You are on page 1of 25

A.

Pengertian dan Klasifikasi Anak


Anak baik sebagai individu maupun bagian dari keluarga merupakan salah
satu sasaran dalam pelayanan keperawatan. Untuk dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang tepat sesuai dengan masa tumbuh kembangnya, anak di
kelompokkan berdasarkan masa tumbuh kembangnya yaitu
1.

Bayi

: 0 1 th

2.

Toddler

: 1 2,5 th

3.

Pra Sekolah

: 2,5 5 th

4.

Sekolah

: 5 11 th

5.

Remaja

: 11 18 th

Terdapat perbedaan dalam memberikan pelayanan keperawatan antara orang


dewasa dan anak sebagai sasarannya. Perbedaan itu dapat dilihat dari struktur fisik,
dimana secara fisik anak memiliki organ yang belum matur sepenuhnya. Sebagai
contoh bahwa komposisi tulang pada anak lebih banyak berupa tulang rawan,
sedangkan pada orang dewasa sudah berupa tulang keras.
Proses fisiologis juga mengalami perbedaan, kemampuan anak dalam
membentuk zat penangkal anti peradarangan belum sempurna sehingga daya tahan
tubuhnya masih rentan dan mudah terserang penyakit. Pada aspek kognitif,
kemampuan berfikir anak serta tanggapan terhadap pengalaman masa lalu sangat
berbeda dari orang dewasa, pengalaman yang tidak menyenangkan selama di rawat
akan di rekam sebagai suatu trauma, sehingga pelayanan keperawatan harus
meminimalisasi dampak traumatis anak.
B.Falsafah Keperawatan Anak
Keperawatan anak telah mengalami perubahan yang sangat mendasar, terutama
dalam cara memandang terhadap klien anak itu sendiri dan pendekatan dalam
pelayanan keperawatan anak. Berikut ini akan dipaparkan tentang paradigma
keperawatan anak. Ada empat komponen dalam keperawatan anak, yaitu manusia,
sehat, lingkungan, dan keperawatan itu sendiri.
1. Manusia (anak)

Manusia sebagai klien dalam keperawatn anak adalah individu yang berusia
antara 0 18 tahun, yang sedang dalam proses tumbuh kembang, mempunyai
kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial, dan spiritual) yang berbeda
dengan orang dewasa. Kebutuhan fisik/biologis anak mencakup makan, minum,
udara, eliminasi, tempat berteduh dan kehangatan. Secara psikologis anak
membutuhkan cinta dan kasih sayang, rasa aman atau bebas dari ancaman. Anak
membutuhkan disiplin dan otoritas untuk menghindari bahaya, mengembangkan
kemampuan berpikir, dan bertindak mandiri. Anak juga membutuhkan
kesempatan untuk belajar berpikir dan membuat keputusan secara mandiri.
Untuk pengembangan harga diri, anak membutuhkan penghargaan pribadi
terutama pada usia 1 sampai 3 tahun (toddler), penghargaan merupakan
pengalaman positif dalam membentuk harga diri. Untuk itu diperlukan
penerimaan dan pengakuan dari orang tua dan lingkungannya. Secara sosial
anak membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasinya untuk berinteraksi
dan mengekspresikan ide/pikiran dan perasaannya, sedangkan secara spiritual
anak membutuhkan penanaman nilai agama dan moral serta nilai budaya
sebagai anggota masyarakat timur.
2. Sehat
Sehat dalam keperawatan anak adalah sehat dalam rentang sehat-sakit. Sehat
adalah keadaan kesejahteraan optimal antara fisik, mental, dan sosial yang harus
dicapai sepanjang kehidupan anak dalam rangka mencapai tingkat pertumbuhan
dan perkembangan yang optimal sesuai dengan usianya. Dengan demikian
apabila anak sakit, hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
fisik, psikologis, intelektual, sosial, dan spiritual. Sehat sakit berada dalam
suatu rentang mulai dari sehat optimal pada satu kutub sampai meninggal pada
kutub lainnya.
Sepanjang rentang tersebut, anak memerlukan bantuan perawat baik secara
langsung saat anak sakit maupun tidak langsung dengan melakukan bimbingan
antisipasi pada orang tuanya. Dalam keadaan sehat optimal pun anak

memerlukan bantuan perawat, misalnya untuk upaya pencegahan dan promosi


kesehatan seperti pelayanan imunisasi atau peningkatan pengetahuan tentang
kebersihan perseorangan dan gizi yang memenuhi syarat kesehatan. Apabila
terjadi perbedaan persepsi antara orang tua dan perawat tentang konsep sehat
sakit tersebut, timbul masalah pemahaman keluarga tentang makna sehat
sakit. Kondisi sehat yang berat menurut persepsi perawat dapat dipersepsikan
sebagai suatu kondisi yang biasa saja oleh orang tua. Untuk itu diperlukan
bantuan perawat untuk menyamakan persepsi tersebut. Pada kutub ekstrem,
yaitu kematian anak, orang tua tetap memerlukan bantuan perawat untuk
mengantarkan anak pada kematian yang tenang melalui perawatan menjelang
ajal (dying care).
3. Lingkungan
Seperti telah dikemukakan di atas, anak adalah individu yang masih
bergantung pada lingkungan, yaitu orang dewasa di sekitarnya. Lingkungan
terdiri dari lingkungan internal dan lingkungan eksternal dan dapat memenuhi
kesehatan anak. Lingkungan internal, yaitu genetik (keturunan), kematangan
biologis, jenis kelamin, intelektual, emosi, dan adanya predisposisi atau
resistensi terhadap penyakit.lingkungan eksternal, yaitu status nutrisi, orang tua,
saudara kandung (sibling), masyarakat atau kelompok sekolah, kelompok atau
geng, disipli yang ditanamkan orang tua, agama, budaya, status social-ekonomi,
iklim, cuaca sekitar dan lingkungan fisik atau biologis baik rumah maupun
sanitasi di sekelilingnya. Perkembangan anak sangat dipengaruhi rangsangan
terutama dari lingkungan eksternal yaitu lingkungan yang aman, peduli dan
penuh kasih sayang.
4. Keperawatan
Untuk memperoleh pertumbuhan dan perkembangan yang opimal, perawat
dapat membantu anak dan keluarganya memenuhi kebutuhan yang spesifik
dengan cara membina hubungan terapeutik dengan anak atau keluarga melalui

perannya

sebagai

pembela,

pemulih/pemelihara

keshatan,

koordinator,

kolaborator, pembuat keputusan etik dan perencana kesehatan.


Fokus utama dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan adalah peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit, dengan falsafah yang utama yaitu asuhan
keperawatan yang berpusat pada keluarga dan perawatan yang terapeutik.
Selama proses asuhan keperawatan dijalankan, keluarga dianggap sebagai mitra
bagi perawat dalam rangka mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan
anak. Dua konsep yang mendasari dalam kerjasama orang tuaperawat ini
adalah memfasilitasi keluarga untuk aktif terlibat dalam asuhan keperawatan
anaknya di rumah sakit dan memberdayakan kemampuan keluarga baik dari
aspek pengetahuan, ketrampilan maupun sikap dalam melaksanakan perawatan
anaknya di rumah sakit, melalui interaksi yang terapeutik dengan keluarga
(empowering). Bentuk intervensi utama yang diperlukan anak dan keluarganya
adalah pemberian dukungan, pemberian pendidikan kesehatan, dan upaya
rujukan kepada tenaga kesehatan lain yang berkompeten sesuai dengan
kebutuhan anak.
C.Perawatan Anak dalam Konteks Keluarga
Pada dasarnya, setiap asuhan pada anak yang dirawat di rumah sakit
memerlukan keterlibatan orang tua. Waktu kunjungan bagi orang tua terhadap
anaknya harus terbuka selama 24 jam, tersedia aktivitas bermain dan layanan
pendidikan kesehatan pada orang tua yang terprogram secara regular. Anak
membutuhkan orang tua selama proses hospitalisasi.
Terjadinya perpisahan orang tua dan anak karena harus dirawat di rumah sakit dapat
menimbulkan dampak psikologis pada anak. Apabila anak mengalami kecemasan
tinggi saat dirawat di rumah sakit, orang tua menjadi stress. Selanjutnya, apabila
orang tua stress anak pun menjadi semakin stress. Hal ini terjadi seperti satu
lingkaran setan. Untuk mencapai tujuan dari upaya pencegahan dan pengobatan pada
anak yang dirawat di rumah sakit, sangat diperlukan kerja sama antara orang tua dan

tim kesehatan dan asuhan pada anak baik sehat maupun sakit paling baik
dilaksanakan oleh orang tua, dengan bantuan tenaga kesehatan yang kompeten sesuai
kebutuhannya.
Dua konsep yang mendasari asuhan yang berpusat pada keluarga yaitu
fasilitasi keterlibatan orang tua dalam perawatan dan peningkatan kemampuan
keluarga dalam merawat anaknya. Perawat juga mempunyai peran penting untuk
memfasilitasi hubungan orang tua dan anaknya selama di rumah sakit. Harus
diupayakan jangan sampai terjadi perpisahan antara orang tua dan anaknya di rumah
sakit. Hal ini bertujuan agar dengan difasilitasinya hubungan anak dan orang tuanya,
orang tua diharapkan mempunyai kemampuan meneruskan peran dan tugasnya
merawat anak selama di rumah sakit. Perawat juga mempunyai peran penting untuk
meningkatkan kemampuan orang tua dalam merawat anaknya. Orang tua dipandang
sebagai subjek yang punya potensi untuk melaksanakan perawatan anaknya.
Diharapkan selama perawatan anaknya di rumah sakit, terjadi proses belajar pada
orang tua, baik dalam hal peningkatan pengetahuan maupun ketrampilan yang
berhubungan dengan keadaan sakit anaknya. Misalnya pada saat seorang ibu
mempunyai anak yang sakit panas dan dirawat di rumah sakit, jika pada awal masuk
orang tua tidak tahu tentang perawatan anak panas, saat keluar rumah sakit orang tua
sudah dapat memberikan kompres hangat pada anak, dan mengukur suhu dengan
temometer. Proses perawatan anak di rumah sakit harus memberikan kesempatan
belajar pada orang tua untuk merawat anak.
Etos asuhan yang berpusat pada keluarga pada dasarnya karena asuhan dan
pemberian rasa aman dan nyaman orang tua terhadap anaknya merupakan asuhan
keperawatan anak di rumah sakit sehingga asuhan keperawatan pada anak di rumah
sakit harus berpusat pada konsep anak sebagai bagian dari keluarga dan keluarga
sebagai pemberi dukungan yang paling baik bagi anak selama proses hospitalisasi.
Keluarga aalah pusat kehidupan keluarga sehingga fokus perencanaan asuhan

keperawatan anak harus mencerminkan kerja sama orang tua dengan perawat/tim
kesehatan.
Elemen pokok asuhan yang berpusat pada keluarga yaitu :
1.

Hubungan anak dan orang tua adalah unik, berbeda anatar yang satu dengan
yang lain. Setiap anak mempunyai karakteristik yang berbeda dan berespon
terhadap sakit dan perawatan di rumah sakit secara berbeda pula. Demikian pula
orang tua mempunyai latar belakang yang berbeda pula dalam berespon terhadap
kondisi anak dan perawatan di rumah sakit.

2.

orang tua dapat memberikan asuhan yang efektif selama hospitalisasi


anaknya. Telah terbukti pada bebrapa penelitian bahwa anak akan merasa aman
apabila berada di samping orang tuanya, terlebih lagi saat menghadapisituasi yang
menakutkan seperti dilakukan prosedur invasive. Dengan demikian tujuan asuhan
akan tercapai dengan baik apabila ada kerja sama yang baik antaraperawat dengan
orang tua.

3.

kerja sama dalam model asuhan adalah fleksibel dan menggunakan konsep
dasar asuhan keperawatan anak. Saat tetentu dapat melakukan asuhan keluarga
dan keluargadapat melakukan asuhan keperawatan. Pada saat tertentu saat orang
tua harus meninggalkan anaknya sesaat, perawat harus siap menggantikannya.
Sebaliknya orang tua harus belajar melakukan tindakan keperawatan, seperti
memberikan kompres, mengukur suhu, atau mengobservasi gejala panas pada
anak, melalui pendidikan kesehatan yang diberikan perawat.

4.

keberhasilan dan pendekatan ini bergantung pada kesepakatan tim kesehatan


untuk mendukung kerjasama yang aktif dari orang tua. Kesepakatan untuk
menggunakan family centred tidak cukup hanya dari perawat, tetapi juga seluruh
petugas kesehatan yang ada. (Yupi, 2005).

D.Tren dan Isu Keperawatan Anak


1. Perawatan Berfokus Pada Keluarga
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak mengingat anak
bagian dari keluarga. Dalam Pemberian Askep diperlukan keterlibatan keluarga
karena anak selalu membutuhkan orang tua di Rumah Sakit seperti aktivitas
bermain atau program perawatan lainnya. Pentingnya keterlibatan keluarga ini
dapat mempengaruhi proses kesembuhan anak. Program terapi yang telah
direncanakan untuk anak bisa saja tidak terlaksana jika perawat selalu
membatasi keluarga dalam memberikan dukungan terhadap anak yang dirawat,
hal ini hanya akan meningkatkan stress dan ketidaknyamanan pada anak.
Perawat dengan menfasilitasi keluarga dapat membantu proses penyembuhan
anak yang sakit selama dirawat. Kebutuhan keamanan dan kenyamanan bagi
orang tua pada anaknya selama perawatan merupakan bagian yang penting
dalam mengurangi dampak psikologis anak sehingga rencana keperawatan
dengan berprinsip pada aspek kesejahteraan anak akan tercapai.
2. Atrumatic Care
Atrumatic care adalah perawatan yang tidak menimbulkan trauma pada anak
dan keluarga. Atraumatik care sebagai bentuk perawatan terapeutik dapat
diberikan kepada anak dan keluarga dengan mengurangi dampak psikologis dari
tindakan keperawatan yang diberikan., seperti memperhatikan dampak
psikologis dari tindakan keperawatan yang diberikan dengan melihat prosedur
tindakan atau aspek lain yang kemungkinan berdampak adanya trauma untuk
mencapai perawatan tersebut beberapa prinsip yang dapat dilakukan oleh
perawat antara lain:
a) Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga
Dampak perpisahan dari keluarga akan menyebabkan kecemasan pada anak
sehingga menghambat proses penyembuhan dan dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan anak.
b) Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada
anak.

Kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak dapat


meningkatkan kemandirian anak dan anak akan bersikap waspada dalam
segala hal.
c) Mencegah atau mengurangi cedera (injuri) dan nyeri (dampak psikologis)
Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak bisa dihilangkan secara cepat
akan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai tenik misalnya distraksi,
relaksasi dan imaginary. Apabila tindakan pencegahan tidak dilakukan maka
cedera dan nyeri akan berlangsung lama pada anak sehingga dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
d) Tidak melakukan kekerasan pada anak
Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat
berarti dalam kehidupan anak, yang dapat menghambat proses kematangan
dan tumbuh kembang anak.
e) Modifikasi lingkungan
Melalui modifikasi lingkungan yang bernuansa anak dapat meningkatkan
keceriaan dan nyaman bagi lingkungan anak sehingga anak selalu
berkembang dan merasa nyaman dilingkungan.
3. Imunisasi
Imunisasi adalah upaya pencegahan penyakit infeksi dengan menyuntikkan
vaksin kepada anak sebelum anak terinfeksi. Anak yang diberi imunisasi akan
terlindung dari infeksi penyakit-penyakit .Yang dapat menyebabkan infeksi
sebelum mikroorganisme tersebut memiliki kesempatanuntuk menyerang tubuh
kita. Dengan imunisasi tubuh kita akan terlindungi dari infeksi begitu pula orang
lain. Karena tidak tertular dari kita Tujuan dari imunisasi adalah untuk
menguranggi angka penderitaan suatupenyakit yang sangat membahayakan
kesehatan bahkan bisa menyebabkankematian pada penderitanya.
Macam-Macam Imunisasi
1. Imunisasi Aktif.

Adalah kekebalan tubuh yang di dapat seorang karena tubuh yangsecara aktif
membentuk zat antibodi, contohnya: imunisasi polio ataucampak . Imunisasi
aktif juga dapat di bagi dua macam:Imunisasi aktif alamiah dan Imunisasi
aktif buatan
2. Imunisasi Pasif
Adalah kekebalan tubuh yang di dapat seseorang yang zat kekebalantubuhnya
di dapat dari luar.Contohnya Penyuntikan ATC (Anti tetanusSerum).Pada
orang yang mengalami luka kecelakaan. Imunisasi pasif ini dibagi yaitu:
Imunisasi pasif alamiah dan Imunisasi pasif buatan
4. Terapi pijat anak-anak maupun bayi
a. Pijat pada bayi
Pijat bayi sangat membantu dalam meningkatkan fisik bayi, emosional,
perkembangan mental dan sosial. Bayi cenderung banyak menangis karena
satu-satunya cara mereka mengekspresikan diri selama tahap awal masa
bayi. Sebuah pijatan lembut dapat menenangkan bayi yang menangis dan
juga meringankan setiap penyakit kolik, peredaran darah dan pencernaan.
Selain itu, membantu orang tua baru menjadi nyaman dengan anak mereka
sehingga merupakan situasi win-win untuk semua orang. Pijat sesi tiga
puluh menit untuk bayi harus menjadi bagian dari rutinitas harian setiap
orangtua.
b. Pijat pada anak-anak
Pijat anak berbeda dari bayi dalam banyak cara dan menawarkan
banyak manfaat. Perhatian-deficit hyperactivity disorder juga dikenal
sebagai ADHD, adalah gangguan kejiwaan yang cepat meningkat di
kalangan anak-anak. Perkiraan umum menempatkan 3-7% dari semua anak
usia sekolah dan remaja sebagai penderita ADHD. Studi telah membuktikan
terapi pijat sebagai alat yang efektif untuk melawan gangguan ini. Sebuah
penelitian baru mengungkapkan bahwa remaja laki-laki yang menerima 10-

15 menit terapi alternatif pijat setiap hari menunjukkan peningkatan fokus


dan terlalu kelelahan. Mereka juga dinilai sendiri lebih bahagia dan
menunjukkan tanda-tanda luar biasa dari mood positif.
Manfaat lain jangka panjang dari terapi pijat pediatrik adalah bahwa
hal itu merintangi setiap potensi masalah yang mungkin ditemui anak
selama masa dewasanya.
5. Pelayanan kesehatan bagi balita
a. Pemantauan pertumbuhan balita dengan KMS
KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan
murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan
anak.
Manfaat KMS adalah :
1) Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita
secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan
imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi
kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI.
2) Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak
3) Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk
menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.
b. Pemberian Kapsul Vitamin A
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat
diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata ( agar dapat
melihat dengan baik ) dan untuk kesehatan tubuh yaitu meningkatkan daya
tahan tubuh, jaringan epitel, untuk melawan penyakit misalnya campak,
diare dan infeksi lain.
Vitamin A terdiri dari 2 jenis :
1) Kapsul vitamin A biru ( 100.000 IU ) diberikan pada bayi yang berusia
6-11 bulan satu kali dalam satu tahun

2) Kapsul vitamin A merah ( 200.000 IU ) diberikan kepada balita


c. Pelayanan Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk
dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan
guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat

dalam

mempercepat

memperoleh

penurunan

pelayanan

angka

kesehatan

kematian

dasar

untuk

dan

bayi.

ibu

Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita


mencakup :
1) Penimbangan berat badan
2) Penentuan status pertumbuhan
3) Penyuluhan
4) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan,
imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang, apabila ditemukan
kelainan, segera ditunjuk ke Puskesmas.
d. Manajemen terpadu balita sakit
Manajemen Terpadu Balita

Sakit

(MTBS)

atau

Integrated

Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan yang


terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada
kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. Kegiatan MTBS
memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu:
1) Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus
balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula
memeriksa dan menangani pasien asalkan sudah dilatih).

2) Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak


program kesehatan dalam 1 kali pemeriksaan MTBS).
3) Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di
rumah

dan

upaya

pencarian

pertolongan

kasus

balita

sakit

(meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan).


E.Peran Perawat Anak
1. Pemberi perawatan
Merupakan peran utama perawat yaitu memberikan pelayanan keperawatan
kepada individu, keluarga,kelompok atau masyarakat sesuai dengan masalah
yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang kompleks.
Contoh peran perawat sebagai pemberi perawatan adalah peran ketika perawat
memenuhi kebutuhan dasar seperti memberi makan, membantu pasien
melakukan ambulasi dini.
2. Sebagai Advocat keluarga
Sebagai client advocate, perawat bertanggung jawab untuk memebantu klien
dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi
pelayanan daninfo rmasi yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform
concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Peran perawat
sebagai advocate keluarga dapt ditunjukkan dengan memberikan penjelasan
tentang prosedur operasi yang akan di lakukan sebelum

pasien melakukan

operasi.
c. Pendidik
Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu
keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainya.
Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek
pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari
pelayanan keperawatan. Perawat harus bisa berperan sebagai pendidik bagi
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Memberi penyuluhan kesehatan

tentang penanganan diare merupakan salah satu contoh peran perawat sebagai
pendidik ( health educator )
d. Konseling
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien
terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola interaksi ini merupakan
dasar dalam perencanaan tindakan keperawatan. Konseling diberikan kepada
individu,

keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan

pengalaman masa lalu. Pemecahan masalah difokuskan pada; masalah


keperawatan, mengubah perilaku hidup sehat (perubahan pola interaksi).
e. Kolaborasi
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain berupaya
mengidentfikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar pendapat
terhadap pelayanan yang diperlukan klien, pemberian dukungan, paduan
keahlian dan ketrampilan dari berbagai professional pemberi palayanan
kesehatan. Sebagai contoh, perawat berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan diet yang tepat pada anak dengan nefrotik syndrome. Perawat
berkolaborasi dengan dokter untuk menentukan dosis yang tepat untuk
memberikan Antibiotik pada anak yang menderita infeksi
f. Peneliti
Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (innovator) dalam
ilmu keperawatan karena ia memiliki kreativitas, inisiatif, cepat tanggap terhadap
rangsangan dari lingkunganya. Kegiatan ini dapat diperoleh diperoleh melalui
penelitian. Penelitian, pada hakekatnya adalah melakukan evalusai, mengukur
kemampuan, menilai, dan mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan
yang telah diberikan. Dengan hasil penelitian, perawat dapat mengerakan orang
lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan
aspirasi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Oleh karena itu perawat
dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan memanfaatkan media massa atau
media informasi lain dari berbagai sumber. Selain itu perawat perlu melakukan

penelitian dalam rangka mengembagkan ilmu keperawatan dan meningkatkan


praktek profesi keperawatan.
F. Proses Keperawatan dalam Keperawatan Anak
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan sebelum anak dirawat di rumah sakit. Namun
pengkajian juga dapat dilakukan secara besamaan ketika dilakukan prosedur
tindakan medis. Area yang penting untuk dikaji yaitu rasa nyeri/rasa sakit,.
Dalam melkukan pengkajian hendaknya perawat melibatkan orang tua atau
orang lainterkait dalam memberikan perawatan pada anak. Pengkajian yang
dilakukan

meliputi

pertumbuhan

dan

perkembangan

anak,

kebutuhan

psikososial, kebutuhan pendidikan, dan efek dari hospitalisasi pada keluarga.


(Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organization, 1992 dalam
Nursalam, 2005).
Pengkajian meliputi pengkajian rasa nyeri. Rasa nyeri merupakan suatu
fenomena dimana tipa orang mempunyai pengalaman yang berbeda beda
sehingga mempersepsi rasa nyeri pada orang lain seringkali tidak tepat dan
akurat. Secara operasional, pengertian rasa nyeri yang biasanya digunakan
dalam klinik adalah apapun yang diperlihatkan dan dikatakan seseorang, kapan
saja orang tersebut mengatakannya (McCaffery and Beebe, 1989 dalam
Nursalam, 2005).
Pengkajian rasa nyeri pada anak meliputi verbal dan non verbal. Salah satu
pendekatan yang digunakan adalah QUEST :
a. Question the child (bertanya pada anak)
b. Use pain rating scale (gunakan skala peringkat rasa nyeri)
c. Evaluate behaviour and physiologic changes (evaluasi perubahan tingkah
laku dan fisiologis)
d. Secure parents involvement (melibatkan orang tua)
e. Take cause of pain into account (tentukan dan catat penyebab rasa nyeri)
f. Take action and evaluate results (ambil tindakan dan evaluasi hasilnya).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan tergantung pada kasus yang dijumpai, yang meliputi
anak dan orang tua. Salah satu kasus yang mungkin timbul adalah :

Pada anak :
a. Cemas/takut sehubungan dengan :
1) perpisahan dengan orang tua
2) lingkungan yang asing
3) prosedur-prosedur tindakan
4) Kehilangan kendali sehubungan dengan dirawat
Pada orang tua :
a. Cemas/takut sehubungan dengan
1) kondisi anak yang kritis
2) perubahan fungsi peran
3) perubahan lingkungan
b. Penurunan dalam proses keluarga sehubungan dengan :
1) anak yang dirawat
2) situasi anak yang kritis
3) Mencegah atau meminimalkan dampak perpisahan
4) Rooming In
3.

Perencanaan Tindakan keperawatan


Rooming in berarti orang tua dan anak tinggal bersama. Jika tidak
bisa, sebaiknya orang tua dapat melihat anak setiap saat untuk
mempertahankan kontak/komunikasi antara orang tua anak. Jika orang tua
tidak dapat tinggal bersama anaknya, maka perawat sebaiknya mengantisipasi
fase protes yang akan terjadi pada anak. Perpisahan juga merupakan hal yang
sulit bagi orang tua. Orang tua selalu merssa khawatir mengenai perilaku
anaknya setelah ditinggalkan.
a. Partisipasi orang tua
Orang tua diharapkan dapat berpartisipasi dalam merawat anak yang sakit,
terutama dalam perawatan yang bisa dilakukan. Perawat dapat
memberikan kesempatan pada orang tua untuk menyiapkan makanan anak

atau memandikannya. Dalam hal ini, perawat berperan sebagai pendidik


kesehatan (health educator) bagi keluarga.
b. Membuat ruang perawatan seperti situasi di rumah dengan mendekorasi
dinding memakai poster/kartu bergambar sehingga anak merasa aman jika
berada di ruang tersebut.

c. Meminimalkan perasaan kehilangan kendali


1) Mengusahakan kebebasan bergerak
Pada beberapa kasus yang diisolasiseperti luka baker berat, lingkungan
dapat dimanipulasi untuk meningkatkan kebasan sensori, misalnya
menempatkan

tempat

tidur

di

dekatpintu

atau

jendela,

memperdengarkan musik, dsb.


2) Mempertahankan kegiatan rutin
Kehilangan kegiatan rutinitas merupakan stressor pada anak balita dan
hal ini akan meningkatkan stress akibat perpisahan. Sedapat
pembuatan rencana asuhan perawatan didasarkan pada aktivitas yang
biasa dilakukan anak sewaktu di rumah.
3) Dorongan anak untuk independent
Anak pada periode balita mulai belajar mengenai otonomi. Balita
mulai menjadi independent dan sangat menyenangi peran barunya
tersebut. Hospitalisasi membuat anak menjadi tergantung pada orang
lain dan ini menimbulkan perasaan kehilangan kendali.
d. Mencegah dan meminimalkan perlukaan tubuh dan rasa sakit
Persiapan anak terhadap prosedur yang menimbulkan rasa nyeri adalah
penting untuk mengurangi ketakutan. Perasaan dapat menjelaskan apa
yang akan dilakukan, siapa yang dapat ditemui oleh anak jika dia merasa
akut, dan seterusnya. Memanipulasi prosedur juga dapat mengurangi
ketakutan akibat perlukaan tubuh. Misalnya, jika anak takut diukur

temperaturnya melalui anus, maka hal tersebut dapat dilakukan melalui


ketiak.

G. Konsep Komunikasi Pada Anak


1.
Komunikasi berdasarkan tumbuh kembang
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang

dilakukan

secara

sadar,bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.


Komunikasi terapeutik pada anak adalah komunikasi yang dilakukan antara
perawat dan klien (anak), yang direncanakan secara sadar , bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan anak.
Komunikasi dengan anak berdasarkan usia tumbuh kembang, antara lain :
a. Usia Bayi (0-1 tahun)
Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan
melalui gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi
yang efektif, di samping itu komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara
non verbal. Perkembangan komunikasi pada bayi dapat dimulai dengan
kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi
digerakkan maka bayi akan berespons untuk mengeluarkan suara-suara
bayi. Perkembangan komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia
minggu ke delapan dimana bayi sudah mampu untuk melihat objek atau
cahaya, kemudian pada minggu kedua belas sudah mulai melakukan
tersenyum. Pada usia ke enam belas bayi sudah mulai menolehkan kepala
pada suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan tahun pertama bayi
sudah mulai mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan lainlain. Pada bulan ke sepuluh bayi sudah bereaksi terhadap panggilan
terhadap namanya, mampu melihat beberapa gambar yang terdapat dalam
buku. Pada akhir tahun pertama bayi sudah mampu mengucapkan kata-kata
yang spesifik antara dua atau tiga kata.

Selain melakukan komunikasi seperti di atas terdapat cara komunikasi


yang efektif pada bayi yakni dengan cara menggunakan komunikasi non
verbal dengan

tehnik

sentuhan seperti

mengusap, menggendong,

memangku, dan lain-lain


b. Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan
perkembangan bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu
memahami kurang lebih sepuluh kata, pada tahun ke dua sudah mampu
200-300 kata dan masih terdengan kata-kata ulangan.
Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu
menguasai sembilan ratus kata dan banyak kata-kata yang digunakan
seperti mengapa, apa, kapan dan sebagainya. Komunikasi pada usia
tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahunya sangat tinggi,
inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai meningkat, mudah merasa
kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus
berpusat pada dirinya, takut terhadap ketidaktahuan dan perlu diingat
bahwa pada usia ini anak masih belum fasih dalam berbicara (Behrman,
1996).
Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan
memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada
mereka untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan digunakan,
menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulang
lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana, hindarkan sikap mendesak
untuk dijawab seperti kata-kata jawab dong, mengalihkan aktivitas saat
komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan maksud anak
mudah diajak komunikasi dimana kita dalam berkomunikasi dengan anak
sebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran diri dimana kita harus
menghindari konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan
berhadapan. Secara non verbal kita selalu memberi dorongan penerimaan
dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari

anak, bersalaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan


perasaan cemas, menggambar, menulis atau bercerita dalam menggali
perasaan dan fikiran anak si saat melakukan komunikasi.
c. Usia Sekolah (5-11 tahun)
Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan
kemampuan anak mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan
yang besar dan apa yang dilaksanakan oleh anak mencerminkan pikiran
anak dan kemampuan anak membaca disini sudah muncul, pada usia ke
delapan anak sudah mampu membaca dan sudah mulai berfikir tentang
kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap
masih memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan
kata-kata sederhana yang spesifik, menjelaskan sesuatu yang membuat
ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang tidak diketahui, pada usia ini
keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari objek tertentu
sangat tinggi. Maka jelaskan arti, fungsi dan prosedurnya, maksud dan
tujuan dari sesuatu yang ditanyakn secara jelas dan jangan menyakiti atau
mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu berkomunikasi
secara efektif.
d. Usia Remaja (11-18 tahun.
Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan
kemampuan berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berpikir secara
konseptual, sudah mulai menunjukkan perasaan malu, pada anak usia
sering kali merenung kehidupan tentang masa depan yang direfleksikan
dalam komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah mulai menunjukkan ke
arah yang lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa ini adalah
masa peralihan anak menjadi dewasa.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau
curah pendapat pada teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang dapat
menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam komunikasi mengingat

awal terwujudnya kepercayaan anak dan merupakan masa transisi dalam


bersikap dewasa.

2.

Tujuan Komunikasi Terapeutik pada Anak


Adapun tujuan yang diharapkan dalam melakukan komunikasi terapeutik pada
anak adalah :
a. Membantu

anak

untuk

memperjelas

dan

mengurangi

beban

perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah

3.

b.

situasi yang ada bila klien percaya pada hal- hal yang diperlukan.
Mengurangi keraguan , membantu dalam hal mengambil tindakan yang

c.

efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.


Mempengaruhi orang lain , lingkungan fisik dan dirinya sendiri.

Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik pada Anak


Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers, seperti :
a. Perawat
harus
mengenal
dirinya
sendiri
yang

berarti

b.

menghayati,memahami dirinya sendiri serta nilai yang dianut.


Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima percaya,dan

c.
d.

menghargai.
Perawat harus memahami dan menghayati nilai yang dianut oleh klien
Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan klien baik fisik maupun

e.

mental.
Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan klien bebas

f.

berkembang tanpa rasa takut.


Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan klien memiliki
motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap,tingkah lakunya sehingga
tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah - masalah yang

g.

dihadapi.
Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk
mengetahui

dan

mengatasi

keberhasilan ,maupun frustasi.

perasaan

gembira,

sedih,

marah,

h.

Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan

i.

konsistensinya.
Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan

j.

sebaliknya simpati bukan tindakan yang terapeutik.


Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar hubungan

k.
l.

komunikasi terapeutik.
Mampu berperan sebagai role model.
Disarankan untuk mengekspresikan

perasaan

bila

di

anggap

mengganggu.
m. Altruisme, mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara
n.
o.

manusiawi.
Berpegang pada etika.
Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap
diri sendiri atas tindakan yang dilakukan dan tanggungjawab terhadap
orang lain.

4.

Teknik-teknik Komunikasi Terapeutik pada Anak


Seperti yang sudah dijelaskan pasien anak merupakan individu yang
unik, dalam melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien anak dibutuhkan
teknik khusus agar hubungan yang dijalankan dapat berlangsung dengan baik
sesuai dengan tumbuh kembang anak.
a. Teknik Verbal
1) Melalui orang lain atau pihak ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam
menumbuhkan kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara
langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara
langsung yang sedang berada di samping anak. Selain itu dapat
digunakan cara dengan memberikan komentar tentang mainan, baju
yang sedang dipakainya serta hal lainnya, dengan catatan tidak
langsung pada pokok pembicaraan.
2) Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat
mudah diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita,

tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang


akan disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui tulisan maupun
gambar.
3) Memfasilitasi
Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini
ekspresi anak atau respon anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam
memfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak
boleh dominan, tetapi anak harus diberikan respons terhadap pesan
yang disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian
dan jangan merefleksikan ungkapan negatif yang menunjukkan kesan
yang jelek pada anak.
4) Biblioterapi
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk
mengekspresikan perasaan, dengan menceritakan isi buku atau
majalah yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan kepada
anak.
5) Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan
meminta anak untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai
keluhan yang dirasakan anak dan keinginan tersebut dapat
menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada saat itu.
6) Pilihan pro dan kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan
atau mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pasa
situasi yang menunjukkan pilihan yang positif dan negatif sesuai
dengan pendapat anak.
7) Penggunaan skala
Penggunaan skala atau

peringkat

ini

digunakan

dalam

mengungkapkan perasaan sakit pada anak seperti penggunaan


perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan menganjurkan
anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.

b.

Teknik Non Verbal


Teknik komunikasi non verbal dapat digunakan pada anak- anak seperti :
1) Menulis
Menulis adalah suatu alternatif pendekatan komunikasi bagi anak,
remaja muda dan pra remaja. Untuk memulai suatu percakapan
perawat dapat memeriksa/ menyelidiki tentang tulisan dan mungkin
juga meminta untuk membaca beberapa bagian. Dengan menulis
anak-anak lebih riil dan nyata.
2) Menggambar.
Menggambar adalah salah satu bentuk komunikasi yang berharga
melalui pengamatan gambar. Dasar asumsi dalam menginterpretasi
gambar adalah bahwa anak- anak mengungkapakan tentang dirinya.
Untuk mengevaluasi sebuah gambar utamakan/fokuskan pada unsurunsur sebagai berikut :
a) Ukuran dari bentuk badan individu, ini mengekspresikan orang
penting
b) Urutan bentuk gambar, mengekspresikan prioritas kepentingan
c) Posisi anak terhadap anggota keluarga lainnya, mengekspresikan
perasaan anak terhadap status dalam keluaraga atau ikatan
keluarga
d) Bagian adanya hapusan, bayangan atau gambar silang,
mengekspresikan ambivalen/ pertentangan, keprihatinan atau
kecemasan pada hal- hal tertentu.
3) Gerakan gambar keluarga.
Menggambarkan suatu kelompok, berpengaruh pada perasaan anakanak dan respon emosi, dia akan menggambarkan pikirannya tentang
dirinya dan anggota keluarga yang lainnya. Gambar kelompok yang
paling berharga bagi anak adalah gambar keluarga.
4) Sosiogram
Menggambar tak perlu dibatasi bagi anak- anak, dan jenis gambar
yang berguna bagi anak- anak seusia 5 tahun adalah sosiogram
(gambar ruang kehidupan) atau lingkungan keluarga. Menggambar

suatu lingkaran adalah untuk melambangkan orang-orang yang


hampir mirip dalam kehidupan anak, dan gambar bundaran- bundaran
didekat lingkaran menunjukkan keakraban/ kedekatan.
5) Menggambar bersama dalam keluarga
Salah satu teknik yang berguna dan dapat diterapkan pada anak- anak
adalah menggambar bersama dalam keluarga. Menggambar bersama
dalam

keluarga

merupakan

satu

alat

yang

berguna

untuk

mengungkapkan dinamika dan hubungan keluarga.


6) Bermain
Bermain merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk
berhubungan dengan anak. Dengan bermain dapat dikumpulkan
petunjuk mengenai tumbuh kembang fisik, intelektual dan sosial.
Terapeutik play sering digunakan untuk mengurangi trauma akibat
sakit atau masuk rumah sakit atau untuk mempersiapkan anak
sebelum dilakukan prosedur medis/ perawatan.
Diatas telah dijelaskan beberapa teknik komunikasi terapeutik pada
umumnya, sedangkan cara yang perlu diterapkan saat melakukan
komunikasi terapeutik dengan pasien anak, antara lain : (Mundakir,
2005 : 153-154)
1) Nada suara, diharapkan perawat dapat berbicara dengan nada suara
yang rendah dan lambat. Agar pasien anak jauh lebih mengerti apa
yang ditanyakan oleh perawat.
2) Mengalihkan aktivitas, pasien anak yang terkadang hiperaktif lebih
menyukai aktivitas yang ia sukai, sehingga perawat perlu membuat
jadwal yang bergantian antara aktivitas yang pasien anak sukai
dengan aktivitas terapi atau medis.
3) Jarak interaksi, diharapkan perawat dapat mempertahankan jarak
yang aman saat berinteraksi dengan pasien anak.
4) Kontak mata, diharapkan perawat dapat mengurangi kontak mata saat
mendapat respon dari pasien anak yang kurang baik, dan kembali

melakukan kontak mata saat kira-kira pasien anak sudah dapat


mengontrol perilakunya.
5) Sentuhan, jangan pernah menyentuh anak tanpa izin dari si anak.
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga
hubungan dengan anak,melalui komunikasi ini pula perawat dapat
memudahkan mengambil berbagai data yang terdapat pada diri anak yang
selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan atau
tindakan keperawatan.

Daftar Pustaka

Hidayat, Aziz, Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1.


Salemba Medika, Jakarta.
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC : Jakarta
Sacharin, Rossa. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC. Jakarta.
Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. FK Universitas Udayana.
Wong. Whalley. 2005. Manual of Pediatric Nursing. Philadelphia. Mosby Company

You might also like