You are on page 1of 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang
telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibelserta menunjukkan
adanya kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alami yang disertai dengan
adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial akan saling berinteraksi
satu sama laini. Proses menua yang terjadipada lansia secara linier dapat
digambarkan melalui tiga tahap yaitu,kelemahan (impairment), keterbatasan
fungsional

(functional

keterhambatan

limitations),ketidakmampuan

(handicap)

yang

akandialami

(disability),

bersamaan

dengan

dan
proses

kemunduran. (Sudoyo et al., 2006)


Dengan bertambahnya usia terdapat peningkatan hilang tulang secaralinear.
Hilang tulang ini lebih nyata pada wanita disbanding pria. Tingkat hilang tulang
ini sekitar 0,5 1% per tahun dari berat tulang pada wanita pasca menopause dan
pada pria > 80 tahun. Hilang tulang ini lebih mengenai bagian trabekula
disbanding bagian korteks, dan pada pemeriksaan histologik wanita dengan
osteoporosis spinal pasca menopause tinggal mempunya itulang trabekula < 14% (nilai
normal pada lansia 14 24% ).Sepanjang hidup tulang mengalami perusakan
(dilaksanakan oleh selosteoklas) dan pembentukan (dilakukan oleh sel osteoblas)
yang berjalanbersama-sama, sehingga tulang dapat membentuk modelnya seseuai
denganpertumbuhan badan (proses remodelling) Oleh karena itu dapat
dimengertibahwa proses remodelling ini akan sangat cepat pada usia remaja
(growthspurt). Terdapat berbagai factor yang mempengaruhi pembentukan
danpengrusakan

oleh

kedua

jenis

sel

tersebut.

Apabila

hasil

akhir

perusakan(resorbsi/destruksi) lebih besar dari pembentukan (formasi) maka akan


timbulosteoporosis.Penyakit tulang dan patah tulang merupakan salah satu dari

sindromgeriatric, dalam arti insidens dan akibatnya pada usia lanjut yang
cukupsignificant. Kondisi ini tentu saja sangat mencemaskan siapapun yang
peduli, halini terjadi karena ketidaktahuan pasien terhadap osteoporosis dan
akibatnya.Beberapa hambatan dalam penanggulangan dan pencegahan osteoporosisantara lain
karena kurang pengetahuan, kurangnya fasilitas pengobatan, factornutrisi yang
disediakan, serta hambatan-hambatan keuangan. Sehinggadiperluan kerja sama
yang baik antara lembaga-lembaga kesehatan, dokterdan pasien. Pengertian yang
salah tentang perawatan osteoporosis seringterjadi karena kurangnya pengetahuan.
( Djokomoeljanto R, 2003)
Peran dari petugas kesehatan dalam hal ini adalah dokter dan perawat sangatlah
mutlak untuk dilaksanakan. Karena dengan perannya akanmembantu dalam
mengatasi peningkatan angka prevalensi dari osteoporosis.Perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan berperan dalam upaya pendidikan dengan memberikan penyuluhan
tentang

pengertian

osteoporosis,penyebab

dan

gejala

osteoporosis

serta

pengelolaan osteoporosis. (Sinnathamby, 2010)


1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka yang menjadi
permasalahannya adalah bagaimana gambaran pengetahuan,sikap dan perilaku
mengenai osteoporosis pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Meureubo
Kabupaten Aceh Barat bulan Maret-Juni 2015.
1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1

Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan,sikap dan perilaku


mengenai osteoporosis pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Meureubo
Kabupaten Aceh Barat bulan Maret-Juni 2015.
1.3.2

Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran karakterikstik responden berdasarkan umur

2. Untuk mengetahui gambaran karakterikstik responden berdasarkan tingkat


pendidikan
3. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Meureubo mengenai Osteoporosis.
4. Untuk mengetahui gambaran sikap masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Meureubo mengenai Osteoporosis.
5. Untuk mengetahui gambaran prilaku masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Meureubo mengenai Osteoporosis.
1.4

Manfaat Penelitian
1. Bagi dunia medis dan Dinas Kesehatan terkait: diharapkan dapat diangkat
sebagai bahan dalam penyuluhan dalam meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang Osteoporosis dalam upaya meningkatkan kualitas
hidup di usia tua.
2. Bagi Masyarakat : menambah wawasan masyarakat tentang Osteoporosis
serta dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap perilaku masyarakat
mengenai osteoporosis.
3. Bagi Peneliti : menambah pengalaman dalam melakukan penelitian serta
menambah ilmu dan wawasan mengenai Osteoporosis.

You might also like