You are on page 1of 9

STUDI FARMAKOGNOSI DAN FITOKIMIA

DAUN GAMAL
(GLYRICIDIA SEPIUM (JACQ) KUNTH. EX WAL.
Rena Rahmawati1) dan Dr. Moelyono MW, M.Si., Apt.2)
1)Mahasiswa Prodi S-1 Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya
2) Dosen Pembimbing
ABSTRACT
Telah dilakukan penelitian studi farmakognosi dan fitokimia dari daun Gamal (Glyricidia sepium (Jacq)
Kunth. Ex Wal.). pemeriksaan karakteristik farmakognosi meliputi Makroskopik, Pemeriksaan Mikroskopik,
Penetapan Susut Pengeringan, Penetapan Kadar Abu Total, Penetapan Kadar Abu Tidak Larut asam,
Penetapan Kadar Abu Larut Air, Penetapan Kadar Sari Larut Air, Penetapan Kadar Sari Larut Etanol,
Penetapan Kadar Air, Ekstraksi Maserasi. Dan pemeriksaan karakteristik fitokimia meliputi Skrining Fitokimia
dan Kromatografi Lapis Tipis.
Pemeriksaan mikroskopik dari daun segar dengan sayatan melintang melalui ibu tulang daun dan serbuk
simplisia daun Gamal (Glyricidia sepium (Jacq) Kunth. Ex Wal.) menunjukan pada daun tersebut terdapat
berkas pembuluh, epidemis, parenkim, rambut penutup, stomata tipe parasitik dan kristal ca. Susut pengeringan
8,1955%, kadar abu total 10,4335 %, kadar abu tidak larut asam 1,3563%, kadar abu larut air 6,1068%, kadar
sari larut air 20,0742%, kadar sari larut etanol 25,1761%.
Hasil pemeriksaan skrinning fitokima menunjukan pada daun Gamal (Glyricidia sepium (Jacq) Kunth. Ex
Wal.) mengandng senyawa metabolit sekunder tanin, flavoinoid, kuinon dan saponi. Hasil kromatografi lapis
tipis menghasilkan 11 bercak dengan Rf yang berbeda beda.
Kata Kunci :Daun Gamal (Glyricidia sepium (Jacq) Kunth. Ex Wal.), Pemeriksaan karakteristik farmakognosi
Skrinning Fitokimia, Kromatografi lapis tipis
ABSTRACT
A pharmacognostic and phytochemistry experiment of Gamal leaves (Glyricidia sepium (Jacq) Kunth. Ex
Wall) were carried out. The examination of pharmacognostic characteristic consists of macroscopic and
microscopic test, determining lost of drying, determining content of the total ash, determining content of ash
which doesn`t dissolve in acid, determining content of ash which dissolve in water, determining content of the
essence which dissolve in water, content of essence dissolve in ethanol , determining extract examination.
Concering the examination of phytochemistry characteristic consists of screening phytochemist and thin layer
chomatography.
The result of the research that microscopically the leaf and powder of Gamal leaves shows the epidermis,
parenkim, calcium oxalate crystal, wood artery, stomata parasitic type and the covering hair. Lost of drying is
8,1955%, content of the total ash is 10,4335%, content of the ash which doesn`t dissolve in acid is 1,3565%,
content of the ash which dissolve in water is 6,1068%, content of the essence dissolve in water 10,0742%,
content of essence dissolve in ethanol is 24,1761%, extratc rendemen is 22,54%.
Phytochemical screening give the result from Gamal leaves (glycidia sepium (Jacq) Kunth. Ex Wal.).
contain secondary metaboluc compound of tanin, flavonoid, quinon and saponin. The result of thin layer
chomatography is 11 stain with diffrent Rf.
Keywords: Gamal leaves (Glyricidia sepium (Jacq) Kunth. Ex Wal.), The examination of pharmacognostic
characteristi, Phytochemical screening, thin layer chomatography

STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

PENDAHULUAN
Sejak dahulu masyarakat Indonesia
mengenal dan memakai tumbuhan sebagai
salah satu upaya dalam penanggulangan
masalah kesehatan yang dihadapinya.
Namun hal ini dilakukan berdasarkan
pengalaman yang turun temurun dan bukan
melalui kajian yang sistematis dan
terencana, sehingga komponen kimia yang
aktif dari tumbuhan tersebut belum banyak
ditemukan (Harborne, 1987).
Pengembangan obat tradisional di
indonesia semakin menunjukan kemajuan
yang mengarah pada upaya memasuki jalur
pelayanan kesehatan formal dituntut
mempunyai kualitas ini diperlukan untuk
mendapatkan
obat
tradisional
yang
memenuhi persytaratan keterulangan khasiat
dan keamanan penggunaan.
Indonesia dikenal sebgaai gudangnha
tumbuhan berkhsiat obat. Salah satunya
adalah tumbuhan Gamal (Glyricidia sepium
(Jacq) Kunth. Ex Wal.). berdasarkan empiris
tumbuhan ini bisa berkahsiat untuk obat
gatal. Tumbuhan ini juga digunakan dalam
berbagai sistme pertanaman, contohnya
sebagai pohon pelindung dalam penanaman
pohon teh, coklat, atau kopi.

tengah kaum kelurahan panglayungan


kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya Jawa
Barat.

METODE PENELITIAN
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian
ini antara lain, Terdiri dari eperangkat alat
kromatografi lapi tipis berupa pelat KLT
silica gel, bejana KLT dan lampu UV 254
nm dan 365 nm, alat pengukur (timbangan
analiti, piknometer, pH mettle Toledo, alat
optic (mikroskop elektrik, mikroskop yang
dilengkapi kamera, alat maserasi berupa
maserator, oven, oven granulasi, botol
timbang, desikator, cawan penguap,
penangas air, krus, kertas saring whatman,
gelas kimia, corong, tabung reaksi, pipet
tetes, batang pengaduk.

Pemerikasaan Karakteristik
Farmakognosi
Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan dilakukan terhadap daun
yang masih segar dan serbuk simplisia.
Pemeriksaan terhadap daun yang masih
segar yaitu untuk mencari kekhusuan
morfologi tumbuhan meliputi bentuk helaian
daun, ujung daun, pangkal daun, permukaan
daun, pinggir daun, tulang daun dan warna
daun. Pemeriksaan terhadap daun yang telah
terbentuk serbuk simplisia meliputi bau,
rasa, dan warna simplisia yang akan diuji.

Bahan
Bahan Tumbuhan
Bahan penelitian yang dugunakan
adalah daun gamal (Gliricidia sepium (Jacq)
Kunth. Ex Wal) berasal dari jalan bojong

Bahan Kimia
Bahan kimia yang digunakan adalah
kloralhidrat 70%, Gliserin, CHCl3. Etanol 95
%, HCl 2N, HCl pekat, NH 4OH, perekasi
perekasi mayer, bouchardat, LiebermannBuchard, FeCl3, Larutan gelarin 1%, NaOH,
Serbuk Zn, amil alcohol, eter Vanillin,
H2SO4 pekat, asam asetat anhidrat, AlCl3,
pelat KLT silica gel GF254, n-hekan, etil
asetat, methanol dan aquadest.
Prosedur Kerja
Preparasi Sampel
Seluruh bagian tumbuhan yang masih
dalam keadaan segar di determinasi di
Herbarium
Jatinangor
Laboratorium
Takonomi Tumbuhan Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Padjadjaran. Pengolahan
sampel daun segar Gamal (Glyricidia
sepium (Jacq) Kunth. Ex Wal). Menjadi
simplisia dilakukan dengan cara digunakan
dengan oven pada suhu 45o C selama 4 -5
jam.

Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan
terhadap daun yang masih dalam keadaan
segar dan yang telah terbentuk simplisia
yaitu untuk melihat karakteristik penanda
yang dimiliki oleh daun tersebut. Dan
dilakukan terhadap penampang melintang

STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

daun dan serbuk simplisia untuk melihat


bentuk sel dan karakteristik penanda yang
dimiliki oleh simplisia tersebut.
Penetapan susut pengeringan
Sejumlah simplisia yang ditimbang
ditempatkan dalam botol timbang yang telah
diatara, kemudian dilakukan pengeringan
pada tanur pemanas pada suhu 100 105o C
selama 5 jam atau hingga diperoleh bobot
tetap, ada dua penimbangan berurutan
setelah pemansan berselang tiap satu jam.
Penetapan Kadar Abu Total
Sejumlah serbuk simplisia yang
ditimbang lebih kurang 2 3 gr dimasukan
kedalam krus silikat yang telah ditara,
permukaannya diratakan lalu dilakukan
pemijaran dengan pemanasan bertahap
hingga mencapai suhu 500 600o C.
pemijaran dilakuakn hingga tidak terlihat
lagi adanya sisa sisa senyawa karbon,
setelah pemijaran selesai, cawan pijar dan
seluruh isinya didinginkan dalam desikator
kemudian ditimbang.
Penetapan kadar abu yang tidak larut
asam
Abu yang diperoleh pada penetapan
kadar abu total, dididihkan dengan 25 ml
asam klorida encer P selama 5 menit,
kemudian bagian yang tidak larut dalam
asam dikumpulkan, disaring melalui kertas
saring bebas abu, dicuci dengan air panas,
dipijrkan dan timbang hingga bobot tetap.
Penetapan kadar abu yang larut dalam
air
Abu yang diperoleh pada penetapan
kadar abu total, dididihkan dengan 25 ml air
selama 5 menit, kemudian bagian yang tidak
larut, disaring melalui kertas saring bebas
abu, dicuci dengan air panas, lalu dimasukan
kedalam krus. dipijrkan dan timbang hingga
bobot tetap. Perbedaan bobor sesuai dengan
jumlah abu yang larut dalam air.
Penetapan kadar sari larut air

Serbuk simplisia sebanyak 5 gram


dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml
air kloroform P, menggunakan labu
bersumbat sambil berkali kali dikocok
selama 6 jam pertama dan kemudiaan
dibiarkan 18 jam. Kemudian disaring dan 20
ml filtrate diuapkan hingga kering dalam
cawan dangkal berdasar rata yang telah
ditara, residu dipanaskan sisa pada suhu
105o C dan hingga bobot tetap.
Penetapan kadar sari larut etanol
Serbuk simplisia sebanyak 5 gram
dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml
etanol (95%), menggunakan labu bersumbat
sambil berkali kali dikocok selama 6 jam
pertama dan kemudiaan dibiarkan 18 jam.
Kemudian disaring dan 20 ml filtrate
diuapkan hingga kering dalam cawan
dangkal berdaar rata yang telah ditara,
residu dipanaskan sisa pada suhu 105o C
dan hingga bobot tetap.
Penetapan kadar air
Kedalam labu kering masukan sejumlah
ekstrak yang diperkirakan mengandung 2 ml
4 ml air. Tambahkan pasir kering yang
telah dicuci secukupnya hingga menutupi
daar labu atau sejumlah tabung kapiler.
Panjang lebih kurang 100 nm yang salah
satu ujungnya tertutup masukan lebih
kurang 200 ml toluene kedalam labu
hubungkan alat. Tuang toluene kedalam
penerima (R) melaluai alat pendingin.
Panaskan labu hati hati selama 15 menit.
Setelah toluene mulai mendidih,
suling dengan kecepatan 2 tetes tiap detik.
Hingga sebagian besar air tersuling,
kemudian naikan kecepatan penyulingan
hingga 4 tetes tiap detik setelah semua air
tersuling, cuci bagian dalam pendingin
dengan toluene sambil dibersihkan dengan
sikat tabung yang disambungkan pada
sebuah kawat tembaga dan telah dibasahi
dengan toluene. Lanjutkan penyulingan
selama 5 menit. Biarkan tabung penerima ,
gosok pada karet yang diikatkan pada
sebuah kawat tembaga dan dibasahi dengan
toluene hingga tetesan air turun.

STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

simplisia mengandung alkaloid. Bagian


ketiga digunakan untuk blanko.
Ekstraksi (Maserasi)
Sebanyak 50 gram simplisia dimaserasi
dengan etanol : air (7:3), selama 3 x 24 jam.
Maserat kemudian di evaporasi hingga
terbentuk ekstrak kental.
Penetapan rendemen ekstark
Rendemen adalah penbandingan antara
ekstrak yang diperoleh dengan simplisia
awal
Fraksinasi
Sejumlah ekstrak yang diperoleh dari
hasil maerasi di fraksinasi dengan cara
ekstraksi cair cair. Ekstrak dilarutkan
kedalam air dengan sejumlah volume
tertentu, kemudian dimasukan ke dalam
corong pisah dan ditambahkan n-heksan
sama banyak yang dalam pelarut pertama,
diamkan. Kemudian kocok dikocok, sesekali
udara dalam corong pisah dikeluarkan, lalu
di kocok lagi dan diamkan sampai kedua
larutan terpisah sempurna. Pemisahan
diulang sampai diperoleh fraksi n-heksan
yang hampir tidak berwarna. Fraksi nheksan dan fraksi air dipisahkan serta
diuapkan.
Skrining fitokimia
Alkaloid
Serbuk simplisia dibasahkan dengan
ammonia,
kemudian
ditambahkan
kloroform, digerus kuat kuat. Lapisan
kloroform dipipet kuat kuat sambil di
saring, kemudian kedalamnya ditambahakan
asam klorida 2N. campuran dikocok kuat
kuat sehingga terdapat dua lapisan, lapisan
asam di pipet, kemudian dibagi menjadi tiga
bagian.
Kepada
bagian
pertama
ditambahkan
pereaksi
akan
mayer.
Terjadinya endapan atau kekeruhan diamati.
Bila terjadi kekeruhan atau endapan
berwarna putih, berarti dalam simplisia
kemungkinan terkandung alkaloid. Kepada
bagian kedua diitambahkan pereaksi
Draegendroff. Terjadinya endapan atau
kekeruhan diamati. Bila terjadi kekeruihan
atau endapan jingga kuning, berarti dalam

Tanin
Sejumlah kecil serbuk simplisia dalam
tabung reaksi dipanaskan dalam tangas air,
kemudian
disaring.
Kepada
filtrate
ditambahkan larutan pereaksi besi (III)
klorida dan larutan gelatin 1%. Adanya
senyawa tannin di tandai dengan terjadinya
endapan warna putih.
Flavonoid
Sejumlah kecil serbuk simplisia dalam
tabung reaski dicampur dengan serbuk
magnesium dan asam klorida 2N. Campuran
dipanaskan dalam tangan air, kemudian
disaring. Kepada filtrate dalam tabung
reaksi ditambahkan amil alcohol, lalu kocok
kuat kuat. Adanya flavonoid ditandai
dengan terbentuknya warna kuning hingga
merah yang dapat ditarik oleh amil alcohol.
Saponin
Sejumlah kecil serbuk simplisia dalam
tabung reaksi dipanaskan dalam tangas air,
kemudian saring. Filtrat dimasukan kedalam
tabung reaksi dan dikocok kuat secara
vertical selama 5 menit. Terbentuknya busa
yang mantap dan tidak hilang semala 30
menit dengan tinggi busa maksimal 1 cm
menunjukan adanya saponin.
Kuinon
Sejumlah kecil serbuk simplisia dalam
tabung reaksi dipanaskan dalam tangas air,
kemudian
saring,
kepada
filtrate
ditambahkan larutan KOH 5%. Adanya
senyawa kuinon ditandai dengan terjadinya
warna kuning hingga merah.
Steroid dan Triterpenoid
Serbuk simplisia digerus dengan eter,
kemudian dipipet sambil disaring. Filtrate
ditempatkan dalam cawan penguap,
kemudian dibiarkan menguap hingga kering.
Kepada
hasil
pengeringan,
filtrate
ditambahkan
pereaksi
Liebermann
Bauchard.
Terjadinya
warna
ungu
menunjukan adanya senyawa triterpenoid

STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

sedangkan adanya warna hijau


menunjukan adanya senyawa steroid.

biru

Monoterpenoid dan Seskuiterpenoid


Serbuk simplisia digerus dengan eter,
kemudian dipipet sambil disaring. Filtrate
ditempatkan dalam cawan penguap,
kemudian dibiarkan menguap hingga kering.
Kepada
hasil
pengeringan,
filtrate
ditambahkan larutan vanilin10% dalam
asam sulfat pekat, terjadinya warna warna
menunjukan adanya senyawa mono dan
seskuiterpenoid.
Kromatografi Lapis Tipis
Ekstrak kental dari n-heksan, etil
asetat dan air dari daun Gamal (Glyricidia
sepium (Jacq) Kunth. Ex Wal.) ditotolkan
pada plat KLT silica gel GF254 dengan
menggunakan mikrokapiler tepat pada lebih
kurang 1 cm dari tepi bawah plat KLT,
kemudian dibiarkan kering. Plat KLT
kemudian
ditempatkan
pada
bejana
kromatografi yang berisi eluen Etil asetat P:
Metanol P: Air dengan perbandingan
75:15:15 dan perbandingan 105:15:10 untuk
eluen ekstrak etanol. Eluen yang ada di
dalam bejana harus mencapai tepi bawah
plat, tempat penotolan tidak boleh
terendam.. Setelah itu, bejana kromatografi
ditutup rapat dan dibiarkan hingga pelarut
merambat pada plat KLT hingga batas
tertentu. Kemudian plat KLT dikeluarkan
dan dikeringkan. Kemudian bercak diamati
dengan sinar UV pada panjang gelombang
365 nm. Jarak dari titik penotolan diukur
dan dicatat sehingga harga hRf untuk setiap
bercak
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan Mikroskopik
Hasil pemeriksaan mikroskopik dari
daun segar dengan sayatan melintang
melalui ibu tulang daun dan serbuk simplisia
dari daun gamal (Glyricidia sepium (Jacq)
Kunth. Ex Wal). Menunjukan pada daun
tersebut
terdapat
berkas
pembuluh,

epidermis, parenkim, rambut penutup,


stomata tipe parasitic, dan Kristal Ca
oksalat. Pemeriksaan mikroskopik ini
bertujuan untuk menunjuakn keaslian
simplisia
Penetapan Susut Pengeringan
Penetapan
susut
pengeringan
bertujuan untuk memberikan batasan
maksimal (rentang) tentang besarnya yang
hilang pada proses pengeringan. Jika nilai
yang dihasilkan dari susut pengeringan
besar, itu disebabkan oleh senyawa
senyawa yang berada dalam simplisia
tersebut mudah menguap sehinggaa banyak
kehilangan berat simplisia.
Penetapan
susut
pengeringan
terhadap serbuk simplisia daun Gamal
(Glyricidia sepium (Jacq) Kunth. Ex Wal)
rata rata adalah adalah 8,1955%. Hal
tersebut menunjukan bahwa dalam serbuk
simplisia daun Gamal Glyricidia sepium
(Jacq) Kunth. Ex Wal) terdapat 8,1955%
senyawa senyawa yang mudah menguap
atau hilang selama prose pemanasan.
Penetapan Kadar Abu Total
Pada
umumnya
prinsip
dari
penetapan kadar abu adalah sampel yang
dipanaskan pada temperatur dimana
senyawa organic terdektruksi dan menguap
sehingga tinggal unsure mineral dan organic.
Tujuan dari penetapan kadar abu adalah
sebagai gambaran kandungan mineral
internal dan eksternal yang berasal dari
proses awal sampai terbentuknya simplisia.
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan didapat kadar abu total dari daun
Gamal Glyricidia sepium (Jacq) Kunth. Ex
Wal) adalah 10,4335 %. Hal ini menunjukan
terdapat 10,4335 % zat mineral yang berada
didalam simplisia tersebut.
Penetapan Kadar Abu Tidak Larut asam
Pada prinipnya kadar abu tidak larut
asam sama dengan kadar abu total, tetapi
setelah menjadi abu di didihkan dengan
asam lalu disaring dan didestruksi kembali.
Setelah itu diketahui nilai abu yang tidak
larut asam.

STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

Hasil penetapan kadar abu tidak larut


asam terhadap serbuk simplisia dari daun
Gamal Glyricidia sepium (Jacq) Kunth. Ex
Wal) rata rata adalah 1,3563%. Hasil
tersebut menunjukan bahwa zat mineral
yang terdapay di dalam daun Gamal
Glyricidia sepium (Jacq) Kunth. Ex Wal)
yang tidak larut asam adalah 1,3563%.
Penetapan Kadar Abu Larut Air
Hasil penetapan kadar abu air
terhadap serbuk simplisia daun Gamal
Glyricidia sepium (Jacq) Kunth. Ex Wal)
adalah sebagai berikut:
Dari hasil penetapan kadar abu larut
air terhadap serbuk simplisia dari daun
Gamal Glyricidia sepium (Jacq) Kunth. Ex
Wal) rata rata sebesar 6,1068%. Hal ini
menunjukan bahwa di dalam
serbuk
simplisia daun Gamal Glyricidia
sepium
(Jacq) Kunth. Ex Wal) terdapat 6,1068% zat
mineral yang larut dalam air.
Penetapan Kadar Sari Larut Air
Prinsip dari penetapan kadar sari larut air
atau etanol adalah untuk menentukan jumlah
solute yang identik dengan jumlah senyawa
kandungan secara gravimetri. Dalam hal ini
tertentu dapat di ukur senyawa terlarut
dalam pelarut lain misalnya heksana,
diklorometan, dan methanol. Tujuan dari
penetapan ini adalah untuk mengetahui
jumlah sari yang terlarut dari simplisia
Hasil penetapan kadar sari larut air
terhadap serbuk simplisia daun Gamal
Glyricidia sepium (Jacq) Kunth. Ex Wal)
rata rata sebesar 10,0742 %. Hasil ini
menunjukan bahwa 10,0742% senyawa
senyawa yang tersari dalam pelarut air.
Penetapan Kadar Sari Larut Etanol
Hasil penetapan kadar sari larut
etanol terhadap serbuk simplisia daun
Gamal Glyricidia sepium (Jacq) Kunth. Ex
Wal) dapat dilihat pada tabel berikut.
Hasil penetapan kadar sari larut
etanol terhadap serbuk simplisia daun
Gamal Glyricidia sepium (Jacq) Kunth. Ex
Wal) rata rata sebesar 25,1761%. Hasil ini
menunjukan bahwa 25,1761% senyawa
senyawa yang tersari dalam pelarut etanol.

Hal ini menunjukan bahwa senyawa


senyawa yang terdapat di daun Gamal
Glyricidia sepium (Jacq) Kunth. Ex Wal)
bersifat semipolar atay non polar karena
lebih banyak dalam etanol daripada dalam
air.
Penetapan Kadar Air
Penetapan kadar air dilakukan untuk
memberikan batasan minimal atau rentang
besarnya kandungan air di dalam bahan.
Berikut ini adalah data hasil penetapan
kadar air dari daun Gamal Glyricidia
sepium (Jacq) Kunth. Ex Wal).
Dari
hasil
penelitian
yang
dilakukan , kadar air rata rata serbuk
simplisia daun Gamal Glyricidia sepium
(Jacq) Kunth. Ex Wal) adalah 4,9997%.
Ekstraksi Maserasi
Ekstraksi maserasi dilakukan dengan
menggunakan pelarut etanol air. Ekstrak
yang dihasilkan berupa ekstrak cair
berwarna hijau pekat dengan bau khas dari
daun tersebut. Ekstrak cair lalu dipekatkan
dengan menggunakan rotary evaporator
sehingga menghasilkan ekstrak kental
berwarna hijau tua yang berbau khas dari
daun tersebut. Ekstrak kental yang
dihasilkan digunakan untuk mengetahui
rendemen ekstrak, bobot jenis ekstrak dari
pH ekstrak.
Penetapan Rendemen Ekstrak
Penetapan
rendemen
ekstrak
dilakukan untuk mengetahui perbandingan
ekstrak yang diperoleh dengan simplisia
awal sehingga dapat diketahui prensentase
senyawa senyawa yang terkandung dalam
serbuk simplisia daun Gamal Glyricidia
sepium (Jacq) Kunth. Ex Wal) dalam pelarut
etanol 70%, dihitung terhadap berat
simplisia awal. Hasil penetapan rendemen
ekstrak daun Glyricidia sepium (Jacq)
Kunth. Ex Wal) dapat dilihat pada tabel
berikut:
Penetapan
rendemen
ekstrak
dilakukan untuk mengetahui jumlah
perbandingan ekstrak yang dihasilkan
dengan simplisia awal sehingga mengetahui

STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

presentase senyawa senyawa daun Gamal


Glyricidia sepium (Jacq) Kunth. Ex Wal)
yang tersari oleh pelarut etanol air. Hasil
presentase
rendemen
ekstrak
yang
dihasilkan adalah 22,54% dihitung terhadap
simplisia awal.

Pemeriksaan Karakteristik Fitokimia


Skrining Fitokimia
Hasil skrinning yang telah dilakukan
terhadap serbuk simplisia ekstrak etanol,
fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi
air dari daun Gamal Glyricidia sepium
(Jacq) Kunth. Ex Wal) dapat dilihat pada
tabel berikut:

Tabel 4.1 Hasil Skrinning Fitokimia


No
1
2
3
4
5
6
7

Golongan senyawa
metabolit sekunder

Serbuk
Simplisia

Ekstrak
ektraol

Fraksi nHeksan

Alkaloid
Saponin
Tannin
Flavonoid
Kuinon
steroid dan
triterpenoid
Monoterpenoid dan
seskuiterpenoid

+
+
+
+

+
+
+
+

+
+
+

Fraksi
etil
asetat
+
+

Hasil skrinning fitokimia yang telah


dilakukan terhadap serbuk simplisia, ekstrak
etanol, fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, dan
fraksi air dari daun Gamal Glyricidia
sepium (Jacq) Kunth. Ex Wal) didapat 4
golongan yaitu senyawa tannin, saponin,
flavonoid, dan kuinon. Pada ekstrak etanol
semua yang positif di simplisia positif di
ekstrak etanol itu menandakan bahwa etanol
melarutkan senyawa senyawa yang
terdapat dalam simplisia. Pada fraksi nheksan terdapat beberapa senyawa yang
terdeteksi yaitu senyawa flavonoid, tanin,
dan kuinon. Pada fraksi etil asetat senyawa
tanin dan polifenol dan kuinon aja yang
terdekteksi. Senyawa flavonoid terdekteksi
pada fraksi n-heksan dan fraksi etil asetat
kemungkinan flavonoid yang berada pada
daun Gamal Glyricidia sepium (Jacq)
Kunth. Ex Wal) bukan flavonoid yang
terikat dengan gula sebagai glikosida, tetapi
flavoinoid semi polar atau non polar. Tanin
yang terdeteksi pada serbuk simplisia,
terdeteksi kembali pada fraksi n-heksan dan
ekstrak etanol. Hal ini menunjukan bahwa

Fraksi
Air
+
+

tanin yang berada pada daun Glyricidia


sepium (Jacq) Kunth. Ex Wal) ini bersifat
non polar. Golongan saponin hanya
terdeteksi pada serbuk simplisia dan fraksi
air. Senyawa golongan kuinon terdekteksi
pada senua fraksi, ekstrak etanol dan serbuk
simplisia daun Gamal Glyricidia sepium
(Jacq) Kunth. Ex Wal.
Kromatografi Lapis Tipis
Dari hasil kromatografi lapi tipis
yang dilakuka terhadap fraksi etil asetat,
fraksi n-heksan, dan fraksi air dari serbuk
simplisia daun Gamal Glyricidia sepium
(Jacq) Kunth. Ex Wal). Menggunakan eluen
etil asetat:methanol:air (75:15:15) dan
penampak bercak FeCl3, AlCl3, dan KOH
menghasilkan 8 bercak.
Sedangkan ekstrak etanol dari serbuk
daun Gamal Glyricidia sepium (Jacq)
Kunth. Ex Wal). Menggunakan eluen yang
sama dengan
perbandingan 105:15:10
mengahsilkan 3 bercak.

STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

daun Gamal (Glyricidia sepium (Jacq)


Kunth. Ex Wal).
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pada penelitian yang telah dilakukan
maka di peroleh hasil pemeriksaan karakteristik
dan fitokimia dari daun Gamal (Glyricidia

sepium (Jacq) Kunth. Ex Wal). Diperoleh


simpulan bahwa daun daun Gamal
(Glyricidia sepium (Jacq) Kunth. Ex Wal).
Mempunyai
bentuk, morfologi serta
karakteristik mikroskopik yang khas,
karakteristik yang lainnya adalah susut
pengeringan 8,1955 %, kadar abu total
10,4335 %, kadar abu tidak larut asam
1,3563 %, kadar sari larut air 10,0742 %,
kadar sari larut etanol 25,1761%, rendemen
ekstrak 22,54 %.
Daun gamal mempunyai kandngan
senyawa metabolit sekunder tanin, saponin,
kuinon, dan flavonoid.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap
senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada

daun Gamal (Glyricidia sepium (Jacq)


Kunth. Ex Wal). Dengan metode kualitatif
maupun kuantitatif sehingga dapat diketahui
senyawa yang lebih spesifik yang
terkandung dalam daun Gamal (Glyricidia
sepium (Jacq) Kunth. Ex Wal).
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Goeswin. 2007. Teknologi Bahan


Alam. Bandung: Penerbit ITB
Auterhoff, Harry and Kovar, Karl-Arthur.
1987. Identifikasi Obat. Sugiarso. C.
N. Penerjemah. Bandung: Penerbit
ITB
Backer, C.A., and R. C. Bakhuizen Van Den
Brink. 1965. Flora of Java. Vol. 1
Groningen, Netherland: WoltersNoordhoff N. V
Bruneton, Jean. 1995. Pharmacognosy,
Phytochemistry, Medical Plants.
New York: Lavoiser Publishing inc;
Cronquist, Arthur. 1981. An Integrated
System
Of
Classification
of
Flowering
Plants.
Columbia

University Press: New York. Hal:


598-601.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
1987. Analisis Obat Tradisional.
Jakarta:
Direkotrat
Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan; Hal
10,26 28.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
1979. Farmakope Indonesia Edisi IV.
Jakarta
Departemen
Kesehatan
Republik Indonesia; Hal 782.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
1995. Materia Mediak Indonesia
Edisi IV. Jakarta: Direkotrat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan; Hal
315 316, 323 325.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
2000.Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Direkotrat Jendral Pengawasan Obat
dan Makanan; Hal 5 6, 9 11.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
1986. Sediaan Galenik. Jakarta:
Direkotrat Jendral Pengawasan Obat
dan Makanan; Hal 11.
Fransworth, N.R 1996. Biological and
Phytochemical Screening of Plants.
Journal of Pharmaceutical Sciences
Volume 5. American Pharmaceutical
Association; P. 245 265.
Gunawan, didik dan Mulyani, Sri. 2004.
Ilmu Obat alam (Farmakognosi).
Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya;
Hal 9 19.
Harbone, J.B. 1996. Metode Fitokimia.
Kosasih Padmawinata dan Iwang
Soediro, Penerjemah. Bandung:
Penerbit ITB.
Khopkar. SM. 2003. Konsep Dasar Kimia
Analitik.
Saptorahardjo
A.
Penerjemah.
Jakarta:
Penerbit
Universitas Indonesia (UI Press); Hal
128 129.
Robinson, Trevor. 1995. Kandungan
Organik Tumbuhan Tinggi. Kosasih
Padmawinata dan Iwang Soediro,
Penerjemah Bandung: Penerbit ITB;

STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

Hal 123, 140, 145, 152, 154, 157,


191, 193, 281, 283.
Roth, H.J dan Blascke. G. 1981. Analsis
Farmasi. Kisma Sarjono dan Ibrahim
Slamet. Penejermah. Yogyakarta:
Penerbit Gajah Mada University
Press; Hal 419.
Stahl, Egon. 1985. Analisis Obat Secara
Kromatograf
dan
Mikroskopi
Kosasih Padmawinata dan Iwang
Soediro, Penejermah. Bandung:
Penerbit ITB; hal 3 5.
Wijatakusuma, Prof.H.M. hembing. 2000.
Ensiklopedia Milenium tumbuhan
Berkhasiat Obat. Jakarta: Penerbit
Prestasi Insan Indonesia; Hal 1 2.

STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

You might also like