You are on page 1of 4

Fase Stabilisasi

Fase stabilisasi adalah fase awal yang dilakukan pada 1-2 hari pertama. Pasien gizi buruk
fase ini masih sangat lemah dan ka[asitas homeostatiknya, sehingga pemberian makanan harus
segera diberikan agar energy dan protein cukup untuk memenuhi metabolisme basal. Formula
yang diberikan berupa formula WHO 75 dengan persyaratan sebagai berikut: (Kementrian
kesehatan,2013)
-

Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa

Energi : 100 kkal/kg/hari

Protein : 1-1.5 gr/kg bb/hari

Cairan : 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/Kg bb/hari)

Bila anak mendapat ASI teruskan , dianjurkan memberi Formula WHO


75/pengganti/Modisco dengan menggunakan cangkir/gelas, bila anak terlalu lemah
berikan dengan sendok/pipet

Pemberian Formula WHO 75/pengganti/Modisco atau pengganti dan jadwal


pemberian makanan harus disusun sesuai dengan kebutuhan anak

Keterangan: (Kementrian kesehatan,2013)


Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema, maka tahapan pemberian formula bisa
lebih cepat dalam waktu 2-3 hari (setiap 2 jam)
a. Bila pasien tidak dapat menghabiskan Formula WHO 75/pengganti/Modisco dalam
sehari,maka berikan sisa formula tersebut melalui pipa nasogastrik ( dibutuhkan
ketrampilan petugas )
b. Pada fase ini jangan beri makanan lebih dari 100 Kkal/Kg bb/hari.
c. Pada hari 3 s/d 4 frekwensi pemberian formula diturunkan menjadi setiap jam dan pada
hari ke 5 s/d 7 diturunkan lagi menjadi setiap 4 jam.
d. Lanjutkan pemberian makan sampai hari ke 7 (akhir minggu 1)
Pantau dan catat : (Kementrian kesehatan,2013)
1) Jumlah yang diberikan dan sisanya
2) Banyaknya muntah
3) Frekwensi buang air besar dan konsistensi tinja
4) Berat badan (harian)

5) Selama fase ini diare secara perlahan berkurang pada penderita dengan edema , mula-mula
berat badannya akan berkurang kemudian berat badan naik
6) Perhatikan masa tumbuh kejar balita (catch- up growth)
Fase Transisi (Kementrian kesehatan,2013)
Fase ini berlangsung pada minggu kedua dengan melakukan pemberian makanan sedikit
demi sedikit untuk menghindari risiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi
makanan dalam jumlah banyak secara mendadak. formula khusus awal (energi 75 Kkal dan
protein 0.9-1.0 g per 100 ml) digantikan dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan
protein 2.9 gram per 100 ml) dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan keluarga
dapat digunakan asalkan dengan kandungan energi dan protein yang sama. Kemudian naikkan
dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula tersisa, biasanya pada saat tercapai
jumlah 30 ml/kgbb/kali pemberian (200 ml/kgbb/hari) (Anggraini,2010).
Pemantauan pada fase transisi:
1. frekwensi nafas
2. frekwensi denyut nadi
Bila terjadi peningkatan detak nafas > 5 kali/menit dan denyut nadi > 25 kali /menit
dalam pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian formula.
Setelah normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas.
3. Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan
Setelah fase transisi dilampaui, anak diberi:
-

Formula WHO 100/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak terbatas dan sering.

Energi : 150-220 Kkal/kg bb/hari

Protein 4-6 gram/kg bb/hari

Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula WHO
100/Pengganti/Modisco 1, karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk
tumbuh-kejar.

Setelah fase rehabilitasi (minggu ke 3-7) anak diberi : (Anggraini,2010)


-

Formula WHO-F 135/pengganti/Modisco 1 dengan jumlah tidak terbatas dan sering

Energi : 150-220 kkal/kgbb/hari

Protein 4-6 g/kgbb/hari

Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah dengan makanan Formula
( lampiran 2 ) karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh-kejar.

Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga

Pemantauan fase rehabilitasi: (Kementrian kesehatan,2013)


Kemajuan dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan badan :
-

Timbang anak setiap pagi sebelum diberi makan.

Setiap minggu kenaikan bb dihitung.

Baik bila kenaikan bb 50 g/Kg bb/minggu.

Kurang bila kenaikan bb < 50 g/Kg bb/minggu, perlu re-evaluasi menyeluruh.

a. Kwashiorkor (Kementrian kesehatan,2013)


-

Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum pedis)

Wajah membulat dan sembab

Pandangan mata sayu

Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa
sakit, rontok

Perubahan status mental, apatis, dan rewel

Pembesaran hati

Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk

Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)

Sering disertai :

penyakit infeksi, umumnya akut


anemia

diare.
b. Marasmus: (Kementrian kesehatan,2013)
-

Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit

Wajah seperti orang tua

Cengeng, rewel

Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy
pant/pakai celana longgar)

Perut cekung

Iga gambang

Sering disertai:

- penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)


- diare kronik atau konstipasi/susah buang air

c. Marasmik-Kwashiorkor: (Kementrian kesehatan,2013)


-

Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik Kwashiorkor dan
Marasmus, dengan BB/U <60% baku median WHO-NCHS disertai edema yang tidak
mencolok.

Kementrian

Kesehatan

RI.2013.Pedoman

tata

kurang

protein.

Diakses

http://gizi.depkes.go.id/pedoman-gizi/download/ped-tata-kurang-protein-pkm-rt.doc

dari

You might also like