You are on page 1of 30

REFLEKSI KASUS :

Tonsilitis Kronis

Dokter Pembimbing :
dr. Ashadi Prasetyo, Sp.THT
Shelarosa Arumdita (08 / 268100 / KU /
12810)

PENDAHULUAN

Introduction
Chronic tonsilitis is a condition in which
there is enlargement of the tonsils
accompanied by repeated attacks of
infection
Chronic tonsillitis is the most common
throat infection among young people. It
is due to inflammation of tonsil as a
result of failure or unsuitable antibiotic
prescribed to patients with acute
tonsillitis. (Kurien M et Al, 2003).

Tonsilitis

incidence is especially hgh


among children in the age group
between 5 to 10 years.
Nearly all children in the United
States experience at least one
episode of tonsilitis.

Recurrent

throat infections is one of


the most common indications for
tonsillectomy
Tonsillectomy is one of the most
common surgical procedures in the
US, with more than 530.000
procedures performed annually in
children younger than 15 years.

The

importance of tonsillectomy as
an intervention relates to its
documented benefit on child Quality
of Life (QoL)
Tonsillectomy may improve QoL by
reducing throat infections, helath
care provider visits, and the need of
antibiotic therapy

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama

: An. A
No. RM
: 00642884
Usia
: 10 tahun
Jenis kelamin
: laki-laki
Tanggal masuk RS : 20 Juni 2012
Masuk bagian RS : poli THT

Anamnesis

Keluhan utama
Nyeri menelan

RPS
1 TSMRS os mulai merasakan nyeri menelan.
Keluhan dirasakan semakin memberat. Os
merasakan menelan semakin sulit bila sedang
demam atau sakit. Menurut pengakuan ibunya,
nafsu makan os masih baik dan tidak
diperhatikan adanya penurunan berat badan
sejak dikeluhkannya nyeri menelan tersebut.
Keluhan telinga dan hidung disangkal.

Anamnesis

RPD
Ibu os mengatakan os sering menderita flu
dengan frekuensi 1 kali dalam setiap bulan.
Adanya alergi makanan atau hipersensitifitas
dingin/panas disangkal.

RPK
Keluhan yang sama yang diderita anggota
keluarga lainnya disangkal

Pemeriksaan Fisik
Kondisi

Umum
compos mentis, keadaan gizi baik

Pemeriksaan

Orofaring

Palatum

dbn

Uvula

dbn

Tonsila palatina

Hipertrofi tonsil dex et sin


dengan kripti yang melebar &
adanya detritus

Tonsila lingualis

dbn

Dinding belakang

dbn

Pemeriksaan Laringofaring
Dinding belakang

tdn

Parafaring

tdn

Pemeriksaan Larynx
Epiglotis

tdn

Aritenoid

tdn

Plica vokalis

tdn

Gerakan plica vocalis

tdn

Tumor-tumor

negatif

Subglottis

tdn

Trachea

tdn

Pemeriksaan Hidung
D

Discharge

dbn

dbn

Concha

dbn

dbn

Septum

dbn

dbn

negatif

negatif

dbn

dbn

Discharge

dbn

dbn

Concha

dbn

dbn

Septum

dbn

dbn

negatif

negatif

dbn

dbn

Tumor

Sinus
paranasalis

Pemeriksaan Nasofaring

Tumor
Sinus
paranasalis

Pemeriksaan

telinga
AD

AS

Auricula

dbn

dbn

Plano-mastoideum

dbn

dbn

Gld. Limfatika

dbn

dbn

CAE

dbn

Serumen minimal

Memb. Timpani

dbn

dbn

Diagnosis
Tonsilitis

kronis

Tatalaksana
Tonsilektomi

(TE)

DISKUSI

Anamnesis
Dari

anamnesis ditemukan adanya


nyeri tenggorokan (odinofagia).
Odinofagia merupakan gejala yang
sering dikeluhkan akibat adanya
kelainan atau peradangan di daerah
nasofaring,
orofaring,
atau
hipofaring.
Pada
pasien
ini
dikeluhkan
odinofagia berulang dalam 1 tahun
terakhir

Gejala

klinik tonsilitis kronik adalah


nyeri tenggorok atau nyeri telan
ringan, terkadang seperti ada benda
asing di tenggorokan, mulut berbau,
badan lesu, nafsu makan menurun,
sakit kepala, dan fatigue

Pemeriksaan lokalis
Pada

pemeriksaan lokalis ditemukan


tonsila palatina yang membesar T3-T3
dengan adanya pelebaran kripta dan
adanya detritus

Pembesaran

tonsil tidak selalu


terdiagnosis
tonsilitis
kronis.
Tonsilitis kronis ditandai oleh adanya
pelebaran kripta dan adanya detritus
pada pemeriksaan fisik

Pembesaran tonsil ditanyakan dalam


ukuran T1-T4. Thane R. Cody membagi
menjadi :
T1 : batas medial tonsil melewati pilar anterior

sampai 1/4 jarak pilar anterior-uvula


T2 : batas medial tonsil melewati 1/4 sampai
1/2 jarak pilar anterior-uvula
T3 : batas medial tonsil melewati 1/2 sampai
3/4 jarak pilar anterior-uvula
T4 : batas medial tonsil melewati 3/4 jarak pilar
anterior-uvula atau lebih

Grading Tonsillar
Hypertrophy

Karena proses radang yang berulang pada


tonsilitis kronis, maka selain epitel mukosa juga
jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses
penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh
jaringan parut yang akan mengalami pengerutan
sehingga kripti melebar. Secara klinik kripti ini
tampak diisi oleh detritu

Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul


tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan
dengan jaringan di sekitar fosa tonsilaris

Pada

anak proses ini disertai dengan


pembesaran
kelenjar
limfa
submandibula

Tatalaksana
Tonsilektomi

dilakukan bila terjadi


infeksi berulang atau kronik, gejala
sumbatan,
serta
kecurigaan
neoplasma

Indikasi tonsilektomi menurut The


American Academy of OtolaryngologyHead and Neck Surgery Clinical Indicators
Compendium tahun 1995 yaitu :
Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali pertahun

walaupun telah mendapatkan terapi yang adekuat


Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan
menyebabkan gangguan pertumbuhan orofasial
Sumbatan jalan napas yang berupa hipertrofi tonsil dengan
sumbatan jalan napas, sleep apnea, gangguan menelan,
gangguan berbicara, dan cor pulmonale
Rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, anses
peritonsil yang tidak berhasil hilang dengan pengobatan
Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan
Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A
Streptococcus hemoliticus
Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan
Otitis media efusa / otitis media supuratif

Walaupun

terdapat
keuntungan
dilakukan tonsilektomi, tonsilektomi
juga dapat menyebabkan komplikasi
seperti nyeri tenggorokan, mual
muntah, delayed feeding, perubahan
suara, perdarahan, dan kematian
(jarang terjadi)

Tatalaksana Pasca Tonsilektomi


di RSUD Banyumas

Hari pertama : hanya diperkenankan makan cairan yang dingin,


seperti air susu, air sirup, es krim, dan sebagainya, dan tidur miring
sebelah
Hari kedua : penderita diperkenankan keluar dari tempat tidur, tetapi
tetap tinggal dalam rumah dan diperbolehkan makan-makanan
saringan seperti puding, bubur halus, bubur maizena, agar-agar, dll
semuanya dingin
Hari ketiga : penderita sudah boleh keluar rumah dan dapat diberi
makanan yang kental seperti bubur, havermout, roti rendam susu,
telur setengah matang, dsb
Hari keempat : sudah dapat diperkenankan makan nasi lembek, telur
rebus, sayur bening (sup), pisang, pepaya, dsb
Hari kelima : diet nasi
Hari ketujuh : sudah dapat masuk sekolah/kerja
Bila sebelum tanggal tersebut di atas pasien mendapat panas,
supaya esok harinya dibawa ke dokter dan bila muntah-muntah
dengan mengeluarkan darah banyak supaya segera dibawa ke dokter
pada saat itu juga ke bagian THT.

Tonsilektomi

merupakan
pembedahan rawat jalan, namun
pada beberapa keadaan, misalnya
pasien merasa mual dan sulit untuk
menelan makanan atau tinggal jauh
dari
fasilitas
medis
serta
kekhawatiran timbulnya perdarahan
susulan,
pasien
hendaknya
menjalani rawat inap

REFERENSI
Siswantoro, Budi. 2003. Pengaruh tonsilektomi
terhadap kejadian bakteremia pasca operasi.
Semarang
Baugh, Reginald F. et al. 2011. Clinical Practice
Guideline: Tonsillectomy in Children.
OtolaryngologyHead and Neck Surgery 144(1S)
S1S30
Probst, Rudolf et al. 2006. Basic Otorhinolaryngology
: a step-by-step Learning Guide. Thieme
Soepardi, Efiaty Arsyad, et al. 2007. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan : Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala
dan Leher. 6th ed. Jakarta : FKUI

You might also like