Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN PRAKTIKUM
UJI BAHAN 2
RIZQI RAHAYU
1113020017
2 SIPIL 2 PAGI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Rancangan campuran berdasarkan metode Marshall ditemukan oleh Bruce
Marshall, dan telah distandarisasi oleh ASTM ataupun AASHTO melalui beberapa
modifikasi, yaitu ASTM D 1559-76, atau AASHTO T-245-90. Prinsip dasar metode
Marshall adalah pemeriksaan stabilitas dan kelelehan (flow), serta analisis kepadatan dan
pori dari campuran padat yang terbentuk. Alat Marshall merupakan alat tekan yang
dilengkapi dengan proving ring (cincin penguji) berkapasitas 22,2 KN (5000 lbs) dan
flowmeter. Proving ring digunakan untuk mengukur nilai stabilitas, dan flowmeter untuk
mengukur kelelehan plastis atau flow. Benda uji Marshall berbentuk silinder berdiameter
4 inchi (10,2 cm) dan tinggi 2,5 inchi (6,35 cm). Prosedur pengujian Marshall mengikuti
SNI 06-2489-1991, atau AASHTO T 245-90, atau ASTM D 1559-76.
Secara garis besar pengujian Marshall meliputi: persiapan benda uji, penentuan
berat jenis bulk dari benda uji, pemeriksaan nilai stabilitas dan flow, dan perhitungan
sifat volumetric benda uji. Pada persiapan benda uji, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
serta analisa kepadatan dan pori dari campuran padat yang terbentuk. Dalam hal ini benda
uji atau briket beton aspal padat dibentuk dari gradasi agregat campuran tertentu, sesuai
spesifikasi campuran. Metode Marshall dikembangkan untuk rancangan campuran aspal
beton. Sebelum membuat briket campuran aspal beton maka perkiraan kadar aspal
optimum dicari dengan menggunakan rumus pendekatan. Setelah menentukan proporsi
dari masing-masing fraksi agregat yang tersedia, selanjutnya menentukan kadar aspal
total dalam campuran. Kadar aspal total dalam campuran beton aspal adalah kadar aspal
efektif yang membungkus atau menyelimuti butir-butir agregat, mengisi pori antara
agregat, ditambah dengan kadar aspal yang akan terserap masuk ke dalam pori masingmasing butir agregat. Setelah diketahui estimasi kadar aspalnya maka dapat dibuat benda
uji. Dan dari benda uji tersebut kita dapat menentukan nilai stabilitasnya.
B.
Rumusan Masalah
1. Mengetahui sifat fisik dan mekanis dari sample marshall, khususnya nilai stabilitas
2. Menghitung presentase aspal optimum pada campuran sample marshall.
C.
Tujuan Praktikum
a.
Tujuan Umum
Dapat menentukan nilai stabilitasnya dan mengetahui jumlah kadar aspal
optimum yang dapat digunakan dalam suatu campuran aspal dan agregat.. Dapat
menentukan komposisi yang tepat antara agregat aspal dan material pengisi (filler)
dalam campuran beraspal dan dapat menentukan kadar aspal optimum yang di
gunakan untuk perencanaan campuran aspal pada jalan raya.
b.
Tujuan Khusus
1.
2.
3.
4.
Dapat memplotkan data data dari hasil pencarian dengan metode Marshall
kedalam grafik untuk mendapatkan kadar aspal optimum dan stabilitas.
BAB II
DASAR TEORI
1.
2.
3.
Mengandung cukup rongga udara (VIM) agar tersedia ruangan yang cukup untuk
menampung ekspansi aspal akibat pemampatan oleh lalu lintas dan kenaikan
temperature tanpa mengalami naiknya aspal ke permukaan (bleeding) atau
deformasi plastis.
4.
Kedap air, rongga udara harus dibatasi untuk membatasi permeabilitas campuran
panas dapat dihampar dan dipadatkan sesuai rencana dan memenuhi persyaratan.
Perkembangan penggunaan campuran beton aspal di Indonesia dalam dua dasawarsa ini
pernah mengalami periode dimana retak atau keawetan yang rendah merupakan faktor
utama kerusakan. Kemudian diperkenalkan campuran dengan kecenderungan kandungan
aspal tinggi. Pada ruas-ruas jalan dengan volume/beban lalu lintas rendah campuran ini
menunjukkan kinerja yang cukup baik, tetapi pada ruas-ruas jalan dengan volume/beban
lalu lintas yang tinggi, umumnya menunjukkan kerusakan berupa deformasi plastis.
Dikenal dua macam campuran beton aspal yaitu Lapis aspal beton (Laston) dan Lapis
Tipis aspal beton (Lataston).
2.
b.
Lataston (HRS)
Lataston terdiri dari dua macam campuran, yaitu : Lataston Lapis
Pondasi (HRS-Base) dan Lataston Lapis Permukaan (HRS- Wearing Course)
dan ukuran maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19 mm.
Lataston (Hot Roller Sheet) mempunyai proporsi fraksi agregat kasar lebih
besar daripada Lataston Lapis Permukaan (HRS-Wearing Course). Campuran ini
ditujukan untuk jalan dengan lalu lintas rencana kurang dari 1 juta ESA. Untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan, maka campuran harus dirancang sampai
memenuhi semua ketentuan yang diberikan dalam spesifikasi. D u a k u n c i u t a m a
ad al ah :
1.
2.
c.
Laston (AC)
Laston (Lapis Aspal Beton) lebih peka terhadap variasi kadar aspal
maupun variasi gradasi agregat daripada Lataston (HRS). Aspal Beton (AC)
terdiri dari tiga macam campuran, yaitu : Laston Lapis Aus 2 (AC-WC),
Laston Lapis Aus 1 (AC-BC) dan Laston Lapis Pondasi (AC-Base) dan
ukuran maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19 mm, 25,4 mm
dan 37,5 mm. Setiap jenis campuran AC yang menggunakan bahan Aspal
Polimer atau Aspal dimodifikasi dengan Asbuton atau Aspal Multigrade disebut
masing-masing sebagai AC-WC Modified, AC-BC Modified, dan ACBase
Modified. Laston ditujukan untuk jalan dengan lalu lintas rencana berkisar antara
1-10 juta ESA, sedangkan Laston dimodifikasi (AC Modified) ditujukan untuk
jalan dengan lalu lintas rencana lebih besar 10 juta ESA. Campuran jenis ini
mempunyai kekakuan yang cukup tinggi. Kinerja awal Lapis aspal beton cukup
baik, namun generasi berikutnya menunjukkan kinerja yang sangat rentan
terhadap retak. Ketelitian pelaksanaan dan pelapukan (aging) film aspal
diperkirakan merupakan penyumbang yang paling utama terhadap kerusakan
dini.
Untuk kontrol mutu, dilakukan pengujian Ekstraksi. Sampel diambil bisa
dari AMP (Ashpalt Mixing Plant) atau dari lapangan. Dari pengujian tersebut
dapat diketahui apakah gradasi agregat serta presentase aspal dalam campuran
sesuai dengan Job Mix Formula.
pengisi
pada
campuran
yang
sering
digunakan
pada
proses
pembuatan aspal di AMP (Asphalt Mixing Plant) adalah abu batu. Semen
portland adalah salah satu
terpenuhi.
tempat
Film aspal atau selimut aspal, film aspal yang tebal dapat menghasilkan lapis aspal
beton yang berdurabilitas yang tinggi, tetapi kemungkinan terjadinya bleeding
menjadi tinggi.
2.
VIM kecil sehingga lapis kedap air dan udara tidak masuk kedalam campuran yang
menyebabkan terjadinya oksidasi dan aspal menjadi rapuh / getas.
3.
VMA besar, sehingga film aspal dapat dibuat tebal. Jika VMA dan VIM kecil serta
kadar aspal tinggi kemungkinan terjadinya bleeding besar. Untuk mencapai VMA
yang besar ini dipergunakan agregat bergradasi senjang.
Fleksibilitas (Kelenturan)
Fleksibilitas pada lapisan perkerasan adalah kemampuan lapisan untuk dapat
mengikuti deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas berulang tanpa timbulnya retak
dan perubahan volume. Fleksibilitas yang tinggi dapat diperoleh dengan :
1.
2.
3.
Penggunaan aspal yang cukup banyak sehingga diperoleh VIM yang kecil.
2.
3.
4.
VIM yang tinggi dan kadar aspal yang rendah akan mengakibatkan kelelahan yang
lebih cepat.
2.
VMA yang tinggi dan kadar aspal yang tinggi dapat mengakibatkan lapis
perkerasan menjadi fleksibel.
Gradasi agregat, agregat bergradasi baik lebih mudah dilaksanakan dari pada
agregat bergradasi lain.
b.
c.
d.
Spesifikasi Campuran
Dapat diketahui bahwa sifat campuran sangat ditentukan dari gradasi agregat,
kadar aspal total dan kadar aspal efektif, VIM, VMA, dan sifat bahan baku sendiri.
Variasi dari hal tersebut diatas akan menghasilkan kwalitas dan keseragaman campuran
yang berbeda-beda. Untuk itu agar dapat memenuhi kwalitas dan keseragaman jenis
lapisan yang telah dipilih dalam perencanaan perlu dibuatkan spesifikasi campuran yang
menjadi dasar pelaksanaan dilapangan. Dengan spesifikasi itu diharapkan dapat
diperoleh sifat campuran yang memenuhi syarat teknis dan keawetan yang diharapkan.
Spesifikasi campuran berbeda-beda, dipengaruhi oleh :
a.
b.
c.
Kadar aspal yang umum dinyatakan dalam persen terhadap berat campuran
seluruhnya.
d.
Komposisi dari campuran, meliputi agregat dengan gradasi yang bagaimana yang
akan dipergunakan.
e.
Sifat campuran yang diinginkan, dinyatakan dalam nilai stabilitas, flow, VIM,
VMA, tebal film aspal.
f.
e.
Perencanaan Campuran
Perencanaan campuran diperlukan untuk mendapatkan resep campuran yang
memenuhi spesifikasi., menghasilkan campuran yang memenuhi kinerja yang baik dari
agregat yang tersedia.
Metode perencanaan campuran yang umum dipergunakan di Indonesia adalah:
a.
Metode Bina Marga, bersumber dari BSS94 dan dikembangkan untuk kebutuhan
di Indonesia oleh CQCMU (Central Quality Control & Monitoring Unit), Bina
marga sehingga lebih dikenal dengan nama metode CQCMU.
b.
Partikel-partikel antar agregat akan terikat satu sama lain oleh aspal.
b.
Rongga-rongga agregat ada yang terisi aspal dan ada pula yang terisi udara
c.
d.
Terdapat lapisan aspal yang ketebalannya tergantung dari kadar aspal yang
dipergunakan untuk menyelimuti partikel-partikel agregat.
Lapisan aspal yang baik haruslah memenuhi 4 syarat yaitu stabilitas, durabilitas,
fleksibilitas dan tahanan geser seperti penjelasan diatas, tetapi jika memakai gradasi rapat
(dense graded) akan menghasilkan kepadatan yang baik, berarti memberikan stabilitas
yang baik, tetapi mempunyai rongga pori yang kecil sehingga memberikan kelenturan
(fleksibilitas) yang kurang baik dan akibat tambahan pemadatan dari beban lalu lintas
berulang serta aspal yang mencair akibat pengaruh cuaca akan memberikan tahanan geser
yang kecil.
Sebaiknya jika menggunakan gradasi terbuka, akan diperoleh kelenturan yang
baik, tetapi stabilitas yang kecil. Kadar aspal yang terlalu sedikit akan mengakibatkan
lapisan pengikat antar butir kurang, lebih-lebih jika kadar rongga yang dapat diresapi
aspal besar. Hal ini akan mengakibatkan lapisan pengikat aspal cepat lepas dan
durabilitas berkurang.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa haruslah ditentukan campuran
antara agregat dan aspal seoptimal mungkin sehingga dihasilkan lapisan perkerasan
dengan kwalitas yang seoptimal mungkin. Dengan kata lain haruslah direncanakan
campuran yang meliputi gradasi agregat (dengan juga memperhatikan mutu agregat) dan
kadar aspal sehingga dihasilkan lapisan perkerasan yang dapat memenuhi ke-4 syarat
diatas yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
Dengan demikian faktor yang mempengaruhi kualitas dari aspal beton adalah:
c.
a.
Absorbsi aspal
b.
c.
d.
e.
Gradasi agregat
Saat ini pemeriksaan dengan alat Marshall mengikuti prosedur PC-0201-76 atau
AASHTO T 245-74 atau ASTM D 1559-62T. Metode Marshall memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan dengan metode lain, diantaranya adalah :
a. Alat-alat untuk percobaan Marshall mudah dibawa dan dapat disesuaikan dengan
alat-alat CBR.
b. Alat Marshall sangat sederhana dan memberikan hasil yang cukup tepat dan dianggap
merupakan suatu metode perencanaan yang baik tetapi memerlukan ahli teknologi
aspal yang berpengalaman.
c. Metode Marshall tidak hanya baik dalam menentukan prosentase aspal untuk
campuran, tetapi juga sebagai pengecekan utama pada metode luas permukaan dan
metode ruang kosong.
d. Alat stabilitas Marshall dapat dipergunakan untuk mengecek sejumlah contoh
campuran khususnya contoh campuran yang langsung dari asphalt mixing plant.
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui ketahanan terhadap kelelehan dari
campuran aspal dan agregat. Kelelehan plastis adalah keadan perubahan bentuk suatu
campuran yang terjadi akibat suatu beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam
mm atau 0,01.
Alat marshall merupakan alat tekan yang dilengkapi dengan proving ring (cincin
penguji) yang berkapasitas 2500 kg atau 5000 lbf. Proving ring dilengkapi dengan arloji
pengukur yang berguna untuk mengukur stabilitas campuran. Disamping itu terdapat
pula arloji kelelehan (flow meter) untuk mengukur kelelehan plastis (flow). Benda uji
berbentuk silinder dengan diameter 10 cm dan tinggi 7,5 cm dipersiapkan di
laboratorium, dalam cetakan benda uji dengan menggunakan hammer dengan berat 10
pon dan tinggi jatuh 18 inchi (45,7 cm) dibebani dengan kecepatan tetap 50 mm/detik.
Dari proses persiapan benda uji sampai pemeriksaan dengan alat marshall diperoleh data
sebagai berikut :
1.
Kadar aspal, dinyatakan dalam bilangan decimal satu angka dibelakang koma.
Kadar aspal dapat dinyatakan terhadap campuran atau terhadap berat agregat.
Dalam perhitungan umumnya menggunakan berat aspal terhadap campuran,
sedangkan dalam pembuatan benda uji umumnya terhadap agregat. Hal ini
dilakukan untuk mempermudah dalam persiapan benda uji. Jadi, dalam pembuatan
benda uji berat agregatnya tetap sedangkan berat aspalnya bervariasi. Contoh :
kebutuhan agregat untuk benda uji adalah 1000 gram, kebutuhan aspalnya jika
dalam perhitungan antara 5%-7,5% dari berat agregat, maka yang bervariasi adalah
berat aspalnya. Untuk 5% aspal dari berat agregat makan kebutuhan aspalnya sama
dengan 5/100 x 1000 gram = 50 gram, demikian pula untuk prosentase aspal yang
lain. Nanti dalam perhitungan, harus prosentase aspal terhadap campuran, maka
dapat dihitung sebagai berikut :
=
100%
=
50
100% = 4,76%
(50
+ 1000
Atau prosentase aspal 5% sampai 7,5% dari berat campuran, untuk 5% aspal dari
berat campuran maka kebutuhan aspalnya = 5/95 x 1000 = 52,63 gram.
Berat volume, dinyatakan dalam gr/cm3, adalah perbandingan berat campurancampuran (gram) berbanding dengan volume campuran (cm3). Nilai ini digunakan
sebagai angka kepadatan di laboratorium.
2.
VIM atau persen rongga dalam campuran. VIM merupakan indikator dari
durabilitas,
kemungkinan
bleeding.
Jumlah
kandungan
rongga,
adalah
perbandingan antara volume ruang udara dengan jumlah volume dari contoh yang
dipadatkan, dinyatakan dalam persen (%).
3.
VMA atau persen rongga terhadap agregat. Ruang diantara partikel agregat pada
suatu perkerasan beraspal, termasuk rongga udara dan kadar aspal efektif yang
dinyatakan dalam % terhadap volume campuran total. VMA dihitung berdasarkan
berat jenis bulk agregat yang dinyatakan sebagai % volume bulk suatu campuran
perkerasan yang dipadatkan. VMA yang rendah dapat mengakibatkan :
kadar aspal rendah,
Aspal tipis,
Ikatan aspal mudah lepas, lapisan tidak kedap air, mudah terjadi oksidasi,
stabilitas akan turun.
4.
Rongga Terisi Aspal, yaitu perbandingan antara volume aspal dalam campuran dan
volume ruang kosong didalam bahan, dinyatakan dalam persen (%). Bila jumlah
agregat yang mengisi volume contoh adalah 80%, maka ruang kosong yan tersedia
untuk aspal adalah 20%. Bila aspal mengisi 75%, ini artinya aspal tersebut mengisi
75% dari ruang kosong tersebut.
5.
dari campuran
aspal
dimana campuran
aspalnya dan
cara
Kelelehan plastis (flow), dinyatakan dalam mm atau 0,01 inchi. Flow dapat
merupaka indikator terhadap lentur. Flow, adalah jumlah perubahan bentuk dari
contoh yang diukur dalam perseratusan inchi atau dalam millimeter, pada saat
beban maksimum. Nilai flow dapat dibaca pada alat uji Marshall.
7.
Hasil bagi Marshall, merupakan hasil bagi stabilitas dan flow. Dinyatakan dalam
kN/mm atau Kg/mm merupakan indikator kelenturan yang potensial terhadap
keretakan.
8.
9.
Tebal lapisan aspal (film aspal) dinyatakan dalam mm. Film aspal merupakan
petunjuk tentang sifat durabilitas campuran.
10.
Kadar aspal efektif, dinyatakan dalam bilangan decimal satu angka dibelakang
koma.
BAB III
METODE PENGUJIAN
A.
Pengujian Marshall
1.
2.
Tujuan pengujian
a.
b.
Tiga buah cetakan benda uji yang berdiameter 10 cm (4) dan tinggi 7,5 cm
(3) lengkap dengan pelat alas dan leher sambung.
2.
Alat pengeluar benda uji. Untuk benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam
cetakan benda uji dipakai sebuah alat ejector.
3.
4.
Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau yang sejenis) berukuran
kira-kira 20 x 20 x 45 cm (8 x 8 x 18) inchi yang dilapis dengan pelat baja
berukuran 30 x 30 x 2,5 cm (12 x 12 x 1) inchi dan diikatkan pada lantai beton
dengan 4 bagian siku.
5.
6.
7.
8.
9.
Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu unutk memanasi sampai (200
3)OC.
10. Bak perendam (water bath) dilengkapi dengan pengatur suhu minimum 20O C.
Perlengkapan lain:
1.
2.
Pengukur suhu dari logam (metal thermometer) berkapasiatas 250 C dan 100
C dengan ketelitian 0,5 atau 1 % dari kapasitas.
3.
4.
Kompor
5.
6.
Benda uji
a)
Aspal,
b) Gas elpiji
3.
Prosedur:
a) Persiapan benda uji.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Panaskan
aspal
sampai
mencapai
kekentalan
(viskositas)
yang
Satuan
Pencampuran
Pemadatan
170 20
280 30
Centistokes
85 10
140 20
Detik
Viskometer
Kinematik
Viskometer Saybolt
Furol
b) Persiapan campuran
1.
Untuk setiap benda uji diperlukan agregat sebanyak 1200 gram sehingga
menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 63,5 mm 1,27 mm(2,5 0,05
inch).
2.
Panaskan
wadah
pencampur
kira-kira
28OC
diatas
temperature
4.
c)
2.
3.
Letakkan kertas sarig atau kertas penghisap dengan ukuran sesuai ukuran
dasar cetakan.
4.
5.
Letakkan kertas saring atau kertas penghisap di atas permukaan benda uji
dengan ukuran sesuai cetakan.
6.
d) Cara pengujian
Lama waktu yang diperlukan dari diangkatnya benda uji dari penangas air
sampai tercapainya beban maksimum saat pengujian tidak boleh melebihi 30
detik.
1.
2.
Keluarkan benda uji dari penangas air dan letakkan dalam bagian bawah
alat n = penekan uji Marshall.
3.
Pasang bagian atas alat penekan uji Marshall diatas benda uji dan letakkan
seluruhnya dalam mesin uji Marshall.
4.
5.
6.
7.
Berikan pembebasan pada beda uji dnegan kecepatan tetap sekitar 50,8
mm (2 in) per menit sampai pembebanan maksmum tercapai, untuk
pembebanan menurun seperti ditunjukkan oleh jarum arloji tekan dan
catat pembebanan maksimum (stabilitas) yang dicapai. Unutk benda uji
dengan tebal tidak sama denga 63,5 mm, beban harus dikoreksi dengan
faktor pengali seperti diperlihatkan pada table 5.7.
8.
B.
Agregat + Aspal
.....................%
Agregat kasar
Agregat halus
Filler
: 45 %
: 50 %
:5%
Aspal
Agregat
Agregat kasar
Agregat halus
Filler
: 4.5%
: 95.5%
: 45 %
: 50 %
:5 %
45 gr
955 gr
429.75 gr
477.5 gr
47.75 gr
4.5 % (X) + 45 = X
5 % (X) + 50 = X
5.5 % (X) + 55 = X
6 % (X) + 60 = X
6.5 % (X) + 65 = X
7 % (X) + 70 = X
X = 47.12 gr
X = 52.63 gr
X = 58.2 gr
X = 63.83 gr
X = 69.52 gr
X = 75.27 gr
PERCOBAAN M ARSHALL
SNI 06-2489-1991
S pes ifik as i
Agregat : Gradas i S pec. AC - WC (Dirjen Bina Marga S pes ifik as i 2005)
As pal : Pen 80
No
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
1
2
Rata-rata
a
61.60
61.75
b
4.50
4.50
c
4.31
4.31
d
1000.00
1022.00
e
1006.80
1020.20
62.40
61.50
5.00
5.00
4.76
4.76
1020.00
1024.00
1019.60
1025.50
62..65
62.70
5.50
5.50
5.21
5.21
1019.30
1027.00
1027.50
1037.40
61.30
60.60
6.00
6.00
5.66
5.66
1030.00
1021.00
1034.40
1027.70
61.60
62.40
6.50
6.50
6.10
6.10
1034.00
1068.00
1037.30
1076.20
61.70
1
58.25
2
Rata-rata
Gmm* = 2.11
7.00
7.00
6.54
6.54
1049.00
1029.00
1048.30
1027.90
f
524.10
531.00
h
2.07
2.09
2.08
2.06
524.80
494.80
537.60
2.10
487.90
2.08
2.05
531.10
496.40
537.30
2.05
500.10
2.05
2.10
543.80
490.60
542.40
2.10
485.30
2.10
2.08
541.00
496.30
569.20
2.11
507.00
2.09
559.30
2.15
489.00
559.60
2.20
468.30
2.17
Bj As pal = 1.0284
Keterangan
a = tinggi briket (mm)
b = pers entas e as pal terhadap aggregat
c = pers entas e as pal terhadap campuran
d = berat kering (gram)
e = berat dalam keadaan jenuh (gram)
f = berat dalam air (gram)
Tanggal :
Dik erjak an :
Diperik s a :
g
482.70
489.20
i
2.13
2.13
2.12
2.12
2.11
2.11
2.10
2.10
2.09
2.09
2.08
2.08
g = is i (e-f)
h = berat is i (d/g)
i = berat jenis maks imum (teoritis )
=100/((%
j
11.50
10.75
11.12
12.35
10.77
11.56
13.11
13.10
13.11
11.58
11.39
11.49
12.67
11.70
12.18
10.50
8.32
9.41
k
l
m
2.82
75.45
340.00
2.00
81.36
426.00
2.41
78.40
2.81
77.26
381.00
1.05
90.27
376.00
1.93
83.76
2.70
79.40
540.00
2.69
79.46
393.00
2.70
79.43
0.02
99.79
542.00
-0.18
101.62
507.00
-0.08
100.71
0.30
97.61
615.00
-0.80
106.86
595.00
-0.25
102.23
715.00
-3.15
129.99
65.30
-5.65
167.93
-4.40
148.96
Bj Agg Eff = 2.34
Konvers i = 0.03
BJ As pal = 1.028
BJ Aggregat = 2.24
n
1020.00
1278.00
1143.00
1128.00
1620.00
1179.00
1626.00
1521.00
1845.00
1785.00
2145.00
195.90
o
p
q
956.25
3.35
285.45
1188.54
4.00
297.14
1072.40
3.68
291.29
3.15
1325.88
420.91
3.80
1027.61
270.42
1176.74
3.48
345.67
3.55
1458.00
410.70
3.05
1044.89
342.59
1251.44
3.30
376.65
3.70
1548.77
418.59
2.80
1452.56
518.77
1500.66
3.25
468.68
3.82
1826.55
478.15
3.02
1651.13
546.73
1738.84
3.42
512.44
4.05
1984.13
489.91
4.10
181.21
44.20
1082.67
4.08
267.05
Abs As pal = 2
)/(
)+(%
)/(
))
)))
))/((
))
r
2.43
2.43
2.89
2.89
3.35
3.35
3.81
3.81
4.26
4.26
4.71
4.71
Stabilitas
0
Stabilitas (kg)
1750
1750
1500
1500
1250
1250
1000
1000
750
750
500
500
250
250
0
0
BAB 4
KESIMPULAN
Dari hasil data pada tabel dan dibuat menjadi grafik pengaruh persentase kadar aspal
terhadap stabilitas, grafik diatas membentuk parabola, berarti semakin tinggi kadar aspal suatu
campuran tersebut akan mencapai stabilitas maksimumnya, namun jika kadar aspal terlalu
banyak, maka stabilitas akan berkurang karena akan mengakibatkan berkurangnya gaya
interlocking antara agregat
Stabilitas mempunyai standar > 550 kg dan dari grafik diatas semua benda uji > 550
artinya semua benda uji memenuhi standar bina marga. Dan pada data diatas, pada kadar aspal
di 4,5%-7% memiliki nilai stabilitas > 550 kg, tetapi pada kadar aspal 7%, stabilitas mengalami
penurunan. Dari data diatas juga didapat kadar aspal optimum sebesar 5,6%.
BAB 5
DAFTAR PUSTAKA
http://em-ridho.blogspot.com/2012/01/laporan-praktikum-karakteristik.html 24 Juni 2015
http://rickyhamzah.blogspot.com/2011/04/aspal-beton-campuran-panas-hot-mix.html 24 Juni
2015
http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/35175771/METODE_MARSHALL_UN
TUK_PERENCANAAN_CAMPURAN_ASPAL.docx 24 Juni 2015
Sukirman Silvia, 2003, Beton Aspal Campuran Panas, Granit, Bandung
Susilowati Anni, 2015, Diktat Laboratorium Uji Bahan 2 Politeknik Negeri Jakarta, Jakarta