Professional Documents
Culture Documents
his yang
kelahiran bayi, dan dilatasi serviks di kanan garis waspada pada partograf.
Definisi (Menurut Prof. Dr. dr. Gulardi Hanifa Winkjosastro, SPOG, 2002.
Buku
PanduaPraktisPelayananKesehatanMaternaldanNeonatal)
Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah
berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks dikanan
B. Etiologi
Faktor Ibu
genetik,
fisiologis,
dan
ingkungan
termasuk
gizi
Usia
Jika dilihat dari sisi biologis manusia 20 - 35 merupakan
tahun terbaik wanita untuk hamil karena selain di usia ini
kematangan organ reproduksi dan hormon telah bekerja dengan baik
juga belum ada penyakit-penyakit degenerative seperti hipertensi,
diabetes, serta daya tahan tubuh masih kuat. Tidak semua ibu dengan
usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun dipastikan
mengalami partus lama, akan tetapi pada sebagian wanita dengan
usia yang masih muda organ reproduksinya masih belum begitu
sempurna dan fungsi hormon-hormon yang berhubungan dengan
persalinan juga belum sempurna pula.
Ditambah dengan keadaan psikologis, emosional dan
pengalaman
yang
belum
pernah
dialami
sebelumnya
dan
berkurang, hal ini akan membuat ibu kesulitan untuk mengejan yang
pada akhirnya apabila ibu terus menerus kehilangan tenaga karena
mengejan akan terjadi partus lama (Amuriddin, 2009)
Paritas
Menurut Wiknjosastro salah satu penyebab kelainan his
yang dapat menyebabkan partus lama terutama ditemukan pada
primigravida khususnya primigravida tua, sedangkan pada multipara
ibu banyak ditemukan kelainan yang bersifat inersia uteri. Salah satu
penyebab terjadinya partus lama adalah kelainan his, his yang tidak
normal baik kekuatan maupun sifatnya
ridak menghambat
persalinan.
Kelainan his dipengaruhinya oleh herediter, emosi, dan
ketakutan menghadapi persalinan yang sering dijumpai pada
primagravida. Dikatakan bahwa terdapat kecenderungan kesehatan
ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang berperitas tinggi.
Respons stress
Stres psikologis memitiki efek fisik yang kuat pada
persalinan. Hormon stres, seperti adrenalin, berinteraksi dengan
reseptor-beta di dalam otot uterus dan menghambat kontraksi,
memperlambat persalinan. Ini merupakan respons involunter ketika
ibu merasa terancam atau tidak aman, persalinannya berhenti
baginya untuk mencari tempat yang dirasakannya aman.
Faktor janin
Faktor janin (mal presentasi, malposisi, janin besar)
a. Mal presentasi dan mal posisi
Penumpang
cara penumpang atau janin bergerak disepanjang jalan lahir
merupakan akibat interaksi beberapa faktor yakni ukuran kepala janin,
presentasi, letak, sikap dan posisi janin.
Jalan lahir
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat,
dasar panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina).
Meskipun jaringan lunak khususnya lapisan-lapisan otot dasar
panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu lebih
berperan dalam proses persalinan janin. Maka dari itu ukuran dan
bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan.
kemajuan penanganan
Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum &/
vagina
Perineum terlihat menonjol
Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka
Peningkatan pengeluaran lendir darah
Gejala klinik partus lama terjadi pada ibu dan juga pada janin.
a. Pada ibu :
Gejala utama yang perlu diperhatikan pada partus lama antara lain :
1. Dehidrasi
2. Tanda infeksi : temperatur tinggi, nadi dan pernapasan, abdomen
meteorismus
3. Pemeriksaan abdomen : meteorismus, lingkaran bandle tinggi, nyeri
segmen bawah rahim
4. Pemeriksaan lokal vulva vagina : edema vulva, cairan ketuban berbau,
cairan ketuban bercampur mekonium
5. Pemeriksaan dalam : edema servikalis, bagian terendah sulit di dorong
ke atas, terdapat kaput pada bagian terendah
6. Keadaan janin dalam rahim : asfiksia sampai terjadi kematian
7. Akhir dari persalinan lama : ruptura uteri imminens sampai ruptura
uteri, kematian karena perdarahan atau infeksi.
E. Dampak Persalinan Lama Pada Ibu-Janin
Ruptura uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya
serius selama partus lama, terutama pada ibu dengan paritas tinggi dan
pada mereka dengan riwayat seksio sesarea. Apabila disproporsi antara
kepala janin dan panggul sedemikian besar sehingga kepala tidak cakap
(engaged) dan tidak terjadi penurunan, segmen bawah uterusmenjadi
sangat teregang kemudian dapat menyebabkan rupture. Pada kasus ini
mungkinterbentuk cincin retraksi patologis yang dapat diraba sebagai
sebuah kista trasversal atau oblik yang berjalan melintang di uterus antara
simfisis dan umbilicus. Apabila dijumpai keadaan ini, diindikasikan
persalinan perabdominam segera.
Pembentukan Fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas pinggul
tetapi tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir
yang terletak diantaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan
yang berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, dapat terjadi narcosis yang
akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan munculnya
fistula vesikovaginal, vesikoservikal, atau rektovaginal. Umumnya
narcosis
akibat
penekanan
ini
pada
persalinan
kala
II
yang
selama melahirkan ini akan menyebabakan inkontinensa urin dan alvi serta
prolaps organ panggul.
Efek pada janin :
Partus lama itu sendiri dapat dirugikan. Apabila panggul sempit dan juga
terjadi ketuban pecah lama serta infeksi intrauterus, risiko janin dan ibu akan
muncul. Infeksi intrapartum bukan saja merupkan penyulit yang serius pada ibu,
tetapi juga merupakan penyebab penting kematian janin dan neonates. Hal ini
disebakan bakteri didalam cairan amnion menembus selaput amnion dan
menginvasi desidua serta pembuluh korion, sehingga terjadi bakteremia pada ibu
dan janin. Pneumonia janin, akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi, adalah
konsekuensi serius lainnya.
Kaput Suksedeneum
Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi kaput
suksedeneum yang besar terjad terbawah kepala janin. Kaput ini dapat
berukuran cukup besar dan menyebabakan kesalahan diagnostic yang
serius. Kaput hamper dapat mencapai dasar panggul sementara kepala
sendiri belum cakap.
setelah dilakukan upaya paksa pada persalinan. Fraktur ini juga dapat
terjadi pada persalinan spontan atau bahkan sekseo sesarea.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu dengan kala II memanjang yaitu
dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forceps, sectio
caesaria, dan lain-lain. Penatalaksanaannya yaitu sebagai berikut :
a. Tetap melakukan Asuhan Sayang Ibu, yaitu :
menehan
diri
untuk
meneran
hingga
penolong
Jika pembukaan sudah lengkap tapi ibu tidak ada dorongan untuk
meneran, bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman (bila
masih mampu, anjurkan untuk berjalan-jalan). Posisi berdiri
dapat membantu penurunan bayi yang berlanjut dengan dorongan
untuk meneran. Ajarkan cara bernafas selama kontraksi
berlangsung. Pantau kondisi ibu dan bayi dan catatkan semua
temuan dalam partograf.
Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit upaya tersebut diatas atau
jika kelahiran bayi tidak akan segera terjadi, rujuk ibu segera
karena tidak turunnya kepala bayi mungkin disebabkan oleh
disproporsi kepala-panggul (CPD).
Jika kepala tidak lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau bagian
tulang kepala di stasion (O), lakukan ekstraksi vakum atau cunam
Jika kepala lebih dari 3/5 di atas simfisis pubis atau bagian tulang
kepala di atas stasion (-2) lakukan seksio caesarea.
penguatan,
dan
peregangan
otot-otot
panggul
yang
F. Pathways
Nyeri
Perdarahan
G. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses persalinan
2. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai cara
meneran
3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (vakum ekstraksi)
4. Ketidakseimbangan
cairan
dan
elektrolit
berhubungan
dengan
perdarahan
H. Rencana Keperawatan
1. Nyeri b/d perubahan fisik, pengaruh hormonal.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri
berkurang.
Intervensi:
a. Kaji secara terus menerus ketidaknyamanan klien.
Rasional: data dasar terbaru untuk merencanakan perawatan.
b. Kaji status pernapasan klien.
Rasional: penurunan kapasitas pernapasan saat uterus menekan
diafragma, mengakibatkan dispnea khususnya pada multigravida, yang
tidak mengalami kelegaan dengan ikatan antara bayi dalam
kandungannya.
c. Perhatikan adanya keluhan ketegangan pada punggung dan perubahan
cara jalan.
Rasional: lordosis dan regangan otot disebabkan pengaruh hormone
(relaxing-progesteron) pada sambungan pelvis dan perpindahan pusat
gravitasi sesuai dengan pembesaran uterus.
2. Ansietas b/d adanya faktor-faktor resiko khusus, krisis situasi, ancaman
pada konsep diri, konflik disadari dan tidak disadari tentang nilai-nilai
esensial dan tujuan hidup, kurang informasi.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kecemasan
berkurang/hilang.
Intervensi:
a. Kaji, sifat, sumber dan manifestasi kecemasan.
Rasional: mengidentifikasi perhatian pada bagian khusus dan
menentukan arah dan kemungkinan pilihan/ intervensi.
b. Berikan informasi tentang penyimpangan genetic khusus, resiko yang
dalam reproduksi dan ketersediaan tindakan/pilihan diagnosa.
Rasional:
dapat
menghilangkan
ansietas
berkenaan
dengan
DAFTAR PUSTAKA
1. Hanifa,winkjosastro.2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.
2. Llewllyn-jones, Derek. 2001. Dasa-Dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6.
Jakarta: EGC
3. Farrer, H. 1999. Perawatan Maternitas (terjemahan). Jakarta : EGC.
4. Prawirohardjo,sarwono. (2009). Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan
Neonatal.PT.bina pustaka sarwono
prawirahardjo.Jakarta
5. Saifuddin, A. (2010). Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
6. Sulistiowati D, Hastutu RT, Setyoningsih T. Keteraturan Senam Hamil
Terhadap Lama Persalinan Kala 2 Pada Ibu Bersalin. Jurnal Ilmu
Kebidanan vol 1(3). 2013.
7. NANDA International. (2009). NANDA-I: Nursing Diagnoses Definitions
& Classification 2009-2010. USA: Willey Blackwell Publication.
8. Moorhead S, Meridean M, Marion J. (2004). Nursing Outcomes
Classification (NOC). Fourth edition. USA: Mosby Elsevier.
9. Bulechek, Gloria M, Joanne CM. (2008). Nursing Intervention
Classification (NIC). Fifth edition. USA: Mosbie Elsevier.