You are on page 1of 23
Kementerian DIREKTORAT JENDERAL BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR Perindustrian a (av. 52-53 Lantal 9 Jakarta 12950 Kotak Pos : 4478 JKSMG emuncn noowesia + 0215261127, €218255509 Ext 4009 Fax. 0215252976 Setrotanat Diektorat Deltora Dirktorat Deltora Dijen ant IndMateil Dasar Logam Ind Kimia Dosa Ine Kimi te leg. Tekst & Aneka Tepax. 0218252482 __TolpFax 0215252185 TolpFax 0215253214 _TelplFax C21S274305 __ToiplFax 0716750794 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR NOMOR : 05/rN/eeR/1/2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBERLAKUAN DAN PENGAWASAN PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KABEL SECARA WAJIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR, Menimbang Mengingat a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 3 ayat (3) dan Pasal 15 Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 84/M- IND/PER/ 10/2014 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Kabel Secara Wajib, perlu menetapkan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pemberlakuan dan Pengawasan Penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) Kabel Secara Wajib; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pemberlakuan dan _Pengawasan Penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) Kabel Secara Wajib; . Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 _ tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492); Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32/M Tahun 2014 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Pejabat Eselon I di Lingkungan Kementerian Perindustrian; Peraturan Menteri_Perindustrian Nomor —105/M- IND/PER/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian; Peraturan MenteriPerindustrian Nomor _116/M- IND/PER/ 12/2012 tentang Penunjukan Lembaga Penilaian Kesesuaian Dalam Rangka Pemberlakuan Dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia (SNI) Kabel Secara Wajib sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 30/M-IND/PER/5/2014; Peraturan Menteri Perindustrian Nomor —_ 84/M- IND/PER/ 10/2014 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Kabel Secara Wajib. MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PEMBERLAKUAN DAN PENGAWASAN PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KABEL SECARA WAJIB. Pasal 1 Memberlakukan Petunjuk Teknis (Juknis) _Pelaksanaan Pemberlakuan dan Pengawasan Penerapan SNI Kabel Secara Wajib sebagaimana dimaksud dalam Lampiran Peraturan Direktur Jenderal ini Pasal 2 Petunjuk Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 merupakan pedoman bagi instansi dan/atau lembaga tekni terkait dalam pelaksanaan pemberlakuan dan pengawasan penerapan SNI Kabel Secara Wajib. Pasal 3 Pada saat Peraturan Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur ini berlaku, Peraturan Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Nomor 10/BIM/PER/8/2011 tentang Petunjuk Teknis (Juknis) Pelaksanaan Pemberlakuan dan Pengawasan Penerapan SNI Kabel Secara Wajib, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku, Pasal 4 Peraturan Direktur Jenderal mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2? Januari 2015 DIREKTUR JENDERAL BASIS INDWSZ&I MANUFAKTUR, HARJANTO Salinan Peraturan Direktur Jenderal ini disampaikan kepada 1, Menteri Perindustrian; 2. Menteri Perdagangan; 3. Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN); 4. Para Pejabat E'selon I di lingkungan Kementerian Perindustrian; 5. Direktur Jenderal Bea & Cukai, Kementerian Keuangan; 6. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan; 7. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan; 8. Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen, Kementerian Perdagangan; 9. Kepala Dinas yang bertanggung jawab di bidang Perindustrian di Propinsi/Kabupaten / Kota; 10, Kepala Pusat Standardisasi Kemienterian Perindustrian; 11, Kepala Balai Besar serta Balai Riset dan Standardisasi di lingkungan Kementerian Perindustrian; 12. Sekretaris Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur; 13. Direktur Industri Material Dasar Logam; 14. Kepala Lembaga Penilaian Kesestaian (LPK); 15. Pertinggal. LAMPIRAN _ PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR NOMOR 05 /BIN/PER/1/2015 TANGGAL : 22 Januari 2015 PETUNJUK TEKNIS (JUKNIS) PELAKSANAAN PEMBERLAKUAN DAN PENGAWASAN PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KABEL SECARA WAJIB 1. BABI KETENTUAN UMUM 2. BABII LINGKUP PEMBERLAKUAN SNI KABEL SECARA WAJIB 3. BABII PELAKSANAAN PEMBERLAKUAN SNI KABEL SECARA WAJIB 4. BABIV TATA CARA MEMPEROLEH SPPT-SNI 5. BABV TATA CARA PENGAMBILAN CONTOH DAN PENGUJIAN 6. BABVI PENANDAAN 7. BAB VIL PERTIMBANGAN TEKNIS 8. BAB VII SURAT KETERANGAN KONSULTASI 9. BABIX PEMBINAAN DAN PENGAWASAN 10. BABX TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN 11. BAB XL : PENUTUP DIREKTUR JENDERAL BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR, JANTO Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM Nomor : 05/B1M/PER/1/2015 PETUNJUK TEKNIS (JUKNIS) PELAKSANAAN PEMBERLAKUAN DAN PENGAWASAN PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) KABEL SECARA WAJIB BABI KETENTUAN UMUM Dalam Petunjuk: Teknis ini yang dimaksud dengan: 1. Industri Kabel Listrik adalah industri yang memproduksi kabel untuk penghantar arus listrik sesuai dengan persyaratan mutu, dan wajib memiliki peralatan produksi berupa mesin drawing untuk melakukan proses penarikan konduktor dan/atau mesin extruder untuk melakukan proses isolasi serta memiliki peralatan pengendalian mutu. 2. Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) adalah lembaga yang ditunjuk oleh Menteri Perindustrian untuk melakukan kegiatan Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI Kabel. 3. Laboratorium Penguji adalah laboratorium yang ditunjuk oleh Menteri Perindustrian untuk melakukan kegiatan pengujian terhadap jenis Kabel, sesuai persyaratan SNI. 4. Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu (LSSMM) adalah lembaga yang telah mendapatkan akreditasi dari KAN atau badan akreditasi di negara tempat lembaga dimaksud berada, dan memiliki perjanjian saling pengakuan atau Mutual Recognition Arrangement (MRA) dengan KAN. 5. Sistem Manajemen Mutu (SMM) adalah rangkaian kegiatan dalam rangka penerapan ‘manajemen mutu menurut SNI ISO 9001:2008 atau revisinya. 6. Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI yang selanjutnya disebut SPPT-SNI adalah sertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) kepada produsen yang dinyatakan mampu memproduksi Kabel sesuai dengan persyaratan SNI. 7. Pertimbangan Teknis adalah surat yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Pembina industri yang menetapkan bahwa produk yang memiliki kesamaan nomor Harmonized ‘System (HS) dinyatakan tidak wajib mengikuti ketentuan SNI yang diberlakukan secara wajib karena alasan teknis, dan/atau keperluan barang contoh, 8. Surat Keterangan Konsultasi SPPT-SNI adalah surat Direktur Pembina Industri yang ditujukan kepada LSPro dan Perusahaan pemohon berdasarkan permohonan SPPT- SNI yang menerangkan bahwa perusahaan pemohon SPPT-SNi secara teknis telah memenuhi persyaratan untuk ditindaklanjuti pada proses sertifikasi produk. 9. Surveilan adalah pengecekan (audit) secara berkala dan/atau secara khusus terhadap perusahaan/produsen yang telah memperoleh SPPT-SNI atas konsistensi penerapan SPPT-SNI, yang, dilakukan oleh LSPro. 10. Pengawasan adalah mekanisme pemeriksaan terhadap perusahaan/ produsen atas pemenuhan ketentuan pemberlakuan SNI Secara Wajib yang meliputi kegiatan produksi dan /atau peredaran produk 11. Petugas Pengawas Standar Produk yang selanjutnya disebut PPSP adalah Pegawai Negeri Sipil di pusat atau daerah yang ditugaskan untuk melakukan pengawasan barang dan/atau jasa di lokasi produksi dan di luar lokasi kegiatan produksi yang SNi-nya telah diberlakukan secara wajib. 12, Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perindustrian, Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM Nomor : 05/BIM/PER/1/2015 13. Direktur Jenderal Pembina Industri adalah Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur, Kementerian Perindustrian, 14, Direktur Pembina Industri adalah Direktur Industri Material Dasar Logam pada Direktorat Jenderal Basis Industri Manufaktur, Kementerian Perindustrian. BABII LINGKUP PEMBERLAKUAN SNI KABEL SECARA WAJIB 1. Pemberlakuan SNI Kabel dengan nomor SNI dan nomor Pos Tarif/ Harmonized System (HS) secara wajib sebagai berikut NO} — sNI URAIAN JENIS PRODUK HS. NO 1 | SNI kabel berinti tunggal berbentuk padat ex 8544.11.10.00 | 04.6629.3- | atau dipilin atau fleksibel; berpenghantar | ex 8544.11.20.00 | 2006 tembaga polos atau dilapis atau berisolasi | ex 8544.11.90.10 | PVC (Polyvinyl Chloride); dengan tegangan | ex 8544.11.90.20 | | pengenal sampai dengan 450/750 V, ex 8544.11.90.90 | tanpa selubung luar (nirselubung) untuk | ex 8544.42.91.00 instalasi tetap tidak bergerak (perkawatan | ex 8544.42.92.00 magun); dengan atau tanpa konektor, x 8544.49,22.00 | ex 8544.49.23.00 ex 8544.49.41.00 2 | sn Kabel multi inti berbentuk padat atau ex 8544.11.10.00 04.6629.4- | dipilin berpenghantar tembaga polos atau | ex 8544.11.20.00 | 2006 dilapis dan atau berisolasi PVC (Polyvinyl | ex 8544.11.90.10 Chloride) dengan tegangan pengenal ex 8544.11.90.20 | sampai dengan 450/750 v, berselubung | ex 8544.11.90.90. | untuk instalasi tetap tidak bergerak ex 8544.42.91.00 | (perkawatan magun) dengan atau tanpa | ex 8544.42.92.00 konektor. ex 8544.49.22.00 ex 8544.49.23.00 ex 8544.49.41.00 3 | SNI kabel berinti tunggal atau multi inti dapat | ex 8544.11.10.00 04.6629.5- | berbentuk bulat atau pipih, fleksibel ex 8544.11.20.00 2006 (senur) berpenghantar tembaga polos atau | ex 8544.11.90.10 dilapis. atau berisolasi PVC (Polyvinyl ex 8544.11.90.20 Chloride) dengan tegangan pengenal ex 8544.11,90.90 sampai dengan 450/750 v, berselubung | ex 8544.42.91.00 atau tanpa selubung dengan atau tanpa | ex 8544.42.92.00 konektor ex 8544.49.22.00 ex 8544.49.23.00 ex 8544.49.41.00 | | 16 mm? SNI IEC 60502.1 SNLes22° 1 (satu) sampel, ukuran tidak SNI IEC 60502.2 aura Kelompok Il 5) Pengambilan contoh dan pemberian label uji wajib dibuat dalam Berita ‘Acara oleh PPSP atau PPC. 6) Berita Acara dan label uji sebagaimana dimaksud pada butir 5) masing- masing dibuat dalam 2 (dua) rangkap dan wajib ditandatangani oleh PPC dan/atau PPSP. 7) Kedua rangkap Berita Acara Pengambilan contoh dan pemberian label uji sebagaimana dimaksud pada butir 6) masing-masing diberikan kepada: a) lembar pertama untuk laboratorium penguji; dan b) lembar kedua untuk PPSP. 8) Contoh uji dikemas dengan identitas jelas yang berisikan informasi tanggal pengambilan contoh, nama dan alamat distributor, gudang lokasi penggunaan produk dan disegel oleh PPSP atau PPC. Jenis dokumen yang wajib dipersiapkan dalam pengambilan contoh, antara lain: a, Surat Tugas pengambilan contoh; b. Berita Acara pengambilan contoh; ¢. Label Contoh Uji; d. Surat jalan pengiriman contoh; M4 Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM Nomor: 05/BIM/PER/1/2015 e. SNI yang terkait; dan f. Peraturan Menteri Perindustrian tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Kabel Secara Wajib dan Peraturan Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur tentang Petunjuk —Teknis Pemberlakuan Dan Pengawasan Penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) Kabel Secara Wajib. BAB VI PENANDAAN Setiap produk Kabel sebagaimana dimaksud dalam Bab II, wajib diberi penandaan dengan cara diprinting atau diembos, sebagai berikut: b. Pada setiap meter kabel atau insulasi harus diberi penandaan sckurang-kurangnya menunjukkan tanda dan nomor SNI, tegangan pengenal Contoh Merek Dagang, jenis dan ukuran produk dan SNI IEC 60502-1 “merek dagang” Cu/PVC/PVC 4x6 mm?0.6/1 kV Jenis kabel mengikuti struktur bahan yang digunakan sebagai berikut 1. Konduktor a) Tembaga = Cu b) Tembaga Tin Coated = Tou ¢) Aluminium = Al . Isolasi a) Polyvinil Chloride = PVC b) Poly Ethylene = PE ¢} Cross Link Poly Ethylene = XLPE Armouring a) Steel Flat Wire = SFA b) Double Steel Tape Armoured = DSTA ©) Steel Wire Armoured = SWA ) Aluminium Wire Armoured = AWA €) Copper Wire Armoured = CWA 1) Brass Tape Armoured = BTA g) Double Tape Aluminium Armoured = DTAA h) Lead Sheath = LS i) Aluminium Corrugated = AC i) Steel Corrugated = SC k) Steel Wire Braided = SWB 1) Tin Coper Braided = TCB m) Copper Tape Screen = CTS n) Copper Wire Screen = CWS “15. Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM Nomor : 05/81M/PER/1/2015 BAB VIL PERTIMBANGAN TEKNIS Pertimbangan Teknis sebagaimana dimaksud dalam Bab IIf huruf B angka 2 diajukan oleh pelaku usaha kepada Direktur Jenderal Pembina Industri dengan ketentuan sebagai berileut: 1. Permohonan Pertimbangan Teknis wajib dilengkapi dokumen yang dipersyaratkan sebagai berikut: a, Surat Permohonan Pertimbangan Teknis; b. Salinan Izin Usaha Industri (UI) atau Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) / Surat izin usaha lainnya yang masih berlaku; . Salinan Angka Pengenal Importir; 4. Salinan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); . Salinan Mill Certificate atau Factory Test Certificate; Untuk pemegang IUL 1) kapasitas produksi terpasang. 2) realisasi produksi per-tahun selama 3 (tiga) tahun terakhir. 3) rencana impor untuk 6 (enam) bulan. 4) realisasi impor sebelumnya jika sebelumnya sudah mendapatkan Pertimbangan Teknis, g. Untuk pemegang SIUP / Surat izin usaha lainnya: 1) rencana impor untuk 6 (nam) bulan 2} realisasi impor sebelumnya jika sebelumnya sudah mendapatkan Pertimbangan ‘eknis. h. Surat Pernyataan bermaterai cukup yang menyatakan bahwa Kabel yang diimpor memiliki spesifikasi teknis yang berbeda dengan spesifikasi sebagaimana dimaksud pada Bab Il angka 1 2. Berdasarkan hasil penelitian atas kebenaran dan kelengkapan dokumen persyaratan permohonan Pertimbangan Teknis sebagaimana dimaksud pada angka 1, Direktur Jenderal Pembina Industri menyetujui atau menolak untuk menerbitkan Pertimbangan Teknis selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak diterima dokumen permohonan Pertimbangan Teknis dengan lengkap dan benar. 3. Pemohon yang telah mendapatkan Pertimbangan Teknis wajib menyampaikan laporan realisasi impor dan _penggunaannya berdasarkan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) kepada Direktur Pembina Industri sclambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak diterbitkannya surat Pertimbangan Tenis. 4. Direktur Pembina Industri dapat melakukan monitoring dan evaluasi atas kebenaran laporan realisasi Pertimbangan Teknis yang diterbitkan sebagaimana dimaksud pada angka 3, “16- Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM Nomor: 05/81M/PER/1/2015 BAB VIII SURAT KETERANGAN KONSULTASI Surat Keterangan Konsultasi SPPT-SNI sebagaimana dimaksud pada Bab IV huruf B angka 9 huruf a butir 1) diterbitkan oleh Direktur Pembina Industri berdasarkan permohonan pelaku usaha dengan ketentuan sebagai berikut 1. Permohonan Surat Keterangan Konsultasi SPPT-SNI b. Permohonan Surat Keterangan Konsultasi SPPT-SNI ditujukan kepada Direktur Pembina Industri Permohonan Surat Keterangan Konsultasi SPPT-SNI diajukan oleh 1) produsen dalam negeri; atau 2) produsen Iuar negeri Surat permohonan wajib ditandatangani oleh Direktur Perusahaan atau pejabat setingkat Direktur sebagai penanggung jawab. Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf ¢ wajib dilengkapi dengan: 1) Informasi berupa’ a) profil perusahaan pemohon; ) realisasi dan atau rencana produksi dalam 1 (satu) tahun; ¢) kemampuan peralatan produksi dan pengendalian mutu; 4) jenis dan spesifikasi produk serta kapasitas produksi yang diajukan untuk mendapatkan SPPT-SNI; ¢) rencana LPK yang akan digunakan oleh produsen pemohon; 4) jenis produk serta realisasi produksi: - 3 (tiga) tahun terakhir bagi perusahaan yang telah beroperasi lebih dari 3 (tiga) tahun; atau - Sejak perusahaan melakukan produksi komersial bagi perusahaan yang baru berdiri; dan g) rencana jumlah barang yang akan diekspor pertahun ke Indonesia (produsen luar negeri) 2) Salinan dokumen: a) untuk produsen dalam negeri terdiri dari Salinan Surat Izin Usaha Industri (Uj; Salinan Tanda Daftar Perusahaan (TDP); Tanda Daftar Merk / perjanjian lisensi; Salinan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP}; dan Sertifikat Manajemen Mutu (SMM); b) untuk produsen Iuar negeri terdiri dari Surat Izin usaha bidang industri Kabel dari negera asal produk yang wajib diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh penerjemah tersumpah; dan Penunjukan perusahaan perwakilan produsen atau importir di Indonesia. Dokumen Penunjukan perusahaan sebagai importer sebagaimana dimaksud pada hurufd angka 2) butir b) dibuktikan dengan persyaratan sebagai berikut: a) bukti kerjasama dan pelimpahan wewenang antara produsen dan perusahaan importir tentang tanggung jawab terkait dengan ketentuan SNI wajib atas peredaran produk Kabel; b) surat pernyataan perusahaan importir bertanggungjawab atas segala sesuatu yang terjadi atas pemenuhan ketentuan penerapan SNI secara wajib pada Kabel asal impor dimaksud yang beredar di Indonesia ¢) profil perusahaan importir yang ditunjuk: dan ) surat penunjukan pimpinan dan organisasi perusahaan importir. “7 Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM Nomor : 05/S1M/PER/1/2015 Direktur Pembina Industri dapat melakukan verifikasi kemampuan dan kelayakan pemohon dalam penerapan SNI Verifikasi kemampuan sebagaimana dimaksud pada angka 2) dilakukan dengan ketentuan: a) Adanya indikasi ketidaksesuaian antara informasi perusahaan dengan kemampuan dan fasilitas perusahaan; dan b) Adanya keraguan akan kebenaran dokumen persyaratan yang dilampirkan. Berdasarkan hasil penelitian atas kebenaran dokumen permohonan_sebagaimana dimaksud pada huruf d dan/atau verifikasi kemampuan dan kelayakan pemohon sebagaimana dimaksud pada angka 2, Direktur Pembina Industri mengeluarkan Surat Keterangan Konsultasi SPPT-SNI atau Surat penolakan selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya kelengkapan dan kebenaran dokumen permohonan BAB IX PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Umum 1. Pembinaan dan Pengawasan dalam rangka penerapan SNI Kabel secara wajib dilaksanakan oleh Direktur Jenderal Pembina Industri, Kementerian Perindustrian. 2. Direktur Jenderal Pembina Industri dapat melimpahkan pembinaan dan pengawasan kepada Direktur Pembina Industri Pembinaan 1. Pembinaan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan industri dalam menerapkan SNI wajib melalui ‘a. sosialisasi terhadap 1) pelaku usaha atas pemberlakuan SNI wajib dan/atau perubahan; 2) konsumen atas spesifikasi SNI wajib dan penggunaannya, b. pembinaan teknis dan konsultasi dalam penerapan SNI 2. Pembinaan teknis sebagaimana dimaksud pada angka | hurufb dilakukan melalui a. pelatihan peningkatan sumber daya manusia dalam peningkatan mutu produk; b. sosialisasi pemberlakuan dan penerapan SNI Wajib; dan/atau cc. bimbingan teknis sistem mutu dan mutu produk. Pengawasan 1. Dalam melaksanakan pengawasan SNI wajib di lokasi produksi dan/atau diluar lokasi produksi, Direktur Jenderal Pembina Industri menugaskan PPSP dan/atau petugas dari Direktorat Pembina Industri untuk melakukan pemeriksaan pelaku usaha dan uji petik sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun. 2. Objek Pengawasan PPSP terdiri dari produk kabel dengan standar NI 04-6629.3- 2006, SNI 04-6629.4-2006, SNI 04-6629.5-2006, SNI IEC 60502-1 2009, dan SNI IEC 60502.2-2009. -18- Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM Nomor : 05/81M/PER/1/2015 3. Lingkup Pengawasan penerapan SNI terdiri dari a Pengawasan di lokasi produksi 1) Pemeriksaan keabsahan dokumen perizinan, meliputi a) dokumen perizinan usaha industri; b) SPPT-SNI; ©) Sertifikat Sistem Manajemen Mutu; d) Sertifikat Merek;dan ¢) Sertifikat/laporan Hasil Uji Laboratorium Pengujian. 2) Verifikasi terhadap penandaan SNI pada produk sebagaimana dimaksud dalam Bab VI huruf a) 3) Pemeriksaan hasil uji petik mutu barang sesuai dengan persyaratan mutu SNI sebagaimana dimaksud dalam Bab Il angka 1 4) Pemeriksaan kelayakan mesin dan peralatan 5) Pemeriksaan kelengkapan peralatan pengujian produk di Laboratorium. 6) Pemeriksaan dokumentasi kalibrasi peralatan uji. 7) Penilaian kesesuaian kualitas produk sesuai SNI sebagaimana dimaksud dalam Bab Il angka 1 dilakukan melalui pengambilan contoh uji sesuai dengan ketentuan dalam Bab V angka 4 dan 5. Pengawasan di luar lokasi produksi 1) Pengawasan terhadap perusahaan importir dilakukan dengan memverifikasi kebenaran dokumen perizinan dan/atau dokumen SPPT-SNL 2) Pengawasan kesesuaian mutu produk dengan SNI yang diberlakukan secara wajib dilaksanakan dengan pengujian contoh produk pada laboratorium uji yang ditunjuk Menteri 3) Cara pengambilan contoh diluar lokasi produksi dilakukan dengan membeli produk di distributor, gudang importir, toko/di pasar secara acak yang dibuktikan dengan tanda bukti pembelian; 4) Contoh produk diuji sesuai dengan SNI sebagaimana dimaksud dalam Bab If angka 1 di laboratorium penguji yang di tunjuk; 5) PPSP dan/atau petugas yang ditunjuk Direktur Jenderal Pembina Industri melakukan pengawasan mutu produk dan penandaan pada produk. 4. Dalam melaksanakan pengawasan, PPSP wajib mempersiapkan Dokumen Pengawasan yang terdiri dari: b. eros Surat Tugas Pengawasan Penerapan SNI di lokasi produksi dan di luar lokasi produksi; Berita Acara Pengawasan Penerapan SNI di lokasi produksi dan di luar lokasi produksi ; Data Hasil Pengawasan Penerapan SNI di lokasi produksi dan di luar lokasi produksi; Berita Acara Pengambilan Contoh di lokasi produksi dan di luar lokasi produksi; Label Contoh Uji, Daftar Hadir. Surat Pengantar ke Laboratorium Uji dari Direktur Pembina Industri 19 Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM Nomor: 05/BIN/PER/1/2015 5. Dalam melakukan pengawasan penerapan SN! Kabel, Direktur Pembina Industri dapat berkoordinasi dengan Kepala Dinas yang membidangi Industri di Propinsi dan/atau Kabupaten/Kota 6. Pelaksanaan pengawasan penerapan SNI Kabel dilakukan oleh PPSP baik yang di pusat maupun di dacrah berdasarkan Surat Tugas Pengawasan dari Direktur Pembina Industri 7. Evaluasi hasil pengawasan dari Direktur Pembina Industri dilaporkan kepada Direktur Jenderal Pembina Industri BAB X ‘TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN Evaluasi hasil pengawasan dapat ditindaklanjuti melalui: a Pembinaan a,Dalam melakukan pembinaan Direktur Jenderal Pembina Industri dapat berkoordinasi dengan Kepala Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri atau dengan Dinas Pembina bidang industri pada Pemerintah Propinsi dan atau Kabupaten/Kota, LSPro penerbit SPPT-SNI dan instansi terkait b. Apabila hasil pengawasan oleh PPSP tidak sesuai dengan persyaratan SNI, maka Direktur Jenderal Pembina Industri memberikan teguran secara tertulis kepada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran. Teguran dimaksud berisi: 1) permintaan perbaikan kualitas produk pada produsen sesuai ketentuan pemberlakuan SNI secara wajib; 2) permintaan penarikan produk yang tidak sesuai SNI pada produsen bagi produk dalam negeri dan/atau pelaku usaha (importir/ distributor) bagi produk impor. c. Teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan paling banyak 3 (tiga) kali dalam kurun waktu 3 (tiga) bulan. Jika dalam kurun waktu dimaksud produsen dan/atau pelaku usaha tidak melakukan tindakan yang diperintahkan dalam teguran tertulis dimaksud Direktur Jenderal Pembina Industri dapat melakukan tindakan publikasi dan/atau memberikan rekomendasi pencabutan sertifikat SPPT-SNI sampai dengan pencabutan Izin Usaha Industri dan/atau penerapan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4. Dalam hal pelanggaran dilakukan oleh LSPro dan Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK), Direktur Jenderal Pembina Industri menyampaikan laporan hasil pengawasan oleh PPSP kepada Kepala Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri untuk ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Publikasi Tindakan publikasi dilakukan guna memberikan sosialisasi, informasi dan pemahaman terhadap masyarakat atas pencrapan SNI secara wajib. Publikasi dilakukan atas: a. ketaatan penerapan SNI oleh produsen atau pelaku usaha lainnya serta pihak terkait; atau b. pelanggaran ketentuan pemberlakuan SNI secara wajib oleh produsen atau pelaku usaha lainnya serta pihak terkait guna memberikan efek jera dan sanksi moral. Publikasi dapat dilakukan melalui pemberian penghargaan, pemuatan berita dalam media cetak dan elektronik. Lampiran Peraturan Direktur Jenderal BIM Nomor: 05/B1M/PER/1/2015 3. Pemberian sanksi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Apabila setelah dilakukan pengawasan dan langkah pembinaan dan produsen masih melakukan pelanggaran, Direktur Jenderal Pembina Industri berkoordinasi dengan Kepala Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri, dan Kepala Dinas Pembina bidang industri pada Pemerintah Propinsi dan atau Kabupaten/Kota, LSPro penerbit SPPT-SNI dan aparat penegak hukum setempat melakukan penegakan hukum sesuai dengan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, UU No. 3 tahun 2014 tentang Perindustrian, UU No. 20 tahun 2014 tentang Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian, dan Peraturan Menteri Perindustrian No. 86/M- IND/PER/9/2009 atau revisinya tentang Standar Nasional Indonesia bidang Industri. BAB XI PENUTUP Petunjuk Teknis penerapan SNI Kabel secara wajib ini merupakan salah satu pedoman yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk dapat dilaksanakan ‘dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab, -21-

You might also like