You are on page 1of 5

OPINI

SPIRIT KEBANGKITAN PERTANIAN MELALUI


REVITALISASI FUNGSI SUBAK

Diajukan dalam Lomba Penulisan Opini Tingkat Mahasiswa se-Bali


Oleh UKM Pers Mahasiswa VISI UNDIKSHA
Tahun 2013

OLEH:
BAGUS NGURAH ALIT PUTRA WIRYAWAN
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
1013021005

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


SINGARAJA
2013

SPIRIT KEBANGKITAN PERTANIAN MELALUI


REVITALISASI FUNGSI SUBAK
Oleh: Bagus Ngurah Alit Putra Wiryawan
Makna kebangkitan nasional kini adalah bagaimana cara
membangun kesejahteraan dan kemandirian bangsa
Indonesia kini sudah memasuki era percaturan global. Lain dengan 20 Mei 1908,
105 tahun silam. Rentetan perjuangan dengan gelimang pengorbanan yang tak terhitung
berujung pada tercapainya tujuan merdeka pada 17 Agustus 1945 lalu. Dengan
kemerdekaan ini, cita-cita kebangkitan nasional sudah tercapai. Lalu bagaimana dengan
kondisi saat ini, apakah pesan dari Hari Kebangkitan Nasional sudah benar-benar
terwujud di segala lini kehidupan Bangsa Indonesia?
Perjalanan kehidupan Bangsa Indonesia telah berada pada arah yang benar.
Namun, Bangsa Indonesia kini tengah menghadapi berbagai tantangan khususnya dari
kondisi perekonomian dan kesejahteraan. Seharusnya, kebangkitan nasional tidak lagi
sebagai sebuah peringatan semata, tapi lebih dimaknai melalui upaya nyata.
Pemanfaatan sumber daya yang ada sebenarnya mampu memaknai kebangkitan nasional
sebagai save our nation. Krisis energi dan pangan kini terus membayangi. Tapi, yang
paling ditakuti adalah krisis pangan. Mengapa? Karena Indonesia itu merupakan negara
yang sangat kaya akan hasil alam dari pertanian, tetapi masih saja ada orang-orang yang
kelaparan di Indonesia.
Ironi Krisis di Negeri Agraris
Kontradiktif memang dengan apa yang terjadi di Indonesia. Badan Pusat Statistik
(BPS) mencatat bahwa laju pertumbuhan penduduk 2000-2010 mencapai 1,49 persen
atau lebih tinggi disbanding periode 1990-2000 yang hanya mencapai 1,45 persen,
dengan jumlah penduduk berdasarkan sensus penduduk 2010 sebanyak 237,56 juta
orang.1 Berdasarkan data tersebut, permasalahan serius saat ini adalah terjaminnya
kebutuhan penduduk akan pangan. Data-data statistik menggambarkan betapa rentannya
sistem ketahanan pangan nasional di negara kita.
Kondisi ketahanan pangan Indonesia yang rentan perlu solusi yang pasti. Jangan
biarkan ironi krisis di negeri agraris terus menghantui. Lahan pertanian seluas 7,7 ha
1

Badan Pusat Statistik, 2010. Sensus Penduduk Tahun 2010. Tersedia pada : http://www.bps.go.id/
download_file/SP2010_agregat_data_perProvinsi.pdf Diakses pada: 9 Mei 2013

harus segera dioptimalkan agar masalah krisis pangan terhindari. Canggihnya teknologi
dan perkembangan ilmu pengetahuan mampu memberdayakan sektor pertanian hidup
kembali. Pembangunan pertanian hendaknya tidak dicederai oleh kebijakan impor
pangan yang kini tengah digencarkan pemerintah.
Harapan sektor pertanian Indonesia selain sebagai lumbung pangan nasional,
namun sebagai penggerak ekonomi harus terhalangi impor pangan. Sebenarnya impor
hanya praktik instan dalam mengamankan stok pangan Indonesia. Padahal dengan
optimalisasi peran pertanian, pangan akan tercukupi. Keberlajutan impor pangan akan
berdampak buruk pada keuangan negara karena inflasi dan kondisi pertanian dalam
negeri.
Membangkitkan Spirit Pertanian
Persoalan yang menarik dalam pemikiran kini, masihkah tetap berpegang teguh
pada impor pangan? Apakah kini kita hanya berpikir instan? Lantas, kapan pertanian
Indonesia mampu berkembang pesat? Pertanyaan-pertanyaan urgen itu menegaskan
bahwa seharusnya kita segera keluar dari belenggu tersebut, dan berpikirlah kondisi riil
yang akan terjadi pada pertanian Indonesia ke depan.
Pertanian di Indonesia hingga saat ini belum menunjukkan hasil yang maksimal.
Padahal, seckor ini mempunyai peran penting dalam pembangunan perekonomian
nasional. Namun, sektor ini lemah dari perhatian pemerintah. Mulai dari proteksi, kredit
hingga kebijakan lain tidak satupun yang menguntungkan bagi sektor ini. Programprogram pembangunan pertanian yang tidak terarah tujuannya bahkan semakin
menjerumuskan sektor ini pada kehancuran. Sehingga, semangat optimis kebangkitan
pertanian harus segera dibangun.
Spirit kebangkitan merupakan modal pembangunan pertanian Indonesia.
Pembangunan ini sangat penting karena alasan seperti potensi sumber daya alam yang
besar dan beragam, besarnya pangsa terhadap ekspor nasional, besarnya penduduk
Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini, perannya dalam penyediaan
pangan masyarakat, dan menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Oleh sebab itu,
pemerintah sekarang ini hendaknya bukan hanya memberdayakan petani tetapi juga
terhadap sektor pertanian secara keseluruhan.
Pembangunan pertanian tidak hanya dihadapkan pada tuntutan demokratisasi
yang mengarah pada otonomi, namun juga tantangan globalisasi dunia. Oleh karena itu,

pembangunan pertanian tidak saja dituntut untuk menghasilkan produk yang berdaya
saing tinggi namun juga mampu mengembangkan pertumbuhan daerah serta
pemberdayaan masyarakat. Ketiga tantangan tersebut menjadi sebuah kerja keras bagi
kita semua apabila menginginkan pertanian kita menjadi pendorong peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan dapat menjadi motor penggerak pambangunan bangsa.
Upaya mewujudkannya dapat melalui pemberdayaan kearifan lokal yang telah mengakar
di masyarakat.
Revitalisasi Fungsi Subak sebagai Strategi
Strategi pembangunan pertanian di Indonesia melalui kearifan lokal merupakan
solusi cerdas saat ini. Memposisikan kearifan lokal di tengah permasalahan bangsa dan
tergerusnya budaya adat istiadat asli ditengah globalisasi bagaikan pelepas dahaga di
gurun pasir. Penguatan sistem kelembagaan tani mampu menggiatkan kembali denyut
pertanian yang melemah seperti melalui peran dan fungsi subak di Bali.
Subak di Bali telah diakui keberadaannya oleh dunia melalui pengakuan sebagai
warisan dunia. Akan tetapi, permasalahan-permasalahan kini muncul. Subak selama ini
memiliki fungsi dan peran yang terbatas sehingga tidak mampu mempertahankan
pertaniannya. Nilai-nilai subak yang masih relevan saat ini hanya dalam sistem
irigasinya, namun sistem lainnya sudah melemah sehingga diperlukan suatu penguatan
nilai-nilai
Subak perlu direvitalisasi atau diberdayakan bukan saja organisasinya atau
kelembagaannya tetapi yang lebih penting adalah para anggotanya agar menjadi lebih
sejahtera dari segi ekonomi melalui peningkatan fungsi dan peran subak. Dengan
demikian diharapkan Subak akan menjadi lebih kuat dan mandiri sehingga tangguh hidup
(viable) menghadapi dinamika perubahan zaman. Keterbatasan fungsi dan peran dari
Subak merupakan permasalahan dasar yang pada akhirnya berdampak pada alih fungsi
lahan yang terus menerus terjadi sehingga produktivitas pertanian dalam ketahanan
pangan semakin menurun.
Peningkatan fungsi subak menuju ketahanan pangan yang berlandaskan pertanian
berkelanjutan berdasarkan kearifan lokal yang berkembang merupakan hal yang
diharapkan sekarang ini. Konsep ini memadukan beberapa fungsi tambahan pada subak
sehingga fungsi yang hanya pada irigasi menjadikan subak multifungsi. Sehingga,

revitalisasi fungsi subak ini mampu meningkatkan fungsi dan perannya dalam
meningkatkan kesejahteraan petani.
Revitalisasi fungsi dari subak yaitu: (1) fungsi kelembagaan yang holistik, fungsi
ini lebih mengarah pada penguatan subak tersebut dari segi hokum dan organisasi , (2)
fungsi ekonomi, fungsi ini lebih mendorong pada peran subak dalam mengembangkan
agribisnis dan

pengembangan perekonomian petani, (3) fungsi ramah lingkungan,

mengembangkan pertanian organic dan memantau adanya pencemaran, (4) fungsi


teknologi yaitu fungsi subak dalam menerapkan teknologi dan informasi, dan (5) fungsi
budaya dan kearifan local merupakan fungsi mempertahankan esensi subak dalam
budaya Bali. Strategi yang diperlukan untuk mewujudkannya yaitu dengan partisipasi
masyarakat tani, subak dan pemerintah sehingga mampu meningkatkan ketahanan
pangan dan peningkatan perekonomian bangsa.
Penerapan revitalisasi dalam fungsi subak akan lebih mengedepankan
peningkatan ekonomi pertanian atau pendapatan petani melalui agribisnis yang
dikembangkan sehingga akan meningkatkan kesejahteraan anggota subak. Selain itu,
revitalisasi fungsi subak mampu memperkenalkan pertanian berkelanjutan sehingga
nantinya sektor pertanian akan kembali menjadi tumpuan utama pendapatan negara dan
sentral ekonomi Indonesia serta terwujudnya kembali swasembada pangan.
Penguatan subak dalam pembangunan sektor pertanian hingga terwujudnya
ketahanan pangan, swasembada dan penguatan perekonomian nasional adalah wujud
nasionalisme dalam menyongsong kebangkitan nasional. Peran kearifan lokal sangat
penting karena mampu menggali kembali semangat nasionalisme. Hal seperti inilah yang
diharapkan mampu untuk mengisi pembangunan bangsa. Sehingga, melalui kebangkitan
nasional kita sudah selayaknya menerapkan nilai-nilai kearifan lokal.
Kebangkitan pertanian adalah kunci utama parameter kebangkitan nasional di era
sekarang ini. Upaya ini hendaknya tidak termasuk program sekali jalan yang sekali
dilaksanakan langsung mendapatkan hasil. Diperlukan komitmen dan dedikasi yang luar
biasa untuk memulai dan melanjutkannya. Di tengah carut marut urusan negara, memang
upaya ini terlihat terlalu idealis. Namun dalam kondisi yang serba tidak ideal sekalipun,
kita harus selalu berusaha berpikir, berkata, dan berbuat secara ideal apabila negeri ini
tidak ingin dijuluki sebagai negara agraris yang krisis.

You might also like