoraks
Pulmo

: Vesikuler +/+, Wheezing -/-, Ronkhi -/-

Cor

: BJ I, II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

: Datar, rata, Bising usus (+) normal, nyeri tekan epigastrium (+), hati
limfa tidak teraba, turgor abdomen normal kembali cepat

Ekstremitas

: Akral hangat , RCT <2, udem pretibial -/-, sianosis (-)

Status Neurologi
I.

Rangsang Meningeal
- Kaku Kuduk
- Lasegue sign
- Kernig sign
- Brudzinski I
- Brudzinski II
- Brudzinski III

: (-)
: tidak terbatas / tidak terbatas
: tidak terbatas / tidak terbatas
: (-)
: (-) / (-)
: (-)
3

II.

SARAF KRANIAL

N.I (Olfaktorius)

:
Hidung Kanan
Normosmia

Daya Pembauan

Hidung Kiri
Normosmia

N.II (Optikus)
Visus
Lapang Pandang
Funduskopi
a. Arteri : vena
b. Papil

Mata kanan
Baik
Normal

Mata kiri
Baik
Normal

2:3

2:3

Bentuk bulat, batas tegas, Bentuk bulat, batas tegas,


Edema (-) Warna Orange

Edema (-) Warna Orange

Mata kanan
(-)

Mata kiri
(-)

Bulat

Bulat

3 mm

3 mm

(+)

(+)

(+)

(+)

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Mata kanan

Mata kiri

(-)

(-)

N.III (Okulomotoris)
Ptosis
Pupil
a. Bentuk
b. Diameter
c. Reflex Cahaya
Direk
Indirek
Gerak bola mata
a.
b.
c.
d.

Atas
Bawah
Medial
Medial atas

N. IV (Throklearis)
Posisi bola mata
Stabismus

divergen
Gerakan bola mata
Medial bawah

Baik

Baik

N. VI (Abdusens)
Mata kanan

Mata kiri

(-)

(-)

Baik

Baik

Kanan

Kiri

Posisi bola mata


Strabismus
konvergen
Gerakan bola mata
Lateral

N.V (Trigeminus)

Motorik
Mengunyah
Membuka Mulut

Baik
Baik

Sensibilitas
a. Cabang
oftalmikus
b. Cabang maksila
c. Cabang
mandibula

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

(+)

(+)

(+)

(+)

Normal

normal

Reflex
a. Kornea
b. Bersin
c. Jaw Jerk

N.VII (Facial)
Kanan

Kiri

(+)

(+)

(+)

(+)

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Kanan

Kiri

(+)

(+)

(+)

(+)

Lateralisasi

normal

Normal

Normal

Motorik
a. Mengangkat alis
b. Menyeringai
Sensorik
a. Daya kecap lidah
2/3 depan
b. Sekresi air mata
N.VIII (Vestibulokoklearis)
Pendengaran
a.
b.
c.
d.

Test bisik
Test Rinne
Test Weber
Test Swabach

Kesimpulan : Tuli
sensorineural
Keseimbangan
a. Test Romberg

Sulit dinilai

Sulit dinilai

b. Test telunjuk-

Normal

Normal

hidung
N.IX (Glosofaringeus) dan N.X (Vagus)
Arkus faring
a. Pasif
b. Gerakan aktif

Simetris kiri kanan


Baik
Baik

Uvula di tengah
a. Pasif
b. Gerakan aktif

Baik

Reflex muntah

Baik
Baik

Daya kecap lidah 1/3 belakang

Sulit dinilai- pasien agak mual


6

N. XI (Assesorius)
Kanan
Baik
Baik

Memalingkan kepala
Mengangkat bahu
N.XII (Hypoglosus)
Posisi lidah
Atrofi otot lidah
Fasikulasi lidah

Kiri
Baik
Baik
Ditengah
-

MOTORIK
Kekuatan

Tonus

Atrofi

SENSORIK
Nyeri : Ekstremitas Atas

: normoalgesia

Ekstremitas Bawah : normoalgesia


Raba : Ekstremitas Atas

: normostesia

Ekstremitas Bawah : normostesia


Suhu: Ekstremitas Atas
Ekstremitas Bawah

: thermonormostesia
: thermonormostesia

REFLEKS FISIOLOGIS
Refleks bisep

: ++/++

Refleks trisep

: ++/++

Refleks brachioradialis

: ++/++

Refleks patella

: ++/++

Refleks achilles

: ++/++

REFLEKS PATOLOGIS
Babinski

: -/-

Chaddock

: -/-

Oppenheim

: -/-

FUNGSI VEGETATIF
Miksi

: Baik

Defekasi

: Baik

FUNGSI LUHUR
Dilakukan pada tanggal 14 Agustus 2015
Score MMSE : 27 Normal

PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Laboraturium:
PEMERIKSAAN
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Gula Darah Puasa
Ureum
Creatinin
Kolesterol Total

HASIL
14.4
9,1
42,3
372
82
34,9
1.8
196

SATUAN
g/dL
ribu/L
%
ribu/L
Mg
mg %
mg %
mg %

NILAI RUJUKAN
14 18
4.8 10.8
42 52
150 450
70 110
10 50
0.5 1.1
< 200

HDL Kolesterol
Direk

38,5

mg %

< 40

LDL Kolesterol

157.5

mg %

< 130

Trigliserid

121

mg %

< 150

Asam Urat

4,2

mg %

3.4 7.0

SGOT

36

UL

< 40

SGPT

27

UL

< 42

Natrium (Na)

124,5

mEq/L

135 148

Kalium (K)

2,46

mEq/L

3.50 5.30

Kalsium (Ca)

1,04

mEq/L

1.15 1.29

Elektrolit
8

-EKG

Interpretasi: Takikardi
Diagnosa Kerja: BPPV
DD :

cerebellar sroke

migraine vertigo
USULAN PEMERIKSAAN
o Pemeriksaan khusus neuro-otologi yang umum dilakukan adalah uji Dix-Hallpike
dan electronystagmography (ENG).
o Pemeriksaan laboratorium seperti darah lengkap, Profil lipid dan hemostasis
o Foto rontgen, CT-scan, atau MRI dapat digunakan untuk mendeteksi kehadiran
neoplasma/tumor.
o Arteriografi untuk menilai sirkulasi vertebrobasilar.

PENATALAKSANAAN

Non medika mentosa:

Edukasi pasien mengenai penyakit dan prognosisnya

Latihan vestibuler
Medikamentosa:

Bersif

at simptomatis
9

RESUME
Anamnesis Wanita usia 56 tahun datang diantar oleh keluarga ke RSUD Cianjur pada tanggal 14
Agustus 2015 (9.33 WIB), dengan keluhan utama : pasien mengeluh pusing
berputar.
3 jam SMRS pasien mengeluh pusing berputar. Pusing timbul tiba-tiba saat pasien
berubah posisi dari tiduran ke posisi duduk dan saat mengubah posisi kepala,
Keluhan hilang timbul, bila muncul berlangsung < 3 menit, membaik bila pasien
mengambil posisi tidur, namun keluhan timbul lagi bila pasien pindah posisi
mual (+), muntah (+), pasien sempat pingsan 10mnt, nyeri kepala (-), kejang (-),
Rasa lemah di tubuh (-), bicarapelo (-), kesulitan menelan (-), kesemutan / baal di
sekitar mulut, tangan, kaki (-), pendengaran kiri berkurang (+),telinga berdenging(-)
nyeri di telinga kiri (+), penglihatan dobel (-), BAB dan BAK lancar.
Riwayat hipertensi, DM disangkal, Riwayat gastritis (+). OS sering membersihkan
kotoran telinga dengan cottonbuds

Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos mentis , GCS = 15 (E4V5M6)
TTV: TD: 180/100 mmHg,
Nadi

: 115x/menit (regular),

RR

: 20 x/menit (normal),

suhu

: 37C
10

Status Neurologik
RM: (-)
SO: Refleks cahaya +/+, pupil bulat isokor diameter 3 mm ODS,
GBM baik segala arah , nistagmus +/Wajah simetris, Lidah ditengah, N VIII (tuli sensorineural kiri),
& TTH normal
Motorik:

5/5
5/5

Normotonus, atrofi (-)

Sensorik : Teraba sama

Vegetatif : Baik,

Fungsi luhur : Baik

Reflek fisiologis : BTR (++/++), KPR (++/++), APR (++/++ )


Reflek patologis : babinski (-/-), chaddock (-/-), oppenheim (-/-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Creatinin

1.8

mg %

0.5 1.1

Natrium (Na)

124,5

mEq/L

135 148

Kalium (K)

2,46

mEq/L

3.50 5.30

Kalsium (Ca)

1,04

mEq/L

1.15 1.29

Elektrolit

Diagnosa awal: Vertigo


Diagnosa akhir: BPPV
PENATALAKSANAAN

Infus RL (16tpm)

Piracetam 3x200mg

Betahistine 3x1
11

Dimenhinidrat 3x25mg

Captopril 3x25mg

PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad funtionam : dubia ad bonam

FOLLOW UP
No.
1.

Tanggal
15 -82015

S
Masih pusing
berputar, telinga
kiri masih sedikit
nyeri, muntah (-),
BAB BAK lancar

O
KU: tampak sakit sedang
Kesadaran: CM
TTV :
TD = 150/90 mmHg, N=95
x/menit (regular), RR= 20
x/menit (normal),
S= 36,6oC
RM : (-)
Saraf otak : reflek cahaya (+/+),
pupil bulat isokor diameter 3
mm ODS, GBM Baik segala
arah, nistagmus (+/-)
Motorik : 5/5
5/5
Normotonus, atrofi (-)
Sensorik/vegetatif /luhur:
baik/baik/baik
Reflek fisiologis :

A
BPPV

P
Infus RL
(16tpm)
Piracetam
3x200mg
Betahistine 3x1
Dimenhinidrat
3x25mg
Captopril
3x25mg

12

2.

16 -082015

Tidak ada keluhan

BTR/KPR/APR (++/++/++)
Reflek patologis : babinski (-/-),
chaddock (-/-)
KU: tampak sakit sedang
Kesadaran: CM
TTV :
TD = 130/80 mmHg, N=87
x/menit (regular), RR= 20
x/menit (normal),
S= 36,6oC
RM : (-)
Saraf otak : reflek cahaya (+/+),
pupil bulat isokor diameter 3
mm ODS, GBM Baik segala
arah, nistagmus (-/-)
Motorik :
Normotonus, atrofi (-)
Sensorik/vegetatif /luhur
baik/baik/baik
Reflek fisiologis :
BTR/KPR/APR (++/++/++)
Reflek patologis : babinski (-/-),
chaddock (-/-)

BPPV

Infus RL
(16tpm)
Piracetam
3x200mg
Betahistine 3x1
Dimenhinidrat
3x25mg
Captopril
3x25mg
Pasien Pulang Atas
Permintaan Sendiri

BAB II
ANALISA MASALAH

Daftar Masalah
1. Mengapa pada pasien ini di diagnosis BPPV?
2. Bagaimana membedakan jenis vertigo?
3. Apa saja pemeriksaan yang diperlukan untuk diagnosis BPPV?
4. Bagaimana Penatalaksanaannya ?
Pembahasan Masalah
1. Mengapa pasien ini di diagnosis BPPV ?
Definisi
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah gangguan vestibuler yang paling
sering ditemui, dengan gejala rasa pusing berputar diikuti mual muntah dan keringat
13

dingin, yang dipicu oleh perubahan posisi kepala terhadap gaya gravitasi tanpa adanya
keterlibatan lesi di susunan saraf pusat.
Vertigo ialah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti rotasi
(memutar) tanpa sensasi perputaran yang sebenarnya, dapat sekelilingnya terasa
berputar (vertigo objektif) atau badan yang berputar (vertigo subjektif).
Etiologi
Sekitar 50%, penyebab BPPV adalah idiopatik, selain idiopatik, penyebab terbanyak
adalah trauma kepala (17%) diikuti dengan neuritis vestibularis (15%),migraine,
implantasi gigi dan operasi telinga, dapat juga sebagai akibat dari posisi tidur yang lama
pada pasien post operasi atau bed rest total lama.

Pada pasien ini didapatkan :


Berdasarkan anamnesis didapatkan rasa pusing berputar diikuti mual muntah
yang dipicu oleh perubahan posisi kepala.
2. Bagaimana membedakan jenis vertigo ?

14

Asal terjadinya vertigo dikarenakan adanya gangguan pada sistem


keseimbangan tubuh. Bisa berupa trauma, infeksi, keganasan, metabolik, toksik,
vaskular, atau autoimun. Sistem keseimbangan tubuh kita dibagi menjadi 2 yaitu
sistem vestibular (pusat dan perifer) serta non vestibular (visual [retina, otot bola
mata], dan somatokinetik [kulit, sendi, otot]).
Sistem vestibular sentral terletak pada batang otak, serebelum dan serebrum.
Sebaliknya, sistem vestibular perifer meliputi labirin dan saraf vestibular. Labirin
tersusun dari 3 kanalis semisirkularis dan otolit (sakulus dan utrikulus) yang
berperan sebagai reseptor sensori keseimbangan, serta koklea sebagai reseptor
sensori pendengaran. Sementara itu, krista pada kanalis semisirkularis mengatur
akselerasi angular, seperti gerakan berputar, sedangkan makula pada otolit mengatur
akselerasi linear.
Segala input yang diterima oleh sistem vestibular akan diolah. Kemudian,
diteruskan ke sistem visual dan somatokinetik untuk merespon informasi tersebut.
Gejala yang timbul akibat gangguan pada komponen sistem keseimbangan tubuh itu
berbeda-beda.
Berdasarkan awitan serangan, vertigo dibedakan menjadi 3 kelompok
yaitu paroksismal, kronik, dan akut. Serangan pada vertigo paroksismal terjadi
mendadak, berlangsung beberapa menit atau hari, lalu menghilang sempurna. Suatu
saat serangan itu dapat muncul lagi. Namun diantara serangan, pasien sama sekali
tidak merasakan gejala. Lain halnya dengan vertigo kronis. Dikatakan kronis karena
serangannya menetap lama dan intensitasnya konstan. Pada vertigo akut, serangannya
mendadak, intensitasnya perlahan berkurang namun pasien tidak pernah mengalami
periode bebas sempurna dari keluhan.

15

Pada pasien ini didapatkan : pasien pusing berputar secara tiba-tiba. Keluhan
hilang timbul, bila muncul berlangsung < 3 menit, membaik bila pasien mengambil
posisi tidur, namun keluhan timbul lagi bila pasien pindah posisi. mual (+), muntah
(+), pasien sempat pingsan 10mnt, pendengaran kiri berkurang (+),nyeri di telinga
kiri (+)
3. Apa saja pemeriksaan yang diperlukan untuk diagnosis BPPV?
Diagnosis BPPV ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis
pemeriksaan THT, uji posisi dan uji kalori. Pada anamnesis, pasien mengeluhkan
kepala terasa pusing berputar pada perubahan posisi kepala dengan posisi tertentu.
Secara klinis vertigo terjadi pada perubahan posisi kepala dan akan berkurang serta
akhirnya berhenti secara spontan setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan THT
secara umum tidak didapatkan kelainan berarti, dan pada uji kalori tidak ada paresis
kanal.
Uji posisi dapat membantu mendiagnosa BPPV, yang paling baik adalah
dengan melakukan manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya dipegang
pada kedua sisi oleh pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak sambil menengok
ke satu sisi. Pada tes ini akan didapatkan nistagmus posisi dengan gejala :
1.

Mata berputar dan bergerak ke arah telinga yang terganggu dan mereda
setelah 5-20 detik.

2.

Disertai vertigo berat.

3.

Mula gejala didahului periode laten selama beberapa detik (3-10 detik).

4.

Pada uji ulangan akan berkurang, terapi juga berguna sebagai cara
diagnosis yang tepat.

16

Pemeriksaan fisis dasar dan neurologis sangat penting untuk membantu


menegakkan diagnosis vertigo. Pemeriksaan fisis dasar yang terutama adalah
menilai perbedaan besar tekanan darah pada perubahan posisi. Secara garis besar,
pemeriksaan neurologis dilakukan untuk menilai fungsi vestibular, saraf kranial,
dan motorik-sensorik.
Sistem vestibular dapat dinilai dengan tes Romberg, tandem gait test, uji
jalan di tempat (stepping test) atau berdiri dengan satu atau dua kaki. Uji-uji ini
biasanya berguna untuk menilai stabilitas postural jika mata ditutup atau dibuka.
Sensitivitas uji-uji ini dapat ditingkatkan dengan teknik-teknik tertentu seperti
melakukan tes Romberg dengan berdiri di alas foam yang liat.
Pemeriksaan saraf kranial I dapat dibantu dengan funduskopi untuk
melihat ada tidaknya papiledema atau atrofi optik. Saraf kranial III, IV dan VI
ditujukan untuk menilai pergerakan bola mata. Saraf kranial V untuk refleks
17

kornea dan VII untuk pergerakan wajah. Fungsi serebelum tidak boleh luput dari
pemeriksaan. Untuk menguji fungsi serebelum dapat dilakukan tes tunjuk hidung
dan diadokokinesia.
Pergerakan (range of motion) leher perlu diperhatikan untuk menilai
rigiditas atau spasme dari otot leher. Pemeriksaan telinga ditekankan pada pencarian
adanya proses infeksi atau inflamasi pada telinga luar atau tengah. Sementara itu,
uji pendengaran diperiksa dengan garputala dan tes berbisik.
Pemeriksaan selanjutnya adalah menilai pergerakan mata seperti adakah
nistagmus spontan atau gaze-evoked nystagmus dan atau pergerakan abnormal bola
mata. Penting untuk membedakan apakah nistagmus yang terjadi perifer atau
sentral. Nistagmus sentral biasanya hanya vertikal atau horizontal saja dan dapat
terlihat dengan fiksasi visual. Nistagmus perifer dapat berputar atau rotasional dan
dapat terlihat dengan memindahkan fiksasi visual. Timbulnya nistagmus dan gejala
lain setelah pergerakan kepala yang cepat, menandakan adanya input vestibular
yang asimetris, biasanya sekunder akibat neuronitis vestibular yang tidak
terkompensasi atau penyakit Meniere.
Uji fungsi motorik juga harus dilakukan antara lalin dengan cara pasien
menekuk lengannya di depan dada lalu pemeriksa menariknya dan tahan hingga
hitungan ke sepuluh lalu pemeriksa melepasnya dengan tiba-tiba dan lihat apakah
pasien dapat menahan lengannya atau tidak. Pasien dengan gangguan perifer dan
sentral tidak dapat menghentikan lengannya dengan cepat. Tetapi uji ini kualitatif
dan tergantung pada subjektifitas pemeriksa, kondisi muskuloskeletal pasien dan
kerjasama pasien itu sendiri.
Pemeriksaan khusus neuro-otologi yang umum dilakukan adalah uji DixHallpike dan electronystagmography (ENG). Uji ENG terdiri dari gerak sakadik,
nistagmus posisional, nistagmus akibat gerakan kepala, positioning nystagmus, dan
uji kalori.
Pada dasarnya pemeriksaan penunjang tidak menjadi hal mutlak pada
vertigo. Namun pada beberapa kasus memang diperlukan. Pemeriksaan
laboratorium seperti darah lengkap dapat memberitahu ada tidaknya proses infeksi.
Profil lipid dan hemostasis dapat membantu kita untuk menduga iskemia. Foto
18

rontgen, CT-scan, atau MRI dapat digunakan untuk mendeteksi kehadiran


neoplasma/tumor. Arteriografi untuk menilai sirkulasi vertebrobasilar.

4. Bagaimana Penatalaksanaannya ?
Tatalaksana vertigo terbagi menjadi 3 bagian utama yaitu kausal, simtomatik
dan rehabilitatif. Sebagian besar kasus vertigo tidak diketahui kausanya sehingga
terapi lebih banyak bersifat simtomatik (vestibular suppresan dan antiemetik) dan
rehabilitatif. Yang paling penting adalah meyakinkan pasien bahwa kondisi
penyakitnya dapat sembuh sendiri dan walaupun tidak enak, vertigo bukanlah suatu
penyakit yang mengancam nyawa.

Terapi rehabilitasi bertujuan untuk membangkitkan dan meningkatkan


kompensasi sentral dan habituasi pada pasien dengan gangguan vestibular.
Mekanisme kerja terapi ini adalah substitusi sentral oleh sistem visual dan
somatosensorik untuk fungsi vestibular yang terganggu, mengaktifkan kendali tonus
inti vestibular oleh serebelum, sistem visual dan somatosensorik, serta menimbulkan

19

habituasi, yaitu berkurangnya respon terhadap stimulasi sensorik yang diberikan


berulang-ulang.
Latihan Vestibular
Tujuan latihan adalah :
1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium untuk
meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun.
2. Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata.
3. Melatih meninkatkan kemampuan keseimbangan.
Contoh latihan :
1. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup.
2. Olahraga yang menggerakkan kepala (gerak rotasi, fleksi, ekstensi, gerak miring).
3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka kemudian dengan mata tertutup.
4. Jalan dikamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata tertutup
5. Berjalan lurus dengan tumit menempel di depan jari-jari kaki.
6. Jalan menaiki dan menuruni tangga.
7. Melirikkan mata kearah horizontal dan ventrikal berulang-ulang.
8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti obyek yang bergerak dan juga memfiksasi
obyek yang diam.

20

You might also like