You are on page 1of 11

.

:-1
'
-:: j ' ':

;2008
1.r;.'...

tssN 0r26-2092
;

nclalas university

f
MAffi

PEru

RA

(Kppr

ffiAB{

'
_ ,

No

': 292lSMrid".':. PPGlSTfllgTT

,];rnsri saGrj'g

;rl r- j
iq..r:'i

,-ri

eULAN

'

..1

lr
.ii,

.. ;.1

Nsyah Elliyonti

ro no

Pe

Ked oltr e m

n,YuUir ltdo

O n ko

ogi

Deteksi

Dini don Ftnololaksonoon

DETEKSI

Daftar Pustaka

1. Van der Poel HG

Radionuclide

-Ireatment

in

DINI DAN PENATA]-AKSANAAN


RETINOBI,ASTOI'{A

Nletastasized Prostat Cancer.

European Association of Urolog,r' and European Board of UroloS,y 2O07;5;173125.

Ardizol Rohmon

2. Liepe K. Dosimetry of (1BS) Re-Hydrox-vethylidine diposphonate in Human


cancer Prostate skeletal ir,letastases.Journal oI Nuclear Medicine
2003;44:69

,
4.
,1

A.Re-1B6 HEDP Treatment

Bone Metastases. fournal

of

in Sreast Cancer Patients rvith

Brenner WKampen WU, Iiorstner CVBrummer C, ZuhaFa M, Muhle C,Czech

,:; I N,Henze E. High-Dose TreaLment rvith

1B6Re-FIEDP

or

1S3Sm-EDTMP

Bone Pain lronr Osseous \letastases. fournal

6.

for hlliation of
oI Ntrclear Medicine

Thskar NPBatraki ivI,Divgi CR.Radiopharmaceutical Therapy


2004;4 5:13

8-1

65

David A, BlotLa A, Bondanelli lr'1, Rossi R, Roti E. Braverman LE, Busutti L, Uberti
EC. .Serum Th_vroglobulin Concentrations and I-131 Whole-Body Scan Results
in Patients With Differentiated Tliyroid Carcinoma After Administration o[

Recombinant Human Th-vroid-stir.rtrlating Hormone.


Medicine 20O7;42:1 47 O-1 47 5

7.

Journal Of Nuclear

Mubashar M, Harrington FlJ, Charrdhar-v KS, Lalani EN, Sinnett D, Glass DM, Tc-

99m Sestanribi Inraging

Multidrug Resistance
N{eclicine 2002r43

:5

in

in

of Toremifene as a ivlodulrtor cf
rlith Brest Cancer Journal OI Nuclear

Assesnrent

Paticnts

19-525

B. Busconre jR. ivfonitoring Therap-r'in Breasl Cancer Nuclear N'ledicine


Conrmunications 2002 ;23 :6 1 9-ti2-1

9.

Su ZE Ichise
Utsonorniya K, Ballinger JR, Piqt:ctttr-NIillcr II, Rauth Alrl,'iang
"\r,
lvI. Comparlson of the accunrulation ol-the accumulatiotr and eiflu-r kinetics of
technetium-99n sestanribi and technetiun'r-ggm tetrofosmin in an MRPexpressing lunor cell Iine. Er.Lrr-rpeatr Jourtral Nuclear \ledicinc 2O0O;27:77861792

10.

Khalkhali

I,

RSLIP DR- lv{. Djamil Padang

the National lvledical association.April 2008

Conrbined rvith Amifostine in a Rabbit Model. Iournal o[ Nuclear lr{edicine


2OO I:42:'1545-1550

5.

Bagian/ SMF Mata Faliultas Kedokteran Unand

3-6960

3- Koutsikos f, Leondi

Adizol flohman

Beli ncblosloma

Nlaublant JC, Goldsnrith SJ. Nuclear Oncologv Diagnosis and

Therapr'.2001.Lippincott \\'il liams&\\'i lkins.

Suri

er:rt lll,3lah (eCiliera.

A,rdalas,

Daan iarc\a rles Nalalis

5l

FK URnd

PENDATII.JLUAN

Retinoblastoma merupakan tumor ganas ptimer intra okuler yanE berasd

dari lapisan sensoris retina, paling serinE terfadi pada usia sebelum lima
tahun. Insidennya berkisar antara 1 : 14'000 sampai dengan 1 : 34'000
kelahiran hidup.'
Retinoblastoma ini sangat nrembahayakan kehidupan bila tidak diobati
secara tepat, dapat berakibat latal karena dalam satu sampai dua tahun
seteiah didiagnosis akan bermetastase ke otak atau berrnetastase iauh secara
hematogen.

Gejala klinis yang paling sering didapatkan berupa leukokoria,


strabismus, glauloma dan pro'.usic bulbi. ProS,nosa tergantung dari stadium
klinis tumor pada saat d.idiagnosa. Apabila ditemukan dalam stadium dini

maka prognosanya akan lebih baik. Tujrran pengobatan adalah untuk


memp;rtalankan kehidupan, mempertahankan bola mata dan bila perlu
meniaga supava tajam penglihatan dan kosmetiknya tetap baik''
Pengobata_n dapat berupa fotokoagulasi,
kemoterapi serta tindakan bedah.'

krioterapi, radioterapi, dan

GAMBARAN KLINIS

Umumnya terlihat pada usia 2 sampai .lengan 3 tahun, sedangkan pada


kasus yar-; diturunkan rnelalui genetik Sejala klinis dapat muncul lebih
awal.'

Itiddr

Xcdolram Lilalas. &lan RrEta

l{araFs

5l Fl( t}urn

Ardizol Rohmon

Deteki Dini don Pcnotolckonoan Retinoblastomo

Deleki Dini don funalolakonoon Retinoblasloma

1. Leukokoria

Merupakan gejala klinis )'ang paliog sering ditemukan pirda


retinoblastoma intra okuler vang dapat mengenai satu atau k:dua mata.
Gejala ini sering disebut seperti "nrata kucing". Hal ini disebabkal oleh
refleksi cahal'a dari tumor -t'ang benvarna putih disekitar retina. \\rarna
pulih mungkin terlihat pacla saat anak melirik atau dergan pencahayaan

penyebaran sel tumor sehingga tindakan ^ni jarang dilakukan oleh dokter
spesialis mata.]

2.

.:.

. ,':

Stiabismusr

,$ejala

dini

_r'ang, -sering

clitemukan setelah leukokoria.

a-si. Strabisrurrs dapat

juga terjadi

3.
4.

apabila
5.

ta nierah

ini seriug belhubungan dengan giaukor:ra sekunder yang


i'akibat reti.oblastorna. Apabila sudah terjadi g,laukoma maka
diprediksi sr-l(lalr
olpredlKsl
strrlah tcrjadi invasi
i.r'asi tunror ke nen.us
ne^'us optikus. Selain
selain
tn't, panyt;lt:tlt rnat;r rrrcr;'lr ini rlapat pula akibat gejala inflamasi
,merah

i
llokuler
,
atau periokuler
'

'4.

-r'arg, tanrpak sebagai serulitis preseptar atau


endoftahnitis. Inflanrasi iri disebabkan oleh udun,r'o tu,no.
r..ang, nekrosis

Buftalmus
Merupakan gejala klinis
-r'ang berhrrbungan deng,an peningkatan Tekanan
Intra Okuler akibat trr mor lang br_.rtantbah besar.

umum
Bertujuan untuk melakukan pemeriksaan bola mata secara baik, yaitu
menentukan diameter kornea, Tekanan Intra Okuler, pemeriks"an
funduskopi serta melihat pembuluh darah atau neovaskularisasi yang
terjadi.
Fluoresensi Angiografi
Ultlasonografi
Untuk melihat kalsifikasi dan ukuran turnor
Computerized Tomography (CT scan)
U'^.-k melihat adanya kalsifikasi, ukuran serta perluasan tl'mor
Magnetic Resonance Imaging (ivIRI)
Baik 'rntuk melihat adanya kalsifikasi, ukuran d rn perluasan tumor
Lumbal pungsi

2. Femeriksaan dengan antrstesi

pa.la r,r'aktu pupil dalam keadaan seni midriasis.


.llt^r,

6.

7.

Pada pemeriksaan patologi anatomi akan

klasifikasi Reese Ellsworth, yaitu:

Grup

1a

Tumor soliter ukuran 4 diameter papil nen'us optikus pada atau


dibelakang ekuator

Terjadi karena tumor


sistem s'araf parasirrrpatik
-r,arrg telah
'engga.rggu
Proptosis

Bola mata meno'jol keararr


ckslra okrrler

terlihat adanya sel-sel tumor

flognosa dan survival rate sangat tergantung pada stadium klinis tumor
pada saat didiagnosis. Klasifikasi 1'ang paling sering dipakai aoalah

lJ. IrLrltil rrritjriasis

6.

Ardizol Rohmon

l'ar akibat pembesaran tumor intra

1b

Tirmor multipel ukuran 4 diameter papil nervus optikus pada


atau dibelakarrg ekuator

Za

Thmor soliter ulqrran 4 - 10 diameter papil nervus optikus pada

dan

atau dibelakang ekuator


2b

Tumor multipel ukuran 4 - 70 diameter papil nervus optikus


, padaatau dibelakang ekuator

DIAGNOSIS

3a

Beberapa lesi pada anterior sampai ekuator

1.

3b

Tumor soliter' 10 diameter papil nen'us optikus di posterior

Biopsi

I)cnp,an llrclakuk;rrr lrio;lsi jarrrnr lraltrs


maka tunror dapat ditentukarr
jcrrisrryu. Narrrun dcrrrikiarr
tinclakan ini dapat menyebabkan
terjadinya
fupplenot MaFlai fdoklere Andahs.
0atam

Rangra C[es

N:rab 53 FK tJend

sampai ekuator
4a

Tirmor multipel Iebih dari 10 diameter papil nervus optikus

StdctEa tlidJr frdoE

rr fnes.

oJJn nrBla

D6 Ndts 5l fl( thild

59

Dek'ki Dini don Pcnotr:lokonaon Retinoblostono

Ardizal Rohnrcn

Beberapa lesi dari anterior ke oraserata

do

notol a ko

n oo

Re

Arrlizol Rohmon

li nob I asto mo

fraksi perhari 190 - 200 cGy dengan total dosis 4000


diberikan selama 4 sampai 6 mingu.'

Turnor masif setengah atau lebih retina

Vitreous seeding

5000 cGy 1'ang

5. Kemoterapi

sangat tergantung pada besarnya tumor,


kejaringan ekstra okuler dan adanva tanda-tanda

qsi laser sangat bermanlaat untuk retinoblastoma stadium


. Dengan melakukan fotokcagulasi laser diharapkan pembuluh
menuju ke tunior akan tertutup sehingga sel tumor akan
imati. Keberhasilan cara ini dapat dinilai dengan aciam,a regresi
ilan terbentuknya jaringan sikatrik korioretina.n cara ini baik
tuinor yang diametern_r,a 4,5 mm dan ketebalan 2,5 mm tanpa
a vitreous seeding. Yang paling sering dipakai adalah Argon atau
de laser yang dilakukan seban-vak z sampai 3 kali dengan interval
masing-nrasingnya 1 bulan.

2. Krioterap

Deteksi Dini

Indikasinya adalah pada tumor yang sudah dilakukan enukleasi bulbi


yang pada perneriksaan patologi anatomi teldapat tumor pada khoroid
dan atau mengenai nervus optikus. Kernoterapi juga diberikan pada
dan dengan metastase regional
pasien y"og rud"h dilakukan
"1qsgnt6r;rsi
juga
diberikan pada tumor ukuran
jauh.
dapat
Kemoterapi
It^,, ,n"t"rLse
kecil dan sedang untuk rnenghindarkan tindakan radioterapi-'
Retinoblastoma study Group me nganiurkan penSSunaan carboplastin,
vincristine sulfate dan etopozide phosphate. Beberapa peneliti juga
menambahkan cyclosporine atau dikombinasikan dengan regimen
kemoterapi carboplastin, vincristine, etopozide phosphate' Teknik lain
yang dapat digabungkan dengan metode kemoterapi ini adalah:
a. IGmotermoterap i, dimana se te lah dilakukan ke more duks i dilan jutkan
dengan termoterapi- cara ini paling baik untuk tumor- tumor yanE
berada pada fovea dan nervus optikus dimana iika dilakukan radiasi
atau fotokoagulasi laser dapat berakibat teriadinya penurunan visus."
b. Kemoradioterapi, adalah kombinasi antara kemoterapi da-n radioterapi
y-g dqpat dipergunakan untuk tumor-tumor lokal dan sistemik-

Dapat dipergunakan untuk tunror 1,ang diameternl,s 3,5 rnm dengan


ketebalan 3 mm tanpa adanya
seeding, dapat juga digabungkan
'itreous
dengan foto koagulasi laser. Keberhasilan cara ini akan terlihat adanya
tanda-tanda sikatrik korioretina. cara ini akan berhasil jika dilakukan
sebanyak 3 kali dengan interval rrrasing-masingnl,a l bulan.'"

3. Thermoterapi

6. Enukleasibulbi
Dilalukan apabila tumor sudah memenuhi seSmen posterior bola mata.
Apabila tumor telah berinvasi kejaringan sekitar bola mata maka
dilalmkan eksenterasiBerdasarkan uluran

h;;;,

penatala ks anaan dap a t dib agi

1. Ttrmolkq"il

Dengan mempergunaka' laser rnfra red untuk menghanctrrkan sel-sel


tumor tcnrtarna unluk turrror-trrntor ukuran kecil.'

4. Radioterapi
Dapat digunakan pada turnor-tunror
tirnbul kearah korpus vitreus
'a'gke
dan turrror-tu'r'r yang suriah br:ri.vasi
optikus yang terlihat

sctclalr rlil'kukirrr c'trklcasi btrlbi. Dosis 'er*us


,r,ang dianjurkrn adalah dosis
5Lr1rp/rrlrrrr l.i,rJ.t.rh

((\to\l.ran y'vrlrlas

0atarn Rangfa

Oa

Nalaj6

5j

FK tlBM

tumor kecil dari 2 diameter papil nervrx optikus tanpa infiltrasi


ke korpus vitreus atau srrb retinal. Dapat dilakukan fotokoagulasi laser,
termoterapi, krioterapi d an kemoterapi

uL.""

2. TumorMedium
a. Brakiterapi t,ntuk tumor ukuran kecil dari 8 diarneter papil nervus
optikusterutamayangtidakadainfiltrasikekorpusvitreous,juga
regtesi
diperguna-kan untuk tumor-tumor yant sudah mengalami
bf/dEr FiJdr

lkdoldan ArdJd. Dddn

Rt+l

Dca Nrtars

5l Fl( ttlrd

61

Ardiz,tl Rahmon

Deteki Dini don funotolakonoon Relinoblostomo

b. Kemoterapi
c. Radioterapi. Sebaiknya hal ini dihindarkan karena komplikasinya

dapat mengakibatkan katarak , radiasi retinopati


3. Tirmor besar

a. Kemoterapi untuk

I{alvesten EM, Knuth KR, Elus FD. Retinoblastoma, J pecliatric ophthalmol and
Strabismrrs 7987 -24; 296 - 300

mengecilkan tumor dan ditambah pengobatan


rokal

9- shields cI- Go.ry T, shields

JA, out co^ne cf Eyes rvith unilateral sporadic


Retinoblastoma Based on the initial external findings by the family and the
hdiatrician- f. hdiatric ophthalmcl and strabismus 2004 - 47 r43 149

10.

Shanmunugam MP, Biswas f, The Clinical Spectrum and Treatment Out Come op
Retinoblastoma in Indian children, f.pediatric ophtalmol and strabismus
2OOS

Enukleasi bulbi dilakukan apabila tumor yang


diffuse pada segmen
pppterior bola mata dan yang mempunyai
resiko tinggi untuk

42;75-87

sudah neluas kejaringan ekstra okuler


maka dilakukan
diikuti dengan kemoterapi dan radioteiapi
sudah bermetastasis jauh, han-r,a
diberikan kernoterapi saja

|;,Abranxon DH, Scheller AC. Transpupillar_v Therrnotherapi


for Small L.rrra Oculer reinobalastonra
,,
OphthaLnologu

as

initial treatmeni

zbol, ibl III, 9S4-991.

2, Abraharn DH, Retinoblastonra : Diagnosis


and Nlanagement CA : A Cancer
jounral forclinicians j982, \bl
23, 130 142
3. Baiasubrama'a R, pushker
N. ,{t'pical presentation or F.etinoblastoma
Journar
Pediatric ophtharmorog-r' and strabisnrus
2oo1 : 24 : 16-2r.
4 Ell
CA, Retinoblastoma, In : Tasrnan \V,
/aeger E A eds.
rthiLlnrologr' , \bl UI, Chap .r5 Li'incott_Rarrn publisher,
,
9.
5.

Galindo cR' rvilson

IJaik IJG Treatnrent of nretcstatic retinobrastonra


- 12Jo.
)'irlcinda N causes or chemoreduction
failure in

'''I\ri
Ophthalmolog,r, 2003:
r.ol r 10. 1237

6'

Gunduz

K,

Gunaep

I,

retinoblstoma and analysis of associated


factors leading to
with externar beam radiotherap-r, and
enucleation

III.

1917- 1924

th ed Butterworth - Heinemann ; 2003 : 334 -340.

ntungan apabila terdapat tumor yang kecil


pada mata

SE

7-

Ardizol Rohmon

B- Ha'skif|, Intraoculer tumours, in : clinical ophthalmology A system Approach

seperti krioterapi dan fotokoagurasi laser yang


b".tJj,r"o untuk
m
enukleasi atau radioterapi. Tindakan ini juga

Deteki Dini dan funotola}sl;.noan Retinoblostomo

"*,'irrot
ophthalmologv

treatment

Supplenenr lltuatatr Aedoheran Ardahs


0ahm Raogka Di<s Naralb

zoo4; yol

5l

FK

OuI

!'4dffil

t!:*t:rr lQdolra rsddar DJan nilqta Drj

Nardis

5l tK

uru^d

..;
I

I
\,llhont

tt

rod rlbr/rrh Firdo

/l'luni ul K/inil

rr's

Diogno-sr's

Dini Kot.inomo toso/onng

II

fotuniuk Kinik Diognosis Dini Kcrsinomo Nosofoinl

uho m

notl Abduh

Fi

tdous

olehkarenaitupadamakalahiniakanmenjelaskanmengenaipetunjuk

para dokter/dokter
klinik diagnosis dini karsinoma nasoiaring. asarpada stadium dini'

PETUNJUK KLINIK DIAGNOSIS DINI


KARSINOMA NT\SOFARING

penyakit iDi
hrskesmas dapat membantu menemukan

Muhammod Abduh Firdous


Bag,ian THT Beciah KePala Leher

ERMASAI-\I

:\N

DIAGNO SIS

IN I KARS IN O I\1A NAS O FARING

Pengertian diagnosis dini Pada ka


penyakit dalam stadium I dan stadi

Fakultas Kedokteran Universitas Ai'rdalas

pada nasofaring atau mnsa hidung'


keleniar gelah bening leher dan metast

ULUAN

hrsinoma nasolarin3 nerupakarl kanker kepala dan leher van3 sering


mukan di lndonesia. Berdasarkan sufve\r Departemen Kesehatan
unjukkan prevalensi 4,7 kasus per 100'000 penduduk per tahun'' Di
p Dr NI Djamil Pad.anS nrenurut catatan uredik periode 20(13 s/d 2007
banYak dari
idit.mukur] 130 kasus denSan rasio laki-laki tiSa kali lebih
perempuan.

di
Prevalensi karsinoma nasofaring tertinSSi cii china Selatan, terutama
penduduk
per
100.0c0
propinsi Guangdong dan GuarrgXi, 1,aitu 40-50 kasus
p".iuhr^ dan di daerah yang banyak ditempati oleh imigran China di Asia
Tenggara, California, Hongkong dan Tain'an''
Pasien biasanya baru datang ke dokter setelah penyakit dalan keadaan
dan
stadium lanjut (III-IV) karena gejala stadiun' dini ( I-IIJ tidaklah sesifik

dini masih
sering terabaikan. Penemuan karsinoma nasofaring pada stadium
sulit didapatkan.
angka mortalitas yang tinggi' Angka 5 tahun
II
harapan hidup pada stadium dini, yaitu stadium I adalah 67,6%0, stadium
meninggal
38,O %. Sedingkan separuh stadium III dan IV biasanya akan
Kanker

ini mempunyai

dalani tahun pertb.ma selesai radiasi.'

Seandainya setiap dokter t\skesmas memahami cara mendeteksi dini


ini; dan meruiuknya ke rumah sakit yang lengkap fasilitas
.1 .

hasil pengobatan akan rebih baik dan

l5rpphnmt Majalah Kedoktdm Ardahs, Oalam Ratqkd Des NatafJ

dapat

5l Flt tlsnC

stadium dini masih sulit didapalkan


di [ndonesia dan luar negeri'
negeri. Berdasarkan p"n"titi"" 1'ang dilakukan

kasusdini.stadiumldanll)ait",nurnnberkisar3,S-13'9%dibandingkan
dengan kasus laniut (stadium III dan

permasalahan diagnosis

-96'2o/o''
') berkisar BB'1

dini pada umumnya terjadi karena beberapa

faktor berikut ini:

l.

di daerah yanB tersembunyi'


Berdasarkan anatomi, tumor pr:imer tumbuh
sulit dilihat oleh pasien maupun dokter'
pasien tidak mengacuhkannya dan

2. Geiala dini ringan dan tidak khas'


dokter sering salah diagnosis'

3.Padabeberapapasienstadiumdinitidakmenrrnjukkansuatugejalasama
penyakit selanjutnya'
sekali, demikian pula pada perjalanan
tidak dapat dideteksi di
4. Geia.la mungkin ada, tetapi tumor primer
dengan teliti'
nasofa.inS, *alaupun sudah diperiksa

5.Umumnyaperkembangantumorcepatsekali'iikatidakcepatdidiagnosis
seglra berkembang meniadi kasus laniut'
"kan
penyakit karsinoma
6. Kebanyakan pasien belum mengetahui tentang
nasofaring, '''
PATOIOGIKNF
Secana makroskopik pertumbuhan

KNF dapat dibedakan meniadi


j'.'l

eksofitik'
bentuk yaitu, ulseratif, noduler dan berbentuk
gfpLtrE

r ftidr

XcAfrs-er

fnfufs' oJan

Rr#

Des

Na6 5l

FK tlwtd

Mu.hommod Abduh Fi nlous

Pelun juk K/inrk Diognosis

Dini Korsinomo Nosoloring

tuk ulseratif palin.q sering dijumpai pada dinding posterior aiau di

ci dinding lateral di
atap nasofaring. Lesi ini jarang disertai
nekrotik dan sangat nrudah mengadakan infiltrasi ke jaringan

'fossa Rosenmuller. Kadang kadang terdapat

tuba eustachius
ya.

dan

di

k noduler paling sering tumbuh di

daerah tuba eustachius,


cepat menyebabkan sumbatan tuba. Tumor biasanya berbentuk
i anggur atau polipoid tanpa adanya ulseratif. Tumor ini mengadakan
si disekitar tuba eustachius dan meluas masuk kedalam ruang
ilofaring dan mengadakan kompresi cabang mandibura saraf
$beminus [V2), tumor dapat menjalar kebarvah mendesak palatum mole
mudah menyebar kedaerah petrosfenoid di basis kranii.'
$lirBentuk eksofitik biasanya tumbuh pada satu sisi nasofaring, tidak
lgrdapat ulseratif, kadang-kadang bertangkai dan permukaannya licin.
llhmor ini tumbuh dari atap dan dapat mengisi seluruh rongga nasofaring.
ftrmor dapat mendorong palatum mole ke barvah dan tumbuh kearah koana
'dan masuk ke kavum nasi. Tumor bentuk ini cepat tumbuh mencapai sinus
maksila dan rongga orbita sehingga menyebabkan eksoptalmus unilateral
atau menonjol keluar ke nares anterior. Di daerah tuba eustachius turnor ini,
lebih cenderung tumbuh secara submukosa ke arah basis kranii. Kompresi
saraf kranial terjadi bila tumor tumbuh sangat bcsar.,
secara mikroskopik,

wHo tahun 1978 menetapkan histcpatologik KNF

atas 3 bentuk, yaitu : 1) Tipe 1 : Karsinoma sel skuamosa dengaa keratin, 2)


Tipe 2 : Kiusinoma sel skuamosa tanpa keratin, 3) Tipe 3: Karsinoma tanpa

diferensiasi.u

Dari ketiga tipe ini yang paling sering ditemukan ialah karsinoma tanpa
diferensiasi. Tipe 2 dan tipe 3 mempunyai sifat radiosensitive, serta
titer antibody terhadap virus Epstein-Barr, sedangkan tipe 1
radiosensitive dan tidak nrenunjukkan hubungan yang berarti
tersebut.

PENYEB

foluniuk Klinik Diogttttsis Dini Koninomo

If uhommod Abduh Firdous


'\'osolrorlnS

yanS
hubungan dengan kebiasaan diet tertentu, infeksi, dan keturunan
merupakan faktor resiko."

Para

ahli teiah meneliti

menyebabkan timbulnya kars

Diet : Penduduk yang

in o

mengenai faktor resiko tertentu yang


ma nas o far

tingal di Asia, Afrika

g ( KNF)'

utara dan daerah Arctic, dimana

KNF adalah sering diternukan, khususnya kebiasaan diet berlebihan


makananikanasindandagingyangdiarvetkan.Ternyata,angkakankerini
pola makan
menurun di China tenggira-seteLh penduduk mengubah
denga-n diet 1 orang barat"-

-Barr virus(EBV): Hampir semua sel sel

karsi-noma

andung EBV Virus ini banl'3[ diseluruh dunia dan hidup


di nasofaring,
bebas di udara dan dap-at masuk ke dalam tubuh dan tinggal
juga sebagai
tanpa menimbulkan g";4"- Pada beberapa kasus bahrva EBV

penyebabinfeksimononuclmsisyangseringdikenalsebag,ai..mono''.
mengenai
WA^rrp,rtt'demikian belum ada per ahalr'an yanS sempurna
tidak
saia
i."it".'yirrg luat antara infeksi EBV dengan KNE Infeksi EBV
jarang sedangkan infeksi
cukup ;hi menimbulkan IGIF, karena kanker ini

yang tinggi dari


EBV fanyak teriadi. Beberapa penelitian menemukan kadar
virus ini di dalam darah penderita l(\fp::';
:-.

untuk terjadinya
Faktor Genetik: Kecurigaan bahrva faktor genetik berperan
yang terdapat
tingi
risiko
berclasarkan atas
karsinoma nasofaring,
^aa*
yang
maupun
Surranya sendiri'
pada orang China, baik yang ti
jarang terkena penyakit ini. Di
ielah pindah ke Negara lain. Ras
Ras Melayu' yaitu Malaysia dan
didapat pada bangsa

ari", i"rb"oyak

Indonesia termasuk cukup banyak terkena''

ketunrnan
Hubungan antara profil HLA ditemukan pada penderita KNF
Singapura'
Malaysia,
seperti
China yiig berimigrasi kenegara lain,
kompleks genetic
Hongkong dan ketunrlnan China di California, khususnva
korelasi dengan
HI-A-Az, HLA Bw46, HI,A-B17lBu':j8, Dr3, Dr9 mempunyai
g''''
pen ingkatan resiko terjadinya kars inoma n a so far i n

orangyangmemilikiHI-A.A2mempunyairesikotinggiuntukmenderita

\B KNF

Itrnyclr;rlr 1-rirsti KN['.surrrlrri s:rat ini rna.sih belum diketahui. walaupun


<,enriki.' para .hli telah rrrenenruka. bahr'a timbulnl,a pen-vakit ini ada
suppiemenr Maldtah

KedrflM

Aldalas.Oatam Rangka De: Iatal6

5l Fl(

l}Bnd

terti-oggi dari
KNF bila rerpapar zat karsiilogen. Di china selatan frekuensi

HI,A.Bw46danBlTditemukanpadapendertaKr\FdaridaerahGuangzhou.
Padapengamatanpadasaudarakand.ungpenderital(\FdiChinaSelatan
t.ppbr?Er tlai$h

Xl#dn

lndalas' odarn Raigla

06

ltataf6

5l

FK Ltund

67

PaluniLtk

Muhommod Abduh Firdotrs

Kinik Diognosis Dini Korsincmo Nosofuring

fonnjuk Kinik Diogttosis Dini Koninomo Nosolonng

.\l

u ho

m o d Abd u h Fi rdou s

BtZ memberikan risiko 10


kali untuk nenderita KNn FILA-B$'46 berhubun8an dengan onset yang
lelah memberikan kesan bahu,a HL,r\-Bn'46 dan

lambat sedangkan B17 berhubrlngarl dengan onset yang cepat'2'

PENAPISAN KARSINOMA NASOFARING

Penelitian pada penapisan penduduk untuk KNF telah diperlihatkan


rahwa kasus-kasus dini Kr\F dapat diidentifikasi pada individu yang sehat
(Ig'dA/CA) dari
fang mempunyai kadar IgA terhadap virol capsid antigen
EBV. Bilamana individu deng,an seropositif nlaka pada subjek dilakukan
pemeriksaan nasofaring setiap tahun dengan mengunakan pemeriksaan
nasofaring indirek, 32 kasus KNF tanpa gejala diidentilikasi dari 2823 pada
individu yang sehat dengan seroposi[i[. Bia-r'a program penapisau akan
nenjadi hambatan jika dilaktrkan pada rnasYarakat luas, \valaupun
detnikian arlanl,a presdiposisi Senetik i'an3 ielas dari penyakit ini,
penapisan pada ke luarga ltasien KNI" t]ltuigkin biaYa nreniadi efektif.
Dilaporkar-r pr.rla da|i -l2tl kasrrs taDpa Sejala dari saudara kar]clurlS pasien
KNF juga clilakr-rkau penapisan. Icrtl-t'ata 3 kastrs KNF clitenrrrkan. Suatu
proSranr perLapisan ini akan lebih baik lLtltttk rtrendapatkan kasus-kasus
rlcnylitl r;l;rrlirrrrr rlini,lril;r rlilr;tlrrlilr!.kilrl llirsictt van.q, daLarlg clengan gejalagejala. SturliLrrtr ltcrrvakit atlirlalr irrtlihator l.rrognosis paling l.rcnting dari
Penl'akit ini. '
Jika cara pencegahan KNF belum ada dan deteksi dini dengan cara
penapisan rnungkin sa[u satun-\'a secagai sun.Iber dan pertimbangan
kebijakan yarg dapat dilakukan untr.rk semua anSSota keluarga pasien KNE
cara ini akan menjadi kebijakan dalam upaya mendapatkan suatu diagnosis
dini pada pasien yang mempunyai gejala. Hal ini dapat dicapai melalui
edukasi pada masyarakat agar dapat berkonsultasi ke dokter pada gejalagejala dini, dan memperbaiki tingkat kervaspadaan terhadap tumor ini
kepada dokter puskesmas.

'

GAMBARAN KLINIK

Keluhan pasien KNF sering, tidak jelas dan membingungkan sampai


tumor memasuki stadium laniut. Kesulitan ini dikombinasi dengan masalah-

Suppbmmt Haialah Kedoktsar

tudahr

Dahm RarEfa

0b; Natak 53 FK thrd

GEJALA DAN TANDA

Gejala dini KNF sangat beravariasi, ringan dan tidak khas. Keluhan
tergantung letak dan perluasan tumor nasofaring, apakah tumbuh kearah
murua tuba eustachius atau ke koana. oleh karena itu keluhan pertama dari
pasien biasanya adalah keluhan telinga dan hiduag atau keduanya. Gejala
lanjut berupa timbul massa (kelenjar getah bening) di reher dan gangguan
saraf kraniaVmata dan nyeri pada tulang femur, spina vertebra torakolumbal,
hati, paru, ginjal dan limpa.'n
Gejala din:
Geiala Telinga
Gejala-gejala yang berhubungarr dcngan tr:lirrga rneliprrti tuli, tirrrril.us,
otalgia dan otorrhoea, semuanya biasanva unilateral. Dari gejala tersebut tuli

rnerupakan yang sering ditemukan. Tuli yang ditemukan adalah tuli


konduktif yang biasanya oleh karena otitis media efusi akibat gangguan
fuog.i tuba eustachius. Hal ini arvalnya disebabkan infiltrasi tumor pada
otot tuba dan gangguan yang intermiten dari mekanisme pembukaan tuba.
Gangguan fungsi tuba mungkin menjadi menetap karena tumor meluas
masuk ruang dan struXtur sekitarnya. Otitis mcdia efusi menjadi suatu
tanda kewaspadaan untuk menemukar kanker lebih dini. Untuk menilai ada
Banpuan fungsi fuba maka perlu dilakukan perneriksaan timpanometri.'
Tinitus terjadi kira-kira pada sepertiga dari pasien-pasien I.C.IF dan dapat
menyusahl:an serta sulit diobati. Otalgia jarang ditemukan, nyeri telinga
dikarenakan turnor masuk ke daerah parafar ing dan terjadi erosi pada dasar
tengkorak. Nyeri yan;g hebat akibat deri infiltrasi tumor ke saraf
glossofaringeus yang mengenai serabut saraf ser^sorik di telinga tengah, saraf
iniberialan dari foramen fugulare ke daerah rrofaring."
l*trEr,rq*h lftztAnes. tED Rn'gfa D6 l{fift 5] FK lrsd

ll u ho nt n o tl Abrl
u lt )

_i

rdo tt s

I|tuniuk Minik

Gejala Hidung

Diognosis

Din:

L:':1,"*_]i::g
o it,oso/oring

Gejala hidung
adalal

rersrrnrbat'"[i:'1,:];,
tunrbar,,",;;;;.;;:,1'',::',,*,rreriprrri insus
in
be^varna darah,
d ara h, hidung
u ;;;,;,.il':j;:l'i
bi a r",.r r.,,;,:;'
hid uns
;"'::",').,!:'::]".".
"
sering
asan-\.a
-r'ang
;. ; ii;
;
berrvarna
:il:::i
tjdak
:'i',1'.T,
u,,r^,'ot^1'^!"r
l' :i :: i;:,
"
rrrrlis
f ;;, ::i;
darr
rl] si
;
sinusiris. Adarva
ini
juga
"i;i
,'1"'"T::
.Se)aia-Seiaia
darah
qpd^i,n
"'-'
o' n?i,'* ?,:LJr'"i::;
;;;r:;"r:il::i;'i#:'r'va
r

('
|

""t"-

jaran
otot pterigo
sebagai tand

Gejala trismus

rnengenai

Lt

h l:i rrlo us

diternukan

, bila ada

ini menunjukkan tumor

telah

a nr,.eri. pada rulan; ;;; orot sering


".

Gejala Lanjut

Mu ho m mod,Ahd

Gcjala t^ain

rrld"n bermetastasis jauh.n

DI,AGNOSIS

Massa cli leher

Gejala

ini pa.ling sering


"
menl,ebabkan pasien
- t'ten1'ebabkan
datang berobat
esar kasus
ku-. rrrurnlllkl
nremiliki li,,_r"O,ijl.^lda.tang
ke dokter.
dokter
;;'TJilliu
r"
keleniar
iu.,lj."ij,"#l'
norrnalnl,a ttdak
u n' u,
tidak
I
r
:
I'
T
:".t1
:'
r..-.... - _._...^. "n
".u
^",:",o. ,".u'iul'rr;;1*'" " dirasakan nyeri.
l::;-'
lerkena, diikuti
kelompok yans .ro.r"-^ ,-_,.
densan
r-or
-^^ourr \ul
lrtt tarna kali
kal.
infCri^. W^t _
:"]1y"1
'^-"ikal
trat
r^dr oaglan
bagian nriddle
enjar se

dapat
kepala d

P
d

ih

teliri.

fl*:: illf'l'

il**;:Til

'";;;""i"
cDrrni,rt.r-^- p
p

vrvrr,dr yang

il; d;:rd:l

terkenu

dar
dan

besar daripada
kelen;.-ar
-__- kelen;.-ar
,
^srcU/al
^besar
^_aran
dari arah cephalodcephalod-^' ,urqrr5 uan ada bilamana
kelenjar_

eiala Saraf

Keluhan-keluhan

sa

il**pf:;:ffi
Kelumpuhan saraf
da

;;iH"I,i:.:i,i.il:t",""ji:i"":i:;ilT

saraf yang terjadi


pada hampi r
2o

%op"ri"r.,

u e b h' *"
.;;;, .."o
i: i:' l,'lt
..'na atau ekstrl
::lT
i:
kranial) yans
",lTffii t*"tkranir,.
ngsgring terkena,
r ma ta' sa'ur
r' ""It T""= o" b k;;
T'il;Tff

;:

ffi*"i

ennya

.","r

;,

Ja

;i

i T'1

;, ;,Jil"

l;,,

ffi;i

ii:'il'

_", u,. r", ul-*-,.#u,.n


r.,,iu t.
;:::i i,:i<an
penyakit sudah
stadium

suoprqrmr Hardlah (edokleril

s. oaAm fun9e

S6

Nareb

,, ,_E
9tder*r

&iJah

r.doad'rncra
r oen Rngta fi6

t{dC, Sl F'(

thand

71

il u h o n, nt o rl Abtl u h Fi rd

ou

d,okter spesialjs
agar nlen/adi
adany,l nlassa dinasofaring. ,,

tosofcring

Hunjuk KIinik Diognosis Dini Korsinomo i.josoforing

iebih rvaspada, terutanra


pada paslen tanpa

llu

hom mod

Abduh Ftrdo us

ing pada tumor yans


ek
au telah menyebablan

o
m en

polos biasa masih

tukan lokasi d an
lu as o-";;;".r,rnya.,.,o
,DIAGNOSIS BANDING

oleh karena geiara yang ditimburkan dari karsinorna


nasofaring

pada turnor
1,ang
yang eksofitik pada

Ia
lLrn

tmetri dalam rons'a

rrr"i.il;:etelnpat'

sehingga

enonjolan massa
tumor

sangat

berva.asi, maka diagnosis bandingn-va juga


bervariasi berdasarkan gejala
Snang ada' hda pasien yang datang dengan keluhan
epistaksis, hidung
tersurnbat atau ingusan, KNF menjadi sarah
diagnosis karena keadaan
tersebut menyerupai rhinitis, sinusitis, de*iasi
septum atau polip nasi. pada
daerah bukan endemik gejala-gejala tersebut
tidak dicurigai, sehingga
pemeriksaan rutin nasofaring yang merupakan
dasar dari keberhasiran
diagnosis menjadi terabaikan. ruaa u
suatrr lumor \ran8 menyebabkan
gejala tersebut kebanyakan pasti dapat
dirihat i"a" pemeriksaan

nasofaring.to

Pemeriksaan .sitologi
eksfoiiatif
bermacam cara

dari
vairu,,,,"irl;",..;;.otur,

mungkin sering tertutupi .*ebagai otitis media


serosa. pacla pasien
dengan otitis media serosa ya'g ticlak
dapat diterangkan, khususnya jika
unilateral, KNF harus dicurigai sebagai kemungkinan
,o
pen,1,s[sg.

nas

Kadang-kadarrg ada suatu massa di nasofaring


seperti hipertrofi adenoid,
kista, meningocele atau meningo-enceparocele,
angiofibroma, r.uberkurosis,

sika

us yan3 dihubungkan
ah, nrurah dan
tak

Iirnfoma, midline rethar granuloma dan


karsinorn'a undiffe:rentiated sino-

men

.r r"uluup,

nasal.to

stJjif{|:,ositolosi

eksroliatir
KESTMPUII\N

1' Untuk

mendapatkan stadium dini pada Ii\F perlu


penrahaman dari para
dokter dan masyarakat menge:rai gejala dini
dari ien-vakit KNF nrelalui
sym posium/ seminar atau pen_i.u luhan.

mengandung sel
tunr
dikerjakan
aik,4oku,, d,,ngan;;;:"'
a:;;;,,';ll:"^:

u'"""

aia
atau

2'

a k Perneriksa
Pern eri ksa
51ll' seclu, trclak'
,nrerl.kan
ki
t i ci

p"."Iu,;;.,

;.; p"n.g"l;;i;.:;;",,,or.

Pemeriksaan ruLin nasofaring de'gan


mengunakan arat endoskop kaku
atau en'loskop serat optik sangat diperrukan
untuk diagnosis dini pada
setiap pasien yang mempunyai gejala dini
l3\E

72
S,pplemen; ilalatah (edotieran

Andalas

----_ 5l ft

Uahn naTfa Des


ftata.s

Ururd

ltCdEt

l'taiddr Xedotrsar lnddar, Ddan Rang{a


Das llaufr

5l

FtC

tturd

tll u

I t

nt m o rl

rlbd h

f-i

nktu s

serotogi ig-,\ orttt-lluV


^o' anrr_EilV (v
(V
l::]:::*:""n
ttrpertimbangkan
dipertimbangtun
sebagai sarana
,"';
diaqn
ma sih b,k";
r, rl,i,,
l;;;'"T : ::1T..$r:-,::'

Ts IIA Selbogoi Skrining


Altemorif Konkcr Senilr.

TES TVA

un i rn onesia
T:,]:.:-"Xt.i:il:1,,::"qti'i"d';;;;i1,;i:iill"i
kelompok
?u

mas_r'arakat beresiko
tirrggi KNE

cT scan sangar
# olilil:jllt
"]i"o"l:ltt"_"n fl::nj:T

2.

;t"x,,:
Huang

o, a"

Kedoktera-r, universi

";

il. :) ; :,tJTj

Aetiornoi-.r

Soetjipto

ilili

H"ua.una

tV".J.

,llll iiltil;;,-,,,

t): t).ilfala1'sia'The

Arr,iya'to. pemer
untuk viral ca

*,

".1r.",

7. _r.],,,.1:il;,
sham /sT, choy

S.et

i;i',llr)l

r#ii,

squamous

;,

rjffi

Emedjcine,
''et,cr',

j:,;il:i:::l"T;,:j*,iff

10. Woo iKS.


Clinical D.

c...inoau.zt'-;ta8nosis In: Van Hassel

'

Honskons

ril

ff

..

L,u"

lL#:;

" "?
aan amelika

Ti

i"u,, "rJ:l:
tercarat

t"", u"[t]*.L.Agusdin

angka kejadian keganasan


reher rahim

j":n
:T:
n x ri
lirry
kebersihanalatgenitalia.

*mxm f;
di

nesara

H?
ild fr
:: rendah
il T"'r i;:'"Jx",
I yan8
dan mengabaikan
"T

masih terfnal-lanyaknya

-"g"r"h
0","*t--rg1
u:nru\ mengiden_tifikasi
lesi
. mengobatinya sebelum b".k"rnb";;;:;adi
tesi invasif.

,i. pmgram,

laptenenHaFla/\Kedohrar*."@

;;;:.5:fJ"f

luga
T;Ttit"i*:j:il,f."'tr:
,i,,:::*"J;*x:{;;;;;ff
L,}OOS)

2' Fenyebab lainnya

t.,

.\asopharrrnsear
:.:::":'ilJ;;:ds.1999:
; ff illf.

;r r"nl^l|
ch
inese
,u Lrniversi
L,urversityhess,
ty

;:il;.

' i;TITi1,tr*:, ffi -#rst

B, c, anr, DR and
Lntna. Ann Otol
**,**;;i;}.::.|ljil:'liT,il3,fTl_,'T,""ns.A,
Rhinol lrryg;

H,",,,xTr;"TH?.n::::"j,:;:T;_

8 *e,o terj a d i d,

o-n prevalensi kanker sen'iks

*.ffH*1t"fttrt:

ZhuXN,ChenR,Kon

Van Hasselt CA,


Leur

l":

I-,20O7 ;Nurama

;, ,r"'"J,,,1,"", cr,,-. r^ _,
",
),1'r"_o,l*"r."rc"..ino'':',#;:;:";;;;*.Jl:,"Tjl,;r"?"hlf

t.

k,

Asia selatan'

dari 72
12 Fpusar parorogi di
Indone.sia,
3;:1,jH_":::3,Jr":?:fj_:_ah,v,a
kanker serviks _"rrdrd,rkl
---'Yuqu^r ;',crrngKsI
oJrr,""u
rgkat
tertinggi,
tcrtinggi,
jenis
^
ienis kanke.
kanker terbanvi
,..i".,-"
r^r-: r-r . ,
;yailu zso/o dari 10
- * Iaki-laki
dan perIrp_uan
uotr
perempuan atau
atau
kanter
kanle" terbanyak
26,40/o
26.4o/nderi
rprhr-.,^L pa
:^_:_
dari rn
'
10 jenis
-ser.,ik"
belurn dikerahrri ;,^lif":rpuan. Angka kematian fi;;
;,,-.

internet Journal
of

cer carc'roma.
---"'''

i d u'' i a,,"

dkk,2006)

o:na
na nasofaring'

al N""^^'^-

fJ""#lTrT
-

ein-Barr spesifik

Tesis.hogram

B;:j;,i"%",,,

PENDAHULUAN
ra

Nlerakuran Diasnosis
Dini?

:iTriH-^,Y,T"j:lYt
Facrors o; ;i,:T.,
:::,r_^
Lrrcrnonla In Sarartal.

Jil;}:i?

Kanke^ .erviks merupakan


salah satr
wa ni

:::.:::* :i:,.l:, 1::,i::,:.,;;l .A,::::

;;::::l,l
Nasol,rrarl.ns;J

-Lo s, Lee

I.

Karsrnr

,,,,,f*l'
.

*,",,

o
T; xl,j i.j i.,I il;
i
ruonesra
[: j T1('r977-1c7g)

c^^.
.

. " ;:_*i;D. i*:t"*;::f

3.

rasil",

pe

lr
"

EB_AGAI S KRININ
G AITE _'^
RNATIF
'T^^t
KANKER

pelsi Sulaini
Divisi Onkolosi Departemen
/SrVF Ot
Fakultas

DAFIARPUSIhKA
pusat penelitian

Suloini

SERVIKS

Untuk mendapatkan
kasus utttt
dini KNF sarat
sarar
berguna.
rer8una' ot"t
oleh karena
tu.rnu -r\uJrr)
iru
r, perlu
perr u 0,,"i,,
disediakan

1.

hlsi

kendala pada
prakanker dan

.88#ll"$fr ff:i:T,1il"XT:l"j3,T?"scMditahunlesz,rebihdari
^v,s uuqan rtpr2rt. ,t^t^.rl stadium
,

lanjut a""S""

*giu

You might also like