Professional Documents
Culture Documents
Bab II
Tinjauan Umum
2.1. Sejarah Dewan Pers
Sejarah organisasi dan perusahaan pers di Indonesia lebih tua dibandingkan
sejarah berdirinya Dewan Pers. Pers di Indonesia dimulai sejak era kolonial
Belanda. Pada tahun 1615 atas perintah Jan Pieterzoon Coen, yang kemudian pada
tahun 1619 menjadi Gubernur Jenderal VOC (Vereenigde Oostindische
Compagnie), diterbitkan Memories der Nouvelles, yang ditulis dengan tangan.
Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa surat kabar pertama yang terbit di
Indonesia ialah surat kabar terbitan pemerintah VOC (Sorotnews.com. Wanhar,
Wenri. 2012). Pada masa itu kebebasan pers belum ada. Media massa
diberlakukan oleh pemerintah, dari pemerintah, dan untuk kepentingan
pemerintah yang berkuasa.
Hal ini sayangnya terus berlanjut. Diikuti sejak masa pendudukan Jepang,
masa pers nasional yang memperjuangkan kemerdekaan NKRI (Negara Kesatuan
Republik Indonesia) atau disebut juga masa pers revolusi fisik, pers masa
demokrasi liberal (1950-1959), pers masa demokrasi terpimpin (1959-1965)
hingga pers masa orde baru (1966-1998), pers sebagai media massa sudah ada dan
diakui, namun belum menjalankan fungsi-fungsi dan peranannya dengan leluasa.
Pers pada masa ini, masih terkungkung akan belenggu rejim petahana. Lembagalembaga pers sudah ada namun masih berupa perpanjangan tangan pemerintah.
15
16
terdiri dari wakil organisasi pers, wakil pemerintah, dan wakil masyarakat. Dalam
hal ini ahli-ahli di bidang pers serta ahli-ahli di bidang lain. Undang-undang
sebelumnya hanya menjelaskan anggota Dewan Pers terdiri dari wakil-wakil
organisasi pers dan ahli-ahli dalam bidang pers. (Dewan Pers, 2013:5)
Sikap pemerintah Orde Baru yang sedemikian keras, mendorong pergerakan
masyarakat dimana-mana. Terutama dari kalangan mahasiswa dan pers. Peristiwa
1998 merupakan puncak reformasi yang dikehendaki rakyat sekaligus akhir dari
rejim otoriter Soeharto.
Era reformasi, jabatan presiden sementara jatuh ke tangan wakil presiden BJ
Habibie. Oleh Habibie, peraturan mengenai SIUPP ditiadakan. Angin segar
kemerdekaan pers mulai terasa. Melalui UU No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers
yang diundangkan pada 23 September 1999 dan ditandatangani oleh Presiden
Bacharudin Jusuf Habibie, Dewan Pers berubah menjadi Dewan Pers (yang)
independen. Pasal 15 ayat (1) UU Pers menyatakan Dalam upaya
mengembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupan pers nasional,
dibentuk Dewan Pers yang independen. (Sukardi, 2013:20)
Dewan Pers yang ada sekarang bukanlah lagi perpanjangan tangan ataupun
penasihat pemerintah. Dengan lahirnya UU No. 40/1999, Dewan Pers akhirnya
beralih kepada fungsi dan peranannya yang hakiki, yakni menjadi pemangku
amanah kemerdekaan pers di Indonesia.
17
18
Menilik gedung Dewan Pers, terdapat dua gedung peninggalan Ali Moertopo
di jalan Kebon Sirih 34, Jakarta. Gedung pertama yang terletak tepat di hadapan
19
pintu masuk ialah Hall Dewan Pers. Berseberangan dengan aula Dewan Pers,
barulah gedung kantor anggota Dewan Pers beserta jajarannya. Di gedung
setinggi 8 lantai ini, Dewan Pers berbagi kantor dengan organisasi pers lainnya.
Dewan Pers sendiri berkantor di lantai 7 dan 8. Lantai 7 merupakan kantor
anggota-anggota Dewan Pers dan ruang rapat utama serta ruang rapat pleno.
Terpisah satu lantai di atas, lantai 8 menjadi kantor utama sekretariat pendukung
Dewan Pers. Selama magang di Dewan Pers, penulis berkantor di salah satu ruang
rapat di lantai 8, tepat diseberang ruang sekretariat pengembangan pers dan
hubungan antar lembaga.
Gambar 2. 3. Petunjuk Lantai Gedung Dewan Pers
Lantai 1 gedung Dewan Pers diisi oleh YPSPN Pengelola Gedung, CER
Indonesia, Yayasan Daun Teratai Husada, Majalah Bidik dan Solusi Insan
Mandiri. Lantai 2 sebelumnya diisi Group Radio Harmony, Majalah Potret
Indonesia, Www. Majalah Potret Indonesia.com. Namun sekarang sedang dipugar
20
menjadi perpustakaan Dewan Pers. Oleh karena gedung Dewan Pers merupakan
warisan dari Menteri Penerangan sekaligus Ketua Dewan Pers (1978-1983) Ali
Moertopo, kelak namanya akan diabadikan menjadi nama perpustakaan Dewan
Pers guna menghormati jasa beliau. Lantai 3 diisi oleh salah satu konstituen pers,
Lembaga Pendidikan Dr. Soetomo (LPDS). Selain itu juga tersedia ruangan untuk
Incotrend Indonesia-Sima, tabloid Mapikor-Perkara Keadilan, IKWI Pusat, SGP,
Cisva G.L. dan JAM. Lantai 4 terdiri dari PWI Pusat, Sek. Tap CAJ, Dewan
Kehormatan. Lantai 5 terdiri dari DPP KWRI, Dewan Kehormatan Etik KWRI,
Akuntan Publik JSR, Tabloid Amin Pos FKI1, Pro Leader, Ikatan Jurnalis Televisi
Indonesia (IJTI), Brankas, dan IHAKA. Lantai 6 dihuni oleh SPS Pusat.
2.3. Visi dan Misi Dewan Pers
Guna mencapai tolok ukur keberhasilan dalam menjalankan fungsinya sebagai
pengembang kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupan pers nasional,
Dewan Pers periode 2013-2016 memiliki visi dan misi sebagai berikut.
Visi Dewan Pers ialah melindungi dan meningkatkan kemerdekaan pers
nasional berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi, supremasi hukum dan Hak Asasi
Manusia.
Sementara Misi Dewan Pers, antara lain:
1. Meningkatkan penguatan lembaga Dewan Pers;
2. Meningkatkan kualitas sumberdaya pers, antara lain dengan mendirikan
school of journalism;
21
22
anggota Dewan Pers yang dimaksud pada sidang pleno ke-45, yakni pada 27
Januari 2000.
(Disadur
dari:
http://www.lpds.or.id/index.php?
23
Sutomo Parastho dan Santoso dari unsur wartawan; Drs. Sabam Leo
Batubara, Drs. Amir Effendi Siregar, M.A., dan Uni Zulfian Lubis dari
unsur perusahaan pers; Prof. Dr. Ichlasul Amal, M.A., Hinca I.P. Panjaitan,
S.H., M.H., dan Dr. H. Sulastomo dari unsur tokoh masyarakat.
Pada 25 September 2006, melalui rapat gabungan Dewan Pers, terpilih
9 anggota Dewan Pers periode 2006-2009 menggantikan kepengurusan
periode 2003-2006 yang akan segera habis masa baktinya. Kesembilan
anggota Dewan Pers baru tersebut adalah Bambang Harymurti, Wina
Armada Sukardi, dan Bekti Nugroho dari unsur wartawan, serta ABG
Satria Naradha, Sabam Leo Batubara, dan Abdullah Alamudi dari unsur
perusahaan pers. Sedangkan tiga orang yang terpilih mewakili tokoh
masyarakat adalah Garin Nugroho Riyanto, Ichlasul Amal, dan Wikrama
Iryans
Abidin.
(Dewan
Pers,
24
Dewan Pers periode 2010-2013 diketuai oleh Prof. Dr. Bagir Manan,
SH., MCL., anggota Dewan Pers dari unsur Tokoh Masyarakat. Didukung
oleh Agus Sudibyo, S.I.P. (Komisi Pengaduan Masyarakat dan Penegakan
Etika Pers) dan Wina Armada Sukardi, S.H., M.B.A., M.M. (Komisi
Hukum dan Perundang-Undangan) dari unsur tokoh masyarakat. Dari
unsur pimpinan perusahaan pers, ada Drs. Anak Bagus Gde Satria Naradha
(Komisi Pemberdayaan Organisasi), Ir. Muhammad Ridlo Eisy, M.B.A.,
M.M. (Komisi Penelitian, Pendataan dan Ratifikasi Pers) dan Ir. Zulfiani
Lubis (Komisi Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Profesi). Pun
25
dari unsur wartawan, diisi oleh Ir. Bambang Harymurti, M.P.A. (Wakil
Ketua Dewan Pers), Drs. Bekti Nugraha (Komisi Hubungan Antarlembaga
dan Hubungan Luar Negeri) dan Drs. Margiono (Komisi Pendanaan dan
Sarana Organisasi).
Dewan Pers Periode 2013-2016:
Memasuki periode kedua menjabatnya Prof. Dr. Bagir Manan, S.H.,
MCL., komisi-komisi
26
Anggota Dewan Pers dari unsur tokoh masyarakat untuk periode kedua,
sekaligus ketua Dewan Pers periode ini. Beliau sangat dikenal sebagai Ketua
Mahkamah Agung (2001-2008). Sebelumnya menjabat Direktur Perundangundangan Departemen Kehakiman (1990-1995), Dirjen Hukum dan PerundangUndangan Departemen Kehakiman (1995-1998). Ia Guru Besar Bidang Ilmu
Hukum Tata Negara Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung. Alumnus Master
of Comparative Law, Southern Methodist University Law School Dallas, Texas,
AS dan Meraih gelar Doktor Hukum Tata Negara di Unpad (1990). Pernah
menjadi Anggota DPRD Kotamadya Bandung, Anggota Komisi Ombudsman
Nasional, dan Rektor Universitas Islam Bandung (Unisba). Sejak 1987 menjadi
penulis dan editor puluhan buku tentang hukum dan ketatanegaraan. Mendapat
penghargaan Distinguished Alumni Award dari Southern Methodist University
Dedman School Of Law, Texas, USA. (Dewan Pers, 2013:11)
27
2. Margiono (064-WU/DP/V/2011)
Gambar 2. 6. Margiono
Anggota Dewan Pers dari unsur wartawan untuk periode kedua, sekaligus
wakil ketua Dewan Pers. Terpilih sebagai Ketua Umum Persatuan Wartawan
Indonesia (PWI) Pusat periode 2008-2013, sebelumnya adalah Ketua Bidang
Daerah. Alumnus Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung (1982) ini tahun
1984 mulai menjadi wartawan di harian Jawa Pos, Surabaya, dan lima tahun
kemudian menjadi Pemimpin Redaksi. Pernah menjadi Pemimpin Redaksi
majalah D&R. Saat ini menempati posisi Direktur Jawa Pos Group dan Direktur
Utama Rakyat Merdeka Group. Ia Ketua Presidium Ikatan Pelajar Pekerja Sosial
Profesional Indonesia dan Sekjen Presidium Pembentukan Kota Tangerang
Selatan.
28
Anggota Dewan Pers dari unsur pimpinan perusahaan pers untuk periode
kedua. Kini menjabat sebagai Ketua Komisi Pengaduan Masyarakat di Dewan
Pers. Ketua Harian Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat. Pernah menjabat sebagai
Direktur PT. Galamedia Bandung Perkasa yang menerbitkan harian Galamedia.
Menjadi wartawan harian Pikiran Rakyat sejak 1982, kemudian Kepala Bagian
Keuangan, dan saat ini menjadi anggota Dewan Redaksi di harian terbesar di Jawa
Barat tersebut. Pernah belajar di Teknik Geologi ITB dan MBA di Sekolah Tinggi
Manajemen Bandung (STMB) Yayasan Telkom. Pernah juga Mengajar di
Universitas Pasundan dan Universitas Komputer Indonesia Bandung. Selain
sebagai wartawan, ia juga penyair. Aktif di Pramuka, sekarang menjadi anggota
Majelis Pembimbing Daerah Jawa Barat (2010-2015). Ketua Harian Pengurus
Percasi Jawa Barat (2006-2010). Bukunya berjudul Peranan Media dalam
Masyarakat diterbitkan tahun 2007. Surel: ridlo_eisy@yahoo.com; Twitter:
@Ridlo_Eisy. (Dewan Pers, 2013:13)
29
Anggota Dewan Pers dari unsur tokoh masyarakat. Di komisi Dewan Pers
menjabat sebagai ketua Komisi Pengembangan Profesi Wartawan, Penelitian dan
Pendataan Perusahaan Pers. Saat ini menjabat sebagai Rektor Universitas
Multimedia Nusantara. Sejak tahun 1981 memulai karir di harian Kompas.
Menempuh pendidikan formal di Jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung
(1981), berlanjut ke Department of War Studies, Kings College, London (1989).
Gelar doktor diraihnya dalam bidang ilmu politik di Universitas Indonesia (1992).
Mengikuti Eisenhower Fellow, USA, (1993). Menerima sejumlah penghargaan,
antara lain, dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) karena
kontribusinya Memajukan Sains (2008); Dewan Pers Unesco Award untuk
bidang kebebasan pers (2009); Adiwarta Rekayasa Award dari Persatuan Insinyur
Indonesia untuk karya tulis bidang teknis/rekayasa (2010). Pernah jadi anggota
Dewan Riset Nasional (1999-2011). Menjadi Anggota Dewan Pendidikan Tinggi
(sejak 2009), Komite Inovasi Nasional (KIN) (sejak 2010), dan hingga sekarang
30
Anggota Dewan Pers dari unsur tokoh masyarakat yang biasa dipanggil
Stanley. Di komisi Dewan Pers menjabat sebagai Ketua Komisi Hukum. Mantan
Wakil Ketua dan Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas
HAM) periode 2007-2012 ini adalah alumnus Universitas Kristen Satya Wacana,
Salatiga. Ia pernah menjadi Direktur Eksekutif Institut Studi Arus Informasi
(ISAI), Direktur PT MELIN yang membawahi KBR 68H dan Radio Namlapan
dan kemudian Direktrur School for Boradcast Media (SBM). Salah satu pendiri
Aliansi Jurnalis Independen (AJI). Ikut mendirikan berbagai organisasi seperti
PBHI, Tim Relawan Kemanusiaan (TRUK), Solidaritas Nusa Bangsa (SNB),
ProPatria, Cinema Society, ELKASA, DEMOS, IMSS, dan masih menjadi
anggota board di sejumlah organisasi antara lain di Lembaga Studi dan Advokasi
31
Masyarakat (ELSAM), anggota Dewan Pakar INTI, anggota Dewan Pakar Ikatan
Sarjana Katolik Indonesia (ISKA).
Sejak awal 1990 menjadi pembicara di berbagai forum. Mulai pelatihan hingga
workshop dan seminar, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional,
dengan topik sekitar media, jurnalisme, konflik, kekerasan, HAM, dan reformasi
sektor keamanan. Menjadi ombudsman1 di majalah Acehkita (2003-2007) dan di
tabloid Suara Perempuan Papua sejak 2004 hingga sekarang. Pernah menjadi
pengajar tamu di sejumlah perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta
dan sampai sekarang masih terdaftar sebagai dosen tidak tetap di Fikom
Universitas Tarumanagara Jakarta.
Pada 2000 hingga awal 2005 menjadi anggota Tim Pokja Reformasi POLRI
yang dibentuk POLRI-Kemitraan. Ia juga anggota sejumlah Pokja di bidang
reformasi sektor keamanan dan ikut menyusun academic paper Konsep
Pertahanan Republik Indonesia. Pada 2004-2006 ikut dalam pokja reformasi
intelijen yang menyiapkan RUU Intelijen. Sejumlah penelitian pernah
dilakukannya, termasuk penelitian yang dilakukan bersama Profesor Dr. Olle
Tornquist dari Universitas Oslo, Norwegia. Ia termasuk penulis produktif, karya
tulisannya tersebar di berbagai media massa. Sebanyak 67 buku telah ditulis dan
dieditnya. Surel: ruhoro_07@yahoo.com. (Dewan Pers, 2013:15)
Ombudsman berasal dari bahasa Swedia, merupakan sebutan untuk orang yang ditunjuk untuk
menyelidiki keluhan individu. Dalam hal ini, keluhan dari pembaca dan atau ketika ada hasil
liputan wartawan yang meragukan, sehingga dibutuhkan penyelidikan khusus terhadap keaslian
dan keakuratan produk jurnalistiknya.
32
Anggota Dewan Pers dari unsur wartawan, sekaligus Wakil Ketua Komisi
Pengaduan Masyarakat. Kini menjabat sebagai Pemimpin Redaksi CNN
Indonesia. Pernah menjabat sebagai redaktur pelaksana viva.co.id. Mulai menjadi
wartawan saat bergabung di Majalah DR (1999-2000), kemudian berlanjut di
Majalah TEMPO hingga 2008. Alumnus Fakultas Filsafat Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta (1997), dengan fokus studi filsafat politik, dan meraih gelar
MSc untuk politik dan sejarah internasional di London School of Economics
(LSE), Universitas London, Inggris (2007). Menjadi pemenang Journalism for
Tolerance Prize yang digelar International Federation of Journalist (IFJ) di
Manila, Filipina, untuk liputan investigasi kerusuhan Mei 1998 yang dimuat di
Majalah TEMPO. Terpilih sebagai Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen
(AJI) Indonesia periode 2008-2011. Anggota tim misi pembebasan wartawan
RCTI Feri Santoro di Aceh yang disandera Gerakan Aceh Merdeka (2004).
33
Tercatat sebagai editor jurnal pemikiran sosial dan ekonomi Prisma (LP3ES), serta
menulis sejumlah buku antara lain Negara dan Hegemoni Menurut Antonio
Gramsci (1999, bersama Andi Arief). Artikelnya bersama Agus Sudibyo, The
Television Industry in Post Authoritarian Indonesia dimuat di Journal of
Contemporary Asia, Oxford, Inggris (2013). Surel: nezar.patria@gmail.com;
twitter @nezarpatria. (Dewan Pers, 2013:14)
7. Anthonius Jimmy Silalahi
Gambar 2. 11. Anthonius Jimmy Silalahi
Anggota Dewan Pers dari unsur pimpinan perusahaan pers. Kini menjabat
sebagai Wakil Ketua Komisi Hukum dan Komisi Hubungan Antar Lembaga dan
Luar Negeri. Sejak tahun 2003 menjadi Direktur Eksekutif Asosiasi Televisi Lokal
Indonesia (ATVLI), organisasi pertelevisian dengan jumlah anggota terbesar
tempat bergabungnya puluhan perusahaan televisi lokal yang tersebar di berbagai
daerah di tanah air. Saat ini menjadi Manager Usaha Bali TV (PT. Bali Ranadha
Televisi) dan Direktur Eksekutif Indonesia Network. Dunia pers dan penyiaran
telah digelutinya sejak tahun 1996, diawali sebagai kontributor di surat kabar
34
media
dan
kehumasan
di
sejumlah
lembaga.
Surel:
Imam adalah jurnalis senior, broadcaster dan aktivis pers. Prestasi Imam yang
menonjol di pertelevisian dan pers membuatnya terpilih sebagai ketua umum
Ikatan Jurnalistis Televisi Indonesia (IJTI). Mantan Wapemred dan Eksekutif
Produser RCTI ini memiliki jaringan media dan kewartawanan yang amat luas di
berbagai daerah. Berbekal jaringan yang luas itulah, Imam kini aktif menjadi
instruktur dan pembicara pada berbagai forum dan training di Indonesia, baik
35
untuk kalangan media lokal, pusat, jaringan LSM, maupun pemerintah. (Tersedia
di: http://contentindonesia.com/?page_id=2. Akses 18 Juli 2014.)
Anggota Dewan Pers dari unsur wartawan. Periode ini menjabat sebagai wakil
ketua Komisi Pengaduan Masyarakat dan Komisi Pengembangan Profesi
Wartawan, Penelitian dan Pendataan Perusahaan Pers. Pada tahun 1987 mulai
bekerja di bidang kewartawanan dengan menjadi koresponden Harian Sore
Wawasan, Semarang, dan berlanjut di majalah berita ekonomi Prospek (19901994). Karir sebagai jurnalis TV dimulai di RCTI (1994-2006), di antaranya
sebagai Wakil Pemimpin Redaksi. Bagian dari tim awal yang membidani kanal
berita 24 jam Astro Awani Indonesia. Sekarang menjadi Produser Eksekutif PT.
Content Creative Indonesia (CCI) yang memproduksi program informasi untuk
televisi, siber dan mobile. Selain itu, menjadi Pembina Program Jurnalistik di
NewsShinta Radio Network yang bermarkas di Bandung. Alumnus Jurusan
Komunikasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, (1990) ini pernah memimpin
Ikatan
Jurnalis
Televisi
Indonesia
(IJTI)
Pusat
(2005-2012).
Surel:
36
37
38
39
Dewan
Pers
Nomor
10/Peraturan-DP/X/2009
tentang
Dewan
Pers
No.
12/PDP/X/2001
tentang
Mengatasi
40
Kemerdekaan Pers
- Penyusunan draft peliputan terorisme
b. Komisi Pengaduan Masyarakat
- Menetapkan dan mengawasi pelaksanaan KEJ
- Memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan
masyarakat atas kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers
c. Komisi Hubungan Antar Lembaga dan Luar Negeri
- Mengembangkan komunikasi antara pers, pemerintah dan masyarakat
- Komunikasi dengan Dewan Pers dari negara-negara lain
d. Komisi Pengembangan Profesi Wartawan, Penelitian dan Pendataan
-
Perusahaan Pers
Pendataan Perusahaan Pers
Workshop Pers Mahasiswa
Pelatihan Jurnalistik khusus tentang anak/ korupsi/ bencana alam/
perempuan
41
Literasi Media
Melakukan riset tentang pers di masyarakat
Audit UKW (Uji Kompetensi Wartawan)
Pelatihan pengujian kompetensi wartawan (TOT) dan saksi ahli
42
43
anggota dewan lainnya di bawah satu garis komando yang sama. Namun supaya
lebih memudahkan pemahamannya, maka penulis tafsirkan dengan penyusunan
yang demikian.
2.7. Tinjauan Sekilas
Menjadi anggota Dewan Pers ternyata bukan profesi utama bagi para
anggotanya. Analoginya kira-kira mirip dengan lembaga kemahasiswaan atau
lembaga sosial dan kemasyarakatan lain. Anggota Dewan Pers terpilih
berdasarkan prestasi dan kredibilitas, dan ketika tergabung dalam kepengurusan
Dewan Pers, hanya satu kata yang perlu dianut: pengabdian. Sebab, secara materi,
orang tidak bisa menggantungkan hidupnya di Dewan Pers. Kriteria pemilihan
anggota Dewan Pers ditetapkan dalam statuta Dewan Pers sebagaimana yang
termakhtub dalam SK Dewan Pers No. 05/SK-DP/III/2006 tentang Penguatan
Peran Dewan Pers, sebagai berikut:
a. memahami kehidupan pers nasional dan mendukung kebebasan pers
berdasarkan UU No. 40/1999 tentang Pers dan Kode Etik Wartawan
Indonesia;
b. memiliki integritas pribadi;
c. memiliki sense of objectivity dan sense of fairness;
d. memiliki pengalaman yang luas tentang demokrasi, kemerdekaan pers,
mekanisme kerja jurnalistik, ahli dibidang pers dan atau hukum dibidang
pers. (Dewan Pers, 2013:22)
44
Menurut keterangan Jimmy Silalahi, wakil ketua komisi hukum Dewan Pers,
orang-orang yang dipilih sebagai anggota Dewan Pers selain memenuhi kriteria di
atas, juga haruslah orang-orang yang sudah mapan secara materi. Dengan
demikian, mereka tidak menggantungkan penghasilan utamanya dari bekerja di
Dewan Pers. Upah honorer yang diperoleh anggota Dewan Pers antara lain dari
rapat-rapat pokja, per bulan sekitar 1 juta sampai 1,5 juta rupiah per pokja. Selain
itu, penghasilan lain di dapat jika menjadi pembicara, moderator di dalam dan di
luar Dewan Pers sekitar 1-3 juta rupiah per panggilan, dan uang saku perjalanan
dinas ke luar kota sekitar 350-400 ribu rupiah per hari.
Sementara untuk keterpilihan sekretariat dan staf khusus yang biasa disebut
pokja (kelompok kerja), sama dengan seleksi Dewan Pers, berangkat dari
rekomendasi di kalangan pers dan ketentuan lainnya adalah memiliki spesifikasi
atau keahlian tertentu yang dipandang mampu mendukung kinerja setiap komisi
Dewan Pers. Di komisi hukum misalnya, Yosep Adi Prasetyo melihat yang
penting orang-orang pokja harus bisa supporting, menguasai betul masalah
keuangan, laporan, soal logistik, tahu tentang karakter kerja anggota Dewan Pers,
punya jaringan yang luas, dengan kepolisian, humas-humas, bisa membangun
jaringan.
Christina Chelsia Chan, salah seorang anggota pokja yang merangkap dalam
tiga komisi sekaligus diminta bergabung karena keahliannya dalam menangani
jaringan internasional. Beliau lulusan Leiden dan punya jaringan yang kredibel di
UN, khususnya UNESCO. Sabam Leo Batubara dan Herutjahjo, walau keduanya
45