You are on page 1of 7

KHUTBAH PERTAMA :

.








.


:





.
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Pada kesempatan yang mulia ini, marilah kita selalu menjaga dan meningkatkan mutu keimanan dan
kualitas ketakwaan kita kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, dalam mengharap keridhaan Allah
subhanahu wataala. Ketakwaan yg dilandasi oleh iman, yaitu diyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan,
dan diamalkan dengan perbuatan. ketakwaan yang dibuktikan dengan amal perbuatan dengan cara
menjalankan setiap perintah Allah dan NabiNya dengan mengharap rahmat Allah Subhanahu Wataala dan
berusaha semaksimal mungkin menjauhi dan meninggalkan setiap larangan Allah dan NabiNya karena takut
terhadap azab dan siksa Allah Subhanahu Wataala.
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah

Ada setumpuk bukti, bahwa berbakti kepada kedua orang tua dalam wacana Islam adalah
persoalan utama, dalam jejeran hukum-hukum yang terkait dengan berbuat baik terhadap sesama
manusia. Allah Subhanahu Wa Taala sudah cukup menegaskan wacana berbakti itu, dalam
banyak firman-Nya, demikian juga RasulullahSallallahu Alaihi Wa Sallam dalam banyak
sabdanya, dengan memberikan bingkai-bingkai khusus, agar dapat diperhatikan secara lebih
saksama. Di antara tumpukan bukti tersebut adalah sebagai berikut:
1. Allah Subhanahu Wataalamenggandengkan antara perintah untuk beribadah kepadaNya, dengan perintah berbuat baik kepada orang tua:
Allah Subhanahu Wataala telah menetapkan agar kalian tidak beribadah melainkan
kepada-Nya; dan hendaklah kalian berbakti kepada kedua orang tua. (Al-Israa : 23)
2. Allah Subhanahu Wataalamemerintahkan setiap muslim untuk berbuat baik kepada
orang tuanya, meskipun mereka kafir
Kalau mereka berupaya mengajakmu berbuat kemusyrikan yang jelas-jelas tidak ada
pengetahuanmu tentang hal itu, jangan turuti; namun perlakukanlah keduanya secara baik
di dunia ini. (Luqmaan : 15)
Imam Al-Qurthubi menjelaskan, Ayat di atas menunjukkan diharuskannya memelihara
hubungan baik dengan orang tua, meskipun dia kafir. Yakni dengan memberikan apa
yang mereka butuhkan. Bila mereka tidak membutuhkan harta, bisa dengan cara
mengajak mereka masuk Islam..
Berbakti kepada kedua orang tua adalah jihad.
3. Abdullah bin Amru bin Ash meriwayatkan bahwa ada seorang lelaki meminta ijin
berjihad kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam, Beliau bertanya, Apakah

kedua orang tuamu masih hidup? Lelaki itu menjawab, Masih. Beliau bersabda,
Kalau begitu, berjihadlah dengan berbuat baik terhadap keduanya. (Riwayat AlBukhari dan Muslim)
4. Taat kepada orang tua adalah salah satu penyebab masuk Surga.
Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallambersabda, Sungguh kasihan, sungguh kasihan,
sungguh kasihan. Salah seorang sahabat bertanya, Siapa yang kasihan, wahai
Rasulullah? Beliau menjawab, Orang yang sempat berjumpa dengan orang tuanya,
kedua-duanya, atau salah seorang di antara keduanya, saat umur mereka sudah menua,
namun tidak bisa membuatnya masuk Surga. (Riwayat Muslim)
Beliau juga pernah bersabda:
Orang tua adalah pintu pertengahan menuju Surga. Bila engkau mau, silakan engkau
pelihara. Bila tidak mau, silakan untuk tidak memperdulikannya. (Diriwayatkan oleh AtTirmidzi, dan beliau berkomentar, Hadits ini shahih. Riwayat ini juga dinyatakan
shahih, oleh Al-Albani.) Menurut para ulama, arti pintu pertengahan, yakni pintu
terbaik.
5. Keridhaan Allah Subhanahu Wataala, berada di balik keridhaan orang tua.
Keridhaan Allah Subhanahu Wataalabergantung pada keridhaan kedua orang tua.
Kemurkaan Allah Subhanahu Wataala, bergantung pada kemurkaan kedua orang tua.
6. Berbakti kepada kedua orang tua membantu meraih pengampunan dosa.
Ada seorang lelaki datang menemui Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam sambil
mengadu, Wahai Rasulullah! Aku telah melakukan sebuah perbuatan dosa. Beliau
bertanya, Engkau masih mempunyai seorang ibu? Lelaki itu menjawab, Tidak.
Bibi? Tanya Rasulullah lagi. Masih. Jawabnya. Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa
Sallam bersabda, Kalau begitu, berbuat baiklah kepadanya.
Dalam pengertian yang lebih kuat, riwayat ini menunjukkan bahwa berbuat baik
kepada kedua orang tua, terutama kepada ibu, dapat membantu proses taubat dan
pengampunan dosa. Mengingat, bakti kepada orang tua adalah amal ibadah yang paling
utama.

Ma'asyiral Muslimin Sidang Jum'ah Rahimakumullah

Perlu ditegaskan kembali, bahwa birrul waalidain (berbakti kepada kedua orang tua), lebih dari
sekadar berbuat ihsan (baik) kepada keduanya. Namun birrul walidain memiliki nilai-nilai
tambah yang semakin melejitkan makna kebaikan tersebut, sehingga menjadi sebuah bakti.
Dan sekali lagi, bakti itu sendiripun bukanlah balasan yang setara untuk dapat mengimbangi
kebaikan orang tua. Namun setidaknya, sudah dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang
yang bersyukur.

Imam An-Nawaawi menjelaskan, Arti birrul waalidain yaitu berbuat baik terhadap kedua orang
tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal yang dapat membuat mereka
bergembira, serta berbuat baik kepada teman-teman mereka.
Al-Imam Adz-Dzahabi menjelaskan bahwa birrul waalidain atau bakti kepada orang tua, hanya
dapat direalisasikan dengan memenuhi tiga bentuk kewajiban:
Pertama: Menaati segala perintah orang tua, kecuali dalam maksiat.
Kedua: Menjaga amanah harta yang dititipkan orang tua, atau diberikan oleh orang tua.
Ketiga: Membantu atau menolong orang tua, bila mereka membutuhkan.


( 23)
(24)
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap
mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." (DQ. Al-Isra: 23-24)
Ini adalah perintah untuk mengesakan Sesembahan, setelah sebelumnya disampaikan larangan
syirik. Ini adalah perintah yang diungkapkan dengan kata qadha yang artinya menakdirkan. Jadi,
ini adalah perintah pasti, sepasti qadha Allah. Kata qadha memberi kesan penegasan terhadap
perintah, selain makna pembatasan yang ditunjukkan oleh kalimat larangan yang disusul dengan
pengecualian: Supaya kamu jangan menyembah selain Dia Dari suasana ungkapan ini
tampak jelas naungan penegasan dan pemantapan.
Jadi, setelah fondasi diletakkan dan dasar-dasar didirikan, maka disusul kemudian dengan tugastugas individu dan sosial. Tugas-tugas tersebut memperoleh sokongan dari keyakinan di dalam
hati tentang Allah yang Maha Esa. Ia menyatukan antara motivasi dan tujuan dari tugas dan
perbuatan.
Perekat pertama sesudah perekat akidah adalah perekat keluarga. Dari sini, konteks ayat
mengaitkan birrul walidain (bakti kepada kedua orangtua) dengan ibadah Allah, sebagai
pernyataan terhadap nilai bakti tersebut di sisi Allah:
Setelah mempelajari iman dan kaitannya dengan etika-etika sosial yang darinya lahir takaful
ijtimaI (kerjasama dalam bermasyarakat), saat ini kita akan memasuki ruang yang paling
spesifik dalam lingkaran interaksi sosial, yaitu Birrul walidain (bakti kepada orang tua).
Dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
Dengan ungkapan-ungkapan yang lembut dan gambaran-gambaran yang inspiratif inilah AlQuran Al-Karim menggugah emosi kebajikan dan kasih sayang di dahati anak-anak.
Hal itu karena kehidupan itu terdorong di jalannya oleh orang-orang yang masih hidup;
mengarahkan perhatian mereka yang kuat ke arah depan. Yaitu kepada keluarga, kepada generasi
baru, generasi masa depan. Jarang sekali kehidupan mengarahkan perhatian mereka ke arah
belakang..ke arah orang tua..ke arah kehidupan masa silam..kepada generasi yang telah pergi!

Dari sini, anak-anak perlu digugah emosinya dengan kuat agar mereka menoleh ke belakang, ke
arah ayah dan ibu mereka.






.

.

.
.
KHUTBAH KEDUA :

Ada catatan penting yang harus menjadi perhatian bersama dalam pembahasan birrul walidain;
ialah Islam tidak hanya menyeru sang anak untuk melaksanakan birrul walidain, namun Islam
juga menyeru kepada para walidain (orang tua) untuk mendidik anaknya dengan baik, terkhusus
dalam ketaan kepada Allah dan Rasulul-Nya. Karena hal itu adalah modal dasar bagi seorang
anak untuk akhirnya menjadi anak sholih yang berbakti kepada kedua orangtuanya. Dengan
demikian, akan terjalin kerjasama dalam menjalani hubungan keluarga sebagaimana dalam
bermasyarakat.
Gaya bahasa yang digunakan al-Quran dalam memerintahkan sikap bakti kepada orang tua ialah
datang serangkai dengan perintah tauhid atau ke-imanan, Dan Tuhanmu telah memerintahkan
supaya kamu jangan menyembah selain Dia . Dalam artian setelah manusia telah mengikrakan
ke-imanannya kepada Allah, maka manusia memiliki tanggungjawab kedua, yaitu Dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.
Jika kita bertanya, mengapa perintah birrul walidain begitu urgen sehingga ia datang setelah
proses penghambaan kepada Allah Subhanahu Wataala?? Al-Quran Kembali menjawab

Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).
Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan(Al-Ahqaf: 15)
Ketika orangtua berumur muda, kekuatan fisik masih mengiringinya, sehingga ia
bertanggungjawab untuk mendidik dan membesarkan anak-anaknya. Namuun saat mereka
berumur tua renta, dan anaknya sudah tumbuh dewasa berbaliklah roda tanggungjawab itu.
Para pembantu mungkin mampu merawatnya, menunjukkan sesuatu yang tidak lagi bisa
dilihatnya, mengambilkan sesuatu yang tidak lagi bisa diambilnya dan mengiringnya dari suatu
temnpat ke tempat lain. Namun ada satu hal yang tidak pernah bisa diberikan oleh pembantu,
ialah cinta dan kasih sayang. Hanya dari sang buah hatilah rasa cinta dan kasih sayang dapat
diraihnya.
Kedua orang tua secara fitrah akan terdorong untuk mengayomi anak-anaknya; mengorbankan
segala hal, termasuk diri sendiri. Seperti halnya tunas hijau menghisap setiap nutrisi dalam benih
hingga hancur luluh; seperti anak burung yang menghisap setiap nutrisi yang ada dalam telor
hingga tinggal cangkangnya, demikian pula anak-anak menghisap seluruh potensi, kesehatan,
tenaga dan perhatian dari kedua orang tua, hingga ia menjadi orang tua yang lemah jika memang
diberi usia yang panjang. Meski demikian, keduanya tetap merasa bahagia!
Adapun anak-anak, secepatnya mereka melupakan ini semua, dan terdorong oleh peran mereka
ke arah depan. Kepada istri dan keluarga. Demikianlah kehidupan itu terdorong. Dari sini, orang
tua tidak butuh nasihat untuk berbuat baik kepada anak-anak. Yang perlu digugah emosinya
dengan kuat adalah anak-anak, agar mereka mengingat kewajiban terhadap generasi yang telah
menghabiskan
seluruh
madunya
hingga
kering
kerontang!

Dari sinilah muncul perintah untuk berbuat baik kepada kedua orang tua dalam bentuk qadha
dari Allah yang mengandung arti perintah yang tegas, setelah perintah yang tegas untuk
menyembah Allah.
Usia lanjut itu memiliki kesan tersendiri. Kondisi lemah di usia lanjut juga memiliki insprasinya
sendiri. Kata yang artinya di sisimu menggambarkan makna mencari perlindungan dan
pengayoman dalam kondisi lanjut usia dan lemah. Maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan ah, dan janganlah kamu membentak mereka Ini
adalah tingkatan pertama di antara tingkatan-tingkatan pengayoman dan adab, yaitu seorang anak
tidak boleh mengucapkan kata-kata yang menunjukkan kekesahan dan kejengkelan, serta katakata yang mengesankan penghinaan dan etika yang tidak baik. Dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. Ini adalah tingkatan yang paling tinggi, yaitu berbicara kepada orang tua
dengan hormat dan memuliakan.


Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan Di sini
ungkapan melembut dan melunak, hingga sampai ke makhluk hati yang paling dalam. Itulah
kasih sayang yang sangat lembut, sehingga seolah-olah ia adalah sikap merendah, tidak
mengangkat pandangan dan tidak menolak perintah. Dan seolah-olah sikap merendah itu punya
sayap yang dikuncupkannya sebagai tanda kedamaian dan kepasrahan .Itulah ingatan yang sarat
kasih sayang. Ingatan akan masa kecil yang lemah, dipelihara oleh kedua orang tua. Dan
keduanya hari ini sama seperti kita di masa kanak-kanak; lemah dan membutuhkan penjagaan
dan kasih sayang. Itulah tawajuh kepada Allah agar Dia merahmati keduanya, karena rahmat
Allah itu lebih luas dan penjagaan Allah lebih menyeluruh. Allah lebih mampu untuk membalas
keduanya atas darah dan hati yang mereka korbankan. Sesuat yang tidak bisa dibalas oleh anakanak.
Belaian anak saat orang tua telah berumur lanjut ialah kenikmatan yang tak terhingga. Wajarlah
kiranya al-Quran memberikan pengkhususan dalam birrul walidain ini saat kondisi mereka tua
renta, yaitu:
1. Jangan mengatakan kata uffin (ah)
2. Jangan membentak
3. Ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
4. Rendahkanlah dirimu terhadap mereka dengan penuh kesayangan
5.Dan doakanlah mereka.
Kata uffin dalam bahsa Arab berati ar-rafdu (menolak). Jadi janganlah kita mengatakan kata-kata
yang mengandung makna menolak, terkhusus dalam memenuhi kebutuhan mereka. Karena
pada umur lanjut inilah kebutuhan mereka memuncak, hampir pada setiap hitungan jam mereka
membutuhkan kehadiran kita disisinya.




:

: .

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah

Sedimikian pentingnya perintah birrul walidain ini, sehingga keridhoan mereka dapat
menghantarkan sang anak kedalam surga-Nya. Rasulullah saw bersabda Barang siapa yang
menajalani pagi harinya dalam keridhoan orang tuanya, maka baginya dibukakan dua pintu
menuju syurga. Barang siapa yang menjalani sore keridhoan orang tuanya, maka baginya
dibukakan dua pintu menuju syurga. Dan barang siapa menjalani pagi harinya dalam
kemurkaan orangtuanya, maka baginya dibukakan dua pintu menuju neraka. Dan barang siapa
menjalani sore harinya dalam kemurkaan orangtuanya, maka baginya dibukakan dua pintu
menuju neraka .(HR. Darul Qutni dan Baihaqi)
Dengan demikian merugilah para anak yang hidup bersama orang tuanya di saat tua renta namun
ia tidak bisa meraih surga, karena tidak bisa berbakti kepada keduanya. Rasulullah Sallallahu
Alaihi Wa Sallammengatakan tentang ihwal mereka
. - -

.

Dari Suhaili, dari ayahnya dan dari Abu Hurairah. Rosulullah Sallallahu Alaihi Wa
Sallam bersabda : Merugilah ia (sampai 3 kali). Para Shahabat bertanya : siapa ya Rosulullah?
Rosulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :Merugilah seseorang yang hidup bersama
kedua orang tuanya atau salah satunya di saat mereka tua renta, namun ia tidak masuk surga
(HR. Muslim).
Terkait cara berbakti kepada orang tua, memulai dengan perkataan yang baik. Kemudian diiringi
denganmeringankan apa-apa yang menjadi bebannya. Dan bakti yang tertinggi yang tak pernah
dibatasi oleh tempat dan waktu ialah DOA. Doa adalah bentuk bakti anak kepada orang tua
seumur hidup-nya. Doalah satu-satunya cara yang diajarkan Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa
Sallambagi anak-anak yang pernah menyakiti orangtuanya namun mereka meninggal sebelum ia
memohon maaf kepadanya.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi, Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa
Sallambersabda : Bahwasanya akan ada seorang hamba pada hari kiamat nanti yang diangkat
derajatnya, kemudian ia berkata Wahai tuhanku dari mana aku mendapatkan (derajat yang
tinggi) ini??. Maka dikatakanlah kepadanya Ini adalah dari istighfar (doa ampunan) anakamu
untukmu (HR.Baihaqi)
Adapun doa yang diajarkan, ialah sebagaimana termaktub dalam al-Quran :

"Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku
waktu kecil (Al-Isra: 24).
Itulah ingatan yang sarat kasih sayang. Ingatan akan masa kecil yang lemah, dipelihara oleh
kedua orang tua. Dan keduanya hari ini sama seperti kita di masa kanak-kanak; lemah dan
membutuhkan penjagaan dan kasih sayang. Itulah tawajuh kepada Allah agar Dia merahmati
keduanya, karena rahmat Allah itu lebih luas dan penjagaan Allah lebih menyeluruh.
Allah Subhanahu Wataala lebih mampu untuk membalas keduanya atas darah dan hati yang
mereka korbankan. Sesuat yang tidak bisa dibalas oleh anak-anak.
Al Hafizh Abu Bakar Al Bazzar meriwayatkan dengan sanadnya dari Buraidah dari ayahnya:

Seorang laki-laki sedang thawaf sambil menggendong ibunya. Ia membawa ibunya thawaf.
Lalu ia bertanya kepada NabiSallallahu Alaihi Wa Sallam, Apakah aku telah menunaikan
haknya? Nabi Sallallahu Alaihi Wa Sallammenjawab, Tidak, meskipun untuk satu tarikan
nafas kesakitan saat melahirkan.
Dalam ayat lain Al-Quran mengajar doa yang begitu indah, ialah doa yang mencakup bagi kita,
orang tua dan keturunan kita :


"Ya Allah.., tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan
kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau
ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.
Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
berserah diri." (Al-Ahqaf : 15). Wallahu alam.
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Marilah kita meminta maaf dan berterimakasih kepada orang tua kita. Karna kita pernah berbuat salah
kepadanya tetapi mereka tetap menyayangi dengan penuh kasih sayang. Maafkanlah orang tua kita apabila
sewaktu mendidik ada hal yang menyakiti hati kita, tapi hal itu semua karna orang tua kita sayang kepada
kita semua. Mereka tidak ingin anaknya mendapat hal yang tidak baik. Karena diakhir zaman ini banyak hal
yang membuat manusia terbelenggu akibat muslihat setan dari kenikmatan dunia. Karena itu membuat
orang tua kita waspada dan membuat mereka takut anaknya terjerumus. Jadi marilah kita berusaha
semaksimal mungkin menjauhi dan meninggalkan setiap larangan Allah dan NabiNya karena takut terhadap
azab dan siksa Allah Subhanahu Wataala.

Semoga kita yang hadir disidang juamat yang mulia ini, termasuk golongan yang mendapat lindungan dari
Allah Subhanahu Wataala, sehingga kita selamat didunia maupun diakhirat.Amin ya rabbal 'alamin.




.


.
.

. . .
.

You might also like