You are on page 1of 24

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kista bartholini dan abses bartholini merupakan masalah umum pada wanita
usia reproduksi. Kelenjar bartholini terletak bilateral di posterior introitus dan
bermuara dalam vestibulum pada posisi arah jam 4 dan 8. Kelenjar ini biasanya
berukuran sebesar kacang dan tidak teraba kecuali pada keadaan penyakit atau infeksi.
Pada masa pubertas, kelenjar ini mulai berfungsi, memberikan kelembapan bagi
vestibulum.
Di Amerika Serikat insidensinya adalah sekitar 2% dari wanita usia reproduksi
akan mengalami pembengkakan pada salah satu atau kedua kelenjar bartholini.
Penyakit yang menyerang kelenjar bartholini biasanya terjadi pada wanita usia antara
20-30 tahun. Pembesaran kelenjar bartholini pada wanita yang berusia lebih dari 40
tahun jarang ditemukan, dan perlu dikonsultasikan pada bagian gynecology untuk
dilakukan biopsy.
Penyebab dari kelainan kelenjar bartholini adalah tersumbatnya bagian distal
dari ductus kelenjar yang menyebabkan retensi dan sekresi, sehingga terjadi pelebaran
duktus dan pembentukan kista. Kista tersebut dapat menjadi terinfeksi, dan
selanjutnya berkembang menjadi abses. Abses bartholini selain merupakan akibat dari
kista terinfeksi, dapat pula disebabkan karena infeksi langsung pada kelenjar
bartholini.
Kista bartholini bila berukuran kecil sering tidak menimbulkan gejala. Dan
bila bertambah besar maka dapat menimbulkan dispareunia. Pasien dengan abses
bartholini umumnya mengeluhkan nyeri vulva yang akut dan bertambah cepat dan
progresif.
Dalam penanganan kista dan abses bartholini, ada beberapa pengobatan yang
dapat dilakukan. Dapat berupa intervensi bedah dan medikamentosa. Intervensi bedah
yang dapat dilakukan antara lain berupa incise dan drainase, pemasangan word
catheter, marsupialisasi dan eksisi.
BAB II
PORTOFOLIO KASUS
1

Borang Portofolio Kasus Kandungan dan Kebidanan


Topik :
Bartholinitis susp. Kista Bartholini
Tanggal (kasus) :
21 Juli 2015
Presenter :
dr. Nurimayanti
Tanggal Presentasi :
28 Juli 2015
Pendamping dr. I Nyoman Okayasa Sp.OG
Tempat Presentasi :
Ruang Perawatan Obsgyn RSD May.Jend. H.M. Ryacudu
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi :
Perempuan, usia 17 thn, benjolan pada kemaluan, terasa nyeri.
Tujuan :
Penegakkan diagnosa dan pengobatan yang tepat dan tuntas.
Bahan
Tinjauan Pustaka Riset
Kasus
Audit
Bahasan :
Cara
Diskusi
Presentasi dan Diskusi
E-mail
Pos
Membahas :
Nama : nn. A, , 17 thn, BB : 46
Data Pasien :
No. Registrasi : 15.25.11
kg, TB : 154cm
Nama Klinik : Obsgyn RSD Ryacudu
Telp :
Terdaftar sejak :
Lampura
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
Diagnosis / Gambaran Klinis : Bartholinitis susp. Kista bartholini/ pasien datang dengan
keluahan terdapat benjolan pada kemaluan disertai dengan nyeri.
Riwayat Pengobatan : Pasien pernah berobat di bidan sebelumnya, diberikan obat minum
tapi keluhan tidak berkurang
Riwayat Kesehatan/Penyakit: (-)
Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan seperti pasien.
Riwayat Pekerjaan : Pelajar
Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Tidak ada
Riwayat Reproduksi : Os belum menikah
Lain-lain : Hasil pemeriksaan laboratorium, Hb : 12 gr/dl, Leukosit : 18.030/uL, trombosit :
3488.000/uL, Hematokrit 37%, , eritrosil 4,9 juta/uL
Hasil Pembelajaran :
1. Definisi kista bartholini
2. Penegakan diagnosa Kista Bartholini
3. Tatalaksana Kista Bartholini

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subjektif :
2

Pasien datang ke IGD RSUD Ryacudu dengan keluhan benjolan pada kemaluan
disertai rasa nyeri sejak 1 bulan yang lalu. Benjolan dirasakan awalnya kecil
tetapi makin lama makin membesar kira-kira sebesar kelereng. Benjolan disertai
nyeri terutama jika duduk atau berjalan. Sebelum benjolan muncul pasien
mengeluh keluar keputihan yang awalnya berwarna putih jernih kemudian lamalama agak kekuningan dan dalam jumlah yang makin lama semakin banyak.
Pasien juga mengeluh demam sejak 7 hari yang lalu, demam turun jika minum
obat penurun demam.
Pasien pernah berobat ke bidan diberikan obat namun keluhan tidak kunjung
hilang. Pasien mengaku sekitar 4 bulan yang lalu mengalami keluhan seperti ini
namun benjolan dirasakan menghilang sendiri.
2. Objektif :
Kesan umum :
Keadaan umum : Tampak akit sedang, Kesadaram : Composmentis
Tanda vital
Tekanan darah : 110 / 70 mmHg
Pernapasan
: 18x/menit
Suhu
: 37,5C (Axilla)
Nadi
: 86 x/menit, reguler, isi cukup
Status Generalis
Kepala
Mesocephali, rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit

kepala tidak ada kelainan.


Mata
Cekung (-/-), Kelopak mata oedema -/-, konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik
-/-, pupil iskokor kanan dan kiri, refleks cahaya +/+.
Hidung
Nafas cuping hidung (-/-), bentuk normal, sekret (-/-), septum deviasi (-)
Telinga
Normotia, discharge (-/-)
Mulut
Sianosis (-), trismus (-), stomatitis (-), mukosa faring hiperemis (-), bibir

kering (+), tonsil T1-T1 tenang.


Leher
KGB tidak teraba membesar

Thorax
Paru
Inspeksi
: simetris dalam keadaan statis maupun dinamis, retraksi (-),
3

Palpasi
Perkusi
Auskultasi

subcostal (-), intercostalis (-)


: viokal fremitus dextra et sinistra sama
: sonor diseluruh lapang paru
: suara nafas bronkovesikuler, suara nafas tambahan (-/-),
ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: pulsasi ictus cordis tidak tampak


: ictus cordis tidak teraba
: pemeriksaan tidak dilakukan
: bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)

Inspeksi
Auskultasi
Palpasi

Abdomen
: datar
: peristaltik (+) normal
: supel, turgor kulit normal, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba,

Perkusi

lien tidak teraba.


: timpani seluruh regio abdomen

Genitalia

Vulva bengkak (edema), teraba massa berdiameter 1,5 cm pada labia minora
dextra, teraba kenyal, berfluktuasi, eritema, nyeri tekan (+)

Anggota gerak

Keempat anggota gerak lengkap sempurna

Ekstremitas
Superior

Inferior

Deformitas

- /-

- /-

Akral dingin

- /-

-/-

Akral sianosis

- /-

- /-

Ikterik

- /-

- /-

CRT

< 2 detik

< 2 detik

Tonus

Normotoni

Normotoni

PEMERIKSAAN KHUSUS
A. Status Obsteric dan Gynecology
Genitalia eksterna
Vulva bengkak (edema), teraba massa berdiameter 1,5 cm pada labia minora dextra,
teraba kenyal, berfluktuasi, eritema, nyeri tekan (+)
B. Status Antopometri
Berat Badan : 46 kg
Tinggi badan :154 cm
BMI: BB (kg) / TB2 (m) = 19.4
Kesan : normal

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 22 Juli 2015
Hematologi
Hemoglobin

12 gr/dl

Hasil

Golongn darah

Rhesus

Positif

Leukosit

18.030 / ul

Trombosit

384.000 / ul

Hematokrit

37 %

Eritrosit

4,9 jt/ul

Rujukan
12-16 g/dl

3. Assesment (penalaran klinis) :


5

5000 10.000 / ul
150.000 400.000/ul
38 47 %
4,2-5,4 juta/ul

Bartholinitis susp. Kista Bartholini


4. Plan :

Rawat inap

IVFD RL 20 gtt makro

Injeksi Ceftriaxone 1 gr/12 jam

Injeksi Ketorolax 1 Amp/8 jam

Konsultasi dr.SpOG

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi
Kelenjar bartolini merupakan salah satu organ genitalia eksterna, kelenjar
bartolini atau glandula vestibularis major, berjumlah dua buah berbentuk bundar, dan
terletak posterolateral dari vestibulum arah jam 4 & 8. Saluran keluar dari kelenjar ini
bermuara pada celah yang terdapat diantara labium minus pudendi dan tepi hymen.
Glandula ini homolog dengan glandula bulbourethralis pada pria. Kelenjar ini tertekan
pada waktu coitus dan mengeluarkan sekresinya untuk membasahi atau melicinkan
permukaan vagina di bagian caudal. kelenjar bartolini diperdarahi oleh arteri bulbi
vestibuli, dan dipersarafi oleh nervus pudendus dan nervushemoroidal inferior.1
Kelenjar bartolini sebagian tersusun dari jaringan erektil dari bulbus, jaringan erektil
dari bulbus menjadi sensitif selama rangsangan seksual dan kelenjar ini akan
mensekresi sekret yang mukoid yang bertindak sebagai lubrikan. Drainase pada
kelenjar ini oleh saluran dengan panjang kira-kira 2-2,5 cm yang terbuka ke arah
orificium vagina sebelah lateral hymen, normalnya kelenjar bartolini tidak teraba pada
pemeriksaan palapasi. seperti pada gambar dibawah ini : 2

B. Histologi
Kelenjar bartolini dibentuk oleh kelenjar racemose dibatasi oleh epitel
kolumnair atau kuboid. Mukosa kelenjar dilapisi oleh sel epitel kuboid. Duktus dari
kelenjar bartolini merupakan epitel transsisional yang secara embriologi merupakan
daerah transisi abtara traktus urinarius dengan traktus genital.2,3
7

C. Fisiologi
Kelenjar ini mengeluarkan lendir untuk memberikan pelumasan vagina.
kelenjar Bartolini mengeluarkan jumlah lendir yang relatif sedikit sekitar satu atau
dua tetes cairan tepat sebelum seorang wanita orgasme. Tetesan cairan pernah
dipercaya menjadi begitu penting untuk pelumas vagina, tetapi penelitian dari Masters
dan Johnson menunjukkan bahwa pelumas vagina berasal dari bagian vagina lebih
dalam. Cairan mungkin sedikit membasahi permukaan labia vagina, sehingga kontak
dengan daerah sensitif menjadi lebih nyaman bagi wanita.3
D. Kelainan pada kelenjar bartholini
Organ kelamin wanita terdiri atas organ genitalia interna dan organ genitalia
eksterna. Kedua bagian besar organ ini sering mengalami gangguan, salah satunya
adalah infeksi, infeksi dapat mengenai organ genitalia interna maupun eksterna
dengan berbagai macam manifestasi dan akibatnya. Tidak terkecuali pada glandula
vestibularis major atau dikenal dengan kelenjar bartolini. Kelenjar bartolini
merupakan kelenjar yang terdapat pada bagian bawah introitus vagina. Jika kelenjar
ini mengalami infeksi yang berlangsung lama dapat menyebabkan terjadinya kista
bartolini. Kista bartolini adalah salah satu bentuk tumor jinak pada vulva. Kista
bartolini merupakan kista yang terbentuk akibat adanya sumbatan pada duktus
kelenjar bartolini, yang menyebabkan retensi dan dilatasi kistik. Dimana isi di dalam
kista ini dapat berupa nanah yang dapat keluar melalui duktus atau bila tersumbat
dapat dapat mengumpul di dalam menjadi abses.1
Bartolinitis ini merupakan masalah pada wanita usia subur, kebanyakan kasus
terjadi pada usia 20 sampai 30 tahun dengan sekitar 1 dalam 50 wanita akan
mengalami bartolinitis atau abses dalam hidup mereka, sehingga hal ini merupakan
masalah yang perlu untuk dicermati. Kista bartolini bisa tumbuh dari ukuran seperti
kacang polong menjadi besar dengan ukuran seperti telur. Kista bartolini tidak
menular secara seksual, meskipun penyakit menular seksual seperti Gonore adalah
penyebab paling umum terjadinya infeksi pada kelenjar bartolini yang berujung pada
terbentuknya kista dan abses, sifilis ataupun infeksi bakteri lainnya juga dianggap
menjadi penyebab terjadinya infeksi pada kelenjar ini.1

Bentuk-bentuk kelainan pada kelenjar Bartholin :1


Bartholinitis
Kista bartholini
Abses bartholini
Keganasan (berupa adenokarsinoma maupun karsinoma skuamosa)
E. Definisi
Bartholinitis merupakan infeksi kelenjar Bartholini (nama diambil dari
seorang ahli anatomi belanda) yang letaknya bilateral pada bagian dasar labia minor.
Kelenjar ini bermuara pada posisi kira2 jam 4 dan jam 8. Ukurannya sebesar kacang
(0,5-1 cm) dan tidak melebihi 1 cm, dan pada pemeriksaan dalam keadaan normal
kelenjar ini tidak dapat di palpasi, bertugas mensekresi lendir dengan duktus
sepanjang1,5-2cm.Bartolinitis terjadi bila ada sumbatan pada duktus ini.Bartolinitis
ini dapat terjadi berulang-ulang dan akhirnya dapat menjadi menahun dalam bentuk
kista bartolini.3
Gambar 1. Kista bartholin

F. Epidemiologi
Kista Bartholini merupakan kista yang sering terjadi pada vulva. Dua persen
wanita mengalami kista Bartolini atau abses kelenjar pada suatu saat dalam
kehidupannya. Abses umumnya hampir terjadi tiga kali lebih banyak daripada kista.
Salah satu penelitian kasus kontrol menemukan bahwa wanita berkulit putih dan
hitam yang lebih cenderung untuk mengalami kista bartolini atau abses bartolini
9

daripada wanita hispanik, dan bahwa perempuan dengan paritas yang tinggi memiliki
risiko terendah. Kista Bartolini, yang paling umum terjadi pada labia majora. Involusi
bertahap dari kelenjar Bartolini dapat terjadi pada saat seorang wanita mencapai usia
30 tahun. Hal ini mungkin menjelaskan lebih seringnya terjadi kista Bartolini dan
abses selama usia reproduksi. Biopsi eksisional mungkin diperlukan lebih dini karena
massa pada wanita pascamenopause dapat berkembang menjadi kanker. Beberapa
penelitiantelah menyarankan bahwa eksisi pembedahan tidak diperlukan karena
rendahnya risiko kanker kelenjar Bartholin (0,114 kanker per 100.000 wanita-tahun).
Namun, jika diagnosis kanker tertunda, prognosis dapat menjadi lebih buruk. Sekitar
1 dalam 50 wanita akan mengalami kista Bartolini atau abses di dalam hidup mereka.
Jadi, hal ini adalah masalah yang perlu dicermati. Kebanyakan kasus terjadi pada
wanita usia reproduktif, antara 20 sampai 30 tahun. Namun, tidak menutup
kemungkinan dapat terjadi pada wanita yang lebih tua atau lebih muda.4,5
G. Etiologi
Kista Bartolini berkembang ketika saluran keluar dari kelenjar Bartolini
tersumbat. Penyebab penyumbatan diduga akibat infeksi atau adanya pertumbuhan
kulit pada penutup saluran kelenjar bartholini. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar
kemudian terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu
kista. Suatu abses terjadi bila kista menjadi terinfeksi. Abses Bartolini dapat
disebabkan oleh sejumlah bakteri. Ini termasuk organisme yang menyebabkan
penyakit menular seksual seperti Klamidia dan Gonore serta bakteri yang biasanya
ditemukan di saluran pencernaan, seperti Escherichia coli. Umumnya abses ini
melibatkan lebih dari satu jenis organisme. Obstruksi distal saluran Bartolini bisa
mengakibatkan retensi cairan, dengan dihasilkannya dilatasi dari duktus dan
pembentukan kista. Kista dapat terinfeksi, dan abses dapat berkembang dalam
kelenjar. Kista Bartolini tidak selalu harus terjadi sebelum abses kelenjar. Kelenjar
Bartolini adalah abses polimikrobial. Meskipun Neisseria gonorrhoeae adalah
mikroorganisme aerobik yang dominan mengisolasi, bakteri anaerob adalah patogen
yang paling umum. Chlamydia trachomatis juga mungkin menjadi organisme
kausatif. Namun, kista saluran Bartolini dan abses kelenjar tidak lagi dianggap
sebagai bagian eksklusif dari infeksi menular seksual. Selain itu operasi vulvovaginal
adalah penyebab umum kista dan abses tersebut.5
Penyebab sumbatan :5
10

1. Infeksi

Sejumlah bakteri dapat menyebabkan infeksi, termasuk bakteri yang umum,


seperti Escherichia coli (E. coli), serta bakteri yang menyebabkan penyakit
menular seksual seperti gonore dan klamidia.
2. Non infeksi

Stenosis / atresia congenital

Trauma mekanik

Inspissated mucous

H. patofisiologi
Obstruksi dari saluran bartolini distal bisa karena retensi sekresi dengan
resultan dilatasi saluran dan formasi kista. Kista bisa menjadi infeksi dan akhirnya
berkembang menjadi abses. Kista saluran bartolini bisa saja tidak tampak sebelum
menjadi abses. jika kista saluran bartolini tampak kecil dan tidak menjadi inflamasi,
akan tampak asimptomatik. Jika kista menjadi infeksi, akan tampak bentuk abses.
Obstruksi duktus Penumpukan sekret mukus Pembengkakan (kista bartholin)
Kista dapat mengalami peradangan (bartholinitis) terutama bila terjadi infeksi
Kista yang terinfeksi dapat berkembang menjadi abses (abses bartholin).5
I. Manifestasi klinik
Jika kista duktus Bartholini masih kecil dan belum terjadi inflamasi, penyakit
ini bisa menjadi asimptomatik. Biasanya ditemukan ketika seorang wanita datang ke
dokter untuk pemeriksaan umum tanpa keluhan apapun, tanpa rasa sakit vagina. Kista
Bartolini menyebabkan pembengkakan labia di satu sisi, dekat pintu masuk ke vagina.
Kista biasanya nampak sebagai massa yang menonjol secara medial dalam introitus
posterior pada regio yang duktusnya berakhir di dalam vestibula. Karena letaknya di
vagina bagian luar, kista akan terjepit terutama saat duduk dan berdiri. Jika kista
tumbuh lebih besar dari diameter 1 inci, dapat menyebabkan ketidaknyamanan ketika
duduk, atau selama hubungan seksual.6
Jika kista menjadi terinfeksi maka bisa terjadi abses pada kelenjar (berisi nanah,
dan menjadi bengkak). Tanda kista Bartholini yang tidak terinfeksi berupa penonjolan
yang tidak nyeri pada salah satu sisi vulva disertai kemerahan atau pembengkakan
pada daerah vulva. Indurasi biasa terjadi pada sekitar kelenjar, dan aktivitas seperti
11

berjalan, duduk atau melakukan hubungan seksual bisa menyebabkan rasa nyeri pada
vulva. Pasien berjalan mengegang ibarat menjepit bisul diselangkangan.6
Pada bartholinitis akut, kelenjar membesar, merah, nyeri dan lebih panas dari
daerah sekitarnya.. Isinya cepat menjadi nanah yang dapat keluar melalui duktusnya,
atau jika duktus tersumbat, mengumpul di dalamnya dan menjadi abses yang kadangkadang dapat menjadi sebesar telur bebek. Jika belum menjadi abses, keadaan bisa
diatasi dengan antibiotik, jika sudah bernanah akan mencari jalan sendiri atau harus
dikeluarkan dengan sayatan. Radang pada kelenjar bartholin dapat terjadi berulangulang dan akhirnya dapat menjadi menahun dalam bentuk kista bartholin.6

Biasanya unilateral

Berbentuk bulat sampai oval, berukuran 1-5 cm

Tidak terasa nyeri

Terletak pada labia mayora bagian 1/3 posterior, menonjol ke arah introitus

Kista yang membesar menimbulkan rasa tidak nyaman/mengganggu saat


berjalan, duduk atau coitus

Bila meradang : nyeri, demam, disertai tanda radang lainnya

Bila terbentuk abses : fluktuasi (+)

Dapat disertai pembesaran kelenjar limph femoral dan inguinal

J. Diagnosis
Anamnesis yang baik dan pemeriksaan fisik sangat mendukung suatu
diagnosis. Pada anamnesis ditanyakan tentang gejala seperti :7

Panas

Gatal

Sudah berapa lama gejala berlangsung

Kapan mulai muncul

Faktor yang memperberat gejala

Apakah pernah berganti pasangan seks

Keluhan saat berhubungan

Riwayat penyakit menular seks sebelumnya

Riwayat penyakit kulit dalam keluarga


12

Riwayat keluarga mengidap penyakit kanker kelamin

Riwayat penyakit yang lainnya misalnya diabetes dan hipertensi

Riwayat pengobatan sebelumnya

Keluhan pasien pada umumnya adalah :7

Benjolan

Nyeri saat berjalan, duduk, beraktifitas fisik, atau berhubungan seksual

Umumnya

tidak

disertai

demam,

kecuali

jika

terinfeksi

dengan

mikroorganisme yang ditularkan melalui hubungan seksual atau ditandai


dengan adanya perabaan kelenjar limfe pada inguinal

Pembengkakan area vulva selama 2-4 hari

Biasanya ada sekret di vagina, kira-kira 4 sampai 5 hari pasca pembengkakan,


terutama jika infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang ditularkan melalui
hubungan seksual

Dapat terjadi ruptur spontan

Teraba massa unilateral pada labia mayor sebesar telur ayam, lembut, dan
berfluktuasi, atau terkadang tegang dan keras
Kista atau abses Bartholini di diagnosis melalui pemeriksaan fisik, khususnya

dengan pemeriksaan ginekologis pelvis. Pada pemeriksaan fisis dengan posisi


litotomi, kista terdapat di bagian unilateral, nyeri, fluktuasi dan terjadi pembengkakan
yang eritem pada posisi jam 4 atau 8 pada labium minus posterior. Jika kista
terinfeksi, pemeriksaan kultur jaringan dibutuhkan untuk mengidentifikasikan jenis
bakteri penyebab abses dan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi akibat penyakit
menular seksual seperti Gonorrhea dan Chlamydia. Untuk kultur diambil swab dari
abses atau dari daerah lain seperti serviks. Hasil tes ini baru dilihat setelah 48 jam
kemudian, tetapi hal ini tidak dapat menunda pengobatan. Dari hasil ini dapat
diketahui antibiotik yang tepat yang perlu diberikan. Biopsi dapat dilakukan pada
kasus yang dicurigai keganasan.7

K. Diagnosis banding
13

lainnya. Karena kelenjar Bartholini biasanya mengecil saat menopause,


pertumbuhan vulva pada wanita postmenopause harus dievaluasi untuk kemungkinan
terjadinya keganasan, khususnya jika massa irregular, nodular dan indurasi persisten.7

Kista sebaceous pada vulva sangat sering ditemukan. Kista sebaceous ini
merupakan suatu kista epidermal inklusi dan seringkali asimptomatik.

Dysontogenic cysts merupakan kista jinak yang berisi mucus dan berlokasi
pada introitus atau labia minora. Terdiri dari jaringan yang menyerupai
mukosentrum, dan seringkali asimptomatik.

Hematoma pada vulva. Dapat dibedakan dengan adanya trauma akibat


berolahraga, kekerasan.

Fibroadenoma merupakan tumor solid jinak vulva yang sering ditemukan.


Indikasi untuk eksisi berupa timbulnya rasa nyeri, pertumbuhan yang progresif
dan kosmetik.

L. Penatalaksanaan
Jika kistanya tidak besar dan tidak menimbulkan gangguan, tidak perlu
dilakukan tindakan apa-apa. Dalam hal lain perlu dilakukan pembedahan. Tindakan
itu terdiri atas ekstirpasi, akan tetapi tindakan ini bisa menimbulkan perdarahan.
Akhir-akhir ini dianjurkan marsupialisasi sebagai tindakan tanpa resiko sayatan dan
isi kista dikeluarkan, dinding kista yang terbuka dijahit pada kulit vulva yang terbuka
pada sayatan.8
1. Bartholinitis
2. Kista Bartholin

: Antibiotik spektrum luas


:

Kecil, asimptomatik dibiarkan

Simptomatis/rekuren pembedahan berupa insisi +word catheter


marsupialisasi
laser varporization dinding kista
3. Abses bartholin

Insisi (bedah drainase) + word catheter, ekstirpasi

14

Penanganan abses bartholin sama dengan penanganan kista bartholin


simtomatis, namun ada sedikit perbedaan. Prinsipnya berikan terapi antibiotik
spektrum luas, dan lakukan pemeriksaan kultur pus oleh karena ada kemungkinan
disebabkan gonorrhea atau chlamydia, meskipun 67% disebabkan oleh flora normal
vagina.
Tujuan penanganan kista bartholini adalah memelihara dan mengembalikan
fungsi darikelenjar bartholini. Metode penanganan kista bartholini yaitu insersi word
catheter untuk kista dan abses kelenjar bartholini dan marsupialization untuk kista
kelenjar bartholini. Terapiantibiotic spectrum luas diberikan apabila kista atau abses
kelenjar bartholini disertai denganadanya selulitis. Biopsy eksisional dilakukan untuk
pengangkatan adenokarsinoma pada wanitamenopause atau perimenopause yang
irregular dan massa kelenjar Bartholini yang nodular.8
Penatalaksanaan dari kista duktus bartholin tergantung dari gejala pada pasien.
Kista yang asimptomatik mungkin tidak memerlukan pengobatan, tetapi symptomatic
kista duktus bartholin dan abses bartholin memerlukan drainage. Kecuali kalau terjadi
rupture spontan, abses jarang sembuh dengan sendirinya.8
Insisi dan drainage abses8

Tindakan ini dilakukan bila terjadi symptomatic Bartholin's gland abscesses .

Sering terjadi rekurensi

Cara:

Disinfeksi abses dengan betadine

Dilakukan anastesi lokal( khlor etil)

Insisi abses dengan skapel pada titik maksimum fluktuasi

Dilakukan penjahitan
Gambar 2. Insisi abses

15

Definitive drainage menggunakan Word catheter.8


Word catheter biasanya digunakan ada penyembuhan kista duktus bartholin
dan abses bartholin. Panjang tangkai catheter 1 inch dan mempunyai diameter seperti
foley catheter no 10. Balon Catheter hanya bias menampung 3 ml normal saline.
Cara:

Disinfeksi dinding abses sampai labia dengan menggunakan betadine.

Dilakukan lokal anastesi dengan menggunakan lidokain 1 %

Fiksasi abses dengan menggunakan forsep kecil sebelum dilakukan tindakan


insisi.

Insisi diatas abses dengan menggunakan mass no 11

Insisi dilakukan vertikal di dalam introitus eksternal terletak bagian luar ring
himen. Jika insisi terlalu lebar, word catheter akan kembali keluar.

Selipkan word kateter ke dalam lubang insisi

Pompa balon word kateter dengan injeksi normal salin sebanyak 2-3 cc

Ujung Word kateter diletakkan pada vagina.


Proses epithelisasi pada tindakan bedah terjadi setelah 4-6 minggu, word

catheter akan dilepas setelah 4-6mgg,meskipun epithelisasa bias terbentuk pada 3-4
minggu. Bedrest selama 2-3 hari

mempercepat penyembuhan. Meskipun dapat

menimbulkan terjadinya selulitis, antibiotic tidak diperlukan. Antibiotik diberikan bila


terjadi selulitis (jarang).8

16

Marsupialisasi8
Banyak

literatur

menyebutkan

tindakan marsupialisasi hanya digunakan


pada kista bartholin.Namun sekarang
digunakan juga untuk abses kelenjar
bartholin karena memberi hasil yang
sama efektifnya. Marsupialisasi adalah
suatu tehnik membuat muara saluran
kelenjar bartholin yang baru sebagai
alternatif lain dari pemasangan word kateter. Komplikasi berupa dispareuni,
hematoma, infeksi.
Cara:

Disinfeksi dinding kista sampai labia dengan menggunakan betadine.

Dilakukan lokal anastesi dengan menggunakan lidokain 1 %.

Dibuat insisi vertikal pada kulit labium sedalam 0,5cm (insisi sampai diantara
jaringan kulit dan kista/ abses) pada sebelah lateral dan sejajar dengan dasar
selaput himen.

Dilakukan insisi pada kista dan dinding kista dijepit dengan klem pada 4 sisi,
sehingga rongga kista terbuka dan kemudian dinding kista diirigasi dengan
cairan salin.

Dinding kista dijahit dengan kulit labium dengan atraumatik catgut. Jika
memungkinkan muara baru dibuat sebesar mungkin(masuk 2 jari tangan), dan
17

dalam waktu 1 minggu muara baru akan mengecil separuhnya, dan dalam
waktu 4 minggu muara baru akan mempunyai ukuran sama dengan muara
saluran kelenjar bartholin sesungguhnya.8

antibiotik8

Penggunaan

Antibiotik sesuai

dengan

penyebab

yang

diketahui secara pasti

dari

hasil

pengecatan

maupun

kultur

bakteri
gram

pus dari abses kelenjar

bartholin

Infeksi Neisseria

gonorrhoe:

Ciprofloxacin

500 mg single dose

Ofloxacin 400 mg single dose


Cefixime 400 mg oral ( aman untuk anak dan bumil)
Cefritriaxon 200 mg i.m ( aman untuk anak dan bumil)

Infeksi Chlamidia trachomatis:


Tetrasiklin 4 X500 mg/ hari selama 7 hari, po
Doxycyclin 2 X100 mg/ hari selama 7 hari, po

Infeksi Escherichia coli:


Ciprofoxacin 500 mg oral single dose
Ofloxacin 400 mg oral single dose
18

Cefixime 400 mg single dose

Infeksi Staphylococcus dan Streptococcus :


Penisilin G Prokain injeksi 1,6-1,2 juta IU im, 1-2 x hari
Ampisilin 250-500 mg/ dosis 4x/hari, po.
Amoksisillin 250-500 mg/dosi, 3x/hari po.

BAB IV
ANALISA KASUS

Bagaimana mendiagnosa Bartholinitis susp. Kista Bartholini ?


19

Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang telah


dilakukan, diagnosa pasien ini adalah bartholinitis susp. Kista bartholini
Anamnesa
Pasien datang dengan keluhan benjolan pada kemaluan disertai rasa nyeri sejak
1 bulan yang lalu. Benjolan dirasakan awalnya kecil tetapi makin lama makin
membesar kira-kira sebesar kelereng. Benjolan disertai nyeri terutama jika duduk atau
berjalan. Sebelum benjolan muncul pasien mengeluh keluar keputihan yang awalnya
berwarna putih jernih kemudian lama-lama agak kekuningan dan dalam jumlah yang
makin lama semakin banyak.
Pasien juga mengeluh demam sejak 7 hari yang lalu, demam turun jika minum
obat penurun demam.
Pasien pernah berobat ke bidan diberikan obat namun keluhan tidak kunjung
hilang. Pasien mengaku sekitar 4 bulan yang lalu mengalami keluhan seperti ini
namun benjolan dirasakan menghilang sendiri.
Keluhan pasien sesuai dengan teori bahwa kista bartholini menyebabkan
pembengkakan labia di satu sisi, dekat pintu masuk ke vagina. Kista biasanya nampak
sebagai massa yang menonjol secara medial dalam introitus posterior pada regio yang
duktusnya berakhir di dalam vestibula. Karena letaknya di vagina bagian luar, kista
akan terjepit terutama saat duduk dan berdiri. Jika kista tumbuh lebih besar dari
diameter 1 inci, dapat menyebabkan ketidaknyamanan ketika duduk, atau selama
hubungan seksual.

Pemeriksaan Fisik
Vulva bengkak (edema), teraba massa berdiameter 1,5 cm pada labia minora
dextra, teraba kenyal, berfluktuasi, eritema, nyeri tekan (+)
Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa Kista atau abses Bartholini pada
pemeriksaan fisik, khususnya dengan pemeriksaan ginekologis pelvis dengan posisi
litotomi, kista terdapat di bagian unilateral, nyeri, fluktuasi dan terjadi pembengkakan
yang eritem pada posisi jam 4 atau 8 pada labium minus posterior.
Pemeriksaan penunjang
20

Darah lengkap :
Hb

: 12 gr/dl

Leukosit

: 18.030/uL

Eritrosit

: 4,9jt/uL

Trombosit

: 384.000/uL

Hematokrit

: 37%

Dari hasil laboratorium pasien diatas ditemukan tanda infeksi dimana jumlah
leukosit yang lebid dari kadar normalnya. Pada teori Jika kista terinfeksi, pemeriksaan
kultur jaringan dibutuhkan untuk mengidentifikasikan jenis bakteri penyebab abses
dan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi akibat penyakit menular seksual seperti
Gonorrhea dan Chlamydia. Untuk kultur diambil swab dari abses atau dari daerah lain
seperti serviks. Hasil tes ini baru dilihat setelah 48 jam kemudian, tetapi hal ini tidak
dapat menunda pengobatan. Dari hasil ini dapat diketahui antibiotik yang tepat yang
perlu diberikan. Biopsi dapat dilakukan pada kasus yang dicurigai keganasan.
Bagaimana penatalaksanaan dari bartholinitis susp. Kista bartholini ?
Jika kistanya tidak besar dan tidak menimbulkan gangguan, tidak perlu
dilakukan tindakan apa-apa. Dalam hal lain perlu dilakukan pembedahan. Tindakan
itu terdiri atas ekstirpasi, akan tetapi tindakan ini bisa menimbulkan perdarahan.
Akhir-akhir ini dianjurkan marsupialisasi sebagai tindakan tanpa resiko sayatan dan
isi kista dikeluarkan, dinding kista yang terbuka dijahit pada kulit vulva yang terbuka
pada sayatan.8
1. Bartholinitis
2. Kista Bartholini

: Antibiotik spektrum luas


:

Kecil, asimptomatik dibiarkan

Simptomatis/rekuren pembedahan berupa insisi +word catheter


marsupialisasi
laser varporization dinding kista
3. Abses bartholini :
Insisi (bedah drainase) + word catheter, ekstirpasi
21

Penanganan abses bartholini sama dengan penanganan kista bartholini simtomatis,


namun ada sedikit perbedaan. Prinsipnya berikan terapi antibiotik spektrum luas,
dan lakukan pemeriksaan kultur pus oleh karena ada kemungkinan disebabkan
gonorrhea atau chlamydia, meskipun 67% disebabkan oleh flora normal vagina.

Pada pasien ini deberikan terapi antibiotic spectrum luas yaitu Injeksi Ceftriaxone 1
gr/12 jam dan anti analgesik yaitu Injeksi Ketorolax 1 Amp/8 jam.

BAB V
KESIMPULAN
Kelenjar bartolini merupakan salah satu organ genitalia eksterna. Bartholinitis
merupakan infeksi kelenjar Bartholini. Kista Bartolini berkembang ketika saluran
keluar dari kelenjar Bartolini tersumbat. Penyebab penyumbatan diduga akibat infeksi
atau adanya pertumbuhan kulit pada penutup saluran kelenjar bartholini.
22

Jika kista duktus Bartholini masih kecil dan belum terjadi inflamasi, penyakit
ini bisa menjadi asimptomatik. Kista Bartolini menyebabkan pembengkakan labia di
satu sisi, dekat pintu masuk ke vagina. Kista biasanya nampak sebagai massa yang
menonjol secara medial dalam introitus posterior pada regio yang duktusnya berakhir
di dalam vestibula. Karena letaknya di vagina bagian luar, kista akan terjepit terutama
saat duduk dan berdiri. Jika kista tumbuh lebih besar dari diameter 1 inci, dapat
menyebabkan ketidaknyamanan ketika duduk, atau selama hubungan seksual.
Penatalaksanaannye sebagai berikut:
1. Bartholinitis
2. Kista Bartholini

: Antibiotik spektrum luas


:

Kecil, asimptomatik dibiarkan

Simptomatis/rekuren pembedahan berupa insisi +word catheter


marsupialisasi
laser varporization dinding kista
3. Abses bartholin

Insisi (bedah drainase) + word catheter, ekstirpasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Ashari, M.A. (2010). Materi Kuliah Tumor Jinak Ginekologi. Yogyakarta : SMF
Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSD Panembahan Senopati Bantul.
2. Cunningham, F.G., MacDonald, P.C. (2005). Obstetri Williams. Jakarta: EGC.
3. Norwitz, E., Schorge, J. (2008). At A Glance : Obstetri & Ginekologi. Edisi 2.
Jakarta : Erlangga.
23

4. Winkjosastro, H., Saifuddin, A.B., Rachimdani, T. (2002). Ilmu Kandungan.


Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
5. Blumstein,

Howard.

2005.

Bartholin

Gland

Diseases.

http://www.emedicine.com/emerg/topic54.
6. Omole,FolashadeM.D. 2003. Management of Bartholin's Duct Cyst and Gland
Abscess. http://www. Aafp.org/afp/20030701/135.html.
7. Hill Ashley, M.D. 1998. Office Management of Bartholin Gland Cyst and
Abscess. http://www.fpnotebook.com/GYN 199.htm
8. Wiknjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

24

You might also like