Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
I.
Identitas
Nama
: Ny. R
Umur
: 57 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Ciledug Lor
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Pendidikan
: SD
Agama
: Islam
Status Perkawinan : Menikah
Tanggal Pemeriksaan: 19 Agustus 2015
No. RM
: 773306
II.
Anamnesis
A. Keluhan Utama: Benjolan yang keluar dari anus
B. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke IGD RSUD Waled dengan keluhan terdapat benjolan yang keluar
dari anus. Keluhan benjolan tersebut mulai dirasakan pasien sejak 2 tahun yang
lalu, mula-mula keluar benjolan kecil dan semakin lama semakin bertambah besar.
Benjolan tersebut mulanya bisa masuk sendiri setelah BAB, namun lama kelamaan
benjolan tidak dapat masuk kembali sehingga pasien menggunakan jari tangannya
untuk memasukkan benjolan tersebut kembali kedalam anus. Sejak 1 minggu yang
lalu pasien mengeluh benjolan tersebut sudah tidak bisa dimasukkan lagi dengan
bantuan jari tangannya. Pasien merasa tidak nyaman saat jalan maupun duduk.
Menurut pasien benjolan tersebut teraba lunak saat diraba. Pasien juga mengeluh
ketika BAB terasa nyeri dan panas disekitar anus, kadang terasa gatal disekitar anus
dan keluar darah merah segar menetes di akhir BAB dan tidak bercampur dengan
fesesnya.
Pasien belum pernah memeriksakan dirinya ke dokter. Pasien juga tidak meminum
obat apapun untuk mengobati keluhan tersebut. Pasien seringkali dalam seminggu
buang air besarnya tidak teratur dan bila buang air besar harus berlama-lama
jongkok di toilet dan harus mengejan karena BAB nya keras. Pasien juga tidak
mengeluh perutnya kembung atau mules, nyeri didaerah perut, tidak merasa mual
atau muntah, tidak mengeluh nafsu makan turun, maupun berat badan turun.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Hipertensi
: disangkal
- Riwayat Diabetes Mellitus : disangkal
- Riwayat Alergi
: disangkal
- Riwayat Sembelit
: (+)
D. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat sakit dengan gejala serupa : Tidak diketahui
- Diabetes Melitus
: Tidak diketahui
- Hipertensi
: Tidak diketahui
- Alergi
: Tidak diketahui
E. Riwayat Kebiasaan
- Makan :
III.
Pemeriksaan Fisik
A. Status Lokalis
Kesadaran
: Composmentis
: 84x/menit
Respirasi
: 22x/menit
Suhu
: 37.0C
B. Status Generalis
Mata: Konjungtiva anemis +/+, Sklera ikterik -/Leher : Pembesaran KGB (-)
Thoraks: Cor: BJ I II regular, gallop (-), murmur (-)
Pulmo: Rhonki -/-, Wheezing -/Abdomen : Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
IV.
Diagnosis Banding
- Hemoroid interna grade IV
- Karsinoma kolorektum
-
Divertikel kolon
- Polip rekti
V.
Usulan Pemeriksaan
- Sigmoideskopi
- Foto barium kolon
- Kolonoskopi
VI.
Diagnosis Kerja
Hemoroid interna grade IV
Penatalaksanaan
- Asam Mefenamat
- Dulcolax
- Hemoroidektomi
VIII.
Prognosis
Quo ad vitam
: Bonam
IX.
Resume
Pasien Perempuan umur 57 tahun datang ke IGD RSUD Waled dengan keluhan benjolan
yang keluar dari anus. Keluhan Benjolan tersebut mulai dirasakan pasien sejak 2 tahun
yang lalu, mula-mula keluar benjolan kecil dan semakin lama semakin bertambah besar.
Benjolan tersebut mulanya bisa masuk sendiri setelah BAB, namun lama kelamaan
benjolan tidak dapat masuk kembali sehingga pasien menggunakan jari tangannya untuk
memasukkan benjolan tersebut kembali kedalam anus. Sejak 1 minggu yang lalu
pasien mengeluh benjolan tersebut sudah tidak bisa dimasukkan lagi dengan bantuan
jari tangannya. Menurut pasien benjolan tersebut teraba lunak saat diraba dan pasien
merasa tidak nyaman saat jalan maupun duduk. Pasien juga mengeluh ketika BAB terasa
nyeri dan panas disekitar anus, kadang keluar darah merah segar menetes di akhir BAB
dan tidak bercampur dengan fesesnya.
Pasien belum pernah memeriksakan dirinya ke dokter. Pasien juga tidak meminum obat
apapun untuk mengobati keluhan tersebut. Pasien seringkali dalam seminggu buang air
besarnya tidak teratur dan bila buang air besar harus berlama-lama jongkok di toilet dan
harus mengejan karena BAB nya keras. Pasien juga tidak mengeluh perutnya kembung
atau mules, tidak merasa mual atau muntah, tidak mengeluh nafsu makan turun, maupun
berat badan turun.
Pada pemeriksaan lokalisata regio anus terlihat adanya benjolan dengan diameter kirakira 3 cm yang keluar dari anus yang dilapisi oleh mukosa. Pada rektal touche pasien
mengeluh nyeri, ada lendir, tonus sphincter ani baik, ampula tidak collaps, tidak teraba
adanya massa, pada sarung tangan tidak ada feces, dan tidak ada darah.
PEMBAHASAN
A. Definisi
Hemorrhoid berasal dari bahasa Yunani, Haima (darah) dan rheo (mengalir).
Hemorrhoid adalah pelebaran vena didalam pleksus Hemorrhoidalis dan merupakan
istilah penyakit hemoroid ditujukan pada vena-vena disekitar anus atau rektum bagian
bawah mengalami pembengkakan, perdarahan, penonjolan (prolapse), nyeri,
trombosis, mucous discharge, dan pruritus.
B. Anatomi dan Fisiologi
Bantalan anal (anal cushion) terdiri dari pembuluh darah, otot polos (Treitzs
muscle), dan jaringan ikat elastis di submukosa. Bantalan ini berlokasi dianal kanal
bagian atas, dari linea dentata menuju cincin anorektal (otot puborektal). Ada tiga
bantalan anal, masing-masing terletak di lateral kiri, anterolateral kanan, dan
posterolateral kanan. Otot polos (Treitzs muscle) berasal dari otot longitudinal yang
bersatu. Serat otot polos ini melalui sfingter internal dan menempelkan diri ke
submukosa dan berkontribusi terhadap bagian terbesar dari hemoroid.
Rektum panjangnya 15 20 cm dan berbentuk huruf S. Mula-mula mengikuti
cembungan tulang kelangkang, fleksura sakralis, kemudian membelok kebelakang
pada ketinggian tulang ekor dan melintas melalui dasar panggul pada fleksura
perinealis. Akhirnya rektum menjadi kanalis analis dan berakhir jadi anus. Pada
sepertiga bagian atas rektum, terdapat bagian yang dapat cukup banyak meluas yakni
ampula rektum bila ini terisi maka timbullah perasaan ingin buang air besar. Di
bawah ampula, tiga buah lipatan proyeksi seperti sayap-sayap ke dalam lumen
rektum, dua yang lebih kecil pada sisi yang kiri dan diantara keduanya terdapat satu
lipatan yang lebih besar pada sisi kanan, yakni lipatan kohlrausch, pada jarak 5 8
cm dari anus. Melalui kontraksi serabut-serabut otot sirkuler, lipatan tersebut saling
mendekati, dan pada kontraksi serabut otot longitudinal lipatan tersebut saling
menjauhi.
Kanalis analis berukuran panjang kurang lebih 3 cm. Batas atas kanalis analis
adalah garis anorektum/garis mukokuatan/ linea pektinata/linea dentata. Di daerah ini
terdapat kripta anus dan muara kelenjar anus antara kolumna rektum. Lekukan antar
sfingter sirkuler dapat teraba saat melakukan colok dubur, dan menunjukkan batas
sfingter interna dan eksterna. Kanalis analis berasal dari proktoderm yang merupakan
invaginasi ektoderm,sedangkan rektum berasal dari entoderm. Rektum dilapisi oleh
mukosa glanduler usus sedangkan kanalis analis oleh anoderm yang merupakan
lanjutan epitel berlapis gepeng pada kulit luar. Daerah batas rektum dan kanalis analis
ditandai oleh perubahan jenis epitel. Kanalis analis dan kulit luar sekitarnya kaya
akan persarafan sensoris somatik dan peka terhadap rangsang nyeri. Mukosa rektum
mempunyai persarafan autonom dan tidak peka terhadap rangsang nyeri. Sistem limfe
dari rektum mengalirkan isinya melalui pembuluh limfe sepanjang pembuluh
hemorrhoidalis superior ke arah kelenjar limfe paraaorta melalui kelenjar limfe iliaka
interna, sedangkan limfe yang berasal dari kanalis analis mengalir ke arah kelenjar
limfe inguinal.
Vascularisasi terdiri dari arteri hemoroidalis superior yang merupakan cabang
langsung a. mesenterica inferior. Arteri hemoroidalis medialis merupakan
10
percabangan anterior a. ilica interna. Arteri hemoroidalis inferior adalah cabang dari
a. pudenda interna. Perdarahan di plexus hemorroidalis merupakan kolateral luas dan
kaya sekali darah sehingga perdarahan dari hemorroid interna menghasilkan darah
segar yang berwarna merah dan bukan darh vena warna kebiruan.
Kembalinya darah dari anal kanal melalui dua sistem, yaitu melalui portal dan
sistemik. Hubungan antara kedua sistem ini terjadi pada linea dentata. Pleksus vena
dan sinusoid di bawah linea dentata membentuk hemoroid eksterna, mengalirkan
darah melalui vena rektal inferior menuju vena pudendal yang merupakan cabang dari
vena iliaka internal. Jaringan pada hemoroid eksterna ini sensitif terhadap nyeri,
panas, regangan, dan suhu karena diinervasi secara somatik. Pembuluh darah
subepitelial dan sinus-sinus di atas linea dentata membentuk hemoroid interna, dialiri
darah dari vena rektal media menuju ke vena iliaka interna. Bantalan vaskular di
dalam anal kanal berkontribusi terhadap kontinensi anal dan berfungsi melindungi
sfingter anal. Bantalan ini juga membantu penutupan lengkap dari anus, yang lebih
jauh akan membantu dalam kontinensia. Saat seseorang batuk, bersin, atau
mengedan, bantalan ini akan mengembang dan menutupi anal kanal untuk mencegah
kebocoran feses saat terjadi peningkatan tekanan intrarektal. Bantalan vaskular ini
memberikan informasi sensoris yang memungkinkan seseorang membedakan cairan,
benda padat, dan gas.
C. Etiologi dan Patofisiologi
11
Idiopatik, tidak jelas asalnya kelainan organik, hanya ada faktor-faktor yang
mempengaruhi timbulnya Hemorrhoid, antara lain :
- Keturunan / herediter
12
Dalam hal ini yang menurun adalah kelemahan dinding pembuluh darah dan
bukan Hemorrhoidnya.
- Anatomi
Vena di daerah anorektal dan pleksus Hemorrhoidalis kurang mendapat
sokongan otot dan fasia di sekitarnya sehingga darah mudah kembali,
menyebabkan tekanan di pleksus Hemorrhoidalis.
- Pekerjaan
Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk lama atau harus
mengangkat barang berat, gaya gravitasi akan mempengaruhi timbulnya
Hemorrhoid, misalnya polosi lalu lintas, ahli bedah, dan lain-lain.
- Umur
Pada umur tua timbul degenerasi dari seluruh jaringan tubuh juga otot
spingter menjadi tipis dan atonis.
- Endokrin
Pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus.
D. Gejala Klinis
13
14
E. Klasifikasi
Hemoroid dapat diklasifikasikan menurut letaknya terhadap linea dentata, garis
yang membatasi transisi dari epitel skuamosa di bawahnya dengan epitel kolumnar di
atasnya.
Hemoroid interna berada di atas linea dentata, ditutupi oleh epitel trasisional
dan kolumnar. Sedangkan hemoroid eksterna berada di bawah linea dentata, ditutupi
oleh epitel skuamosa. Karena jaringan yang menutupi hemorroid interna ini
dipersarafi oleh saraf visera, jaringan ini tidak sensitive terhadap nyeri, suhu, atau
sentuhan yang membuat lebih mudah untuk dilakukan prosedur pemeriksaan fisik.
a) Hemorrhoid Eksterna
Hemorrhoid
ekterna
merupakan
pelebaran
dan
penonjolan
fleksus
15
mengalami kelainan pecah, maka penggumpalan darah akan terjadi sehingga akan
menimbulkan keluhan nyeri yang lebih hebat.
b) Hemorrhoid Interna
Hemorrhoid interna adalah pleksus vena Hemorrhoidalis superior di atas
garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemorrhoid interna ini merupakan
bantalan vascular di dalam jaringan submukosa pada rectum sebelah bawah.
Sering Hemorrhoid terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan, kanan
belakang, dan kiri lateral.
Hemorrhoid interna merupakan Hemorrhoid yang muncul didalam rektum.
Biasanya Hemorrhoid jenis ini tidak nyeri. Jadi kebanyakan orang tidak menyadari
jika mempunyai Hemorrhoid ini. Perdarahan dapat timbul jika mengalami iritasi.
Perdarahan yang terjadi bersifat menetes. Jika Hemorrhoid jenis ini tidak
ditangani, maka akan menjadi prolapsed dan strangulated hemorrhoids.
Hemorrhoid interna dapat dikelompokkan menjadi :
- Grade I
16
Hemorrhoid prolaps (keluar dari rektum) pada saat mengedan, namun dapat masuk
kembali secara spontan.
- Grade III :
Hemorrhoid prolaps saat mengedan, namun tidak dapat masuk kembali secara
spontan, harus secara manual (didorong kembali dengan tangan).
- Grade IV :
Hemorrhoid mengalami prolaps namun tidak dapat dimasukkan kembali.
F. Penatalaksanaan
1. Terapi Non Medikamentosa
Manipulasi diet dan mengatur kebiasaan. Diit tinggi serat,bila perlu
diberikan supplemen serat, atau obat yang memperlunak feses (bulk forming
cathartic).
Menghindarkan
mengedan
berlama-lama
pada
saat
defekasi.
17
18
19
c.
20
panas yang sangat singkat, tetapi umumnya tidak menyakitkan. Oleh karena itu
anestesi biasanya tidak diperlukan.
d. Krioterapi/Bedah Beku
Sebagian dari mukosa anus dibekukan dengan nitrogen cair,dalam beberapa
hari terjadi nekrosis,kemudian sklerosis dan fiksasi mukosa pada lapisan otot.
e. Bipolar Coagulation/Diatermi Bipolar
Prinsip dari cara-cara ini hampir sama yaitu nekrosis lokal karena
panas,terjadi nekrosis, fibrosis/sklerosis dan fiksasi mukosa pada jaringan otot
dibawahnya.
f. Hemorrhoidolysis/Galvanic Electrotherapy
Merupakan tindakan pemotongan wasir dengan menggunakan arus listrik.
4. Terapi Operatif
1) Hemorrhoidektomi Konvensional
a. Teknik Milligan Morgan (Hemorroidektomi terbuka)
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Basis
massa hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan
diretraksi dari rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal
21
22
Kemudian eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan
jelujur di bawah klem diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena caranya
mudah dan tidak mengandung resiko pembentukan jaringan parut sekunder
yang biasa menimbulkan stenosis.
2) Hemorrhoidektomi Stapler
Cara lain mengatasi penyakit hemoroid adalah dengan penggunaan alat
stapler.
Cara
ini
tidak
mengganggu
jaringan
hemoroid
dengan
cara
Hemorroidektomi Laser
Tehnik hemoroidektomi dengan menggunakan Laser CO2. Secara umum,
keuntungan penggunaan Laser adalah tidak terjadinya asap, uap air, atau bunga api
yang akan mengganggu pandangan operator pembedahan; Laser memotong
dengan menimbulkan perdarahan yang minimal (ini adalah keuntungan Laser yang
paling utama); Laser juga menimbulkan kerusakan minimal terhadap jaringan di
23
sekitarnya, hingga luka lebih mudah sembuh dibandingkan bila dipotong dengan
kauter.
G. Komplikasi
- Inkontinensia.
- Nyeri luka operasi.
- Perdarahan fistula & abses.
- Operasi: Infeksi dan edema pada luka bekas sayatan yang dapat menyebabkan
fibrosis.
- Non Operasi: Bila mempergunakan obat-obat flebodinamik dan sklerotika dapat
menyebabkan striktur ani.
H. Prognosa
Prognosa hemorrhoid tergantung dari jenis hemorrhoid itu sendiri. Pada
dasarnya prognosanya adalah baik. Hemorrhoid interna grade I dan II dengan
terapi perubahan gaya hidup dan medikamentosa pada umumnya baik. Untuk
hemorrhoid interna grade III dan IV dengan perubahan gaya hidup,
medikamentosa, dan operatif juga memberikan prognosa yang baik.
24
DAFTAR PUSTAKA
1.
Jong WD. 2005. Usus halus, appendiks, colon, dan rectum. Buku Ajar Ilmu
Bedah Edisi 2: 672-675. Jakarta: EGC.
2. Jusi D & Dahlan M. 1995. Ilmu Bedah FKUI/RSCM Hemorrhoid Sub Bab
Bedah Vaskuler Dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah: 226-271. Jakarta :
Binarupa Aksara
25
26
27